• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI GAMPONG SERBA JADI KECAMATAN DARUL MAKMUR KABUPATEN NAGAN RAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI GAMPONG SERBA JADI KECAMATAN DARUL MAKMUR KABUPATEN NAGAN RAYA"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

KECAMATAN DARUL MAKMUR

KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial

Oleh

TRI SETIANI NIM : 11C20201103

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH – ACEH BARAT

2014

(2)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Pencapaian kesejahteraan masyarakat dilalui dengan jalan perubahan-perubahan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya, perubahan-perubahan tersebut dilakukan melalui pembangunan, tujuan pembangunan masyarakat ialah perbaikan kondisi ekonomi, sosial, dan kebudayaan masyarakat, sehingga kemiskinan dan lingkungan masyarakat mengalami perubahan.

Pemahaman mengenai “kemiskinan” mestilah beranjak dari pendekatan berbasis hak (right based approach). Dalam pemahaman ini harus diakui bahwa seluruh anggota masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai hak-hak dasar yang sama. Kemiskinan juga harus dipandang sebagai masalah multidimensional, tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan dalam memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Pendekatan semacam itu mengandung arti bahwa negara berkewajiban untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi hak-hak dasar masyarakat miskin secara bertahap.

Lahirnya Undang-undang RI Tentang Pemerintahan Aceh tahun 2006 terdapat di Bab XX Perencanaan Pembangunan Dan Tata Ruang, ps. 143 merupakan langkah baru pemerintah untuk membuat kebijakan dalam meningkatkan taraf hidup dan kemakmuran masyarakat miskin. Dengan demikian pemerintah membuat kebijakan mengenai kemiskinan daerah, kebijakan publik itu

(3)

sendiri adalah studi tentang apa yang dilakukan oleh pemerintah, mengapa pemerintah mengambil tindakan tersebut, dan apa akibat dari tindakan tersebut”.

Kebijakan pemerintah dalam upaya penanggulangan kemiskinan telah dilakukan oleh Pemerintah, mulai dari penyediaan kebutuhan pangan, pelayanan kesehatan dan pendidikan. Perluasan kesempatan kerja, pembangunan pertanian, pemberian dana bergulir dan pembangunan infrastruktur. Namun gejala kemiskinan di Indonesia belum sepenuhnya bisa teratasi. Menurut Soerjono Soekanto (2009: 321) “Kemiskinan disini diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental dan juga fisiknya dalam kelompok tersebut”. Namun, untuk menyelesaikan permasalahan yang berkembang di masyarakat diperlukan kebijakan sebagai realisasi dari fungsi dan tugas negara serta dalam rangka mencapai tujuan pembangunan.

Dengan kata lain, kebijakan (dalam konteks peran pemerintah sebagai pemangku otoritas publik) dibutuhkan untuk memecahkan masalah yang ada di ranah publik. Dan untuk itu dibutuhkan bukan hanya perumusan (rencana) program, tetapi juga pelaksanaan program guna mencapai tujuan yang telah direncanakan. Oleh karena itu suatu kebijakan harus dilaksanakan agar mempunyai dampak atas tujuan yang diinginkan. Itulah sebabnya implementasi kebijakan merupakan suatu upaya untuk mencapai tujuan dengan sarana dan dalam urutan waktu tertentu.

Dalam rangka penanggulangan kemiskinan berbasis rumah tangga, pemerintah meluncurkan program khusus yang diberi nama Program Keluarga

(4)

Harapan (PKH), yang dilaksanakan sejak tahun 2007. Menurut Dirjen Bantuan dan Jaminan Sosial (Depsos, 2010) PKH dirancang untuk membantu penduduk miskin terbawah berupa bantuan bersyarat. Program ini akan dilaksanakan secara berkesinambungan setidaknya sampai tahun 2015. Program ini diharapkan mampu berkontribusi untuk mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals atau MDGs), yaitu pengurangan penduduk miskin ekstrim dan kelaparan, pencapaian pendidikan dasar, kesetaraan gender, pengurangan angka kematian bayi dan balita, dan pengurangan kematian ibu melahirkan.

PKH adalah sebuah kebijakan program yang dirumuskan oleh Pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan penduduk di Indonesia. Dalam pelaksanaan perlindungan sosial berbasis keluarga, sesuai kebijakan pemerintah, termasuk bagian dari program penanggulan kemiskinan. Program ditujukan kepada kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga. Program ini merupakan kebijakan perlindungan sosial dalam rangka pemenuhan hak dasar. Di dalam pelaksanaan PKH tentunya mempunyai landasan hukum yang harus dipatuhi oleh pelaksana PKH, diantaranya inpres nomor 1 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi poin lampiran ke 46 tentang Pelaksanaan Transparansi Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Bersyarat Bagi Keluarga Sangat Miskin (KSM) Sebagai Peserta Program Keluarga Harapan (PKH), dan juga pada inpres nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan poin lampiran ke 1 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Program Keluarga Harapan.

(5)

Merujuk pada Wibawa dkk (hal. 32, 1994) mengemukakan bahwa dalam kenyataannya tidak selamanya kebijakan publik itu mencapai sasaran setelah dilaksanakan, walaupun direncanakan sedemikian rupa. Karena pada saat dilaksanakan banyak sekali terkait dengan berbagai hal yang kompleks, yang tidak mudah untuk dieliminir.

Sebagai sebuah program yang direncanakan secara terpusat. Dalam peaksanaannya terdapat banyak aspek dan pihak yang terlibat. Dalam kaitan itu tidak tertutup kemungkinan terjadinya deviasi atau penyimpangan dari peraturan pada saat pelakssanaan program. Begitu juga dengan kebijakan pemerintah mengenai PKH ini. Pelaksanaan PKH di tingkat lokal tidak tertutup kemungkinan menghadapi permasalahan-permasalahan. Begitu pula dalam kebijakan pemerintah yang salah satunya adalah tentang program penanggulangan kemiskinan yang program tersebut dinamakan dengan PKH.

Di Kabupaten Nagan Raya masih banyak terdapat masyarakat miskin yang terutama bertempat tinggal di daerah pelosok, salah satu daerah tersebut berada di Kecamatan Darul Makmur, khususnya pada Gampong Serba Jadi yang memiliki 787 KK yang merupakan salah satu gampong dari 52 gampong di kecamatan Darul Makmur, jarak dengan ibu kota kecamatan adalah 4 km, penduduknya didominasi oleh petani sawah dan petani kebun, hanya sebagian kecil berprofesi sebagai pengusaha dan pegawai negeri, dengan begitu pemerintah daerah juga melihat di Gampong Serba Jadi masih terdapat masyarakat miskin yang bahkan sangat miskin, maka dari itu pemerintah memberi kebijakan untuk memilih Gampong Serba Jadi sebagai salah satu Gampong yang menerima bantuan langsung yang berupa uang tunai tersebut.

(6)

Jadi, permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan program keluarga harapan di masyarakat Gampong Serba Jadi adalah kurangnya efektivitas pelaksanaan PKH dimana dalam proses memilih masyakarat yang akan diberikan bantuan PKH sering tidak tepat sasaran, di dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat gampong Serba Jadi kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Gampong Serba Jadi, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis mengambil perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan PKH di Gampong Serba Jadi, Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat?

2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan PKH di Gampong Serba Jadi, Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang di kemukakan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan PKH di gampong Serba Jadi kecamatan Darul Makmur kabupaten Nagan Raya,

(7)

2. dan juga untuk mengetahui apa yang menjadi kendala didalam pelaksanaan PKH.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, manfaat yang akan di peroleh dengan diadakannya penelitian ini:

1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Penulis

Menambah wawasan penulis sebagai bahan peerbandingan antara teori yang telah dipelajari dengan praktek yang di terapkan berdasarkan hasil data yang diperoleh dari beberapa penelitian tersebut dan hasil pengamatan di lapangan.

