• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Pendidikan Multikultural

6. Program dan Dimensi Pendidikan Multikultural

1) berorientasi pada materi (content-oriented programs)

Berorientasi pada materi (content-oriented programs) merupakan bentuk pendidikan multikultural yang paling umum dapat cepat dipahami. Tujuan utamanya adalah memasukkan materi tentang kelompok budaya yang berbeda dalam kurikulum dan materi pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang kelompok-kelompok tersebut.

Dalam bentuknya yang paling sederhana bentuk program ini menambahkan aspek multikultural ke dalam kurikulum yang standar. Versi yang lebih canggih dari bentuk ini, yaitu mengubah kurikulum secara aktif dengan tiga tujuan berikut :

a) Mengembangkan muatan multikultural melalui berbagai disiplin. b) Memasukkan sejenis sudut pandang dan perspektif yang berbeda

34

c) Mengubah aturan, yang pada akhirnya mengembangkan paradigma baru bagi kurikulum.

2) berorientasi pada siswa (student-oriented programs)

Program yang berorientasi pada siswa (student-oriented programs) bertujuan untuk meningkatkan prestasi akademik kelompok siswa yang berbeda meskipun pada saat itu tidak memberikan perubahan besar dalam muatan kurikulum. Beberapa program ini tidak dirancang untuk mengubah kurikulum atau konteks sosial pendidikan, tetapi membantu siswa dengan budaya dan bahasa yang berbeda untuk menciptakan perubahan dalam mainstream pendidikan. Terdapat beberapa kategori program yang khas: a) Program yang menggunakan riset dalam model belajar yang berbasiskan

budaya (culturally-based learning styles) dalam menentukan gaya mengajar yang digunakan pada kelompok siswa tertentu;

b) Program dua bahasa (bilingual) atau dua budaya (bicultural);

c) Program bahasa yang mengandalkan bahasa dan budaya sekelompok siswa minoritas.

3) berorientasi sosial (sosially-oriented programs)

Program yang berorientasi sosial (sosially-oriented programs) berupaya mereformasi pendidikan ataupun konteks politik dan budaya pendidikan. Program ini bertujuan bukan untuk meningkatkan prestasi akademis atau menambah sekumpulan pengetahuan multikultural, melainkan memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam meningkatkan toleransi budaya dan ras serta mengurangi bias.

35

Kategori program ini juga tidak hanya meliputi program yang dirancang untuk menstrukturkan kembali dan menyatukan sekolah, tetapi juga program ini dirancang untuk meningkatkan semua bentuk hubungan di kalangan kelompok etnik dan ras dalam program belajar bersama tanpa membedakan perbedaan yang ada pada setiap individu. Bentuk pendidikan multikultural ini menekankan “hubungan manusia” dalam semua bentuknya dan menggabungkan beberapa karakteristik dua bentuk program lainnya, yaitu program yang menuntut perbaikan kurikulum untuk menekankan kontribusi sosial yang positif dari kelompok etnis dan budaya sambil menggunakan riset tentang model belajar untuk meningkatkan prestasi siswa dan mengurangi ketegangan dalam ruang kelas.

Selain program-program tersebut, menurut Iis Arifudin (2007: 220) implementasi pendidikan multikultural dapat dilakukan di sekolah melalui beberapa cara yaitu :

a. Implementasi pendidikan multikultural terintegrasi dengan mata pelajaran

Pelaksanaan pendidikan multikultural tidaklah perlu mengubah kurikulum, pelajaran pendidikan multikultural dapat terintegrasi pada mata pelajaran yang lainnya. hanya saja diperlukan pedoman bagi guru untuk menerapkannya. yang utama kepada para siswa perlu diajari mengenai toleransi, kebersamaan, HAM, demokratisasi, dan saling menghargai. Hal tersebut sangat berharga bagi bekal hidup mereka

36

dikemudian hari dan sangat penting untuk tegaknya nilai-nilai kemanusiaan.

