• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1 Sejarah Jakarta Eye Center

Rumah sakit Jakarta Eye Center (JEC) didirikan berawal dari praktek bersama empat dokter spesialis mata di Metropolitan Medical Center (MMC) pada tahun 1976. Saat itu belum menjadi rumah sakit, hanya sebuah klinik yang menyewa kamar Hotel Wisata Internasional, Jakarta. Dokter spesialis mata tersebut adalah Dr. Djoko Sarwono, Dr. Istiantoro, Dr. Darwan M. Purba dan Dr. Hadisudjono.

Pada 1 februari 1984 dibangun Klinik Mata Jakarta (KMJ) yang beralamat di Jl. Subang 22, Menteng Jakarta Pusat. Klinik ini terdiri dari satu lantai dengan tiga ruang praktik dan satu kamar operasi. Sejalan dengan bertambahnya jumlah pasien, tahun 1987, KMJ membeli rumah berlantai dua di Jl. Garut Menteng, Jakarta Pusat.

Meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan pengobatan mata, maka diputusakan untuk membeli gedung yang sebelumnya bernama UNTAG (Universitas Tujuh Belas Agustus) di Jalan Cik Ditiro No. 46 Menteng, Jakarta Pusat. Gedung ini memiliki lima lantai dan direnovasi sehingga layak untuk menjadi rumah sakit khusus mata. Di Jalan Cik Ditiro 46 inilah Klinik Mata Jakarta (KMJ) secara resmi berganti nama menjadi Jakarta Eye Center yang lebih dikenal dengan JEC.

(2)

Sejak tahun 1984, dalam waktu 28 tahun JEC berhasil menjadi pusat kesehatan mata paling modern dan terbesar di Indonesia. Beberapa prestasi dari JEC di tahun 2007 adalah dinobatkannya JEC LASIK Center sebagai pusat LASIK Center pertama di Indonesia oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) pada bulan Ferbuari 2007 dan pemberian sertifikat ISO 9001 : 2008 oleh VNZ, sebuah lembaga sertifikat ISO yang berpusat di New Zealand.

Pada tanggal 2 April 2012 dibangun Jakarta Eye Center (JEC) Kedoya yang berlokasi di Jl. Terusan Arjuna Utara No.1 Kedoya, Jakarta Barat (JEC @ Kedoya). Gedung ini memiliki konsep Hospitel (Rumah Sakit dengan pelayanan hotel berkelas) dan juga merupakan rumah sakit pertama di Indonesia dengan predikat “green building” karena mengedepankan hemat energi dan konsep hijau. Hal ini merupakan bukti komitmen JEC untuk berperan serta tidak saja dalam memberikan edukasi kesehatan dan pelayanan kesehatan mata kepada masyarakat namun juga berkontribusi dalam mengurangi pemanasan global.

Konsep hijau JEC @ Kedoya antara lain:

1. Penggunaan kaca penutup gedung yang mampu mereduksi panas matahari sehingga mesin pendingin ruangan tidak memerlukan daya listrik yang besar.

2. Penggunaan gas pada mesin pendingin ruangan yang memenuhi standard protokol Kyoto sehingga tidak menghasilkan efek rumah kaca.

(3)

3. Sistem instalasi penanganan air limbah yang memungkinkan air yang dihasilkan dipergunakan untuk flushing water pada closet, penyiraman taman, kolam water feature dan penggunaan lainnya.

4. Sistem pemanas air yang memanfaatkan kerja mesin pendingin ruangan.

Dibangun diatas tanah seluas 6.000 [enam ribu] m2 dengan luas bangunan 10.000 m, berlantai 9 dengan 1 basement. JEC @ Kedoya memiliki 12 ruang praktek dokter dengan 10 ruang praktek dokter mata, 1 ruang praktek dokter anak dan 1 ruang psikolog anak. Kapasitas ruang rawat inap dengan 18 tempat tidur, 5 ruang operasi yang dilengkapi dengan hepa filter dan satu ruang operasi LASIK, lobi yang luas, area parkir yang dapat menampung 81 kendaran roda empat, fasilitas dan alat-alat kesehatan teknologi tinggi, para dokter berpengalaman dibidang mata dan subspesialisasinya, perawat yang ramah dan memiliki ketrampilan di bidang mata, serta attitude yang baik, kami berkeyakinan mampu menampilkan pelayanan yang terbaik bagi pasien-pasien kami. Selain itu JEC@Kedoya memiliki konsep pelayanan terpadu untuk seluruh pelayanan kesehatan mata dari segala usia.

Konsep pelayanan terpadu JEC meliputi 7 (tujuh) pelayanan sub spesialis mata yakni:

1. Refractive Surgery Service (Cataract, LASIK & Keratoplasty)

2. Retina Service

3. Glaucoma Service

4. Oculoplasty Service

(4)

6. Children Eye Care Service

7. Diabetes Service

Konsistensi JEC dalam memberikan pelayanan kesehatan bertaraf internasional bertumpu pada kompetensi dokter, pelatihan sumber daya yang berkesinambungan, Akreditasi Penuh Tingkat Lengkap dari Kementerian Kesehatan RI dan sertifikasi ISO 9001:2008.

Pengalaman dan keahlian dalam pelayanan jasa kesehatan mata menjadikan JEC menjadi pelopor dalam pembentukan ASEAN Association of Eye Hospital

[AAEH]. Hingga kini, JEC merupakan anggota AAEH serta anggota World Association of Eye Hospital.

4.1.2. Lokasi dan Profile Jakarta Eye Center @ Kedoya

Nama : Rumah Sakit Mata Jakarta Eye Center @ Kedoya Alamat : Jl. Terusan Arjuna Utara No. 1

Kelurahan Kedoya Utara, Kecamatan Kedoya Jakarta Barat 11520

Telepon : (021) 29 22 1000 Fax : (021) 2569 6030 Website : www.jec-online.com

(5)

Berikut gambar letak RS Mata Jakarta Eye Center @ Kedoya :

Gambar 4.1 Lokasi Jakarta Eye Center @ Kedoya Sumber : www.jec-online.com

4.1.3 Visi, Misi, Nilai, Tujuan dan Kebijakan Mutu Jakarta Eye Center Visi Jakarta Eye Center

Optimalisasi penglihatan dan kualitas hidup Misi Jakarta Eye center

a. Memberikan pelayanan klinis berstandar Internasional b. Memberikan pelayanan yang melebihi harapan pasien c. Menerapkan teknologi mutakhir dan terpercaya

d. Mengembangkan kompetensi doker dan staf, melalui riset dan pendidikan

Nilai Jakarta Eye Center

a. Pelayanan dan perawatan yang terbaik bagi pasien b. Organisasi yang terus menerus memperbaiki diri c. Meningkatkan nilai-nilai secara berkesinambungan d. Persatuan berdasarkan prestasi

(6)

Tujuan Jakarta Eye Center 1. Tujuan Umum

a. Memberikan pelayanan mata yang modern dan bertaraf Internasional sehingga dapat dijadikan pusat rujukan untuk penyakit mata di Indonesia.

2. Tujuan Khusus

a. Menyediakan pusat pengobatan mata dengan standar Internasional b. Mendorong dan mempromosikan riset serta kegiatan lainnya yang

berhubungan dengan pencegahan, diagnosis dan penyembuhan berbagai penyakit mata

c. Mengadakan kerjasama dengan instansi kesehatan yang terkait dalam pelayanan penderita penyakit mata

d. Menyusun dan menyebarluaskan informasi tentang berbagai kesehatan mata untuk masyarakat awam

e. Menyelenggarakan pertemuan ilmiah secara berkala antar dokter spesialis mata serta menyelenggarakan pendidikan dokter berkelanjutan

f. Menanamkan kesadaran bahwa keberhasilan pusat pelayanan ini dikarenakan dedikasi dan kemampuan profesi para dokter spesialis mata serta mereka yang bekerja di dalamnya.

(7)

Kebijakan Mutu Jakarta Eye Center

Kebijakan mutu dari JEC adalah menjadikan JEC Institusi pilihan Utama Pelayanan Mata Yang selalu unggul dalam layanan yang :

a. Jelas :

1) Semua personil harus memiliki keahlian sesuai bidangnya, mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan jelas sehingga dapat memenuhi kepuasan pelanggan.

2) Senantiasa meningkatkan keahlian, berdisiplin tinggi dan berpartisipasi aktif.

3) Meningkatkan pelayanan melalui penyelenggaraan sistem komunikasi dan informasi yang baik.

b. Efisien :

1) Tidak membiarkan pelanggan menunggu terlalu lama atau merasa kurang dilayani.

2) Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. 3) Terus menerus memperbaiki mutu yang ada

c. Cepat dan Tepat :

1) Memberikan pelayanan yang cepat dan tepat tanpa mengurangi standar mutu JEC dan dengan didukung oleh keahlian dan keramahan

2) Tanggap dalam menindak lanjuti permintaan atau keluhan pelanggan.

(8)

4.1.4 Logo Jakarta Eye Center

Gambar 4.2 Logo Lama Jakarta Eye Center Sumber : Jakarta Eye Center

Jakarta Eye Center melakukan perubahan Identitas perusahaannya dengan merubah Logo lamanya yang sudah digunakan sejak tahun 1984 dengan bentuk lingkaran dan adanya gambar ular yang melilit di tugu monas. Gambar ini memiliki arti bahwa Jakarta Eye Center yang didirikan sejak 1984 yang bertempat di Propinsi DKI Jakarta yang ditunjukkan dengan gambar Tugu Monas serta gambar ular yang merupakan salah satu lambang kedokteran mata.

