BAB IV EPILOG
5. PROGRAM KERJA KKN
Workshop kopi merupakan salah satu program kerja dari bidang ekonomi. di Desa Medono, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal terdapat potensi kopi yang melimpah, namun pengelolaannya belum dilakukan dengan baik sehingga mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi yang dihasilkan. Contohnya banyak sekali petani kopi yang memetik atau memanen kopinya dengan sembarangan, tidak memperhatikan petik merah. Hal ini dikarenakan petani kopi di Desa Medono masih beranggapan “kenapa harus
63
pengelolaannya dilakukan dengan baik dan benar, kualitas kopi Medono tidak kalah dengan kopi Temanggung. Tentunya hal ini juga akan meningkatkan harga jual kopi Medono.
Foto 18. Pelaksanaan Workshop Kopi. (Sumber: Dokumentasi Tim KKN, 2019) Kopi di Desa Medono mempunyai ciri khas dimana letak tumbuhan kopinya berdekatan dengan pohon aren, hal ini dapat membuat kopi Medono memiliki cita rasa aren. Seperti di Bali, yang kintamaninya memiliki aroma jeruk, dan di Toraja memiliki aroma jahe. Maka dari itu Tim KKN Keilmuan Unnes mengadakan Workshop Kopi yang di dalamnya berisi kegiatan berbagi pengalaman dalam pengembangan potensi hasil perkebunan kopi dari pakar ahli di bidangnya.
Workshop kopi dilaksanakan pada hari Jumat, 18 Oktober 2019 di aula Balai Desa Medono, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal pada pukul 13.00-14.30. Waktu ini dianggap paling efektif mengingat sebagian besar masyarakat Medono bermata pencaharian sebagai petani, sehingga waktu pagi hari dihabiskan untuk menggarap sawah. Dalam kegiatan ini narasumber dan masyarakat petani kopi saling berbagi
64
pengalaman dari mulai penanaman hingga pemasaran kopi. Masyarakat terlihat begitu antusias dengan adanya program ini.
Kegiatan workshop kopi ini terlaksana berkat kerja sama dengan berbagai mitra diantaranya, Pusat Kajian dan Pengembangan Masyarakat Desa Jurusan Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Unnes, Kelompok Tani Desa Medono, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal, Bapak Pujo Widodo (Petani kopi dari Desa Mlatiharjo, Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal), Bapak Wiweko (pegiat dan pendamping petani kopi di Batang).
Adapun tujuan dari diadakannya workshop kopi ini diantaranya yaitu memberikan bimbingan kepada petani kopi di Desa Medono terkait dengan proses pembudidayaan kopi, meningkatkan pengetahuan proses pengelolaan kopi yang baik seperti natural, hani, wash, wain yang masing-masing memiliki standar proses yang berbeda, dan memberi pegetahuan kepada petani kopi untuk pemasaran kopi.
Mengingat keterbatasan waktu, maka luaran yang diharapkan melalui kegiatan workshop kopi ini sampai pada mengubah mindset atau pola pikir petani di Desa Medono untuk selalu menjaga kualitas serta kuantitas kopi. Hal ini dikarenakan minum kopi sudah bukan lagi menjadi sebuah kebiasaan melainkan sudah berkembang menjadi gaya hidup. Semakin baik kualitas kopi maka harga kopi juga ikut meningkat. Tentunya hal ini dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat Medono. Seiring berjalannya waktu konsumen semakin cerdas untuk memilih kopi yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhannya.
Video Edukasi Desa
Pembuatan video edukasi bertujuan untuk memberikan informasi terlebih khusus kepada warga masyarakat Desa Medono bahwa mereka memiliki potensi lokal yang jika dikembangkan dengan manajerial yang baik akan memberikan keuntungan ekonomi. Potensi tersebut berupa hasil perkebunan yaitu Aren dan Kopi. Keterlibatan anak-anak dalam proses pengambilan gambar dalam video edukasi ini bertujuan untuk mengenalkan potensi lokal yang dimiliki Desa Medono yaitu Aren dan Kopi sejak dini, dan belajar menggunakan alat-alat pengambilan gambar seperti kamera dan handycam.
