• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program CSR JEC dalam Pemberantasan Katarak dengan Teknologi Sinar Laser Tanpa Pisau (Bladeless Laser Cataract Surgery) bagi warga

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 37-46)

sekitar Jakarta Barat.

Proses pengumpulan data dan fakta yang dilakukan peneliti dengan melakukan wawancara mendalam kepada beberapa nara sumber yaitu wakil ketua dari CSR JEC, Kepala Divisi Corporate Secretary, Kepala Divisi Marketing yang menjadi PR dari kegiatan CSR JEC, staf marketing dan pasien yang mendapatkan operasi katarak gratis pada program CSR JEC. Hal ini bertujuan untuk mengetahui proses kerja program CSR JEC dalam pemberantasan katarak bagi warga sekitar Jakarta Barat.

Pada dasarnya kegiatan CSR yang dilakukan oleh JEC merupakan kegiatan yang sudah lama dilakukan sejak JEC berdiri 28 tahun yang lalu. Kegiatan CSR ini sudah rutin dilakukan setiap tahun. Namun pada kesempatan kali ini lebih di fokuskan pada warga sekitar Jakarta Barat yang kurang mampu. Hal ini dilakukan untuk menjalin hubungan baik dengan warga sekitar karena JEC@Kedoya baru saja beropesional awal April 2012. Adapun tema CSR yang dipilih saat ini yaitu Program CSR dalam Pemberantasan Katarak dengan Teknologi Sinar Laser Tanpa Pisau (Bladeless Laser Cataract Surgery). Ditegaskan oleh Kepala Divisi Marketing bahwa JEC mengambil tema

49Rusady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi : Konsep dan Aplikasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005 hal 96-97

pemberantasan katarak dikarenakan JEC sebagai rumah sakit khusus mata yang mempunyai layanan unggulan dengan teknologi mutakhir Bladeless Laser Catarac Surgery dan sekaligus dalam memperingati hari penglihatan sedunia pada bulan Oktober. Hal ini sangat sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Dr. Ucok selaku wakil ketua dari program CSR ini, JEC sebagai pusat pelayanan kesehatan mata maka JEC punya tekad dalam mendukung program pemberintah dalam hal vision 2020 untuk menurunkan angka kebutaan yang diakibatkan oleh katarak.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, kegiatan CSR yang dilakukan oleh JEC selain memang merupakan kegitan sosial yang selalu dilakukan setiap tahun, tapi juga ada unsur komersial dalam hal memperkenalkan teknologi terbaru yang dimilikinya. Hal ini jelas terlihat dari press release yang dibagikan kepada undangan media yang sangat mempertegas bahwa kegiatan CSR katarak menggunakan teknologi bladeless laser cataract surgery yang hanya dimilki oleh JEC di Indonesia.

4.3.2 Pengumpulan Fakta

Proses pengumpulan data dan fakta yang dilakukan oleh peneliti dengan melakukan wawancara dengan beberapa nara sumber yaitu Dr. Ucok P. Pasaribu, SpM sebagai wakil ketua dari CSR, Bpk. Muharyanto, SH sebagai corporate secretary perusahaan yang membawahi langsung PR, Ibu Mubadiyah, P.si sebagai kepala divisi marketing, Deni Wahyuni sebagai staf marketing serta Ibu Siti Indarsyah sebagai pihak eksternal yaitu pasien yang mendapatkan operasi katarak

gratis pada program CSR dalam pemberantasan katarak bagi warga sekitar Jakarta Barat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan nara sumber dalam kegiatan CSR JEC pada tahap pengumpulan fakta sebelum melakukan kegiatan CSR sudah dilakukan dengan baik, hal ini bisa dilihat dari fakta-fakta yang telah disampaikan oleh nara sumber bahwa kegiatan CSR JEC dilakukan bertujuan untuk menurunkan angka kebutaan yang disebabkan oleh katarak. Hanya saja program CSR ini tidak saja bertujuan untuk kegiatan sosial semata, tetapi ada soft selling dimana sekaligus memperkenalkan terknologi terbaru yang dimiliki oleh JEC dengan Bladeless Laser Catarac Surgery yang merupakan teknologi yang pertama kali digunakan di Indonesia yang dimiliki oleh JEC serta dalam hal memperkenalkan JEC kepada masyarakat sekitar perusahaan tepatnya di Jakarta Barat karena JEC@Kedoya yang baru saja beroperasional pada awal April 2012.