Gambar 4.3 Logo Baru Jakarta Eye Center Sumber : Jakarta Eye Center

Pada tahun 2010 JEC melakukan perubahan Identitas perusahaannya dengan merubah Logo dengan JEC baru. Hal ini berhubungan dengan

(9)

dibangunnya Gedung baru JEC@Kedoya yang mulai beroperasional pada awal April 2012.

Logo JEC berwarna biru yang menandakan warna korporat yang sudah menjadi ciri khas JEC sejak dulu. Kemudian ada gambar lingkaran seperti gambar bola mata yang sebenarnya bermakna lingkaran dunia. Serta gambar tangan seperti alis mata yang mempunyai arti bahwa JEC memberikan layanan dengan sumber daya manusia yang sudah mempunyai pengalaman di bidangnya. Hal ini sesuai dengan Motto JEC yaitu Care with Experience. Secara keseluruhan Logo JEC baru tampak seperti bola mata, hal ini dikarenakan JEC bergerak di bidang pelayanan kesehatan khusus mata.

4.1.5 Gambaran Public Relations Departement

Public Relation Departement berada pada Struktur Organisasi Korporat PT.Nitrasanata Dharma yang dipimpin oleh seorang Corporate Secretary Division. Corporate Secretary Division membawahi Legal Departement dan

Public Relation Departement.

Job Description Kepala Departement Public Relations 1. Tujuan Jabatan

Mengkoordinasikan dan memfasilitasi segala kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan kehumasan perusahaan serta perannya sebagai perwakilan perusahaan (Liaison) dalam menjalin komunikasi dengan pihak luar dan para

(10)

2. Tanggung Jawab Utama (Main Responsilbility) PERENCANAAN

a. Merencanakan program dan jadwal pertemuan rutin dengan para

stakeholder dalam rangka menjalin komunikasi yang intensif dan kondusif.

b. Menentukan prioritas dan merencanakan agenda kerja departemen serta distribusi pekerjaan kepada para staf di bawahnya.

c. Merencanakan dan mengusulkan pelatihan untuk staf Departemen PR d. Membuat rencana anggaran kegiatan dalam setahun

TUGAS POKOK

a. Mengkomunikasikan kebijakan perusahaan dan atau pemerintah kepada pihak internal dan eksternal

b. Membangun dan memelihara jaringan yang kuat di bidang tata kelola perusahaan dan mewakili JEC antar-lembaga/Komite di luar JEC untuk berbagi ide, tren dan praktik terbaik perusahaan

c. Mengumpulkan segala informasi yang akurat dari sumber terpercaya sebagai dasar membangun komunikasi yang baik dan terpercaya

d. Mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan dengan pihak-pihak internal terkait bila dibutuhkan demi terjalinnya komunikasi yang lancar dengan pihak luar demi menjaga citra perusahaan yang baik.

e. Membangun hubungan kerja yang baik di lingkungan departemen PR. f. Membangun dan membina hubungan baik dengan media dan pihak lain

(11)

PENGAWASAN

a. Melakukan pengawasan dan kontrol terhadap jaringan kerjasama yang telah terbina dengan berbagai pihak Stakeholder.

b. Melakukan pengawasan terhadap kinerja para staf Departemen PR

KOORDINASI

a. Seluruh Divisi/Departemen Terkait b. Kadiv Sekretariat Perusahaan c. Seluruh Staf Departemen PR d. Para Stakeholders

e. Media/Pers PELAPORAN

a. Melakukan pelaporan secara berkala kepada Kepala Divisi Sekretariat Perusahaan sebagai hasil pertanggungjawaban pekerjaan.

b. Membuat laporan penanganan kasus-kasus khusus (bila ada) 3. Indikator Kinerja / Performance Indicator

a. Komunikasi & transparansi Perhitungan harga saham perusahaan b. Dipublikasikannya hasil laporan audit tepat waktu

c. Jumlah Rujukan dari rumah sakit lain

d. Pengakuan dari lembaga internasional sepeti AAEH & WAEH e. Liputan yang baik di media (AVE index)

f. Minimalisir komplain

g. Jumlah kerja sama/List mitra/stakeholder h. Jumlah CSR

(12)

4.2 Hasil Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana proses kerja program Corporate Social Responsibility JEC terutama dalam pemberantasan katarak bagi warga sekitar Jakarta Barat, peneliti melakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif melalui proses wawancara dan observasi secara langsung dengan melakukan pengamatan selama proses kegiatan CSR di Jakarta Eye Center @ Kedoya yang betempat di Jl. Terusan Arjuna Utara No.1, Kedoya, Jakarta Barat. Adapun nara sumber dalam penelitian ini yaitu dr. Ucok P. Pasaribu,SpM selaku wakil ketua dari CSR JEC, Bpk Muharyanto, SH selaku Kepala Divisi Corporate Secretary dari JEC yang membahawi langsung Public Relation, Ibu Mubadiyah, P.si selaku Kepala Divisi Marketing yang menjadi PR dari kegiatan pada CSR JEC, Deni Wahyuni selaku staf marketing yang menjadi sie-marketing pada CSR JEC dan Ibu Siti Indarsyah selaku pasien yang mendapatkan operasi katarak gratis pada program CSR JEC.

Berikut adalah hasil yang diperoleh dari wawancara beberapa nara sumber yang telah dipilih sesuai dengan konsep penelitian dan fokus penelitian serta hasil observasi peneliti :

4.2.1 Hasil Wawancara

4.2.1.1 Program CSR JEC dalam Pemberantasan Katarak dengan Teknologi Sinar Laser Tanpa Pisau (Bladeless Laser Cataract Surgery) bagi warga sekitar Jakarta Barat.

JEC@Kedoya menyelenggarakan kegiatan operasi katarak gratis untuk 70 warga sekitar Jakarta Barat yang kurang mampu yang dilakukan pada bulan

(13)

Oktober 2012. Acara ini diadakan untuk menyambut Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day) yang jatuh pada bulan Oktober, program ini juga adalah satu program Corporate Social Responsibility (CSR) JEC yang merupakan bentuk dukungan JEC terhadap gerakan MATAHATI yang peduli pada kesehatan mata. Warga yang ingin mendapatkan operasi gratis cukup menyerahkan SKTM, KTP dan surat pengantar dari Gereja St. Andreas yang telah bekerja sama dengan JEC untuk melakukan seleksi terhadap kriteria pasien operasi katarak yang akan menjadi sasaran kegiatan CSR ini.

Pada saat melakukan wawancara peneliti menanyakan mengenai latar belakang dilakukannya program CSR JEC kali ini kepada Kepala Divisi Marketing, berikut adalah hasil wawancara dari Ibu Mubadiyah, P.si :

“CSR salah satu kegiatan sosial yang dilakukan oleh JEC sudah sejak 28 tahun yang lalu, dimana selain JEC melakukan kegiatan profit, JEC juga melakukan kegitan non profit dibidang sosial denga menjalin hubugan baik dengan warga sekitar. JEC melakukan kegiatan CSR dalam agendanya adalah setahun 2 kali yaitu pada bulan Februari dan bulan Oktober. Kadang pernah juga 3 kali dalam setahun apabila ada suatu kerja sama dengan program pemerintah atau organisasi lain. Bulan Februari bertepatan dengan ulang tahun JEC dan pada bulan Oktober bertepatan dengan hari penglihatan sedunia. Dikarena JEC@Kedoya baru beroperasional pada bulan April 2012 maka pada bulan Oktober ini adalah CSR pertama yang dilakukan oleh JEC@Kedoya. Pada CSR JEC kali ini, JEC mengambil tema yaitu Pemberantasan Katarak dengan teknologi Bladeless Laser Cataract Surgery, hal ini dikarenakan JEC sebagai rumah sakit khusus mata maka setiap kegiatan CSR yang dilakukan oleh JEC dengan melakukan operasi katarak. Hampir 85% CSR JEC yaitu operasi katarak hal ini juga berdasarkan data dari WHO bahwa salah satu penyebab kebutaan di Dunia dan di Indonesia adalah karena katarak. Oleh karena itu JEC bekerja sama dengan gerakan MATAHATI mendukung pemerintah dalam pemberantasan katarak dan mencapai vision 2020 untuk menurunkan angka kebutaan yang diakibatkan oleh katarak. Hal lain yaitu JEC@kedoya merupakan rumah sakit mata yang baru saja berdiri jadi sekaligus memperkenal JEC kepada khalayak masyarakat khususnya masyarakat sekitar Jakarta Barat dan lebih meningkatkan awareness masyarakat/publik terhadap JEC.”

(14)

4.2.1.2 Pengumpulan Fakta

Pada tahap awal untuk mengetahui bagaimana proses kerja program

corporate social responsibility yang dilakukan oleh JEC yaitu dengan mengetahui bagaimana pengumpulan fakta yang dilakukan sehingga dilakukannya program CSR dalam pemberantasan katarak. Tahapan ini merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh data yang aktual agar program CSR yang dilakukan oleh JEC tepat sesuai dengan tujuan sasarannya.