65
Video Edukasi sendiri dilaksanakan untuk mengetahui potensi Desa Medono, yaitu lebih pada potensi aren dan kopi. Keberadaan potensi tersebut dikenalkan kepada masyarakat Desa Medono melalui media video, yaitu video edukasi. Pembuatan video edukasi dilaksanakan dengan bantuan masyarakat Medono dengan melibatkan anak-anak sebagai aktor.
Proses pembuatan video ini dimulai dari mengenalkan adanya potensi kopi dan aren yang melimpah pada anak-anak desa. Selanjutnya dari Tim KKN akan memfasilitasi anak-anak untuk melihat proses pengambilan sampai pada proses pembuatan kopi dan gula aren. Seluruh kegiatan tersebut merupakan kegiatan edukasi mengenai potensi Desa Medono yang difasilitasi menggunakan video. Teknis kegiatan tersebut dilakukan selama enam minggu dimulai dari minggu kedua masa KKN. Selama enam minggu itulah proses pengambilan gambar sampai proses pengeditan dilakukan. Harapannya dengan adanya pembuatan video edukasi, masyarakat Desa Medono dapat mengetahui potensi Desa yang dimiliki, agar dapat dimanfaatkan oleh generasi selanjutnya.
66
Proses pembuatan video edukasi yang melibatkan anak-anak memberikan sedikit informasi terkait dengan potensi lokal yang dimiliki Desa Medono. Melalui program ini anak-anak belajar menggunakan alat-alat pengambilan gambar yang nantinya dapat dijadikan bekal bagi anak usia sekolah untuk mengikuti perkembangan teknologi yang semakin canggih. Harapannya, kelak anak-anak dapat lebih mengembangkan diri dengan memanfaatkan teknologi yang ada guna kepentingan Desa khususnya.
Video edukasi ini diputar pada malam kreasi seni Desa Medono yang mana tujuannya bukan hanya sebatas pemberian informasi potensi lokal, akan tetapi juga menanyangkan sedikit harapan warga masyarakat sekitar terhadap nasib Desa Medono atas kepemilikan potensi lokal yang sampai saat ini belum dikelola dengan baik. Melalui penyampaian harapan tersebut, nantinya stake holder yang dalam ruang lingkung desa adalah jajaran pemerintah desa dapat lebih mendengar kebutuhan dan keluh kesah masyarakat, sehingga dapat menentukan kebijakan lebih lanjut.
Keterlibatan warga masyarakat Desa Medono dalam proses pengambilan gambar meliputi pengambilan legen (air nira) dari Pohon Nira, nitis (memasak air nira menjadi gula jawa), dan proses pembuatan bubuk kopi. Bapak Takiyat menjadi salah satu
penderes (orang yang mengambil air nira) yang bersedia diambil gambarnya saat proses
pengambilan air nira. Ibu Nur yang sampai saat ini masih nitis memberikan pengetahuannya tentang pengolahan aren, mulai dari air nira menjadi gula jawa, hingga pengolahan buah nira menjadi kolang-kaling. Bapak Syarif sebagai petani Kopi memperlihatkan bagaimana pengolahan kopi yang sudah disangrai (roasting) menjadi bubuk kopi. Tidak hanya itu sebagai petani Kopi yang berkeinginan untuk bekerjasama dengan seluruh masyarakat Desa Medono khususnya petani Kopi, Bapak Syarif menyampaikan kendala dan harapannya kepada Tim KKN Keilmuan. Anak-anak juga ikut serta dalam proses pengambilan gambar dengan bertanya tentang apa yang mereka ingin ketahui terkait dengan proses pengolahan Aren dan Kopi.