2. Lingkungan Akademik

Hasil penelitian ini di harapkan dapat berguna dalam menambah bacaan bagi mahasiswa/i Universitas Teuku Umar Meulaboh, khususnya mahasiswa/i Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Administrasi Negara.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah dan kepada masyarakat gampong Serba Jadi khususnya menyangkut tentang Program Keluarga Harapan (PKH) untuk kesejahteraan masyarakat.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika pembahasan dalam penulisan skripsi adalah sebagai berikut:

(8)

Bab I: Pendahuluan

Bab ini Menjelaskan tentang Latar belakang memilih judul dan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian ini.

Bab II: Tinjauan Pustaka

Pada Bab ini Menguraikan tentang kajian teoritis yang menjelaskan tentang pelaksanaan dan keluarga serta PKH yang akan di bahas dalam penelitian ini.

Bab III: Metode Penelitian

Pada Bab ini Menguraikan tentang pembahasan metode Penelitian yang membicarakan jenis penelitian, tehnik pengumpulan data, metode penelitian, lokasi penelitian populasi dan sampel.

Bab IV: Hasil Dan Pembahasan

Pada Bab ini Menguraikan tentang pembahasan penelitian di lapangan, menganalisa dan melakukan pengujian teori terhadap kasus yang didapatkan di lapangan.

Bab V: Penutup

(9)

8 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian yang penulis lakukan. Penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pejabat sebagai sarana pembinaan dan pengembangan karier pegawai, dan beberapa penelitian lain yang masih memiliki kaitan dengan variabel dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu sebagai bahan perbandingan dalam penelitian ini akan mencantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu. Fokus penelitian mengenai efektivitas program keluarga harapan (PKH) di Gampong Serba Jadi, Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya.

Berikut ada salah satu hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti lainnya terkait masalah yang sama dalam segi efektivitas, yaitu:

1. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Akhmad Rozi, adalah mahasiswa Program Magister Sains Administrasi Pembangunan Universitas Lampung Mangkurat (MSAP-UNLAM), dan status pekerjaannya ketika itu adalah sebagai Ketua Panwaslu Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, dengan mengambil kasus di Desa Batakan (Kecamatan Panyipatan) yang berciri pinggiran, dan Kelurahan Pelaihari (Kecamatan Pelaihari) yang berciri perkotaan kabupaten Tanah Laut. Berjudul Implementasi Program Keluarga Harapan, merupakan sebuah kebijakan program yang dirumuskan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan penduduk di Indonesia. Di Kabupaten Tanah Laut, PKH dilaksanakan sejak tahun 2008

(10)

bersama dengan 4 kabupaten lainnya (kabupaten Banjar, Barito Kuala, Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Selatan) di Provinsi Kalimantan Selatan. Pada tahun 2010, pelaksanan PKH di kabupaten Tanah Laut memasuki tahun ketiga. Sebagaimana biasanya sebuah kebijakan publik lainnya, implementasi PKH di tingkat lokal tidak tertutup kemungkinan menghadapi permasalahan-permasalahan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif dengan merujuk pada metode studi kasus. Pendekatan deskriptif adalah model penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan adanya hubungan antar variabel atau faktor-faktor yang berpengaruh terhadap suatu fenomena yang dijadikan sebagai obyek kajian. Sebagai unit analisis dalam penelitian ini adalah RTSM. RTSM yang ditetapkan sebagai peserta PKH di Kabupaten Tanah Laut tahun 2010. Sebagai kasus, dalam penelitian ini ditetapkan lokasi penelitian di Kelurahan Pelaihari (sebagai representasi kasus berciri wilayah perkotaan), dan Desa Batakan di Kecamatan Panyipatan (yang diasumsikan dapat mewakili wilayah berciri pedesaan). Kelurahan Pelaihari berada di pusat kota sedangkan Desa Batakan merupakan berada di wilayah pinggiran.

Sebagai instrumen dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara untuk menggali informasi tentang: (1) bagaimana efektivitas PKH, dan (2) bagaimana manfaat program bagi RTSM peserta PKH. Hasil observasi dan wawancara itu kemudian diperkuat dengan verifikasi data skunder yang berasal dari dokumen-dokumen pelaksanaan program dan konfirmasi dengan petugas dan pejabat yang berwenang sebagai pelaksana program di daerah. Dengan demikian

(11)

desain penelitiannya lebih diarahkan untuk menilai pelaksanaan program dari perspektif kemanfaatan yang diterima oleh subyek penelitian sebagai peserta PKH

2.2 Implementasi

Menurut Kamus Webster yang dikutip oleh Solichin Abdul Wahab adalah,

“Konsep implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implement. Dalam

kamus besar webster, to implement (mengimplementasikan) berarti to provide the

means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan to give practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu)”

(Webster dalam Wahab, 2004:64).

Menurut Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut, “Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan” (Usman, 2002:70).

Menurut Guntur Setiawan dalam bukunya yang berjudul Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut: menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif (Setiawan, 2004:39). Pengertian implementasi yang dikemukakan oleh setiawan tersebut dapat dikatakan bahwa implementasi yaitu merupakan proses untuk melaksanakan ide, proses atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan penyesuaian

(12)

dalam tubuh birokrasi demi terciptanya suatu tujuan yang bisa tercapai dengan jaringan pelaksana yang bisa dipercaya.

Menurut Hanifah Harsono dalam bukunya yang berjudul Implementasi Kebijakan dan Politik mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut, “Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari politik ke dalam administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program” (Harsono, 2002:67).

Merilee S. Grindle dalam Nugroho mengatakan bahwa keberhasilan implementasi kebijakan publik dipengaruhi oleh dua variabel yang fundamental, yakni isi kebijakaqn (conten of policy) dan lingkungan implementasi (context of

implementation), (Merilee S. Grindle dalam Nugroho 2003: h. 167)

1. Variabel isi kebijakan

Variabel isi kebijakan mencakup enam hal sebagai berikut, yaitu: (1) sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups memuat dalam isi kebijakan public, (2) jenis manfaat yang diterima oleh target groups, (3) sejauh man perbahan yang diinginkan oleh kebijakan, (4) apakah letak sebuah program sudah tepat, (5) apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci, (6) sumber daya yang disebutkan apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang memadai.

2. Variabel lingkungan kehidupan

Variabel lingkungan kehidupan mencakup hal-hal sebagai berikut: (1) seberapa besar kekuatan , kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor

(13)

yang bterlibat dalam implementasi kebijakan, (2) karakteristik lembaga dan penguasa, (3) tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok saasaran.

Salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan publik adalah implementasi kebijakan. Implementasi sering dianggap hanya merupakan pelaksanaan dari apa yang telah diputuskan oleh legislatif atau para pengambil keputusan, seolah-olah tahapan ini kurang berpengaruh. Akan tetapi dalam kenyataannya, tahapan implementasi menjadi begitu penting karena suatu kebijakan tidak akan berarti apa-apa jika tidak dapat dilaksanakan dengan baikdan benar. Dengan kata lain implementasi merupakan tahap dimana suatu kebijakan dilaksanakan secara maksimal dan dapat mencapai tujuan kebijakan itu sendiri.

2.3 Efektivitas

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) karangan Gatot Yani Subroto (2007:346) “efektivitas diartikan sesuatu yang membawa hasil, berhasil guna”. Selanjutnya menurut Handoko (2007:7) “efektifitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.

Pengertian efektivitas secara umum menunjukan sampai berapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersubut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1968:33), yang menjelaskan bahwa “efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya”. Sedangkan pengertian efektivitas menurut Kurniawan (2005:109), “efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas fungsi (operasional kegiatan program atau misi) daripada

(14)

suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksananya”. Adapun pengertian efektivitas menurut Martoyo (1998:4), “efektivitas adalah seberapa besar tingkat kedekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input”.

Pengertian efektivitas mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang, tergantung pada kerangka acuan yang dipakainya. Efektivitas merupakan taraf sampai sejauh mana peningkatan kesejahteraan manusia dengan adanya suatu program tertentu, karena kesejahteraan manusia merupakan tujuan dari proses pembangunan. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan tersebut dapat dilakukan dengan mengukur beberapa indikator spesial seperti: pendapatan, pendidikan ataupun rasa aman dalam mengadakan pergaulan (Soekanto, 1989:48).