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan informasi mengenai bagaimana pengumpulan fakta yang dilakukan oleh JEC terkait dengan kegiatan CSR dalam pemberantasan katarak yang telah dilakukan Oktober 2012. Pada tahap ini peneliti juga menanyakan tujuan dari kegiatan CSR JEC. Hal ini dijelaskan oleh Wakil Ketua CSR yaitu dr. Ucok P. Pasaribu, SpM, bahwa:

“Sebelum pengumpulan fakta ini, kita melakukan rapat panitia dengan seluruh tim CSR. Sebenarnya dasar kita melakukan CSR ini adalah dalam rangka memperingati hari penglihatan sedunia yang jatuh pada bulan Oktober. Karena JEC sebagai pusat pelayanan kesehatan mata, JEC punya tekad juga dalam mendukung program pemerintah dalam hal vision 2020 untuk menurunkan angka kebutaan yang diakibatkan oleh katarak. Oleh karena itu CSR yang dilakukan saat ini dalam rangka pemberantasan katarak. Adapun dari mana kita mengumpulkan fakta ini tentu saja berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia/WHO yang menyebutkan bahwa sebanyak 1.5 persen populasi di Indonesia mengalami kebutaan dan katarak (gangguan pada lensa mata) adalah salah satu penyebab utama. Ini berarti di Indonesia terdapat 210.000 penderita katarak tiap tahunnya.”

Hal serupa juga peneliti tanyakan kepada Bpk Muharyanto, SH sebagai

corporate secretary perusahaan yang juga membawahi public relations yang mengatakan bahwa :

“JEC melakukan CSR memang salah satu kegiatan yang sudah secara rutin setiap tahunnya dilakukan. Tapi pada kegiatan CSR tahun ini

(15)

memang agak berbeda karena khususnya JEC@Kedoya yang baru saja beroperasional pada awal april 2012. Karena dengan kegiatan CSR ini juga merupakan salah satu cara untuk menjalin hubungan dengan warga sekitar dalam hal sosial. JEC melakukan pengumpulkan data untuk mencari sasaran yang tepat untuk menjadi calon pasien dalam kegiatan CSR ini dengan melakukan pencarian melalui browsing internet mencari suatu perkumpulan/organisasi warga sekitar JEC@Kedoya yaitu wilayah Jakarta Barat.”

Pada kesempatan lain peneliti juga mendapatkan informasi yang lebih dari Ibu Mubadiyah, P.si yang langsung terjun dalam proses pengumpulan fakta untuk kegiatan CSR, dia menjelaskan bahwa :

“Kegiatan CSR JEC kali ini tema yang kita angkat yaitu pemberantasan katarak dengan bladeless laser cataract surgery (teknologi laser tanpa pisau bedah) yang juga merupakan kegiatan CSR JEC@Kedoya yang pertama kali dilakukan. Salah satu tujuan JEC melakukan kegiatan CSR ini adalah dalam rangka memperingati hari penglihatan sedunia yang jatuh pada bulan Oktober dan sekaligus juga menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar JEC dikarenakan JEC@Kedoya merupakan rumah sakit yang baru beroperasional april 2012.Salah satu fakta yang kami dapatkan dari WHO bahwa 1.5 persen populasi di Indonesia mengalami kebutaan dan katarak. Hal ini juga yang memacu perusahaan kami dalam hal vision 2020 untuk menurunkan angka kebutaan dari gangguan katarak. Kegiatan ini juga dilakukan dalam rangka memperkenalkan JEC dengan warga sekitar JEC@Kedoya yaitu khususnya wilayah Jakarta Barat. Kami dari panitia telah memutuskan untuk memilih sasaran target yaitu warga sekitar Jakarta barat karena pada dasarnya pasien terbanyak kami juga adalah warga sekitar Jakarta barat. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami mengumpulkan data dari berbagai kelompok masyarakat yang ada disekitar Jakarta Barat yang mempunyai akses yang mudah untuk mendapatkan calon pasien untuk menjadi target baksos kami. Cara yang kami lakukan yaitu dengan browsing nama organisasi yang ada di wilayah Jakarta Barat sehingga di dapatkatkanlah Paroki Kedoya Gereja St. Andreas Kecamatan Kebon Jeruk - Jakarta Barat. Kami memilih gereja ini melihat jangkauan jamaatnya yang cukup luas yang mewakili seluruh warga Jakarta Barat khususnya dekat dengan JEC@Kedoya.”

Pada kesempatan yang lain, peneliti juga mewawancarai pihak eksternal dalam kegiatan CSR ini yaitu Ibu Siti Indarsyah selaku pasien yang mendapatkan

(16)

operasi gratis katarak. Peneliti menanyakan darimana Ibu mendapatkan informasi mengenai program CSR yang dilakukan oleh JEC, ia menjelaskan bahwa :

“Saya mendapatkan informasi ini dari Gereja St. Andreas Paroki Kedoya, kebetulan saya adalah jamaah gereja tersebut. Pihak seksi sosial dari Gereja menginformasikan kepada jamaahnya bahwa JEC@Kedoya akan melakukan kegiatan operasi katarak gratis bagi warga yang kurang mampu khususnya yang berdomisili di wilayah Jakarta Barat. Persyaratannya juga cukup mudah, hanya dengan membuat surat pengantar dari Gereja, SKTM(Surat Keterangan Tidak Mampu) dari RT setempat dan usia diatas 40 tahun, mempunyai keluhan penglihatan kabur serta melakukan pemeriksaan sebelum melakukan operasi.”

Kemudian peneliti juga mewawancarai staf pelaksana marketing yaitu Deni Wahyuni, peneliti menanyakan bagaimana proses pengumpulan fakta yang dilakukan oleh JEC dalam kegitan CSR ini, ia menjelaskan :

“Sebenarnya pada tahap awal program CSR ini, saya tidak dilibatkan secara langsung pada saat rapat panitia, saya hanya langsung menjalankan peritah dari atasan saya hal apa yang akan dilakukan. Saya lebih berperan pada saat pelaksanaan saja. Hanya saja yang saya mengetahui bahwa seluruh pengumpulan data memang dikerjakan langsung oleh atasan saya yaitu ibu Mubadiyah, Ibu Mubadiyah dengan dokter Jenny (selaku wakil medis dari JEC) langsung mendatangi Gereja St.Andreas setelah melakukan perjanjian melalui telepon dengan pihak seksi sosial gereja. Pihak JEC membawa surat dari perusahaan yang meminta kerjasama dengan Gereja St. Andreas untuk membantu mengumpulkan dan melakukan seleksi bagi para calon peserta kegiatan operasi katarak gratis untuk 70 orang target pasien dengan kriteria yang telah ditentukan oleh JEC.”

(17)

4.2.1.3 Perencanaan dan Pemprograman

Setelah pengumpulan fakta dan data, maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh JEC dalam program CSR ini adalah perencanaan yang merupakan proses kedua dalam rangkaian kegiatan. Dalam tahapan perencanaan kegiatan CSR ini, peneliti melakukan wawancara kepada seluruh nara sumber. Peneliti ingin mengetahui bagaimana proses perencanaan yang dilakukan oleh JEC dalam kegiatan CSR ini. Pertama kali hal ini dijelaskan oleh Dr. Ucok P. Pasaribu, SpM yang menjelaskan bahwa :

“Tahap perencanaan merupakan tahap yang sangat penting dalam kegiatan ini, karena tanpa perencanaan yang matang maka kegiatan ini tidak akan berjalan dengan lancar. Pada tahap ini, dibentuklah kepanitiaan CSR yang terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Penasehat, Tim Dokter Operator, Tim Persiapan Pasien, Sie.Bendahara, Sie.Marketing&Bisnis, Sie.Sekretaris, Sie.Public Relations, Sie.Konsumsi&Logistik, Sie.Administrasi, Sie.Poliklinik, Sie.Bedah, Sie.InfoJEC, dan Sie.Transportasi. Kepanitiaan ini akan berubah setiap tahunnya, karena memang JEC tidak punya struktur yang tetap yang disahkan oleh perusahaan. Masing-masing Sie yang telah di tunjuk orangnya akan membuat perencanaan masing-masing yang akan di laporkan kepada ketua panita atau wakil ketua.”

Untuk keseluruhan detail kegiatan perencanaan JEC membagi kepanitiaan dengan melibatkan seluruh divisi terkait yang dapat memperlancar kegiatan CSR ini, hal ini lebih lengkap dijelaskan oleh Ibu Mubadiyah P.si tentang bagaimana proses perencanaan yang dilakukan oleh JEC dalam program CSR ini, beliau menjelaskan :

“Persiapan kegiatan CSR JEC dilakukan kurang lebih satu bulan setengah sebelum acara dilaksanakan. Sebelumnya ditetapkanlah kepantiaan untuk kegiatan CSR yang juga melibatkan PR, Marketing serta Pengembangan Bisnis JEC. Setelah penetapan panitia, kemudian sie masing-masing mempunyai tanggung jawab terhadap perencanaan jumlah budget yang akan dikeluarkan untuk seluruh persiapan yang nanti nya seluruh laporan budget akan dikumpulkan kepada saya, yang selanjutnya

(18)

nanti akan saya laporkan kepada bagian bendahara. Pada kesempatan ini panitia sudah mulai menetapkan kapan acaranya, dimana acaranya dan sasaran untuk kegiatan CSR yang dilakukan. Setelah mendapatkan calon sasaran, Kami mulai melakukan screening bagi pasien yang sudah mendaftarkan diri kepada Gereja St.Andreas. Pasien ini nantinya akan dilakukan pemeriksaan pre-operasi. Screening ini dilakukan kurang lebih dalam waktu satu minggu sebelum kegiatan CSR dilakukan. Sekitar 70 orang calon pasien operasi katarak datang ke JEC hanya dengan melampirkan surat pengantar dari Gereja dan membawa SKTM dan KTP. Pada tahap ini pun mulai lah ditetapkan siapa saja nantinya akan diundang baik dari media maupun dari pihak yang dianggap penting oleh JEC untuk hadir seperti Gerakan MATAHATI yang sama-sama peduli akan kesehatan mata sehingga masalah kebutaan dapat diatasi dengan kegiatan CSR ini.”