67
Elena (Edukasi Lentera Seni)
Elena (Edukasi Lentera Seni) merupakan program yang bertujuan untuk mengembangkan minat dan bakat seni anak usia sekolah. Kegiatan ini meliputi pelatihan seni tari dan pembacaan puisi. Internalisasi nilai-nilai kearifan lokal dilakukan melalui penggunaan lagu-lagu daerah sebagai lagu pengiring tarian. Perkembangan lagu daerah sebagai salah satu budaya bangsa Indonesia, saat ini mengalami regenerasi. Sampai saat ini lagu berbahasa daerah seperti lagu bahasa Jawa masih sering terdengar, akan tetapi lagu tersebut tidak bercirikan khas budaya daerah. Lagu seperti Stasiun Balapan Solo, Nandang Kangen, dan Kartonyono serta banyak lagu berbahasa daerah lainnya masih sering didendangkan. Akan tetapi kalau dilihat dari genrenya lagu tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai lagu khas daerah karena berbeda nilai karakter budaya dan makna filosofisnya.
Jika disandingkan, lagu Kartonyono dan Lir Ilir yang sama-sama berbahasa Jawa memiliki nilai karakter budaya dan makna filosofis yang sangat berbeda. Lagu Kartonyono milik Didi Kempot memang mudah diterima oleh masyarakat dari kalangan muda sampai tua, akan tetapi jika lagu tersebut dinikmati oleh anak usia sekolah dasar rasanya kurang pas, apalagi jika ditelisik lebih lanjut arti dan makna lagu tersebut. Berbeda dengan lagu Lir Ilir yang lebih kaya akan nilai karakter budaya dan filosofis. Lagu Lir Ilir mengandung makna bahwa sebagai umat islam harus bangun dan sadar. Bangun dari keterpurukan, bangun dari sifat malas. Diri dalam lagu ini dilambangkan dengan tanaman yang mulai bersemi dan menghijau. Terserah kepada kita, mau tetap tidur dan membiarkan tanaman iman kita mati atau bangun dan berjuang untuk menumbuhkan tanaman tersebut hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya pengantin baru. Cah angon mengandung maksud seorang yang mampu membawa makmumnya dalam jalan yang benar. Si anak gembala diminta memanjat pohon belimbing dimana buahnya memiliki gerigi lima buah yang menggambarkan lima rukun islam. Meskipun licin dan susah, namun umat islam harus tetap memanjatnya untuk tetap menjalankan rukun islam. Pakaian yang terkoyak melambangkan bahwa umat harus selalu memperbaiki imannya agar kelak siap ketika dipanggil menghadap kehadiratnya.
68
Hal tersebut harus dilakukan ketika masih sehat yang dilambangkan dengan terangnya bulan dan masih mempunyai banyak waktu luang.
Foto 20. Latihan menari. (Sumber: Dokumentasi Tim KKN, 2019)
Lagu Lir Ilir, Gundul-Gundul Pacul, dan Tari Rampak dipilih karena kaya akan nilai karakter budaya serta mengandung makna filosofis yang dalam. Harapannya melalui penggunaan lagu-lagu tersebut sebagai pengiring tarian, anak-anak dapat berperan serta dalam pelestarian lagu daerah dan dapat mengambil makna dari lagu tersebut, sehingga dapat dijadikan sebuah pelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
Proses latihan membaca puisi untuk anak-anak juga dilakukan sebagai salah satu upaya menumbuhkan minat baca dan pelestarian karya sastra Indonesia. karena tidak semua anak tertarik dengan membaca puisi, maka hanya beberapa anak yang dilatih membaca puisi sesuai dengan puisi apa yang mereka inginkan, dipilih melalui buku yang sudah disiapkan oleh Tim KKN.
Pelaksanaan Elena dilakukan seminggu dua kali yaitu setiap hari Jumat dan Sabtu. Pada hari Jumat waktu pelaksanaan pukul 15.30 WIB, sedangkan hari Sabtu Elena dilakukan pada pukul 18.30 WIB.