Efektivitas berasal dari kata efektif, batasan konsep ini sulit ntuk diperinci, karena masing‐masing disiplin ilmu memberikan pengertian sendiri. Bagi seorang ahli ekonomi atau analis keuangan, efektivitas semakna dengan keuntungan, atau laba investasi Bagi seorang manajer produksi, efektivitas seringkali berarti kuantitas keluaran (output) barang atau jasa.

Tindakan yang efektif adalah tindakan pencapaian tujuan tanpa memperhitungkan bagaimana atau seberapa pengorbanan yang diberikan atau ditimbulkan, asalkan tujuan dapat tercapai. Dengan demikian dapat terjadi penghamburan usaha (tenaga, waktu, fikiran, ruang benda dan uang) dari yang melaksanakan pekerjaan. Menurut pengertian tersebut, efektivitas adalah kemampuan untuk memilih sasaran yang tepat.

Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektivitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa: “Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan

(15)

seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya”. (Hidayat dalamhttp://blog.wordPress.Com/defenisidanpengertianefektifitas/28Maret2009/).

Dari pengertian-pengertian efektivitas tersebut dapat disimpulkan bahwa Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan. Efektivitas disebut juga efektif, apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

2.4 Keluarga

Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan sangat besar terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi tersendiri dan perlu kepala rumah tangga sebagai tokoh penting yang mengemudikan perjalanan hidup keluarga disamping beberapa anggota keluarga lainnya, (Gunarsa, 2000; h. 92).

Anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak merupakan satu kesatuan yang kuat apabila terdapat hubungan baik antara ayah-ibu, ayah-anak, dan ibu-anak. Hubungan baik ini ditandai dengan adanya keserasian dalam hubungan timbal balik antara semua pribadi dalam keluarga, (Modul Diklat PKH 2013).

Keluarga dimulai dengan sepasang suami istri dan menjadi lengkap dengan hadirnya anak. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri dan anaknya disebut keluarga inti. Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil dalam masyarakat dan merupakan suatu lembaga yang sangat penting dalam pembangunan dan perkembangan sosial keluarga merupakan kumpulan antara dua

(16)

orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman dalam Suprajitno, 2004:22).

Seperti semua lembaga, keluarga adalah suatu sistem norma dan tata cara yang diterima untuk menyelesaikan sejumlah tugas penting. Mendefinikan keluarga tidak begitu mudah karena istilah ini digunakan dengan berbagai cara. Suatu keluarga mungkin merupakan:

1. Suatu kelompok yang mempunyai nenek moyang yang sama.

2. Suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh daraqh atau perkawinan 3. Pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak

4. Pasangan yang tanpa nikah mempunyai anak

5. Satu orang dengan beberapa anak (modul diklat PKH 2013)

Biro Sensus AS mendifinisikan keluarga sebagai “dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah, perkawinan, atau adopsi dan tinggal bersama dalam suatu rumah tangga”. Para sosiolog tidak puas dengan kategori sensus tersebut diatas kerena definisi tersebut tidak mencakup keluarga luas (extended

family), yang merupakan lembaga sosial dasar dalam sejumlah masyarakat.

Definisi keluarga yang lebih bersifat sosialis barang kali adalah demikian: suatu kelompok kerabatan yang menyelenggarakan pemeliharaan anak dan kebutuhan manusiawi tertentu lainnya. Bila suatu masyarakat ingin tetap bertahan hidup, orang harus menemukan cara-cara yang dapat dilaksanakan dan dapat diandalkan untuk mendapatkan pasangan, melahirkan dan membesarkan anak, memenuhi kebutuhan ekonomi, memelihara orang sakit dan jompo, dan melaksanakan fungsi-fungsi lain, (Modul Diklat PKH 2013).

(17)

Tugas utama keluarga adalah untuk memenuhi kebutuhan jasmani, rohani dan sosial semua anggotanya, mencakup pemeliharaan dan perawatan anak-anak, membimbing perkembangan pribadi, serta mendidik agar mereka hidup bahagia.

2.4.1 Peran dan Fungsi Keluarga

Dalam Modul Diklat PKH 2013, menerangkan ada beberapa peranan dan fungsi keluarga diantaranya sebagai berikut:

a. Peranan keluarga, meliputi:

1. Modelling, orang tua merupakan model atau panutan anak-anaknya. Orang tua mempengaruhi secara kuat sekali dalam hal keteladanan, baik hal positif ataupun negatif. Cara berfikir dan perbuatan anak dibentuk oleh cara berfikir dan berbuat orang tua.

2. Mentoring, artinya kemampuan untuk menjalin atau membangun hubungan, menanamkan kasih sayang kepada orang lain, atau pemberian perlindungan kepada orang lain secara mendalam, jujur dan tanpa syarat.

3. Organizing, keluarga memerlukan kerja sama tim dalam menyelesaikan permasalahan, tugas, atau memenuhi kebutuhan keluarga.

4. Teaching, orang tua mengajarkan kepada anak-anaknya tentang hukum-hukum atau prinsip dasar kehidupan. Disinilah orang tua diuji kompetensinya untuk menciptakan kemampuan sadar pada diri anak, yaitu anak sangat mnyadari apa yang dikerjakannya dan memahami alasan mengapa mengerjakan hal itu. Disinilah anak akan merasa enjoy dengan pekerjaannya tanpa sedikitpun ada rasa terpaksa karena orang tuanya (Stephen R. Covey dalam Biddulph, 2006:65).

(18)

b. Fungsi keluarga: 1. Fungsi biologis

Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologis orang tua ialah melahirkan anak. Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat.

2. Fungsi afeksi/psikologis

Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan. Dari hubungan cinta kasih ini lahirlah hubungan persaudaraan, persahabatan, dan persamaan pandangan mengenai nilai-nilai. 3. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi berkaitan dengan mencari sumber-sumber pengahasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Seperti menabung dalam upaya memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang.

4. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi ini dapat membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarkat dalam proses perkembangan pribadinya.

5. Fungsi pendidikan

Fungsi pendidikan keluarga ini telah mengalami banyak perubahan. Secara informal fungsi pendidikan keluarga masih tetap penting, namun secara formal fungsi pendidikan itu telah diambil alih oleh sekolah.

(19)

6. Fungsi rekreasi

Keluarga merupakan medan rekreasi bagi anggota-anggotanya. Sekarang pusat-pusat rekreasi di luar keluarga, seperti gedung bioskop, kebun binatang, taman-taman dan lain sebagainya dipandang lebih menarik.

7. Fungsi keagamaan

Keluarga merupakan pusat pendidikan upacara ritual dan ibadah agama bagi para anggotanya di samping peranan yang dilakukan oleh institusi agama. 8. Fungsi perlindungan

Keluarga berfungsi memberikan perlindungan, baik fisik maupun sosial, kepada para anggotanya.

9. Fungsi pembinaan lingkungan

Fungsi ini menempatkan anggota keluarga dalam hubungan antar keluarga sebagai masyarakat. Pada kapasitas sebagai tetangga harus saling melindungi, saling menghormati, saling berbagi, dan saling mengingatkan.