Jadi implementasi dan pengembangan pendidikan multikultural terintegrasi melalui mata pelajaran dapat dilakukan oleh perguruan tinggi atau sekolah dasar dan menengah sebagai berikut, 1) perguruan tinggi misalnya, dari segi substansi, pendidikan multikultural dapat diintegrasikan misalnya melalui mata kuliah umum, seperti kewarganegaraan, agama, dan bahasa. 2) tingkat SD, SLTP, atau sekolah menengah (SMA), pendidikan multikultural dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran dan bahan ajar seperti agama, sosiologi, dan antropologi, dan dapat melalui model pembelajaran seperti diskusi kelompok atau kegiatan lainnya.

b. Implementasi pendidikan multikultural melalui kegiatan pengembangan diri.

Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, minat peserta didik, dan kondisi sekolah.

1) Pengembangan diri terprogram

Pengembangan diri terprogram untuk pendidikan multikultural dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan berikut ini:

37

a) kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler

Kegiatan intra dan ekstrakurikuler yang ada di sekolah meliputi Organisasi Siswa Intra Sekolah, Pramuka, Kegiatan Olahraga dan lain-lain yang tentunya akan diikuti oleh siswa yang berasal dari berbagai etnis, budaya. Dalam komposisi kepengurusan OSIS juga melibatkan siswa dari berbagai unsur etnis. Agar terjadi kontak fisik alamiah dan melahirkan pemahaman yang baik antar sesama maka perlu diadakan berbagai kegiatan yang berorientasi kelompok. Dimana tanpa disadari kegiatan tersebut melibatkan berbagai etnis seperti tim bola basket, voli, pentas drama, vokal grup, pramuka dan sebagainya.

Kegiatan ekstrakurikuler hendaknya juga multinilai. Sikap menghargai orang yang berbeda dari budaya lain akan lebih berkembang bila siswa mempraktikkan dan mengalami sendiri, maka model live-in, tinggal di tengah orang yang berbudaya lain dapat membantu siswa menghargai budaya lain. Misalnya siswa dari Bali ikut live-in satu minggu di tengah orang Sunda, mereka akan dapat lebih menghargai budaya Sunda. Proyek dan kepanitiaan di sekolah juga sebaiknya diatur dengan lebih bervariasi dan beragam. Setiap panitia terdiri dari aneka macam siswa dari berbagai suku, ras, agama, budaya, dan gender. Ini

38

akan lebih menumbuhkan semangat kesatuan dalam perbedaan yang ada.

b) layanan konseling

Pembina layanan konseling dalam melaksanakan kegiatan tidak boleh bersikap diskriminatif pada peserta didik, darimana pun asal usul peserta didik ketika mengalami kesulitan dalam pengembangan diri, pengembangan sosial, pengembangan kemampuan belajar dan pengembangan karir harus dilayani secara optimal. Dengan demikian tindakan dan sikap layanan konseling telah mencerminkan layanan yang berbasis multikultural karena sesuai dengan fungsi layanan konseling.

2) pengembangan diri tidak terprogram

Pengembangan diri tidak terprogram untuk pendidikan multikultural dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan pembiasan, spontanitas dan pembinaan disiplin seperti bersalam-salaman antar siswa dengan guru, siswa dengan siswa dan siswa dengan tata usaha. Bentuk-bentuk keteladanan seperti sikap saling menghormati yang ditunjukan oleh guru maupun warga sekolah lainnya.

c. Implementasi pendidikan multikultural melalui muatan lokal

Muatan lokal merupakan mata pelajaran yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan. Satuan pendidikan dapat

39

menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satu tahun pelajaran, satuan pendidikan dapat menyelenggarakan lebih dari satu mata pelajaran muatan lokal untuk setiap tingkat.

Implementasi pendidikan multikultural melalui muatan lokal dapat dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan kaidah-kaidah pengembangan muatan lokal maksudnya muatan lokal pendidikan multikultural disesuaikan dengan potensi daerah tempat sekolah berada seperti keterkaitan muatan lokal dengan sumber daya alam (SDA), keterkaitan muatan lokal dengan sumber daya manusia (SDM), keterkaitan muatan lokal dengan geografis, keterkaitan muatan lokal dengan budaya, dan keterkaitan muatan lokal dengan historis. d. Implementasi pendidikan multikultural melalui pendidikan lingkungan

Pendidikan multikultural dapat diimplementasikan melalui pendidikan lingkungan dengan maksud agar peserta didik lebih dekat dengan keadaan lingkungan sebenarnya sehingga menumbuhkan rasa memiliki lingkungan, mencintai lingkungan dan menghargai eksistensi lingkungan yang juga bagian dari ekosistem dan mempengaruhi kehidupan manusia.

