• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program keluarga harapan (PKH) merupakan program penanggulangan kemiskinan. Kedudukan PKH merupakan bagian dari program-program penanggulangan kemiskinan lainnya. PKH berada dibawah koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik dipusat maupun di daerah. Oleh sebab itu akan segera dibentuk Tim Pengendali PKH dalam TKPK agar terjadi koordinasi dan sinergi yang baik, (Modul Diklat PKH 2013).

PKH merupkan program lintas kementrian dan lembaga, karena aktor utamanya adalah dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Depatemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen Pendididkan Nasional, Departemen Agama, Departemen Komunikasi dan Informatika, dan Badan Pusat Statistik. Untuk mensukseskan program tersebut, maka dibantu oleh Tim Tenaga ahli PKH dan konsultan World Bank. Program keluarga harapan (PKH) sebenarnya telah dilaksanakan diberbagai negara, khususnya negara-negara Amerika Latin dengan nama program yang bervariasi. Namun secara konseptual, istilah aslinya adalah

Conditional Cash Transfer (CCT), yang diterjemahkan menjadi bantuan tunai

bersyarat. Program ini “bukan” dimaksudkan sebagai kelanjutan program Subsidi Langsung Tunai (SLT) yang diberikan dalam rangka membantu rumah tangga miskin mempertahankan daya belinya pada saat pemerintah melakukan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM). PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangun system perlindungan sosial kepada masyarakat miskin, (Modul Diklat PKH 2013).

Dapat disimpulkan bahwa Program keluarga harapan (PKH) adalah program yang memberikan bantuan tunai bersyarat kepada Rumah Tangga Sangat Miskin/Keluarga Sangat Miskin (RTSM/KSM), jika mereka memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan.

2.5.1 Tujuan PKH

Tujuan utama dari PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama pada kelompok masyarkat miskin. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian target. Secara khusus tujuan PKH terdiri atas:

1. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM 2. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM

3. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak dibawah 6 tahun dari RTSM

4. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan, khususnya bagi RTSM, (UPPKH Pusat, Pedoman Umum PKH)

2.5.2 Sasaran Program Keluarga Harapan

Sasaran atau penerima bantuan PKH adalah Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak yang usia 0-15 tahun dan/atau ibu hamil/nifas dan berada pada lokasi terpilih. Penerima bantuan adalah ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan (jika tidak ada ibu maka: nenek, tante/bibi, atau kakak perempuan dapat menjadi penerima bantuan). Jadi, pada kartu kepesertaan PKH pun akan

tercantum nama ibu/wanita yang mengurus anak, bukan kepala rumah tangga. Untuk itu, orang yang harus dan berhak mengambil pembayaran adalah orang yang namanya tercantum di kartu PKH, (Modul Diklat PKH 2013).

Calon penerima terpilih harus menandatangani persetujuan bahwa selama mereka menerima bantuan, mereka akan:

1. Menyekolahkan anak 7-15 tahun namun belum selesai pendidikan dasar 9 tahun wajib belajar

2. Membawa anak usia 0-6 tahun ke fasilitas kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH bagi anak

3. Untuk ibu hamil, harus memeriksakan diri dan janinnya ke fasilitas kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH bagi ibu hamil

2.5.3 Komponen Program Keluarga Harapan

Dalam pengertian PKH jelas disebutkan bahwa komponen yang menjadi fokus utama adalah bidang kesehatan dan pendidikan. Tujuan utama PKH kesehatan adalah meningkatkan stastus kesehatan ibu dan anak di Indonesia, khususnya bagi kelompok masyarakat sangat miskin, melalui pemberian insentif untuk melakukan kunjungan kesehatan yang bersifat proventif (pencegahan, dan bukan pengobatan).

Seluruh perserta PKH merupakan penerima jasa kesehatan gratis yang disediakan oleh program Askeskin dan program lain yang diperuntukkan bagi orang tidak mampu. Karenanya, kartu PKH bisa digunakan sebagai alat identitas untuk memperoleh pelayanan tersebut. Komponen pendidikan dalam PKH dikembangkan untuk meningkatkat angka partisipasi pendidikan dasar wajib 9

tahun serta upaya mengurangi angka pekerja anak pada keluarga yang sangat miskin.