2.4.2 Permasalahan Keluarga

Masalah keluarga merupakan masalah yang dihadapi oleh keluarga yang harus dicarikan pemecahannya. Masalah keluarga yang berlarut-larut tidak diselesaikan dapat mengganggu fungsi keluarga dalam melaksanakan perannya, (Modul Diklat PKH 2013). Penyebab munculnya masalah dalam keluarga antara lain:

1. Kurangya kemampuan berinteraksi antar pribadi dalam menanggulangi masalah

2. Kurangnya komitmen terhadap keluarga 3. Peran yang kurang Jelas dari anggota keluarga

(20)

4. Kurangnya kestabilan lingkungan

Beberapa jenis masalah keluarga yang kemungkinan dihadapi oleh keluarga peserta PKH antara lain:

1. Kemiskinan 2. Masalah ekonomi 3. Masalah bertetangga

4. Hubungan suami istri yang kurang harmonis 5. Anak yang tidak dekat dengan keluarga 6. Kehamilan yang tidak dikehendaki 7. Anak remaja lari dari rumah

8. Disfungsi seksual anggota keluarga 9. Perselingkuhan

10. Perceraian

11. Penyalahgunaan narkoba 12. Penyakit kronis

13. Kematian

14. Perilaku yang menyimpang 15. Pengasuhan anak

16. Penelantaran anak

17. Pertengkaran terus menerus antar anggota keluarga 18. Penelantaran orang tua

19. Kesulitan mengelola keuangan rumah tangga 20. Kekerasan terhadap anak

(21)

22. Keterlibatan anak dalam kenakalan dan kejahatan. (Modul Diklat PKH 2013)

2.5 Program Keluarga Harapan (PKH)

Program keluarga harapan (PKH) merupakan program penanggulangan kemiskinan. Kedudukan PKH merupakan bagian dari program-program penanggulangan kemiskinan lainnya. PKH berada dibawah koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik dipusat maupun di daerah. Oleh sebab itu akan segera dibentuk Tim Pengendali PKH dalam TKPK agar terjadi koordinasi dan sinergi yang baik, (Modul Diklat PKH 2013).

PKH merupkan program lintas kementrian dan lembaga, karena aktor utamanya adalah dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Depatemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen Pendididkan Nasional, Departemen Agama, Departemen Komunikasi dan Informatika, dan Badan Pusat Statistik. Untuk mensukseskan program tersebut, maka dibantu oleh Tim Tenaga ahli PKH dan konsultan World Bank. Program keluarga harapan (PKH) sebenarnya telah dilaksanakan diberbagai negara, khususnya negara-negara Amerika Latin dengan nama program yang bervariasi. Namun secara konseptual, istilah aslinya adalah

Conditional Cash Transfer (CCT), yang diterjemahkan menjadi bantuan tunai

bersyarat. Program ini “bukan” dimaksudkan sebagai kelanjutan program Subsidi Langsung Tunai (SLT) yang diberikan dalam rangka membantu rumah tangga miskin mempertahankan daya belinya pada saat pemerintah melakukan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM). PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangun system perlindungan sosial kepada masyarakat miskin, (Modul Diklat PKH 2013).

(22)

Dapat disimpulkan bahwa Program keluarga harapan (PKH) adalah program yang memberikan bantuan tunai bersyarat kepada Rumah Tangga Sangat Miskin/Keluarga Sangat Miskin (RTSM/KSM), jika mereka memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan.

2.5.1 Tujuan PKH

Tujuan utama dari PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama pada kelompok masyarkat miskin. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian target. Secara khusus tujuan PKH terdiri atas:

1. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM 2. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM

3. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak dibawah 6 tahun dari RTSM

4. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan, khususnya bagi RTSM, (UPPKH Pusat, Pedoman Umum PKH)

2.5.2 Sasaran Program Keluarga Harapan

Sasaran atau penerima bantuan PKH adalah Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak yang usia 0-15 tahun dan/atau ibu hamil/nifas dan berada pada lokasi terpilih. Penerima bantuan adalah ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan (jika tidak ada ibu maka: nenek, tante/bibi, atau kakak perempuan dapat menjadi penerima bantuan). Jadi, pada kartu kepesertaan PKH pun akan

(23)

tercantum nama ibu/wanita yang mengurus anak, bukan kepala rumah tangga. Untuk itu, orang yang harus dan berhak mengambil pembayaran adalah orang yang namanya tercantum di kartu PKH, (Modul Diklat PKH 2013).

Calon penerima terpilih harus menandatangani persetujuan bahwa selama mereka menerima bantuan, mereka akan:

1. Menyekolahkan anak 7-15 tahun namun belum selesai pendidikan dasar 9 tahun wajib belajar

2. Membawa anak usia 0-6 tahun ke fasilitas kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH bagi anak

3. Untuk ibu hamil, harus memeriksakan diri dan janinnya ke fasilitas kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH bagi ibu hamil

2.5.3 Komponen Program Keluarga Harapan

Dalam pengertian PKH jelas disebutkan bahwa komponen yang menjadi fokus utama adalah bidang kesehatan dan pendidikan. Tujuan utama PKH kesehatan adalah meningkatkan stastus kesehatan ibu dan anak di Indonesia, khususnya bagi kelompok masyarakat sangat miskin, melalui pemberian insentif untuk melakukan kunjungan kesehatan yang bersifat proventif (pencegahan, dan bukan pengobatan).

Seluruh perserta PKH merupakan penerima jasa kesehatan gratis yang disediakan oleh program Askeskin dan program lain yang diperuntukkan bagi orang tidak mampu. Karenanya, kartu PKH bisa digunakan sebagai alat identitas untuk memperoleh pelayanan tersebut. Komponen pendidikan dalam PKH dikembangkan untuk meningkatkat angka partisipasi pendidikan dasar wajib 9

(24)

tahun serta upaya mengurangi angka pekerja anak pada keluarga yang sangat miskin.

Anak penerima PKH pendidikan yang berusia 7-18 tahun dan belum menyelesaikan program pendidikan dasar 9 tahun harus mendaftarkan diri di sekolah formal atau non formal serta hadir sekurang-kurangnya 85% waktu tatap muka. Setiap anak peserta PKH berhak menerima bantuan selain PKH, baik itu program nasional maupun lokal, Seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin (ASKESKIN), Beras untuk Keluarga Miskin (RASKIN), dan sebagainya. Program PKH bukanlah pengganti program-program lainnya karenanya tidak cukup membantu pengeluaran lainnya seperti seragam, buku dan sebagainya. PKH merupakan bantuan agar orang tua dapat mengirim anak-anaknya ke sekolah, (Modul Diklat PKH 2013).

2.5.4 Indikator Masyarakat Miskin

Telah banyak program dari pemerintah untuk penanggulangan kemiskinan. Meskipun bantuan itu tidak mendidik, karena berupa cash money, namun sangat membantu supaya dapur tetap bisa mengepul. Program tersebut bernama Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan saat ini dilanjutkan dengan program bantuan yang sedang berjalan yaitu PKH. Dalam penetapan keluarga miskin yang berhak menerima bantuan ini, pemerintah menggunakan acuan dari BPS tentang 14 (empat belas). Kriteria Kemiskinan yaitu seperti yang diungkapkan oleh Nugroho (2004:17), mengemukakan bahwa indikator kesejahteraan berkait erat dengan kemiskinan karena seseorang digolongkan miskin atau tidak jika tidak seberapa jauh indikator-indikator kesejahteraan tersebut telah dipenuhi. Indikator tersebut adalah sebagai berikut:

(25)

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/ bambu / kayu murahan 3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu / rumbia / kayu berkualitas rendah

/ tembok tanpa diplester

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar / bersama-sama dengan rumah tangga lain

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik

6. Sumber air minum berasal dari sumur / mata air tidak terlindung / sungai / air hujan

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar / arang / minyak tanah

8. Hanya mengkonsumsi daging / susu / ayam satu kali dalam seminggu 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun

10. Hanya sanggup makan sebanyak satu / dua kali dalam sehari

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas / poliklinik 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan luas

lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan

13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah / tidak tamat SD/ hanya SD

14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya

(26)

Indikator-indikator di atas tidak semuanya dipakai dalam penelitian ini seperti pada nomor 8 dan nomor 14, karena melihat di daerah ini memang tidak ada lagi masyarakat yang hanya mengkonsumsi ayam, susu dan daging dalam seminggu, dan tidak memiliki tabunganyang kurang dari Rp. 500,000- sebagaimana tercantum di nomor 14.