Pelajaran yang terpenting yang dapat dimaknai peserta didik dari pendidikan lingkungan, jika dikorelasikan dengan hakikat pendidikan multikultural bahwa alam lingkungan tidak pernah melakukan diskriminasi pada siapapun yang berinteraksi dengan alam seperti

40

mengeluarkan oksigen untuk dihirup siapapun tanpa membedakan suku, ras, agama dan budaya. Makna ini menjadi titik tolak bagi peserta didik bahwa pendidikan multikultural melalui pendidikan lingkungan dapat menjadi acuan dalam mengembangkan sikap-sikap yang bernuansa multikulturalisme.

Pendidikan lingkungan hidup berupa “out door activities” yang dikaitkan dengan penyadaran bahwa sesungguhnya alam juga tidak pernah melakukan diskriminasi terhadap apapun. Pohon di hutan yang senantiasa menghasilkan oksigen yang sama banyaknya untuk dihirup oleh manusia dan hewan tanpa ada batasan dan diskriminasi. Lalu mengapa manusia yang memiliki akal budi tidak melakukan hal yang sama, memberi dan membantu tanpa ada diskriminasi dan pembedaan antar satu dengan lainnya.

Pelajaran yang berharga dari perilaku dan interaksi lingkungan menumbuhkan pikiran positif pada peserta didik dimana peserta didik akan memiliki pikiran positif terhadap lingkungan maka rasa peduli akan lingkungan yang lestari akan tertanam dan sikap selalu mencegah agar lingkungan alam tetap lestari menjadi perhatian peserta didik. b. Dimensi pendidikan multikultural

Dimensi–dimensi pendidikan berbasis multikultural Menurut Banks (2002), pendidikan multikultural adalah cara memandang realitas, dan cara berfikir, dan bukan hanya konten tentang beragam kelompok etnis, ras, dan

41

budaya. Secara spesifik, Banks menyatakan bahwa pendidikan multikultural dapat dikonsepsikan atas lima dimensi yaitu:

1) dimensi integrasi isi/materi (content integration)

Dimensi ini berkaitan dengan upaya untuk menghadirkan aspek kultur yang ada ke ruang-ruang kelas. Seperti pakaian, tarian, kebiasaan, sastra, bahasa, dan sebagainya. Dengan demikian, diharapkan akan mampu mengembangkan kesadaran pada diri siswa akan kultur milik kelompok lain. Konsep atau nilai-nilai tersebut dapat diintegrasikan ke dalam materi-materi, metode pembelajaran, tugas atau latihan, maupun evaluasi yang ada dalam buku pelajaran.

2) dimensi konstuksi pengetahuan (knowledge construction)

Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk memahami dan merekonstruksi berbagai kultur yang ada. Pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan mengenal, menerima, menghargai,dan merayakan keragaman kultural.

3) dimensi pendidikan yang sama/adil (an equity paedagogy)

Dimensi ini menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa yang beragam baik dari segi ras, budaya (culture) ataupun sosial (social). 4) dimensi pengurangan prasangka (prejudice reduction)

Dimensi ini sebagai upaya agar para siswa menghargai adanya berbagai kultur dengan segala perbedaan yang menyertainya. Sangat

42

penting adanya refleksi budaya, ras, seksualitas dan gender, etnisitas, agama, status sosial ekonomi, dalam proses pendidikan multikultural. 5) dimensi pemberdayaan budaya sekolah dan stuktur sosial

(empowering school culture and social stucture)

Dimensi ini merupakan tahap dilakukannya rekonstruksi baik struktur sekolah maupun kultur sekolah. Hal tersebut diperlukan untuk memberikan jaminan kepada semua siswa dengan latar belakang yang berbeda agar mereka merasa mendapatkan pengalaman dan perlakuan yang setara dalam proses pembelajaran di sekolah. Dari paparan di atas tentang dimensi-dimensi pendidikan berbasis multikultural dapat disimpulkan, pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan mengenal, menerima, menghargai, dan merayakan keragaman kultural dengan segala perbedaan yang menyertainya setra perlakuan proses belajar yang sama, sehingga diharapkan anak dapat memiliki karakter yang baik saat dewasa nanti.

Dokumen terkait