69
Melalui program Elena ini anak-anak dapat ikut serta melestarikan kearifan lokal dengan berlatih sebuah tarian tradisional yang diiringi dengan lagu daerah dan pembacaan puisi. Anak-anak bersama-sama menari dalam satu tim, sehingga anak-anak dituntut untuk saling bekerja sama satu sama lain antar teman sebayanya. Anak-anak yang telah dilatih menari dan puisi akan ditampilkan dalam Malam Kreasi Seni Desa Medono. Penampilan tersebut sebagai salah satu ajang penghargaan bagi anak-anak yang telah mengikuti latihan rutin. Program ini melibatkan anak-anak yang berasal dari dua dusun di Desa Medono, yaitu Dusun Krajan dan Dusun Jambon. Anak-anak usia sekolah dasar yang terlibat dalam Elena mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Anak-anak sangat antusias dalam mengikuti program Elena yaitu latihan menari dan latihan membaca puisi.
Pelatihan Diversifikasi Olahan Buah Aren
Foto 21. Pelaksanaan Diversivikasi olahan aren. (Sumber: Dokumentasi Tim KKN, 2019)
Pelatihan diversifikasi olahan aren merupakan program kerja yang dilaksanakan di Desa Medono dari Divisi Ekonomi. Diversifikasi yaitu penganekaragaman bentuk berbagai barang atau jasa tertentu yang akan diedarkan atau diperjualbelikan di pasaran. Pelatihan yang akan didiversifikasikan adalah aren, karena aren banyak tumbuh di Desa Medono, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal.
70
Aren adalah pohon serbaguna yang sejak lama telah dikenal dan menghasilkan bahan-bahan industri. Hampir semua bagian fisik dan produksi tumbuhan ini dapat dimanfaatkan mulai dari batang, daun, air nira, dan buah aren, dan juga mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Contoh produk olahan yang dapat dihasilkan dari tumbuhan aren yaitu ada tepung aren dari sari seratnya, gula aren dari niranya, dan kolang-kaling dari buah arennya.
Tujuan dari pelatihan diversifikasi olahan yaitu untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat Medono tentang olahan aren, sebagai upaya pemberdayaan masyarakat Medono, untuk menciptakan peluang usaha masyarakat Medono, serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Medono terutama pada tingkat perekonomiannya.
di Desa Medono pemanfaatan yang kurang terhadap tumbuhan aren yaitu pada buah aren. Kebanyakan masyarakat tidak mau repot mengolah buah aren menjadi kolang-kaling, mereka memilih menjual mentahan kepada tengkulak atau sebagai pakan ternak mereka bahkan sering juga dibiarkan begitu saja. Padahal kolang-kaling mempunyai kandungan gizi dan nilai jual yang cukup tinggi. Oleh karena itu, masyarakat Desa Medono khususnya ibu rumah tangga diberi pelatihan diversifikasi olahan aren berupa pembuatan selai kolang-kaling.
Selai kolang-kaling ini adalah perpaduan dari sari kolang-kaling dan sari buah lain sebagai variasi rasa. Pada saat pelatihan, ibu-ibu mempraktikkan selai kolang-kaling varian rasa nanas, stroberi, dan nangka. Takaran yang pas antara sari kolang-kaling dan sari buah yaitu 60% : 40% setelah melaukan beberapa kali percobaan sebelumnya dari pembuatan selai kolang. Proses pembuatan selai kaling yaitu sari kolang-kaling dan sari buah dimasak dengan gula pasir sebagai pemanis dan sejumput garam sebagai pemantap rasa. Campuran tersebut dimasak dengan api kecil dan harus diaduk terus-menerus sampai menghasilkan tekstur yang kental. Kemudian api dimatikan dan ditunggu selama kurang lebih 5 menit sambil tetap diaduk, lalu ditambahkan asam sitrat sebagai penyegar rasa selai kolang-kaling. Diharapkan setelah ada pelatihan diversifikasi
71
olahan aren berupa pembuatan selai kolang-kaling, masyarakat medono mampu mengembangkan peluang usaha tersebut agar perekonomian masyarakat medono lebih tertata.