Peneliti juga ingin mengetahui apa fungsi Public Relation pada tahap perencanaan ini , hal ini dijelaskan oleh Bpk Muharyanto, SH selaku corporate secretary yang membawahi langsung departemen PR :

“Pada dasarnya PR mempunyai peranan yang cukup penting dalam hal perencanaan, hanya saja memang saat ini seluruh kegiatan PR masih dilakukan oleh marketing, baik itu dalam publikasi, menghubungi pihak media maupun kerjasama dengan pihak Gereja St. Andreas. Hampir seluruh kegiatan PR dilakukan oleh bagian marketing.”

Apa yang dikatakan oleh Bapak Muharyanto, SH pun ditambahkan oleh Ibu Mubadiyah, P.si :

“Sebenarnya PR mempunyai peranan yang sangat penting pada kegiatan ini terutama dalam hal menyusun perencanaan dan nantinya tahap pelaksanaan dan evaluasi. Hanya saja saat ini memang seluruh kegiatan CSR yang dilakukan oleh PR masih semuanya dilakukan oleh bagian marketing, salah satu halnya dikarenakan memang belum ada orang khusus yang menduduki posisi PR. Nantinya PR yang dalam struktur organisasi ada di bawah corporate secretary diharapkan dapat menjadi penghubung langsung dengan direksi dalam hal pengambilan keputusan perusaahaan yang berhubungan dengan hal kehumasan. Pada kegiatan CSR ini saya memang banyak yang melakukan kegiatan ke-PR an karena dulu saya pernah membawahi PR dan berkecimpung dalam marketing communication, dimana berhubungan dengan media ataupun dalam kegiatan CSR seperti ini sudah biasa dilakukan oleh gabungan marketing dan PR.”

(19)

Hal serupa juga dipertegas oleh staf marketing yang melakukan kegiatan PR pada proses perencanaan seperti yang dijelaskan oleh Deni Wahyuni sebagai berikut :

“Pada tahap ini yang saya lakukan yaitu membuat surat undangan yang akan dikirim ke beberapa media yang telah ditentukan dan juga menyertakan press release yang telah dibuat oleh staf yang diperbantukan dalam kegiatan PR yang disetujui oleh kepala divisi marketing dan persetujuan dari corporate secretary. Kemudian saya juga mempersiapkan gody bag untuk para wartawan yang nantinya akan menghadiri conference pers, saya juga yang melakukan koordinasi tentang kesiapan seluruh ruangan yang akan digunakan dan berkoordinasi langsung juga dengan bagian multimedia dalam hal rekaman acara kegiatan CSR.”

Peneliti juga mempertanyakan melalui media apa saja publikasi program CSR JEC akan dilakukan, Deni Wahyuni menambahkan :

“Kegiatan CSR ini di siarkan secara life report oleh Radio Sonora pada saat press conference, JEC mengundang lebih dari 10 CEO media dan beberapa rekan dari media tetapi untuk publikasi ke media cetak maupun elektronik tidak ada yang dilakukan oleh JEC. JEC hanya mengundang beberapa media dalam kegiatan conference pers.

Ibu Mubadiyah, P.si selaku kepala divisi marketing dan PR dalam kegiatan CSR ini pun menjelaskan bahwa :

“JEC sudah menjalin hubungan yang baik dengan beberapa media seperti Kompas, Harian Guo Ji Ri Bao, Intisari, Radio Sonora FM, The Jakarta Post, Majalah PREVENETION dan juga InfoPuri oleh karena itu media tersebut kami rencanakan untuk diundang mengikuti acara konferensi pers yang diadakan bertepatan dengan pelaksanaan kegiatan CSR. Untuk publikasi ke sasaran target CSR, saya langsung menghubungi pihak Gereja St.Andreas yang sudah dipilih untuk bekerjasama mencari calon sasaran dan langsung membuat surat kerjasama dengan seksi sosial gereja tersebut dan ketempat Gereja tersebut untuk menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh pihak Gereja.”

(20)

Kemudian peneliti juga menanyakan kepada calon pasien tentang bagaimana proses perencanaan yang dilakukan seperti yang dijelaskan oleh Ibu Siti Indarsyah sebagai berikut :

“Setelah saya diberi informasi oleh pihak Gereja St.Andreas dan memenuhi syarat sesuai dengan kriteria yang diberikan oleh JEC, maka saya diberikan surat pengantar dari Gereja untuk datang ke JEC dengan membawa SKTM dan KTP. Paling lambat penerimaan calon pasien yaitu pada tanggal 27 September 2012. Pada tahap perencanaan awal JEC memberikan gratis biaya untuk kegiatan pemeriksaan pre-operasi (screening kesehatan), operasi katarak, obat post operasi dan satu kali konsultasi post operasi dengan dokter spesialis mata. Kegiatan perencanaan pasiennya berjalan dengan lancar dan hasilnya pun saya bisa menjadi calon kandidat pasien CSR ini.Setelah semua pemeriksaan selesai maka saya diberikan surat pengantar untuk penjadwal operasi, karena kegiatan CSR ini berlangsung dari tanggal 2-5 Oktober 2012.” 4.2.1.4Aksi dan Komunikasi

Pada tahap ini JEC melakukan aktivitasnya dengan melakukan aksi dan komunikasi sebagai wujud yang telah disusun dan direncanakan sebelumnya. Dalam pelaksanaan kegiatan yang sudah direncanakan eksekusi merupakan hal penting mengingat tahapan ini dapat mengetahui bagaimana hasil dari program

Corporate Social Responsibily (CSR) dalam pemberantasan katarak yang dilakukan oleh JEC.

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini, berikut seperti yang disampaikan oleh Ibu Mubadiyah, P.si , ia menjelaskan mengenai cara penyampaian pesan kepada khalayak masyarakat yang menjadi sasaran dalam program CSR dan juga publikasi untuk media :

“Komunikasi yang kami lakukan untuk mecari calon untuk menjadi target dari program kami yaitu dengan menghubungi langsung pihak Gereja St. Andreas yang sebelumnya sudah kami hubungi untuk melakukan perjanjian ditempat Gereja tersebut dengan membawa surat dari

(21)

pimpinan perusahaan JEC bahwa JEC akan melakukan program CSR yaitu bakti sosial operasi katarak gratis dikhususkan bagi warga yang tidak mampu. Dari pihak JEC kami memberikan beberapa kriteria yang akan menjadi calon dari pasien untuk selanjutnya pihak Gereja St. Andreas akan mensosialisasikan program kami kepada seluruh jamaatnya yang berada di kawasan Jakarta Barat.

Selain melakukan sosialisasi kepada sasaran untuk target pasien operasi, maka dari pihak marketing yang menjalankan fungsi PR pun melakukan sosialisasi kebeberapa media seperti yang dijelaskan oleh Deni Wahyuni sebagai berikut :

“Satu minggu sebelum kegiatan CSR dilakukan maka kami mengundang beberapa media yang sebelumnya sudah pernah bekerjasama dengan JEC untuk datang menghadiri program CSR yang dilakukan oleh JEC. Undangan kami kirimkan melalui surat dan melalui email ke beberapa media seperti harian Kompas, Harian Go Ji Ri Bao, Harian Indonesia, Jawa Post, Intisari, dan juga untuk Gerakan MATAHATI serta melampirkan juga press release yang sudah dibuat oleh JEC.”

Peneliti juga mempertanyakan mengenai bagaimana mengenai anggaran yang dibutuhkan dan juga segala persiapan yang sudah direncanakan sebelumnya untuk dilakukan, Ibu Mubadiyah, P.si kembali menjelaskan :

“Segala persiapan yang sudah direncanakan sebelumnya pada tahap perencanaan dilakukan oleh masing-masing sie yang bertanggung jawab, baik untuk kesiapan hal anggaran yang sudah disediakan khusus untuk kegiatan CSR dan juga kesiapan jadwal acara yang akan dilakukan, kesiapan dari pasien yang akan menjalankan operasi yang sudah masuk dalam kriteria, kami juga mengkomunikasikan kepada seluruh panitia terkait untuk saling koordinasi nantinya pada saat kegiatan dimulai. Kami juga memastikan bahwa semua undangan sudah dikirikan kepada media.”