Anak penerima PKH pendidikan yang berusia 7-18 tahun dan belum menyelesaikan program pendidikan dasar 9 tahun harus mendaftarkan diri di sekolah formal atau non formal serta hadir sekurang-kurangnya 85% waktu tatap muka. Setiap anak peserta PKH berhak menerima bantuan selain PKH, baik itu program nasional maupun lokal, Seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin (ASKESKIN), Beras untuk Keluarga Miskin (RASKIN), dan sebagainya. Program PKH bukanlah pengganti program-program lainnya karenanya tidak cukup membantu pengeluaran lainnya seperti seragam, buku dan sebagainya. PKH merupakan bantuan agar orang tua dapat mengirim anak-anaknya ke sekolah, (Modul Diklat PKH 2013).

2.5.4 Indikator Masyarakat Miskin

Telah banyak program dari pemerintah untuk penanggulangan kemiskinan. Meskipun bantuan itu tidak mendidik, karena berupa cash money, namun sangat membantu supaya dapur tetap bisa mengepul. Program tersebut bernama Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan saat ini dilanjutkan dengan program bantuan yang sedang berjalan yaitu PKH. Dalam penetapan keluarga miskin yang berhak menerima bantuan ini, pemerintah menggunakan acuan dari BPS tentang 14 (empat belas). Kriteria Kemiskinan yaitu seperti yang diungkapkan oleh Nugroho (2004:17), mengemukakan bahwa indikator kesejahteraan berkait erat dengan kemiskinan karena seseorang digolongkan miskin atau tidak jika tidak seberapa jauh indikator-indikator kesejahteraan tersebut telah dipenuhi. Indikator tersebut adalah sebagai berikut:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/ bambu / kayu murahan 3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu / rumbia / kayu berkualitas rendah

/ tembok tanpa diplester

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar / bersama-sama dengan rumah tangga lain

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik

6. Sumber air minum berasal dari sumur / mata air tidak terlindung / sungai / air hujan

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar / arang / minyak tanah

8. Hanya mengkonsumsi daging / susu / ayam satu kali dalam seminggu 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun

10. Hanya sanggup makan sebanyak satu / dua kali dalam sehari

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas / poliklinik 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan luas

lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan

13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah / tidak tamat SD/ hanya SD

14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya

Indikator-indikator di atas tidak semuanya dipakai dalam penelitian ini seperti pada nomor 8 dan nomor 14, karena melihat di daerah ini memang tidak ada lagi masyarakat yang hanya mengkonsumsi ayam, susu dan daging dalam seminggu, dan tidak memiliki tabunganyang kurang dari Rp. 500,000- sebagaimana tercantum di nomor 14.

Dilihat dari besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga dan adanya tekanan hidup yang mendorong terjadinya migrasi. Indikator kemiskinan menurut Bappenas (2006) adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya pangan, sandang dan perumahan yang tidak layak 2. Terbatasnya kepemilikan tanah dan alat-alat produktif

3. Kuranya kemampuan membaca dan menulis 4. Kurangnya jaminan dan kesejahteraan hidup

5. Kerentanan dan keterpurukan dalam bidang sosial dan ekonomi 6. Ketakberdayaan atau daya tawar yang rendah

7. Akses terhadap ilmu pengetahuan yang terbatas

2.5.5 Syarat/Kewajiban Penerima Bantuan

Calon penerima terpilih harus menandatangani persetujuan selama mereka menerima bantuan, mereka akan :

1. Menyekolahkan anak 7-15 tahun serta anak usia 16-18 tahun namum belum selesai pendidikan dasar 9 tahun wajib belajar

2. Membawa anak usia 0-6 tahun ke fasilitas kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH bagi anak

3. Untuk ibu hamil, harus memeriksakan kesehatan diri dan janinnya ke fasilitas kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH bagi ibu hamil, (UPPKH Pusat, Pedoman Umum PKH).

a. Syarat Bantuan Kesehatan

Tabel 2.1 Syarat bantuan kesehatan

Sasaran Persyaratan (kewajiban peserta)

Ibu Hamil

Melakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) sebanyak minimal 4 kali (K1 di trimester 1, K2 di trimester 2, K3 dan K4 di trimester 3) selama masa kehamilan.

Ibu Melahirkan Proses kelahiran bayi harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih

Ibu Nifas

Ibu yang telah melahirkan harus melakukan pemeriksaan atau diperiksa kesehatannya setidaknya 2 kali sebelum bayi mencapai usia 28 hari

Bayi Usia 0-11 Bulan Anak berusia di bawah 1 tahun harus diimunisasi lengkap dan ditimbang secara rutin setiap bulan. Bayi Usia 6-11 Bulan Mendapat suplemen tablet vitamin A

Anak Usia 1-5 Tahun

Dimonitor tumbuh kembang dengan melakukan penimbangan secara rutin setiap 1 bulan Mendapatkan vitamin A sebanyak 2 kali setahun pada bulan Februari dan Agustus

Anak Usia 5-6 Tahun

Melakukan penimbangan secara rutin setiap 3 bulan sekali dan/atau mengikuti program pendidikan anak usia dini.