Lecture Fest
Foto 22. Acara Lecture fest di Desa Medono. (Sumber: Dokumentasi Selamet, 2019) Lecture fest merupakan kegiatan malam kreasi yang menampilkan minat dan bakat anak-anak Desa Medono, berupa tari dan puisi serta pameran produk olahan aren dan kopi, seperti selai kolang-kaling, sate kolang-kaling, gula aren, dan juga kopi medono itu sendiri. Sebelumnya anak-anak mengikuti latihan rutin yang diberikan yaitu setiap Jumat sore dan Minggu malam yang disebut dengan ELENA (Edukasi Lentera Seni). Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa ELENA merupakan program yang bertujuan untuk mengembangkan minat dan bakat seni anak usia sekolah.
Penampilan tari dibagi menjadi dua yaitu anak-anak dari Dusun Jambon dan Dusun Krajan, masing-masing dusun menampilkan dua tarian dengan dua tim. Lagu yang dipilih untuk tarian ini yaitu lagu Lir Ilir, Gundul-Gundul Pacul, dan Tari Rampak. Lagu-lagu tersebut dipilih karena kaya akan nilai karakter budaya serta mengandung makna filosofi yang dalam. Penggunaan lagu-lagu tersebut diharapkan anak-anak dapat berperan
72
serta mewujudkan pelestarian terhadap lagu daerah dan dapat mengambil makna dari lagu-lagu tersebut, sehingga dijadikan sebuah pelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, pada Lecture Fest terdapat juga penampilan Tari Gambang Semarangan. Tari Gambang Semarang atau lebih dikenal dengan Tari Semarangan merupakan jenis tarian yang kreatif, karena di dalam gaya tariannya terdapat iringan lawakan ringan. Tari Semarangan merupakan alkuturasi dua budaya antara Tionghoa dan Jawa yang menggambarkan kerukunan antar Ras. Selain menggunakan alat musik Gamelan juga diiringi aluan alat musik lain berupa Suling, Kendang, Bonang, Kempul, Gong, Krecek, dan alat musik khas Tionghoa (Konghayan dan Tohyan). Dalam Tari Semarangan ini menggunakan tiga ragam gerak baku, yaitu ngondhek, genjot, ngeyek dan ketiganya merupakan gerakan yang berpusat pada pinggul. Gerakan ngondek adalah gerakan ngondhek adalah gerakan seperti mengayuh sepeda. Gerakan tapak adalah gerakan dengan telapak kaki berjungkit. Gerakan megol adalah gerakan goyang pinggul. Gerakan ngeyek adalah gerakan pinggul berputar. Gerakan lambeyan adalah gerakan jari tangan. Goyangan pinggul seperti ombak air laut yang menghiasi Semarang. Oleh karena itu tarian ini enak dan nyaman dipandang mata. Seni lawak juga terdapat pada tarian ini yang merupakan salah satu identitas budaya yang dapat dengan mudah bergaul.
Pada Lecture Fest juga terdapat pameran produk-produk hasil olahan dari aren dan kopi. Produk olahan aren ada selai kolang-kaling, sate kolang kaling, gula aren. Dimana kita tahu bahwa aren dan kopi dapat dijadikan berbagai macam produk olahan makanan yang mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi. Tujuan memamerkan produk adalah mengedukasi kepada masyarakat Medono agar bisa mengetahui potensi yang dimilikinya.