Untuk kesiapan seleksi pasien yang akan menjadi calon peserta lebih lengkap nya juga dijelaskan oleh Ibu Mubadiyah, P.si :

“Pendaftaran untuk calon pasien yang akan melakukan operasi sudah ditutup sejak 27 September 2012. Kami ada peningkatan untuk jumlah calon peserta yang awalnya direncanakan 60 peserta menjadi 70 peserta. Pada tahap screening semua berjalan dengan lancar karena persiapan

(22)

calon pasien juga sudah dikerjakan kurang lebih seminggu sebelum kegiatan CSR dilakukan.

Peneliti juga menanyakan bagaimana proses kegitan pelaksanaan pada hari pertama kegiatan sampai dengan akhir kegiatan CSR dilakukan, hal inipun kembali dijelaskan oleh Ibu Mubadiyah, P.si :

“Pada hari pertama yaitu pada tangal 2 Oktober 2012, kegiatan operasi dimulai dari pukul 12.00 WIB sebanyak 15 pasien yang sudah terjadwal operasi dengan dikerjakan oleh 3 dokter operator, hari pertama berjalan cukup lancar. Pada hari kedua jumlah pasien yaitu 20 pasien dengan 4 dokter operator, hari ketiga sebanyak 20 pasien dengan 4 dokter operator dan hari terahir sebanyak 15 pasien dengan 3 dokter operator. Setiap hari nya proses kegiatan berjalan lancar.”

Kemudian peneliti menanyakan lebih lanjut mengenai bagaimana publikasi yang dilakukan dan bagaimana kegiatan press conference, beliau menjelaskan :

“Kegiatan publikasi kepada media sudah kami lakukan satu minggu sebelum kegiatan CSR dilakukan, proses publikasi tersebut dilakukan oleh staf saya. Kami mengirim email kepada beberapa media yang memang sudah pernah bekerja sama dengan kami. Kemudian juga melalui post dan mengkonfirmasi by phone tentang kehadiran media. Media kami undang untuk hadir pada acara press conference yang dilakukan pada hari kedua kegiatan CSR. Kami sudah mempersiapkan 25 gody bag untuk undangan wartawan atau pun undangan. Memang dari total seluruh undangan yang kami kirimkan sekitar lebih dari 10 media dan rekan-rekan media, tidak semuanya datang. Mungkin hal ini karena kami memang tidak melakukan publikasi ke media elektronik ataupun media cetak. Kami hanya mengirimkan undangan beserta press release.

Peneliti juga menanyakan lebih lanjut apakah ada kendala ataupun hambatan selama kegiatan CSR inipun berlangsung kepada beberapa nara sumber, pertama dijelaskan oleh Bpk Muharyanto, SH :

“Selama kegiatan tidak ada kendala yang cukup berarti, karena pada dasarnya kami sebelumnya sudah sering melakukan kegiatan CSR ini walaupun di cabang kami yang lain. Jumlah target yang ingin kami capaipun sesuai walaupun memang ada perubahan dari awal

(23)

perencanaan yang awalnya hanya 60 pasien dan pada akhirnya harus menambah 10 pasien lagi. Karena tidak mudah mendapatkan pasien yang sesuai dengan kriteria dalam waktu yang cukup singkat.”

Dokter Ucok P. Pasaribu, SpM selain sebagai wakil dari CSR JEC juga menjadi dokter operator dalam kegiatan CSR menambahkan mengenai pelaksanaan dalam kegiatan CSR, beliau mengatakan :

“Kegiatan operasi berjalan dengan lancar, dari segi persiapan alat, persiapan dokter, persiapan ruang bedah, persiapan obat, kesiapan dokter anestesi, dan jalannya operasi. Hanya saja memang ada beberapa pasien yang pengerjakaannya cukup lama dikarenakan masing-masing kondisi mata pasien yang tingkat kataraknya berbeda-beda sehingga proses operasi menjadi cukup lama untuk setiap pasiennya dan membuat kegiatan ini pun jadi mundur dari jadwal yang telah ditetapkan.”

Selanjutnya dari staf marketing Deni Wahyuni menjelaskan mengenai kendala atau hambatan yang dihadapi selama proses kegiatan CSR berlangsung :

“Sebenarnya proses kegiatan berjalan dengan cukup lancar, tapi memang ada saja sedikit kendala pada saat akan mengadakan conferensi pers. Terjadinya perpindahan tempat dan kurang komunikasinya panitia dengan nara sumber utama sehingga konferesi perspun telat dilakukan padahal beberapa undangan sudah datang. Sehingga kami berinisiatif agar wartawan yang hadir pun bisa berkeliling untuk meliput kegitan operasi katarak yang bisa disaksikan secara langsung.Dari jumlah wartawan dan undangan yang hadir juga tidak sesuai dengan yang kami harapkan.”

Pada kesempatan terakhir peneliti bertanya kepada pasien yaitu Ibu Siti Indarsyah mengenai pelaksanaan selama kegiatan CSR berlangsung :

“Saya sangat senang sekali saat saya mendapatkan informasi bahwa ada operasi katarak gratis yang akan dilakukan oleh JEC khususnya bagi kami warga yang tidak mampu. Selama proses kegiatan dilakukan mulai dari saya datang ke JEC dari pendaftaran lalu screening semua berjalan dengan lancar. Saya dilayani dengan baik dan diperiksa dengan baik oleh petugas yang ada disini. Operasi saya juga cukup lancar dan sangat cepat tidak lebih dari 20 menit sudah selesai.

(24)

Ternyata kalau dilihat dari beberapa penjelasan dari beberapa nara sumber di atas, maka disimpulkan bahwa secara keseluruhan kegiatan berjalan dengan lancar hanya saja ada beberapa kendala yang terjadi di lapangan hanyalah masalah teknis saja.

4.2.1.5Evaluasi

Tahap evaluasi adalah tahap dimana hasil dari kegiatan yang telah dilakukan selama acara berlangsung akan dikaji ulang. Dalam tahap ini juga akan diketahui apakah kegiatan yang telah dilakukan telah berhasil atau justru tidak memberikan dampak apapun, baik bagi perusahaan ataupun bagi masyarakat.

Peneliti menanyakan apakah ada evaluasi yang dilakukan setelah kegiatan CSR Pemberantasan Katarak ini dilakukan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan acara CSR, hal ini dijelaskan oleh Ibu Mubadiyah, P.si :

Kita melakukan beberapa evaluasi dengan mengumpulkan hasil liputan dari media dan melihat jumlah media yang diundang datang semua atau tidak. Kemudian juga melihat jumlah target yang menjadi sasaran CSR tercapai atau tidak. Kita juga langsung melakukan wawancara dengan pasien yang telah melakukan operasi katarak pada kegiatan CSR ini. Pada kesempatan lain, Deni Wahyuni sebagai staf marketing yang terkait langsung dalam pelaksanaan acara mengatakan :

“Saya memang mengumpulkan beberapa berita yang diliput dari media, hanya saja untuk report hasil kegiatan memang tidak ada. Setelah kegiatan berlangsung tidak ada lagi rapat evaluasi yang dilakukan. Kita hanya melihat dari target yang sudah tercapai.”

Dari dua nara sumber mengatakan hal yang sama dalam hal evaluasi hanya dengan melihat dari target yang tercapai dari kegiatan tersebut. Selanjutnya peneliti juga langsung mewawancarai pasien yang telah selesai dilakukan operasi

(25)

yaitu Ibu Siti Indarsyah. Peneliti menanyakan bagaimana pelayanan yang diberikan oleh JEC dalam kegiatan CSR :

“Saya merasa sangat senang sekali, sekarang saya bisa melihat dengan jelas. Saya bersyukur dan merasa nyaman. Waktu operasi nggak sakit, cuma pegel-pegel. Saya sangat berterima kasih kepada bapak Direktur JEC yang telah melakukan acara seperti ini bagi kami yang tidak mampu. Saya merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh JEC dan saya sangat berharap bahwa kegiatan seperti ini dapat diadakan lagi dengan frekuensi yang lebih banyak.”

Apa yang dikatakan Ibu Siti Indarsyah menjelaskan bahwa dari segi pelayanan yang diberikan oleh JEC pada kegiatan CSR ini bisa dibilang berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan oleh target sasarannya.

Lain halnya apa yang dikatakan oleh dokter Ucok P. Pasaribu, SpM pada saat ditanyakan mengenai evaluasi yang dilakukan oleh JEC pada kegiatan CSR kali ini, ia mengatakan bahwa :

“Bisa saya katakan bahwa kegiatan CSR dalam rangka menyambut hari penglihatan sedunia ini berhasil dari segi pelayanan yang diberikan kepada target sasaran CSR, hanya saja ada kendala yang terjadi selama pelaksanaan pada saat proses operasi dilakukan yaitu waktu yang dibutuhkan untuk melakukan operasi tidak sesuai dengan jadwal. Hal ini tentu saja akan menjadi evaluasi kedepannya nanti dalam mempersiapkan kegiatan CSR yang sama.”

4.2.2 Hasil Observasi

Hasil observasi peneliti peroleh melalui observasi partisipan yang mana peneliti menjadi peserta aktif dalam penelitian proses kerja program CSR JEC. Peneliti dilibatkan dalam susunan kepantiaan sebagai Sie. Public Relation.