Dilihat dari besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga dan adanya tekanan hidup yang mendorong terjadinya migrasi. Indikator kemiskinan menurut Bappenas (2006) adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya pangan, sandang dan perumahan yang tidak layak 2. Terbatasnya kepemilikan tanah dan alat-alat produktif

3. Kuranya kemampuan membaca dan menulis 4. Kurangnya jaminan dan kesejahteraan hidup

5. Kerentanan dan keterpurukan dalam bidang sosial dan ekonomi 6. Ketakberdayaan atau daya tawar yang rendah

7. Akses terhadap ilmu pengetahuan yang terbatas

2.5.5 Syarat/Kewajiban Penerima Bantuan

Calon penerima terpilih harus menandatangani persetujuan selama mereka menerima bantuan, mereka akan :

1. Menyekolahkan anak 7-15 tahun serta anak usia 16-18 tahun namum belum selesai pendidikan dasar 9 tahun wajib belajar

2. Membawa anak usia 0-6 tahun ke fasilitas kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH bagi anak

(27)

3. Untuk ibu hamil, harus memeriksakan kesehatan diri dan janinnya ke fasilitas kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH bagi ibu hamil, (UPPKH Pusat, Pedoman Umum PKH).

a. Syarat Bantuan Kesehatan

Tabel 2.1 Syarat bantuan kesehatan

Sasaran Persyaratan (kewajiban peserta)

Ibu Hamil

Melakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) sebanyak minimal 4 kali (K1 di trimester 1, K2 di trimester 2, K3 dan K4 di trimester 3) selama masa kehamilan.

Ibu Melahirkan Proses kelahiran bayi harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih

Ibu Nifas

Ibu yang telah melahirkan harus melakukan pemeriksaan atau diperiksa kesehatannya setidaknya 2 kali sebelum bayi mencapai usia 28 hari

Bayi Usia 0-11 Bulan Anak berusia di bawah 1 tahun harus diimunisasi lengkap dan ditimbang secara rutin setiap bulan. Bayi Usia 6-11 Bulan Mendapat suplemen tablet vitamin A

Anak Usia 1-5 Tahun

Dimonitor tumbuh kembang dengan melakukan penimbangan secara rutin setiap 1 bulan Mendapatkan vitamin A sebanyak 2 kali setahun pada bulan Februari dan Agustus

Anak Usia 5-6 Tahun

Melakukan penimbangan secara rutin setiap 3 bulan sekali dan/atau mengikuti program pendidikan anak usia dini.

Sumber: UPPKH Pusat, Pedoman Umum PKH

Fasilitas kesehatan yang disediakan adalah:

 Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes, Pusling, Posyandu.  Dokter, Bidan, Petugas Gizi, Jurim, Kader, Perawat

 Bidan kit, posyandu kit, antropometri kit, imunisasi kit

 Tablet Fe, Vitamin A, Obat-obatan dan bahan-bahan pelayanan kesehatan ibu & bayi baru lahir.

(28)

 Buku register (Kartu Menuju Sehat) b. Syarat Bantuan Pendidikan

Anak penerima PKH Pendidikan yang berusia 7-18 tahun dan belum menyelesaikan program pendidikan dasar 9 tahun mendaftarkan diri di sekolah formal atau non formal serta hadir sekurang-kurangnya 85% tatap muka, (UPPKH Pusat, Pedoman Umum PKH).

2.5.6 Besar Bantuan

Besaran bantuan tunai untuk peserta PKH bervariasi tergantung jumlah anggota keluarga yang diperhitungkan dalam penerimaan bantuan, baik komponen kesehatan maupun pendidikan. Besaran bantuan ini di kemudian hari bisa berubah sesuai dengan kondisi keluarga saat itu atau bila peserta tidak dapat memenuhi syarat yang ditentukan.

Tabel 2.2 Secara garis besar skenario bantuan yang diberikan

Skenario Bantuan Bantuan per RTSM per tahun

Bantuan tetap 300.000

Bantuan bagi RTSM yang memiliki:

1.000.000 a. Anak usia di bawah 6 tahun dan/ atau ibu

hamil/menyusui

b. Anak usia SD/MI 500.000

c. Anak usia SMP/MTs 1.000.000

Rata-rata bantuan per RTSM 1.800.000

Bantuan minimum per RTSM 800.000

Bantuan maksimum per RTSM 2.800.000

Sumber: Modul Diklat PKH 2013

Tabel diatas menjelaskan bahwa tentang bantuan terkait kesehatan berlaku bagi RTSM dengan anak di bawah 6 tahun dan/atau ibu hamil/nifas. Besar

(29)

bantuan ini tidak dihitung berdasarkan jumlah anak. Besar bantuan adalah 16% rata-rata pendapatan RTSM per tahun. Dan batas minimum dan maksimum adalah antara 15-25% pendapatan rata-rata RTSM per tahun.

2.5.7 Peran Pendamping Program Keluarga Harapan

Pendamping merupakan aktor penting dalam mensukseskan PKH pendamping adalah pelaksana PKH di tingkat kecamatan. Pendamping diperlukan karena:

1. Sebagian besar orang miskin tidak memiliki kekuatan, dan kemampuan untuk memperjuangkan hak mereka yang sesungguhnya. Mereka membutuhkan pejuang yang menyuarakan mereka, yang membantu mereka mendapatkan hak.

2. UPPKH Kabupaten/Kota tidak memiliki kemampuan melakukan tugasnya diseluruh tingkat kecamatan. Petugas yang dimiliki sangat terbatas sehingga sulit menditeksi segala macam permasalahan dan melakukan tindak lanjut dalam waktu cepat, jadi pendamping sangat dibutuhkan.

3. Mengingatkan RTSM untuk melaksanakan komitmennyadalam PKH adalah tugas pendamping yang tidak kalah penting, sehingga RTSM tetap bisa mendapatkan bantuan PKH, (Modul Diklat PKH 2013).

2.5.8 Hak dan Kewajiban Peserta PKH

Peserta PKH diwajibkan memenuhi persyaratan. Anak peserta PKH didaftarkan atau terdaftar pada satuan pendidikan (SD/MI/SDLB/salafiyah Ula/Paket A atau SMP/MTs/SMLB/Salafiyah Wustha/Paket B termasuk SMP/MTs terbuka) dan mengikuti kehadiran di kelas minimal 85 persen dari hari

(30)

sekolah dalam sebulan selama tahun ajaran berlangsung. Apabila ada anak yang berusia 5-6 tahun yang sudah masuk sekolah dasar dan sejenisnya, maka yang bersangkutan dikenakan persyaratan pendidikan seperti anak peserta PKH lainnya, (Modul Diklat PKH 2013).

Jika peserta PKH memiliki anak usia 7-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar, maka peserta diwajibkan mendaftar anak tersebut ke satuan pendidika yang menyelenggarakan program wajib belajar 9 tahun/pendidikan kesetaraan. Apabila anak yang bersagkutan bekerja/ pekerja anak atau telah meninggalkan sekolah dalam waktu yang cukup lama, maka anak tersebut harus mengikuti program remedial untuk mempersiapkan kembali kesatuan pendidikan. Dalam rangka pelaksanaan remedial dimaksud satuan pendidikan harus menyediakan program remedial. Apabila anak yang bersangkutan dengan usia tersebut diatas masih buta aksara, maka diwajibkan mengikuti pendidikan keaksaraan fungsional di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) terdekat, (Modul Diklat PKH 2013).

a. Hak Peserta PKH Dalam Bidang Pendidikan

RTSM yang terpilih sebagai peserta PKH berhak memperoleh bantuan uang tunai apabila telah memenuhi persyaratan yang telah di tatapkan. Besaran bantuan tunai untuk komponen pendidikan tergantung dari jumlah anak dan jenjang, pendidikan yang diduduki oleh anak. Rincian besaran bantuan komponen pendidikan disajikan pada table berikut ini:

(31)

Tabel 2.3 Sekanario bantuan PKH komponen pendidikan.