73
Sosisalisasi Reproduksi
Foto 23. Pelaksanaan sosialisasi reproduksi. (Sumber: Dokumentasi Tim KKN, 2019) Sosialisasi Kesehatan reproduksi remaja merupakan salah satu program kerja yang dilaksanakan oleh divisi kesehatan. Kegiatan ini menjadi salah satu program kerja yang bermanfaat bagi masyarakat desa terkait dengan perkembangan remaja saat ini, terutama bagi orang tua. Perkembangan remaja biasanya erat kaitannya dengan perkembangan sistem reproduksi yang sangat vital bagi manusia. Terkait hal tersebut remaja merupakan obyek yang sangat rentan terhadap kesehatan sistem reproduksi. Oleh karena itu diadakan kegiatan sosialisasi kesehatan reproduksi remaja untuk memberikan pengetahuan bagi masyarakat Desa Mesono.
Pengetahuan tersebut nantinya dapat dipergunakan untuk lebih bijaksana dalam mengawasi perkembangan anak-anaknya, terutama saat masa remaja. Oleh karena itu kegiatan ini menjadi program penting untuk memberikan edukasi kepada masyarakat Desa. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi kesehatan reproduksi remaja dilakukan bagi masyarakat Desa Medono, yaitu difokuskan pada orang tua yang diwakilkan oleh ibu.
74
Kegiatan ini lebih berfokus pada kegiatan berbagi pengetahuan (sharing of knowledge) kepada masyarakat Desa Medono.
Pada kegiatan sosialisasi ini mengundang ahli yaitu Mbak Ika sebagai pembicara yang memiliki kompetensi dan pengalaman pada bidang kesehatan masyarakat. Perlunya seorang ahli dibidang kesehatan akan membuat kegiatan ini menjadi lebih menarik dan dari masyarakat Medono juga mendapat ilmu yang dapat diserap dengan baik.
Sosialiasi dalam pelaksanaan kegiatan ini bukan hanya sekadar untuk memberikan ilmu yang sementara, akan tetapi ilmu tersebut juga bisa langsung diterapkan dalam lingkungan masyarakat, terutama keluarga. Karena kesehatan sendiri menjadi hal yang utama untuk melakukan aktifitas sehari-hari bagi masyarakat. Media yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah dengan memanfaatkan kertas plano. Kertas plano tersebut digunakan sebagai media untuk menggambar seluruh bagian tubuh dari praktikan yang dipilih oleh pembicara sebagai obyek. Praktikan yang dipilih adalah seorang laki-laki dan seorang perempuan. Setelah itu semua bagian tubuh, termasuk bagian vital manusia digambar oleh perwakilan masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat tahu masing-masing fungsi dan penggunaan bagian tubuh tersebut dengan benar. Selanjutnya pembicara menjelaskan mana saja bagian tubuh perempan dan laki-laki yang tidak boleh disentuh. Harapannya pengetahuan yang diberikan dalam kegiatan tersebut bisa bermanfaat bagi masyarakat Desa Medono, terutama dalam pengawasan pada anak-anaknya mengenai pentingnya sistem kesehatan reproduksi. Dalam hal ini pelaksaan kegiatan tersebut tidak hanya berhenti saat kegiatan selesai tapi dapat bersambung ketika orang tua mampu menularkan ilmu yang telah didapat dari hasil berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Salah seorang ibu yang hadir dalam kegiatan tersebut mengatakan bahwa kegiatan ini sangat bagus dilaksanakan mengingat saat ini pergaulan remaja sulit dikendalikan bila tanpa adanya pemahaman yang khusus seperti kegiatan ini, sehingga dalam menjalin pergaulan pemuda dapat mengontrol dan tahu tengtang batasan-batasan bergaul yang baik dan positif. Ini merupakan kegiatan yang baik untuk generasi muda khususnya di Desa Medono, dikarenakan remaja-remaja pada usia 13-17 tahun rentan terhadap pergaulan yang menyimpang, dan kegiatan seperti ini perlu diadakan secara berkesinambungan.
75