(26)

No Kegiatan Hasil Observasi Dokumentasi Ket

1 Pengumpulan

Fakta - Pengumpulan Data mengenai penderita katarak di Indonesia sumber WHO - Mencari organisasi

untuk bekerja sama dengan JEC untuk mendapatkan calon pasien CSR yang akan dilakukan operasi katarak -List pasien operasi katarak yang mengikuti CSR -Paroki Kedoya Gereja St.Andreas Lampiran 8 Lampiran 14 2 Perencanaan dan Pemprograman - Pembetukan Kepanitiaan CSR - Penentuan Tempat Kegiatan CSR - Persiapan Budget CSR - Menentukan Target Pasien CSR

- Kerja sama dengan

Gereja St. Andreas - Menetapkan kriteria untuk pasien CSR - Mempersiapkan Undangan kepada Media - Persiapan press conference -Susunan Panitia CSR JEC 2012 -Rencana Anggaran CSR -Surat kerjasama dengan Gereja St.Andreas -Notulen rapat panitia CSR Lampiran 4 Lampiran 7 Lampiran 13 Lampiran 9 3 Aksi dan

Komunikasi - Bentuk kerja sama dengan Gereja St. Andreas

- Udangan ke Media

- Press Release - Press conference - Tidak ada banner

ataupun brosur pada kegiatan CSR

- Liputan Radio Sonora saat press conference

-Foto-foto kegiatan CSR -Undangan Media -Foto press conference Lampiran 10 Lampiran 5 Lampiran 14 Lampiran 11

4 Evaluasi - Media yang

memberitakan kegiatan CSR

- Pencapaian target - Tidak ada hasil laporan

kegiatan berupa evaluasi

-Liputan Media Lampiran 12 Tabel 4.1 Hasil Observasi Penelitian

(27)

4.2.2.1 Pengumpulan Fakta

Observasi pertama kali di lakukan pada hari Kamis, 28 September 2012, pada saat rapat ke-3 persiapan CSR JEC yang dipimpin oleh Ketua CSR yaitu dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM yang dihadiri oleh seluruh panitia CSR. Hasil rapat menetapkan upadate susunan panitia baksos 2012 serta jumlah target dari peserta Program CSR, menetapkan anggaran untuk CSR, menetapkan tim dokter operator pelaksana baksos katarak, serta merencanakan publikasi ke media elektronik dan media cetak. Rapat berlangsung kurang lebih 1 jam 30 menit. Peneliti mendapatkan tugas untuk membuat press release yang akan dikirimkan ke beberapa media. Kegiatan rapat berjalan cukup lancar dan ada beberapa pokok pembahasan rapat yang harus segera dilakukan terutama mengenai publikasi, dimana acara yang tinggal beberapa hari akan dilaksanakan tetapi belum dilakukan publikasi.

4.2.2.2 Perencanaan dan Pemprograman

Peneliti melihat pada hari pertama kegiatan CSR sesuai dengan yang direncanakan acara berjalan dengan lancar. Jumlah Operasi yang dilakukan sebanyak 15 pasien dengan 3 dokter operator. Jumlah target pada hari pertama sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan Operasi di mulai pada pukul 13.00 WIB dengan lama pengerjaan operasi untuk satu orang kurang lebih 15 menit untuk satu mata.

(28)

Gambar 4.4 Jadwal Operasi Program CSR JEC 2 Oktober 2012 Sumber Sumber : Operating Theater JEC

Gambar 4.5 Calon pasien dan keluarga pasien peserta CSR JEC Sumber : IT&Multimedia JEC

Gambar 4.6 Dokter Operator melakukan Operasi Katarak Sumber : IT&Multimedia JEC

(29)

Pada tahap perencanaan peneliti melihat adanya pembagian tanggung jawab kegiatan sesuai dengan susunan panitia yang telah ditetapkan oleh Direktur JEC. Dalam pembuatan anggaran untuk kegiatan CSR dikumpulkan kepada kepala divisi marketing setelah setiap penanggung jawaba kegiatan melakukan anggaran sesusai dengan yang dibutuhkan pada pelaksanaan CSR. Anggaran yang paling tinggi yaitu anggaran untuk alat medis yang akan digunakan untuk persiapan operasi untuk 70 pasien. Anggaran yang telah disiapkan diambil dari dana tahunan yang memang dianggarkan untuk kegiatan CSR kurang lebih 300 juta rupiah.

Peneliti juga melihat perencanaan yang dibuat untuk menetapkan kriteria apa saja yang dapat menjadi calon pasien untuk program CSR dalam pemberantasan katarak. Adapun kriterianya yaitu masyarakat kurang mampu yang berdomisili di wilayah Jakarta Barat, usia diatas 40 tahun, memiliki penglihatan kabur dan bersedia melakukan pemeriksaan pre-operasi (skrining kesehatan) untuk seleksi di JEC@Kedoya. Adapun batas akhir dari pendaftaran calon peserta ditetapkan tanggal 27 September 2012 dan pemeriksaan pre-operasi (skrining kesehatan) dilakukan pada tanggal 24-29 September 2012.

Pada tahap persiapan pembuatan press release dimana peneliti diberikan tugas untuk membantu PR dalam pembuatan press release yang selanjutnya peneliti menyerahkan hasil press release kepada kepala divisi marketing. Selanjutnya divisi marketing akan mengirimkan press release tersebut kepada beberapa media yang telah bekerja sama dengan JEC untuk menghadiri kegiatan CSR yang dilakukan oleh JEC pada tanggal 2-5 Oktober 2012. Denny sebagai

(30)

staf marketing juga sudah membuat draft surat yang akan dikirimkan untuk media tersebut. Surat tersebut juga sekaligus mengundang media untuk datang pada press conference yang akan dilakukan oleh JEC pada hari kedua kegiatan CSR yaitu hari Rabu, 3 Oktober 2012.

4.2.2.3Aksi dan Komunikasi

Tahap aksi dan komunikasi merupakan pelaksanaan dari kegiatan yang sudah direncanakan sebelumnya. Peneliti melihat bahwa kegiatan aksi dan komunikasi hampir semua dikerjakan oleh marketing. Hal yang pertama yaitu penyampaian informasi mengenai kegiatan CSR kepada warga sekitar Jakarta Barat yang menjadi sasaran pada kegiatan CSR kali ini. Pihak Marketing yaitu ibu Mubadiyah selaku kepada divisi marketing menghubungi pihak Gereja St.Andreas yang merupakan organisasi yang dipilih oleh JEC untuk mencarikan calon pasien yang akan mengikuti program CSR JEC dari jamaatnya.

Komunikasi kepada media juga dilakukan oleh Denny yang menjadi staf marketing. Denny mengirimkan surat undangan untuk menghadiri press conference yang dilaksanakan di JEC bertepatan dengan kegiatan CSR pada hari kedua yaitu hari Rabu, 3 Oktober 2013. Peneliti juga melihat press release yang dikirimkan ke beberapa media yang sudah bekerjasama dengan JEC untuk menghadiri kegiatan press conference. Hal ini juga sekaligus sebagai pemberitahuan bahwa JEC melakukan kegiatan CSR dalam pemberantasan katarak bagi masyarakat Jakarta Barat. Peneliti tidak melihat adanya banner ataupun poster yang ada di letakkan dilokasi kegiatan CSR yaitu di Jakarta Eye

(31)

Center. Serta sosialisi ke media cetak maupun elektronik juga tidak dilakukan. Peneliti melihat bahwa pada saat press conference ada radio Sonora yang meliput kegiatan press conference secara live.

Pada hari kedua CSR tanggal 3 Oktober 2013, jumlah pasien yaitu 20 pasien. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan pada hari sebelumnya. Proses Operasi berjalan dengan lancar, tapi ada beberapa jadwal yang tidak sesuai dengan jadwal perencanaan operasi. Hal ini dikarena tingkatan kesulitan operasi pada tiap pasien yang berbeda-beda sehingga setiap pasien bisa melebihi dari waktu yang sudah ditetapkan.

Gambar 4.7 Jadwal Operasi Program CSR JEC 3 Oktober 2012 Sumber : Operating Theater JEC

Gambar 4.8 Dokter Operator melakukan Operasi Katarak Sumber : IT&Multimedia JEC

(32)

Pada saat press conference yang di laksanakan pada Hari Rabu, 3 Oktober 2013. Pada observasi kali ini peneliti juga berpartisipasi sebagai pembawa acara

press conference. Press conference dilakukan di Activity Room LASIK lantai 6 pada pukul 12.30. Nara sumber pada press conference adalah Dr. Darwan M. Purba, SpM sebagai Presiden Direktur PT.NSD/JEC Korporat dan DR. Dr. Tjahjono D.Gondhowiardjo, SpM sebagai Direktur Pengembangan Bisnis dan Pendidikan PT. NSD/JEC Korporat.

Gambar 4.9 Nara sumber pada saat Press conference Sumber : IT&Multimedia JEC

Berikut adalah beberapa kutipan yang peneliti dapatkan dari press conference :

Dr. Purba : “Corporate social responsibility sudah menjadi bagian kami sejak JEC berdiri dan menjadi tradisi sejak 28 tahun yang lalu. Program CSR ini merupakan bentuk dukungan JEC terhadap gerakan „MATA HATI‟ yang peduli terhadap kesehatan mata. Kegiatan CSR juga merupakan komitmen perusahaan untuk membantu program pemerintah memerangi kebutaan di Indonesia yang masih sangat memprihatinkan.”