Skenario Bantuan Bantuan per RSTM

per tahun

Bantuan bagi RTSM yang memiliki:

a. Anak usia SD/MI/SDLB/Salafiyah ULa/

paket A Rp. 500.000

b. Anak usia SMP /MTs/SMPLB /Salafiyah

Wustha/paket B Rp. 1.000.000

Sumber: Modul Diklat PKH 2013

b. Kewajiban peserta PKH

Untuk bisa menerima hak (yaitu menerima bantuan tunai seperti dijelaskan diatas), peserta PKH diharuskan memenuhi kewajiban atau komitmen yang ditetapkan yaitu:

1. Menghadiri pertemuan awal

2. Mendaftarkan anak kesatuan pendididkan 3. Mematuhi komitmen

2.5.9 Sanksi Pelanggaran Komitmen

Bagi anak-anak RTSM yang tidak memenuhi komitmen kehadiran 85% dari hari efektif belajar akan dikenakan sanksi melalui pengurangan bantuan, dengan rincian sebagai berikut:

a. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam satu bulan, maka bantuan akan berkuarang sebesar 80% dari total bantuan yang diterima b. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam dua bulan, maka

bantuan akan berkurang sebesar 20% dari total bantuan yang diterima c. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam tiga bulan, maka

(32)

d. Bila pada pembayaran tahap berikutnya, peserta tidak memenuhi komitmen dalam tiga bulan berturut-turut, maka tidak akan menerima bantuan dalam satu periode pembayaran

e. Selanjutnya pada periode tahapan pembayaran berikutnya RTSM masih beluim memenuhi komiytmen, maka akan dikeluarkan sementara dari kepesertaan PKH

Ketentuan di atas tidak berlaku bagi ketidakhadiran yang diakibatkan sakit, bencana alam, bencana sosial, tidak ada guru/pamong, dan tidak ada transportasi umum, (Modul Diklat PKH 2013).

2.5.10 Landasan Hukum dan Dasar Pelaksanaan PKH a. Landasan Hukum

1. Undang-undang nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

2. Undang-undang nomor 13 Tahun 2011 tentang penanganan Fakir Miskin. 3. Peraturan Presiden nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan.

4. Inpres nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan poin lampiran ke 1 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Program Keluarga Harapan.

5. Inpres nomor 1 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi poin lampiran ke 46 tentang Pelaksanaan Transparansi Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Bersyarat Bagi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) Sebagai Peserta Program Keluarga Harapan (PKH).

(33)

b. Dasar Pelaksanaan PKH

1. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, No: 31/KEP/MENKO/-KESRA/IX/2007 tentang “Tim Pengendali Program Keluarga Harapan” tanggal 21 September 2007

2. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 02A/HUK/2008 tentang “Tim Pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH) Tahun 2008” tanggal 08 Januari 2008.

3. Keputusan Gubernur Aceh tentang “Tim Koordinasi Teknis Program Keluarga Harapan (PKH) Provinsi/TKPKD”.

4. Keputusan Bupati/Walikota Nagan Raya tentang “Tim Koordinasi Teknis Program Keluarga Harapan (PKH) Kabupaten/Kota/TKPKD”.

5. Surat Kesepakatan Bupati Nagan Raya untuk Berpartisipasi dalam Program Keluarga Harapan.

(34)

33 3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan tipe penelitian analisis deskriptif, dimana hasil akhir dari penelitian ini dijabarkan dengan kata-kata atau kalimat yang menunjukan hasil akhir penelitian. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam situasi tertentu termasuk hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap, pandangan serta proses yang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena (Nazir, 2006: 63). Selanjutnya (Bogdan dan Taylor, 1984: 5) mengemukakan bahwa “metodelogi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang diamati”.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimanapenelitian dilakukan. Dengan ditetapkan lokasi dalam penelitian, maka akan lebih mudah untuk mengetahui tempat dimana suatu penelitian dilakukan. Penelitian ini dilaksanakan di Gampong Serba Jadi Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya.

Dipilihnya lokasi ini sebagai tempat penelitian, karena di gampong ini merupakan salah satu lokasi sasaran PKH dan layak dilakukan penelitian, untuk mengetahui apakah program yang dijalankan oleh pemerintah dan masyarakat sudah sesuai dengan aturan/ketentuan yang ada. Maka dari itu PKH perlu di analisis kembali tentang bagaimana pelaksanaannya di lapangan.

(35)

3.3 Sumber Data Dan Tehnik Pengumpulan Data 3.3.1 Sumber Data

1. Data Primer

Menurut Sugiyono (2009: 137) “data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”.

2. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2009: 137) “data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, dan memahami melalui media lainyang bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen perusahaan”.

Dokumen adalah setiap bahan yang tertulis atau film yang dipersiapkan untuk penelitian. Data-data sekunder ini diperoleh dari berbagai sumber yang terkait antara lain dari pelaksana program keluarga harapan (PKH) di Gampong Serba Jadi. Baik dari pelaksana dari tingkat gampong maupun dari tingkat kecamatan, dan juga dilakukan pengambilan data dokumen dari perpustakaan.

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data dalam penelitian ini menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut.

1. Pengamatan (observasi)

Margono (2005: 158) “Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objyek penelitian”. Observasi merupakan suatu tehnik yang dilakukan oleh peneliti untuk mengamati secara langsung maupun tidak langsung terhadap program keluarga harapan (PKH) di Gampong Serba Jadi. Observasi dilaksanakan dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian, dengan maksud memperoleh

(36)

gambaran empirik pada hasil temuan. Hasil dari observasi ini dapat mempermudah dalam menjelaskan keterkaitan dari fenomena-fenomena yanga ada.

2. Wawancara (interview)

Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka. Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Menurut Esterberg (dalam Sugiyono 2002: 317) “wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu”.

Wawancara langsung secara mendalam (indepth interview), yakni suatu dialog/tanya jawab yang penulis lakukan terhadap nara sumber sebagai informan secara mendalam untuk memperoleh data primer yang objektif dan faktual tentang permasalahan yang diteliti.

Wawancara mendalam dilakukan terhadap informan yang telah ditentukan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas dan mendalam tentang berbagai hal yang diperlukan, juga untuk merespon berbagai pendapat untuk melihat sejauh mana proses pelayanan kepada masyarakat berjalan. Adapun informan yang ditentukan dalam penelitian adalah semua komponen yang berhubungan dan terlibat dalam program keluarga harapan (PKH) di Gampong Serba Jadi yang dipilih secara purposive, yaitu metode penarikan sampel dan tujuan tertentu, sesuai dengan data yang dibutuhkan.

(37)

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan semakin kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik yang telah ada (Sugiyono, hal. 329).

3.4 Teknik Penentuan Informan

Menurut Sugiyono (2009: 221), penentuan sampel atau informan dalam penelitian kualitatif berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, karena itu orang yang dijadikan sampel atau informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut (Sugiyono:395):

1. Mereka yang menguasai atau memahami PKH di Kabupaten Nagan Raya, Kecamatan Darul Makmur khususnya Gampong Serba Jadi

2. Mereka sedan berkecimpung atau terlibat dalam kegiatan yang tengah diteliti (PKH)

3. Mereka mempunyai cukup waktu untuk diwawancarai/dimintai informasi 4. Mereka tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya”

sendiri

5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber

(38)

Dalam penetapan informan, penulis menggunakan tehnik puspossive

sampling (pengambilan informan berdasarkan tujuan), artinya orang yang

dijadikan informan ditunjuk secara sengaja atau menunjuk langsung kepada orang yang dianggap dapat mewakili populasi, oleh karena itu teknik ini didasarkan atas kriteria atau pertimbangan-pertimbangan tertentu. Dalam hal pengecekan tentang kebenaran hasil maka penulis mengambil beberapa informan diantaranya adalah:

1. Geuchik Gampong Serba Jadi 1 orang

2. Koordinator UPPKH Kecamatan 1 orang

3. Pendamping PKH Gampong Serba Jadi 1 orang

4. Kepala Dusun Cendrawasih 1 orang

5. Petugas posyandu dan 1 orang

6. Peserta PKH 6 orang

Jumlah 11 orang

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, rumen penelitian atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari objek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum jelas.

Dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah fokus penelitian, prosedur

(39)

penelitian, hipotesis yang diguanakan, bahkan hasil yang diharapkan itu semua tidak bisa diharapakan dengan pasti dan jelas sebelumnya. Nasution dalam Sugiyono (2012:398-400). Langkah-langkah penyusunan wawancara dan bahan yang perlu dilakukan yaitu:

1) Panduan wawancara 2) Buku/pulpen, buku catatan 3) Kamera

4) Peneliti sebagai instrument

3.6 Teknik Analisis Data

Semua data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif. Artinya, untuk analisis data tidak dipergunakan model uji statistik melainkan lebih ditujukan model penyajian deskriptif. Ada tiga komponen dalam menganalis data, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2007:286).

1. Reduksi data: Sebagai proses pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan abstraksi data dari catatan lapangan. Data ini dikelompokkan sesuai dengan masalah yang dikaji. Proses reduksi data berlangsung selama penelitian ini berlangsung.

2. Penyajian data: Membandingkan dan menghubungkan semua data primer yang ditemukan di lapangan dengan data sekunder, yaitu data yang diperoleh di keputakaan. Selanjutnya melakukan interpretasi terhadap data tersebut, guna membagi konsep yang bermakna.

3. Penarikan kesimpulan: Kesimpulan ini dilakukan berdasarkan hasil interpretasi data yang diperoleh dari data primer (wawancara dan observasi) dan data sekunder (buku-buku, internet, jurnal). Untuk menghindari

(40)

kesalahan interpretasi terhadap data dan pematangan hasil yang diperoleh, maka dilakukan penafsiran ulang terhadap kesimpulan.

3.7 Uji Kredibilitas Data 1. Uji kredibilitas

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan member check. (Sugiyono, 2012,368). Adapun pengujian kredibilitas data adalah sebagai berikut:

a. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan perlu dilakukan karena berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dirasakan data yang diperoleh masih kurang memadai. Menurut Moleong (2002, hal. 327) perpanjangan pengamatan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Dalam pengumpulan data, pengamatan yang dilakukan tidak hanya dilakukan dalam waktu yang singkat melainkan memerlukan perpanjangan pengamatan dengan keikutsertaan pada saat penelitian.

b. Peningkatan Ketekunan

Meningktan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis (Sugiyono, 2012:370). Meningkatkan ketekunan dilakukan dengan membaca berbagai referensi baik buku maupun dokumen yang terkait dengan temuan yang diteliti sehingga berguna untuk memeriksa data apakah benar dan bisa dipercaya atau tidak.

(41)

c. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan “sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono, 2012:372)”.

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang analisis pelaksanaan pkh, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dapat dilakukan ke pendamping, peserta PKH dan Geuchik gampong.

Pendamping Peserta

Geuchik

 Gambar triangulasi dengan tiga sumber data 2. Triangulasi Teknik Pengambilan Data

Pada triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara lalu dicek dengan observasi, dokumentasi atau kuisioner.

wawancara Observasi

Dokumen

(42)

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat nara sumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.

Siang Pagi

Sore

 Gambar triangulasi dengan tiga waktu pengumpulan data d. Pemeriksaan Teman Sejawat

Pemeriksaan teman sejawat dilakukan dengan mendiskusikan data hasil temuan dengan rekan-rekan sesama mahasiswa maupun teman yang bukan mahasiswa. Melalui diskusi ini diharapkan akan ada saran atau masukan yang berguna untuk proses penelitian.

e. Analisis Kasus Negatif

Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu (Sugiyono, 2012:374).

f. Member Check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data (Sugiyono, 2012:375).

(43)

3.8 Jadwal Penelitian

Adapun jadwal penelitian untuk pengumpulan data selama delapan bulan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Feb 2014 Mar 2014 Apr 2014 Mai 2014 Jun 2014 Jul 2014 Agus 2014 Sept 2014 1 Pengajuan Judul beserta prosposal Judul 2 Menunggu keluar SK Pembimbing 3 Bimbingan 4 Seminar Proposal Judul 5 Melengkapi bahan skripsi 6 Seminar Hasil 7 Siding skripsi

(44)

43 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis

Lokasi penelitian dalam sebuah penelitian merupakan tempat dimana sebuah penelitian dilakukan, adapun lokasi penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian ini yaitu Gampong Serba Jadi, Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya.

Gampong Serba Jadi merupakan salah satu gampong dari 52 gampong yang ada dalam wilayah Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya dengan luas wilayah 10.386 Ha. Secara geografis dan jarak, Gampong ini terletak 40 km dari pusat kota kabupaten dan 4 km dari pusat Kecamatan Darul Makmur. Jika ditinjau dari segi keberadaan gampong ini termasuk kedalam kategori gaampong yang terletak disekitar perkebunan sawit. Gampong Serba Jadi dibagi menjadi 4 wilayah dusun, yaitu:

1. Dusun Cendrawasih 2. Dusun Rajawali 3. Dusun Merak 4. Dusun Merpati

Gampong Serba Jadi merupakan salah satu gampong di kecamatan Darul Makmur yang berbatasan dengan beberapa gampong lain yang masih dalam satu kecamatan. Adapun batas gampong adalah:

(45)

Batas-batas wilayah gampong Serba Jadi sebagai berikut: a. Sebelah utara berbatasan dengan gampong PT. Socfindo b. Sebelah timur berbatasan dengan gampong Suka Mulia c. Sebelah barat berbatasan dengan gampong Serba Guna d. Sebelah selatan berbatasan dengan gampong Senaam

4.1.2 Keadaan Demografis

Gampong Serba Jadi terdiri dari empat dusun yakni Dusun Cendrawasih, Dusun Rajawali, Dusun Merak, Dusun Merpati. Menurut data Daftar Isian Tingkat perkembangan Desa dan Kelurahan memiliki 787 kepala keluarga, total jiwa 2.831 dengan pembagian laki-laki 1.371 jiwa dan perempuan 1.460 jiwa (table 4.1).

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Perkembangan Penduduk

A. Jumlah Pendduduk Laki-laki

(orang)

Perempuan (orang)

Jumlah Total

Jumlah penduduk tahun ini 1.371 1.46 2,831

Jumlah penduduk tahun lalu 1.197 1.219 2.416

Persentase perkembangan (%) 1,5 1,6 65,5

B. Jumlah Keluarga KK

Laki-laki

KK Perempuan

Jumlah Total

Jumlah kepala keluarga tahun ini 764 23 787

Jumlah kepala keluarga tahun ini 656 29 685

Persenrtase perkembangan (%) 4,2 1,6 4,6

sumber : data tingkat perkembangan desa dan kelurahan tahun 2013

4.1.3 Kondisi Sosial dan Ekonomi

Mengetahui keadaan sosial ekonomi suatu wilayah sangat penting, agar kita mengetahui berbagai potensi yang dimiliki wilayah tersebut. Selain itu bagi pihak pemerintah sendirinyadapat dijadikan dasar guna menyusun kebijaksanaan pemerintah setempat. Masing-masing aspek sosial dan ekonomi suatu daerah pada

(46)

hakikatnya menunjukan tingkat keberhasilan dan kemajuan daerahnyadi dalam malaksanakan pembangunan.