Berdasarkan pengamatan peneliti, karena selain melakukan wawancara kepada beberapa narasumber, peneliti juga berpartisipasi dalam kegiatan CSR dengan melakukan observasi partisipasif dimana pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan pengamatan langsung terhadap obyek-obyek yang diteliti dilapangan untuk memperoleh gambaran informasi dan keterangan yang relevan dengan obyek penelitian. Dengan observasi partisipasif peneliti lebih memungkinkan mengamati individu kelompok dalam situasi yang rill.50

Peneliti melihat bahwa sebenarnya tema yang diambil oleh JEC pada program CSR dalam pemberantasan katarak adalah fakta yang memang sudah ada sebelumnya yang sudah menjadi tema langganan JEC, hal ini dikarena JEC merupakan rumah sakit mata khusus pelayanan mata dan hampir seluruh kegiatan CSR yang pernah dilakukan oleh JEC mengenai operasi katarak gratis. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh beberapa narasumber yang telah peneliti wawancara.

Berdasarkan hasil observasi peneliti kegiatan pengumpulan fakta dan data ini seluruhnya dilakukan oleh pihak marketing, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ibu Mubadiyah , P.si selaku kepala divisi marketing. Hal ini sebenarnya merupakan fungsi dari PR dalam hal pengumpulan fakta untuk kegiatan CSR, tetapi faktanya kegiatan ini sudah biasa dilakukan oleh bagian marketing JEC. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pencarian melalui browsing internet mencari suatu perkumpulan/organisasi warga sekitar JEC@Kedoya yaitu Jakarta Barat. Setelah menemukan organisasi yang mempunyai banyak jamaatnya, JEC segera menghubungi organisasi tersebut dan selanjutnya datang langsung memberikan surat untuk menginformasikan mengenai kegiatan CSR yang akan dilkukan.

Hal ini juga terbukti setelah peneliti melakukan wawancara kepada salah satu pasien yang menjadi target sasaran CSR. Beliau mengatakan bahwa informasi mengenai kegiatan CSR yang dilakukan oleh JEC didapatkan dari Gereje St. Andreas Paroki Kedoya, dimana dia adalah salah satu jamaah gereja tersebut yang termasuk golongan kurang mampu.

4.3.3 Perencanaan dan Pemprograman

Dari tahap perencanaan yang dilakukan oleh JEC, peneliti juga terlibat dan berpartisipasi dalam hal perencanaan program CSR dan terlibat dalam kepanitiaan sebagai Sie Public Relations. Selama tahap perencanaan telah dilakukan rapat kepantiaan besar CSR selama dua kali yang membicarakan mengenai waktu pelaksanaan CSR, tempat melakukan kegiatan CSR, target atau sasaran kegiatan CSR, penyusunan anggaran untuk kegiatan CSR, serta penentuan dokter operator yang akan melakukan operasi katarak kepada target sasaran serta perencanaan screening mata atau pemeriksaan yang akan dilakukan kepada seluruh calon peserta yang menjadi target sasaran CSR. Semua kegiatan ini telah dibagikan sesuai dengan penanggung jawab bidangnya masing-masing sesuai dengan struktur kepanitiaan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Tahap perencanaan hanya dilakukan kurang lebih dua minggu sebelum kegiatan CSR dilakukan yaitu sejak 21 September 2012 sampai dengan 1 Oktober 2012. Pada rapat panitia ketiga peneliti baru mulai terlibat. Pada rapat kepanitaan ketiga barulah mulai dibicarakan mengenai publikasi ke media untuk kegiatan CSR, dari hasil rapat akan dipublikan ke beberapa media cetak. Peneliti diberikan tugas untuk membuat draft press release yang akan dikirimkan ke beberapa media yang akan diundang pada kegitan CSR ini.