Dari apa yang telah dikatakan oleh Presiden Direktur PT.NSD/JEC Korporat, peneliti melihat bahwa apa yang dikatakan beliau sesuai dengan

(33)

press release yang diedarkan kepada media. Beliau mengatakan bahwa JEC sudah lama melakukan kegiatan CSR seperti yang dilakukan saat ini, hanya saja karena JEC@Kedoya baru saja beroperasional pada bulan April 2012 maka kegiatan CSR kali ini merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan oleh JEC@Kedoya yang menjadi target sasarannya adalah warga sekitar rumah sakit yaitu daerah Jakarta Barat.

Pada kesempatan tanya jawab ada beberapa pertanyaan yang diajukan oleh media, berikut kutipannya :

Fitrianto dari Media Harian Indonesia: “Berapa jumlah target pasien CSR yang dilakukan oleh JEC dan untuk wilayah mana saja?”

Dr. Purba : “Sesuai dengan rencana awal bahwa target kami yaitu 60 pasien dari masyarakat kurang mampu yang berasal dari warga sekitar Kedoya, Jakarta Barat. Kami melakukan kerja sama dengan Gereja di wilayah tersebut.”

Phillipus Kenny : “Dalam press release yang saya terima, bahwa JEC menggunakan teknologi bladeless laser cataract surgery, teknologi seperti apa itu dan kalau untuk umum berapa biaya yang dikeluarkan untuk sekali operasi?”

Dr. TDG : “Teknologi yang dipakai dalam operasi katarak pada CSR kali ini yaitu teknologi bladeless laser cataract surgery maksudnya adalah bahwa teknologi ini dilakukan tanpa pisau bedah hanya menggunakan laser yang mampu menghilangkan katarak dengan luka infeksi lebih kecil dibandingkan dengan teknologi operasi katarak konvensional. Teknologi ini merupakan teknologi yang paling canggih dan baru pertama kalinya di miliki di seluruh rumah sakit di Indonesia.”

Dari kutipan press conference di atas, peneliti melihat bahwa dalam kegiatan CSR ini selain mempunyai tujuan untuk kegiatan sosial tapi juga sekaligus memperkenalkan alat teknologi terbaru yang dimiliki oleh JEC kepada masyarakat luas. Hal ini terbukti juga dengan press release yang dibagikan kepada seluruh undangan media.

(34)

Jumlah undangan untuk press conferece sebanyak 25 undangan yang telah dikirimkan ke beberapa media dan juga telah disiapkan gody bag. Tetapi yang datang tidak sesuai dengan target. Dilihat dari buku tamu hanya 9 undangan yang datang yaitu dari beberapa media yang diundang.

Gambar 4.10 Jumlah Undangan Pada Press Conference (Buku Tamu) Sumber : Marketing JEC

Gambar 4.11 Situasi Acara Pada Press Conference Sumber : Marketing JEC

Pada press conference juga telah diundang salah satu pasien yang telah dioperasi yang mengikuti kegiatan CSR yaitu Siti Indarsyah.

(35)

Gambar 4.12 Pasien CSR JEC Sumber : Marketing JEC

Gambar 4.13 Wawancara dengan Pasien CSR JEC Sumber : Marketing JEC

Ibu Siti Indarsyah adalah satu dari 70 pasien yang menjadi target pada program CSR JEC yaitu warga sekitar Jakarta Barat.

Peneliti pun menanyakan beberapa pertanyaan kepada pasien pada saat press conference CSR , berikut kutipannya:

Peneliti : “Bagaimana perasaan Ibu setelah mengikuti program CSR dari JEC?”

Ibu Siti : “Saya merasa sangat senang sekali, sekarang saya bisa melihat dengan jelas. Sebelumnya penglihatan saya sudah kabur. Saya bersyukur dan mengucapkan banyak terima kasih.. Saya sangat berterima kasih kepada bapak Direktur JEC yang telah melakukan acara seperti ini bagi kami yang tidak mampu.

(36)

Peneliti : “ Apa harapan ibu terhadap JEC untuk kedepannya mengenai kegiatan CSR ini?”

Ibu Siti : “Kedepannya saya berharap bahwa JEC akan tetap melakukan kegiatan seperti ini kepada warga yang tidak mampu, bahkan dapat menambah target dan wilayah untuk mendapatkan program CSR ini. Saya juga sangat berharap selain mendapatkan operasi gratis, kami juga bisa mendapatkan konsultasi gratis bagi warga yang tidak mampu.”

Dari beberapa pertanyaan yang ditanya oleh peneliti dan dijawab oleh pasien, bisa dikatakan bahwa program CSR ini memberikan dampak yang cukup besar bagi pasien dan sangat bermanfaat serta sangat tepat sasaran sesuai dengan target CSR yaitu warga sekitar yang kurang mampu. 4.2.2.4Evaluasi

Pada tahap evaluasi, selama peneliti melakukan observasi sampai hari akhir kegiatan CSR, tidak terdapat evaluasi yang dilakukan oleh JEC setelah kegiatan berakhir. Peneliti hanya melihat bahwa ada beberapa media seperti kompas, go Ji ri Bao yang memuat berita mengenai kegiatan CSR yang dilakukan oleh JEC pada tanggal 2-5 Oktober 2012.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil yang diperoleh selama peneliti melakukan penelitian mengenai proses kerja program corporate social responsibility JEC dalam pemberantasan katarak bagi warga sekitar Jakarta Barat, pada umumnya Jakarta Eye Center telah melakukan tahapan program CSR sesuai dengan tahapan proses manajemen public relations dalam langkah-langkah pokok proses perencanaan program kerja, yaitu : Pengumpulan Fakta, Perencanaan dan Pemprograman,

(37)

Melakukan Aksi dan Berkomunikasi, serta Evaluasi Program 49, berikut adalah pembahasannya :

4.3.1 Program CSR JEC dalam Pemberantasan Katarak dengan Teknologi Sinar Laser Tanpa Pisau (Bladeless Laser Cataract Surgery) bagi warga sekitar Jakarta Barat.

Proses pengumpulan data dan fakta yang dilakukan peneliti dengan melakukan wawancara mendalam kepada beberapa nara sumber yaitu wakil ketua dari CSR JEC, Kepala Divisi Corporate Secretary, Kepala Divisi Marketing yang menjadi PR dari kegiatan CSR JEC, staf marketing dan pasien yang mendapatkan operasi katarak gratis pada program CSR JEC. Hal ini bertujuan untuk mengetahui proses kerja program CSR JEC dalam pemberantasan katarak bagi warga sekitar Jakarta Barat.

Pada dasarnya kegiatan CSR yang dilakukan oleh JEC merupakan kegiatan yang sudah lama dilakukan sejak JEC berdiri 28 tahun yang lalu. Kegiatan CSR ini sudah rutin dilakukan setiap tahun. Namun pada kesempatan kali ini lebih di fokuskan pada warga sekitar Jakarta Barat yang kurang mampu. Hal ini dilakukan untuk menjalin hubungan baik dengan warga sekitar karena JEC@Kedoya baru saja beropesional awal April 2012. Adapun tema CSR yang dipilih saat ini yaitu Program CSR dalam Pemberantasan Katarak dengan Teknologi Sinar Laser Tanpa Pisau (Bladeless Laser Cataract Surgery). Ditegaskan oleh Kepala Divisi Marketing bahwa JEC mengambil tema

49Rusady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi : Konsep dan Aplikasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005 hal 96-97

(38)

pemberantasan katarak dikarenakan JEC sebagai rumah sakit khusus mata yang mempunyai layanan unggulan dengan teknologi mutakhir Bladeless Laser Catarac Surgery dan sekaligus dalam memperingati hari penglihatan sedunia pada bulan Oktober. Hal ini sangat sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Dr. Ucok selaku wakil ketua dari program CSR ini, JEC sebagai pusat pelayanan kesehatan mata maka JEC punya tekad dalam mendukung program pemberintah dalam hal vision 2020 untuk menurunkan angka kebutaan yang diakibatkan oleh katarak.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, kegiatan CSR yang dilakukan oleh JEC selain memang merupakan kegitan sosial yang selalu dilakukan setiap tahun, tapi juga ada unsur komersial dalam hal memperkenalkan teknologi terbaru yang dimilikinya. Hal ini jelas terlihat dari press release yang dibagikan kepada undangan media yang sangat mempertegas bahwa kegiatan CSR katarak menggunakan teknologi bladeless laser cataract surgery yang hanya dimilki oleh JEC di Indonesia.