Sumber: UPPKH Pusat, Pedoman Umum PKH

Fasilitas kesehatan yang disediakan adalah:

 Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes, Pusling, Posyandu.  Dokter, Bidan, Petugas Gizi, Jurim, Kader, Perawat

 Bidan kit, posyandu kit, antropometri kit, imunisasi kit

 Tablet Fe, Vitamin A, Obat-obatan dan bahan-bahan pelayanan kesehatan ibu & bayi baru lahir.

 Buku register (Kartu Menuju Sehat) b. Syarat Bantuan Pendidikan

Anak penerima PKH Pendidikan yang berusia 7-18 tahun dan belum menyelesaikan program pendidikan dasar 9 tahun mendaftarkan diri di sekolah formal atau non formal serta hadir sekurang-kurangnya 85% tatap muka, (UPPKH Pusat, Pedoman Umum PKH).

2.5.6 Besar Bantuan

Besaran bantuan tunai untuk peserta PKH bervariasi tergantung jumlah anggota keluarga yang diperhitungkan dalam penerimaan bantuan, baik komponen kesehatan maupun pendidikan. Besaran bantuan ini di kemudian hari bisa berubah sesuai dengan kondisi keluarga saat itu atau bila peserta tidak dapat memenuhi syarat yang ditentukan.

Tabel 2.2 Secara garis besar skenario bantuan yang diberikan

Skenario Bantuan Bantuan per RTSM per tahun

Bantuan tetap 300.000

Bantuan bagi RTSM yang memiliki:

1.000.000 a. Anak usia di bawah 6 tahun dan/ atau ibu

hamil/menyusui

b. Anak usia SD/MI 500.000

c. Anak usia SMP/MTs 1.000.000

Rata-rata bantuan per RTSM 1.800.000

Bantuan minimum per RTSM 800.000

Bantuan maksimum per RTSM 2.800.000

Sumber: Modul Diklat PKH 2013

Tabel diatas menjelaskan bahwa tentang bantuan terkait kesehatan berlaku bagi RTSM dengan anak di bawah 6 tahun dan/atau ibu hamil/nifas. Besar

bantuan ini tidak dihitung berdasarkan jumlah anak. Besar bantuan adalah 16% rata-rata pendapatan RTSM per tahun. Dan batas minimum dan maksimum adalah antara 15-25% pendapatan rata-rata RTSM per tahun.

2.5.7 Peran Pendamping Program Keluarga Harapan

Pendamping merupakan aktor penting dalam mensukseskan PKH pendamping adalah pelaksana PKH di tingkat kecamatan. Pendamping diperlukan karena:

1. Sebagian besar orang miskin tidak memiliki kekuatan, dan kemampuan untuk memperjuangkan hak mereka yang sesungguhnya. Mereka membutuhkan pejuang yang menyuarakan mereka, yang membantu mereka mendapatkan hak.

2. UPPKH Kabupaten/Kota tidak memiliki kemampuan melakukan tugasnya diseluruh tingkat kecamatan. Petugas yang dimiliki sangat terbatas sehingga sulit menditeksi segala macam permasalahan dan melakukan tindak lanjut dalam waktu cepat, jadi pendamping sangat dibutuhkan.

3. Mengingatkan RTSM untuk melaksanakan komitmennyadalam PKH adalah tugas pendamping yang tidak kalah penting, sehingga RTSM tetap bisa mendapatkan bantuan PKH, (Modul Diklat PKH 2013).

2.5.8 Hak dan Kewajiban Peserta PKH

Peserta PKH diwajibkan memenuhi persyaratan. Anak peserta PKH didaftarkan atau terdaftar pada satuan pendidikan (SD/MI/SDLB/salafiyah Ula/Paket A atau SMP/MTs/SMLB/Salafiyah Wustha/Paket B termasuk SMP/MTs terbuka) dan mengikuti kehadiran di kelas minimal 85 persen dari hari

sekolah dalam sebulan selama tahun ajaran berlangsung. Apabila ada anak yang berusia 5-6 tahun yang sudah masuk sekolah dasar dan sejenisnya, maka yang bersangkutan dikenakan persyaratan pendidikan seperti anak peserta PKH lainnya, (Modul Diklat PKH 2013).