Pada dasarnya tahap perencanaan yang dilakukan oleh JEC sudah direncanakan dengan cukup matang yang dilaksanakan oleh orang-orang yang telah ditunjuk dalam kepanitiaan, tapi tetap saja segala kegiatan perencanaan masih dilakukan semua oleh divisi marketing dan bagian lain yang telah ditunjuk

sesuai hasil rapat panitia. Struktur kepanitiaan untuk CSR setiap tahunnya selalu berubah-ubah, karena memang tidak ada kepantiaan khusus yang ditetapkan oleh Direktur perusahaan untuk CSR secara terus menerus. Hal ini juga dipertegas oleh Kepala divisi marketing bahwa memang seluruh kegiatan PR dilakukan oleh marketing, peneliti menanyakan faktor lebih lanjut dikarenakan pekerjaan ini memang sudah dilakukan dari tahun-tahun sebelumnya oleh marketing. Peneliti menyimpulkan bahwa posisi PR dalam kegiatan CSR ini masih tidak kuat, corporate secretary yang membawahi langsung PR pun tidak langsung terjun untuk melakukan kegiatan PR pada proses ini. Karena JEC memang belum mempunyai staf khusus PR pada struktur organisasinya, sehingga seluruh kegiatan PR masih dilakukan oleh marketing.

Berdasarkan hasil observasi peneliti, peneliti melihat bagaimana perencanaan yang telah dirancang dan disusun dalam program kegiatan CSR ini, mulai dari jadwal kegiatan acara CSR untuk penjadwalan kegiatan operasi dibuat oleh bagian divisi pendidikan, untuk perencanaan bugeting dikumpulkan oleh masing-masing departemen kepada kepala divisi marketing untuk direkap dan dilaporkan kebagian keuangan. Belum terdapatnya ada kendala pada tahap perencanaan kegiatan CSR ini.

4.3.4 Aksi dan Komunikasi

Pada tahap ini Jakarta Eye Center melakukan aktivitasnya dengan melakukan aksi sebagai wujud yang telah disusun dan direncanakan sebelumnya. Dari hasil wawancara dengan nara sumber telah dijelaskan setiap aksi dan

komunikasi yang dilakukan baik komunikasi yang dilakukan kepada pihak internal maupun komunikasi yang dilakukan dengan pihak eksternal yaitu target sasaran CSR dan juga media yang akan mempublikasikan kegiatan CSR ini.

Dalam hal publikasi kepada target yang akan menjadi sasaran kegiatan CSR ini tidak ditemukannnya kendala, karena dari awal JEC sudah melakukan pengumpulan fakta untuk mendapatkan data dan sasaran yang tepat untuk kegiatan CSR ini. Yang menjadi target dari CSR adalah warga khusus daerah Jakarta Barat hal ini juga dikarenakan sebagai salah satu cara bagi JEC untuk menjalin hubungan yang baik dengan warga sekitar. Kegiatan community relations dipandang sebagai bagian dari wujud tanggung jawab sosial organisasi. Sebagai warga negara, organisasi memikul tanggung jawab sosial dalam menjalankan peran turut membantu warga masyarakat. Community relations bisa bermakna lebih dari sekedar membangun hubungan baik antara organisasi dan komunitas sekitarnya, melainkan juga bisa berperan melalui tindakan-tindakan pada tingkat lokal dalam mengatasi permasalahan-permasalahan sosial bidang kesehatan seperti yang dilakukan oleh Jakarta Eye Center (JEC) dalam program Corporate Social Responsibilty Pemberantasan Katarak.

Community Relations adalah kegiatan Public Relations (PR) yang ditujukan bagi masyarakat sekitar dengan harapan terjadinya hubungan timbal balik. Tugas PR dalam hal ini adalah membina hubungan yang harmonis antara perusahaan beserta manager dan karyawannya dengan masyarakat di sekitar perusahaan dalam jangka panjang.3

3Rhenald Kasali. Manajemen Public Relations :Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta : PT.Jakarta Utama Grafiti.2000.hal.127

Hanya saja yang peneliti lihat pada kegiatan ini adalah bahwa seluruh kegiatan dikerjakan oleh divisi marketing. Seperti yang telah dijelaskan oleh nara sumber bahwa memang saat ini seluruh kegiatan PR masih dilakukan oleh divisi marketing hal ini dikarena masih kosongnya posisi PR dalam struktur organisasi JEC.