Adapun keadaan sosial dan ekonomi di wilayah Gampong Serba Jadi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Bidang Ekonomi

Untuk mengetahui aktivitasyang dijalani sehari-hari oleh suatu wilayah dalam bidang ekonomi umumnya dapat ditunjukan melalui mata pencaharian pneduduknya. Di samping itu dengan melihat mata pencaharian penduduk tersebut kita dapat mengetahui pula tingkat tinggi rendahnya taraf hidup masayarakat. Untuk lebih jelasnya dibawah ini disajikan tabel mengenai penduduk Gampong Serba Jadi Menurut mata pencaharian:

Tabel 4.2 Mata Pencaharian Penduduk di Gampong Serba Jadi

No Uraian Jumlah Keterangan

1 Petani 220 2 Pedagang 20 3 Peternakan 31 4 Usaha warung 26 5 Sopir 18 6 Bengkel 7 7 Pengrajin 4 8 Wiraswasta 176 9 PNS/TNI/Polri 15

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Gampong (RPJMG) Serba Jadi tahun 2013

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH)

PKH adalah satu program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga yang dalam target jangka pendeknya bertujuan terlaksananya pemanfaatan

(47)

fasilitas pendidikan ataupun fasilitas kesehatan oleh RTSM peserta PKH. Dalam jangka panjang, PKH bertujuan untuk mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, serta merubah perilaku RTSM yang relatif kurang mendukung peningkatan kesejahteraan, (Modul Diklat PKH 2013).

Desa Serba Jadi merupakan salah satu desa di Kecamatan Darul Makmur yang berada di wilayah Aceh Barat Selatan Kabupaten Nagan Raya. Jarak Desa Serba jadi dengan ibukota kabupaten sejauh 26 km atau dapat ditempuh kurang lebih selama 1 jam perjalanan dengan kendaraan bermotor. (Profil Desa Serba Jadi, 2013).

(a) Peserta PKH

Peserta PKH di Kecamatan Darul Makmur khususnya di Desa Serba Jadi di Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2013 jumlah peserta PKH di Desa Serba Jadi sebesar 130 RTSM. Dari jumlah RTSM peserta PKH tersebut terdapat 88 RTSM di Fasdik dan 42 di Faskes. Dilihat dari jumlah kartu keluarga di Gampong Serba Jadi yang berjumlah 787 KK, maka persentase penerima PKH di Gampong Serba Jadi sebesar 6,1% dari jumlah KK.

RTSM peserta PKH di Desa Serba Jadi sudah sesuai dengan sasaran. Berdasarkan wawancara dengan tiga RTSM masing-masing dengan nama Julaida, Warsini dan Rosnidar, mereka semua pada intinya berpendapat:

“Semua RTSM peserta PKH di Gampong Serba Jadi memang layak mendapatkan bantuan dana PKH” (wawancara tanggal 11 juni 2014). Hasil konfirmasi kepada pendamping PKH yaitu Sani, ternyata tidak semua RTSM dapat diakomodir karena keterbatasan dana.

(48)

“Penentuan PKH untuk tahun 2013 dilaksanakan dengan open system, sehingga peserta yang tidak memenuhi syarat dikeluarkan, kemudian diusulkan peserta baru. Tetapi karena kuota yang ditentukan terbatas, sehingga memang ada rumah tangga yang sebenarnya layak mendapatkan dana PKH tidak dapat dijadikan peserta. Kami pernah didatangi warga untuk minta dijadikan peserta PKH dan setelah kami cek kondisi rumah tangga, memang layak mendapatkan. Tetapi sudah tidak ada lagi kuota, kami hanya mengusulkan. RTSM peserta PKH semua ditetapkan oleh pusat” (Wawancara tanggal 11 juni 2014).

Berikut data tabel penerima PKH di fasdik dan faskes. Tabel 4.3 Penerima PKH untuk Fasdik

NO NAMA ANAK NO NAMA ANAK

1 Salian Amirmayu 45 Ilham Ramadhan

2 Nesi Firlianti 46 Arya

3 Irfan Riyansyah 47 Puput

4 Lusianio 48 Ahmad Arif

5 Mahfud Sidiq 49 Putra Hardia

6 Arival Agustiawan 50 Alif Mahadi

7 Mahendri Safrizal 51 Sukma April Yanda

8 Nadia Melani Putri 52 Rio Ramadhani

9 Anugrah 53 Okta Mega Sari

10 Surtika 54 Puput Ardiansyah

11 Anita Safitri 55 Nopitaria

12 Irfan Anggara 56 Nur Herliana

13 Bayu Saputra 57 Dedek Sri Devi

14 Imam Dwi Pareja 58 Lusi Nirwanawati

15 Ar’a Joni Prananda 59 Diana Puspita

16 Edo Mulia 60 Melia Adha

17 Meliani Putri 61 Zulfiandi

18 Ariya Bagaskara 62 Fira Nanda Erika

19 M. Zaini Azhar 63 Arjun Prima

20 Dana Joelianti 64 Jepri Pranata

21 Selvia Indah Wati 65 Sri Agustina

22 Neli Handayani 66 Juliani

23 Riduan 67 Ilham Fajar Setiawan

(49)

25 Ega Trisna Ardana 69 Anang Azhar

26 Sri Yanti 70 Silvi Afriani

27 Diana Safitri 71 Sri Rahayu

28 Novel Angelia 72 Riana

29 Vela Gustiya Ningsih 73 Ririn Dasari

30 Serly Surliani 74 Susanti

31 M. Kaddafi 75 Repi Rinaldi

32 Kanaya 76 Swri Muya Lestari

33 Siska Purnamasari 77 Yana Yulita

34 Aldi Setiawan 78 Fitriana Sari

35 Trianda 79 Abi Mayu

36 Rani Puspita 80 Amalin

37 Yuki Melan Amelia 81 M. Edwin

38 Aris Fadli 82 Noviana Karliana

39 Dwi Ananta Siahaan 83 Puput Karlina

40 Mustedi 84 Joshua Cornel Roni

41 Wardan Safitra 85 Sartika Nurfiani

42 Wahyu Lanilo 86 Aris Munandar

43 Irwansyah 87 Reza Alfiandri

44 Peri Sandria 88 Putra Hardian

Tabel 4.4 Penerima PKH untuk Faskes

NO NAMA ANAK NO NAMA ANAK

1 Nurnaisah 22 Ferlita Fahzuri

2 Moh Alsidiq 23 Kanaya

3 Ade Bahrul Ilmi 24 Finza

4 Dicky Trialfiansyah 25 Safriki Irwansyah

5 Afrida Aulia Sari 26 Refa Liana Safitri

6 Sekar 27 Riki Pradana Sukuma

7 Fitri Ratna Dewi 28 Muftazul Fikri

8 Nesila Putri 29 Fajar Afrino

9 Alda Pratiwi 30 Yufika Nabila

10 Irfander Ikiwijaya 31 Arjuna Wati

11 Juwita Kailansyah 32 Finza Pratama

12 Amelia Putri 33 Nova Aulia

13 Wira Riski Putra 34 Yuanda Siahaan

Gambar

Tabel 2.1 Syarat bantuan kesehatan
Tabel 2.2 Secara garis besar skenario bantuan yang diberikan
Tabel 2.3 Sekanario bantuan PKH komponen pendidikan.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Program layanan ini merupakan bentuk perhatian Baznas Kota Bogor kepada masyarakat yang memerlukan sentuhan dan uluran tangan kita semua untuk pemenuhan tempat

Lebar efektif (We) dapat dihitung untuk pendekat dengan pulau lalulintas, seperti pada Gambar 3.1 dan untuk pendekat tanpa pulau lalulintas bagian kanan dari Gambar 3.1.... dalam

Gizi merupakan salah satu faktor penentu untuk mencapai kesehatan yang prima dan optimal. Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan penyakit. Bila tubuh

Hasil dari penelitian ini adalah pengaplikasian strategi komunikasi agar performa organisasi dapat efektif adalah dengan enam hal yaitu komunikasi yang terbuka dalam

[r]

Adapun pengertian dari peragian alkoholik itu sendiri yaitu suatu proses pengubahan glukosa menjadi alkohol dan gas karbondioksida melalui suatu rangkaian reaksi

Sebelum revolusi di negeri Belanda kota Antwerp memegang peranan penting sebagai distributor di Eropa Utara, akan tetapi setelah tahun 1591 Portugis melakukan kerjasama

Begitu juga dengan responden perempuan bukan Melayu, ada yang menggunakan kata ganti nama ‘awak’ sebagai cara berbudi bahasa semasa berkomunikasi, sementara responden lelaki