Jika peserta PKH memiliki anak usia 7-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar, maka peserta diwajibkan mendaftar anak tersebut ke satuan pendidika yang menyelenggarakan program wajib belajar 9 tahun/pendidikan kesetaraan. Apabila anak yang bersagkutan bekerja/ pekerja anak atau telah meninggalkan sekolah dalam waktu yang cukup lama, maka anak tersebut harus mengikuti program remedial untuk mempersiapkan kembali kesatuan pendidikan. Dalam rangka pelaksanaan remedial dimaksud satuan pendidikan harus menyediakan program remedial. Apabila anak yang bersangkutan dengan usia tersebut diatas masih buta aksara, maka diwajibkan mengikuti pendidikan keaksaraan fungsional di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) terdekat, (Modul Diklat PKH 2013).

a. Hak Peserta PKH Dalam Bidang Pendidikan

RTSM yang terpilih sebagai peserta PKH berhak memperoleh bantuan uang tunai apabila telah memenuhi persyaratan yang telah di tatapkan. Besaran bantuan tunai untuk komponen pendidikan tergantung dari jumlah anak dan jenjang, pendidikan yang diduduki oleh anak. Rincian besaran bantuan komponen pendidikan disajikan pada table berikut ini:

Tabel 2.3 Sekanario bantuan PKH komponen pendidikan.

Skenario Bantuan Bantuan per RSTM

per tahun

Bantuan bagi RTSM yang memiliki:

a. Anak usia SD/MI/SDLB/Salafiyah ULa/

paket A Rp. 500.000

b. Anak usia SMP /MTs/SMPLB /Salafiyah

Wustha/paket B Rp. 1.000.000

Sumber: Modul Diklat PKH 2013

b. Kewajiban peserta PKH

Untuk bisa menerima hak (yaitu menerima bantuan tunai seperti dijelaskan diatas), peserta PKH diharuskan memenuhi kewajiban atau komitmen yang ditetapkan yaitu:

1. Menghadiri pertemuan awal

2. Mendaftarkan anak kesatuan pendididkan 3. Mematuhi komitmen

2.5.9 Sanksi Pelanggaran Komitmen

Bagi anak-anak RTSM yang tidak memenuhi komitmen kehadiran 85% dari hari efektif belajar akan dikenakan sanksi melalui pengurangan bantuan, dengan rincian sebagai berikut:

a. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam satu bulan, maka bantuan akan berkuarang sebesar 80% dari total bantuan yang diterima b. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam dua bulan, maka

bantuan akan berkurang sebesar 20% dari total bantuan yang diterima c. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam tiga bulan, maka

d. Bila pada pembayaran tahap berikutnya, peserta tidak memenuhi komitmen dalam tiga bulan berturut-turut, maka tidak akan menerima bantuan dalam satu periode pembayaran

e. Selanjutnya pada periode tahapan pembayaran berikutnya RTSM masih beluim memenuhi komiytmen, maka akan dikeluarkan sementara dari kepesertaan PKH

Ketentuan di atas tidak berlaku bagi ketidakhadiran yang diakibatkan sakit, bencana alam, bencana sosial, tidak ada guru/pamong, dan tidak ada transportasi umum, (Modul Diklat PKH 2013).

2.5.10 Landasan Hukum dan Dasar Pelaksanaan PKH a. Landasan Hukum

1. Undang-undang nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

2. Undang-undang nomor 13 Tahun 2011 tentang penanganan Fakir Miskin. 3. Peraturan Presiden nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan.

4. Inpres nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan poin lampiran ke 1 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Program Keluarga Harapan.

5. Inpres nomor 1 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi poin lampiran ke 46 tentang Pelaksanaan Transparansi Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Bersyarat Bagi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) Sebagai Peserta Program Keluarga Harapan (PKH).

b. Dasar Pelaksanaan PKH

1. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, No: 31/KEP/MENKO/-KESRA/IX/2007 tentang “Tim Pengendali Program Keluarga Harapan” tanggal 21 September 2007

2. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 02A/HUK/2008 tentang “Tim Pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH) Tahun 2008” tanggal 08 Januari 2008.

3. Keputusan Gubernur Aceh tentang “Tim Koordinasi Teknis Program Keluarga Harapan (PKH) Provinsi/TKPKD”.

4. Keputusan Bupati/Walikota Nagan Raya tentang “Tim Koordinasi Teknis Program Keluarga Harapan (PKH) Kabupaten/Kota/TKPKD”.

5. Surat Kesepakatan Bupati Nagan Raya untuk Berpartisipasi dalam Program Keluarga Harapan.

Dokumen terkait