Peneliti juga terlibat dalam pelaksanaan CSR ini secara langsung. Peneliti berperan sebagai PR yang melakukan koordinasi dengan media dalam hal mempersiapkan press conference dan membuat draft press release yang akan diberikan kepada media. Peneliti juga ditunjuk untuk menjadi moderator dalam acara press conference. Yang menjadi temuan berdasarkan hasil observasi peneliti yaitu tidak terkonsepnya acara press conference, hal ini terutama pada hal tidak adanya susunan acara sehingga membuat acaranya kurang terkonsep. Sebelumnya juga ada perpindahan tempat akan dilakukannya press conference, dan juga keterlambatan waktu acara, sehingga membuat para undangan media yang sudah datang agak menunggu terlalu lama. Hal ini juga dikarenakan kurangnya komunikasi antar panitia yang menjadi faktor penyebabnya adalah karena memang tidak dilakukan oleh PR yang kompeten dalam kegiatan CSR ini. Kemudian jumlah undangan yang hadir pun tidak sesuai dengan jumlah undangan yang telah disebarkan hal ini bisa dikarenakan kurangnya publikasi yang dilakukan oleh JEC terkait hal ini dilakukan oleh divisi marketing.

4.3.5 Evaluasi

Pada tahap akhir aktivitas yang dilakukan oleh JEC pada program Corporate Social Responsibility dalam pemberantasan katarak bagi warga sekitar Jakarta Barat adalah tahap evaluasi. Evaluasi dalah kegiatan untuk menilai dan mengukur program kerja dan perencanaan yang telah dijalankan. Apakah kegiatan tersebut telah berjalan sesuai dengan perencanaan awal dan juga untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan keefektivitasan dari kegiatan yang telah dilaksanakan.

Pada tahap evaluasi peneliti telah melakukan wanwancara kepada beberapa nara sumber, hasil yang peneliti temukan bahwa tidak dilakukannnya tahap evaluasi dari kegiatan yang telah dilakukan oleh JEC. Disini peniliti melihat setelah tercapainya sasaran sesuai dengan target yang diharapkan sehingga menjadi tahap yang tidak dievaluasi. Pada faktanya dari kegiatan pelaksanaan yang telah peneliti lihat berdasarkan hasil observasi ada banyak sekali kekurangan dalam hal perencanaan. Terutama perencanaan dalam kegiatan konferensi pers.

Ketika berbicara apakah program CSR yang telah direncanakan sudah berjalan semestinya maka hasilnya adalah terbagi menjadi dua yakni, yang pertama sudah sesusai dengan tahap perencanaan awal dari segi target sasaran jumlah pasien yang mendapatkan operasi gratis, terbukti dengan tercapainya 70 pasien yang menjadi target sasaran CSR dan kedua adalah jumlah anggaran yang telah direncanakan juga telah sesuai dengan yang dianggarkan. Ibu Mubadiyah selaku kepala divisi marketing juga menambahkan tahapan evaluasi bisa dilihat dari jumlah media yang meliput kegiatan CSR JEC dan melakukan rapat evaluasi

terakhir atau penutupan. Hal lain diungkapkan oleh staf marketing bahwa rapat evaluasi tidak pernah dilakukan setelah acara CSR selesai.

Setelah melihat analisa dan hasil yang diperoleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa program corporate social responsibility yang dilakukan oleh JEC dalam pemberantasan katarak berjalan dengan baik dari segi pencapain target. Hanya saja pelaksanaan kegiatan yang harusnya dilakukan oleh public relations tidak sepenuhnya dijalankan sesuai dengan fungsi PR. Tahap proses CSR yang seharusnya dilakukan oleh PR juga tidak semua dijalankan sebagaimana mestinya sesuai dengan teori yang telah peneliti ungkapkan.

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 37-46)

Dokumen terkait