4.3.2 Pengumpulan Fakta

Proses pengumpulan data dan fakta yang dilakukan oleh peneliti dengan melakukan wawancara dengan beberapa nara sumber yaitu Dr. Ucok P. Pasaribu, SpM sebagai wakil ketua dari CSR, Bpk. Muharyanto, SH sebagai corporate secretary perusahaan yang membawahi langsung PR, Ibu Mubadiyah, P.si sebagai kepala divisi marketing, Deni Wahyuni sebagai staf marketing serta Ibu Siti Indarsyah sebagai pihak eksternal yaitu pasien yang mendapatkan operasi katarak

(39)

gratis pada program CSR dalam pemberantasan katarak bagi warga sekitar Jakarta Barat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan nara sumber dalam kegiatan CSR JEC pada tahap pengumpulan fakta sebelum melakukan kegiatan CSR sudah dilakukan dengan baik, hal ini bisa dilihat dari fakta-fakta yang telah disampaikan oleh nara sumber bahwa kegiatan CSR JEC dilakukan bertujuan untuk menurunkan angka kebutaan yang disebabkan oleh katarak. Hanya saja program CSR ini tidak saja bertujuan untuk kegiatan sosial semata, tetapi ada soft selling

dimana sekaligus memperkenalkan terknologi terbaru yang dimiliki oleh JEC dengan Bladeless Laser Catarac Surgery yang merupakan teknologi yang pertama kali digunakan di Indonesia yang dimiliki oleh JEC serta dalam hal memperkenalkan JEC kepada masyarakat sekitar perusahaan tepatnya di Jakarta Barat karena JEC@Kedoya yang baru saja beroperasional pada awal April 2012.

Berdasarkan pengamatan peneliti, karena selain melakukan wawancara kepada beberapa narasumber, peneliti juga berpartisipasi dalam kegiatan CSR dengan melakukan observasi partisipasif dimana pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan pengamatan langsung terhadap obyek-obyek yang diteliti dilapangan untuk memperoleh gambaran informasi dan keterangan yang relevan dengan obyek penelitian. Dengan observasi partisipasif peneliti lebih memungkinkan mengamati individu kelompok dalam situasi yang rill.50

(40)

Peneliti melihat bahwa sebenarnya tema yang diambil oleh JEC pada program CSR dalam pemberantasan katarak adalah fakta yang memang sudah ada sebelumnya yang sudah menjadi tema langganan JEC, hal ini dikarena JEC merupakan rumah sakit mata khusus pelayanan mata dan hampir seluruh kegiatan CSR yang pernah dilakukan oleh JEC mengenai operasi katarak gratis. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh beberapa narasumber yang telah peneliti wawancara.

Berdasarkan hasil observasi peneliti kegiatan pengumpulan fakta dan data ini seluruhnya dilakukan oleh pihak marketing, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ibu Mubadiyah , P.si selaku kepala divisi marketing. Hal ini sebenarnya merupakan fungsi dari PR dalam hal pengumpulan fakta untuk kegiatan CSR, tetapi faktanya kegiatan ini sudah biasa dilakukan oleh bagian marketing JEC. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pencarian melalui browsing internet mencari suatu perkumpulan/organisasi warga sekitar JEC@Kedoya yaitu Jakarta Barat. Setelah menemukan organisasi yang mempunyai banyak jamaatnya, JEC segera menghubungi organisasi tersebut dan selanjutnya datang langsung memberikan surat untuk menginformasikan mengenai kegiatan CSR yang akan dilkukan.

Hal ini juga terbukti setelah peneliti melakukan wawancara kepada salah satu pasien yang menjadi target sasaran CSR. Beliau mengatakan bahwa informasi mengenai kegiatan CSR yang dilakukan oleh JEC didapatkan dari Gereje St. Andreas Paroki Kedoya, dimana dia adalah salah satu jamaah gereja tersebut yang termasuk golongan kurang mampu.

(41)

4.3.3 Perencanaan dan Pemprograman

Dari tahap perencanaan yang dilakukan oleh JEC, peneliti juga terlibat dan berpartisipasi dalam hal perencanaan program CSR dan terlibat dalam kepanitiaan sebagai Sie Public Relations. Selama tahap perencanaan telah dilakukan rapat kepantiaan besar CSR selama dua kali yang membicarakan mengenai waktu pelaksanaan CSR, tempat melakukan kegiatan CSR, target atau sasaran kegiatan CSR, penyusunan anggaran untuk kegiatan CSR, serta penentuan dokter operator yang akan melakukan operasi katarak kepada target sasaran serta perencanaan

screening mata atau pemeriksaan yang akan dilakukan kepada seluruh calon peserta yang menjadi target sasaran CSR. Semua kegiatan ini telah dibagikan sesuai dengan penanggung jawab bidangnya masing-masing sesuai dengan struktur kepanitiaan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Tahap perencanaan hanya dilakukan kurang lebih dua minggu sebelum kegiatan CSR dilakukan yaitu sejak 21 September 2012 sampai dengan 1 Oktober 2012. Pada rapat panitia ketiga peneliti baru mulai terlibat. Pada rapat kepanitaan ketiga barulah mulai dibicarakan mengenai publikasi ke media untuk kegiatan CSR, dari hasil rapat akan dipublikan ke beberapa media cetak. Peneliti diberikan tugas untuk membuat draft press release yang akan dikirimkan ke beberapa media yang akan diundang pada kegitan CSR ini.

Pada dasarnya tahap perencanaan yang dilakukan oleh JEC sudah direncanakan dengan cukup matang yang dilaksanakan oleh orang-orang yang telah ditunjuk dalam kepanitiaan, tapi tetap saja segala kegiatan perencanaan masih dilakukan semua oleh divisi marketing dan bagian lain yang telah ditunjuk

(42)

sesuai hasil rapat panitia. Struktur kepanitiaan untuk CSR setiap tahunnya selalu berubah-ubah, karena memang tidak ada kepantiaan khusus yang ditetapkan oleh Direktur perusahaan untuk CSR secara terus menerus. Hal ini juga dipertegas oleh Kepala divisi marketing bahwa memang seluruh kegiatan PR dilakukan oleh marketing, peneliti menanyakan faktor lebih lanjut dikarenakan pekerjaan ini memang sudah dilakukan dari tahun-tahun sebelumnya oleh marketing. Peneliti menyimpulkan bahwa posisi PR dalam kegiatan CSR ini masih tidak kuat, corporate secretary yang membawahi langsung PR pun tidak langsung terjun untuk melakukan kegiatan PR pada proses ini. Karena JEC memang belum mempunyai staf khusus PR pada struktur organisasinya, sehingga seluruh kegiatan PR masih dilakukan oleh marketing.

Berdasarkan hasil observasi peneliti, peneliti melihat bagaimana perencanaan yang telah dirancang dan disusun dalam program kegiatan CSR ini, mulai dari jadwal kegiatan acara CSR untuk penjadwalan kegiatan operasi dibuat oleh bagian divisi pendidikan, untuk perencanaan bugeting dikumpulkan oleh masing-masing departemen kepada kepala divisi marketing untuk direkap dan dilaporkan kebagian keuangan. Belum terdapatnya ada kendala pada tahap perencanaan kegiatan CSR ini.

4.3.4 Aksi dan Komunikasi

Pada tahap ini Jakarta Eye Center melakukan aktivitasnya dengan melakukan aksi sebagai wujud yang telah disusun dan direncanakan sebelumnya. Dari hasil wawancara dengan nara sumber telah dijelaskan setiap aksi dan

(43)

komunikasi yang dilakukan baik komunikasi yang dilakukan kepada pihak internal maupun komunikasi yang dilakukan dengan pihak eksternal yaitu target sasaran CSR dan juga media yang akan mempublikasikan kegiatan CSR ini.

Dalam hal publikasi kepada target yang akan menjadi sasaran kegiatan CSR ini tidak ditemukannnya kendala, karena dari awal JEC sudah melakukan pengumpulan fakta untuk mendapatkan data dan sasaran yang tepat untuk kegiatan CSR ini. Yang menjadi target dari CSR adalah warga khusus daerah Jakarta Barat hal ini juga dikarenakan sebagai salah satu cara bagi JEC untuk menjalin hubungan yang baik dengan warga sekitar. Kegiatan community relations dipandang sebagai bagian dari wujud tanggung jawab sosial organisasi. Sebagai warga negara, organisasi memikul tanggung jawab sosial dalam menjalankan peran turut membantu warga masyarakat. Community relations bisa bermakna lebih dari sekedar membangun hubungan baik antara organisasi dan komunitas sekitarnya, melainkan juga bisa berperan melalui tindakan-tindakan pada tingkat lokal dalam mengatasi permasalahan-permasalahan sosial bidang kesehatan seperti yang dilakukan oleh Jakarta Eye Center (JEC) dalam program

Corporate Social Responsibilty Pemberantasan Katarak.

Community Relations adalah kegiatan Public Relations (PR) yang ditujukan bagi masyarakat sekitar dengan harapan terjadinya hubungan timbal balik. Tugas PR dalam hal ini adalah membina hubungan yang harmonis antara perusahaan beserta manager dan karyawannya dengan masyarakat di sekitar perusahaan dalam jangka panjang.3

3Rhenald Kasali. Manajemen Public Relations :Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta : PT.Jakarta Utama Grafiti.2000.hal.127

(44)

Hanya saja yang peneliti lihat pada kegiatan ini adalah bahwa seluruh kegiatan dikerjakan oleh divisi marketing. Seperti yang telah dijelaskan oleh nara sumber bahwa memang saat ini seluruh kegiatan PR masih dilakukan oleh divisi marketing hal ini dikarena masih kosongnya posisi PR dalam struktur organisasi JEC.

Peneliti juga terlibat dalam pelaksanaan CSR ini secara langsung. Peneliti berperan sebagai PR yang melakukan koordinasi dengan media dalam hal mempersiapkan press conference dan membuat draft press release yang akan diberikan kepada media. Peneliti juga ditunjuk untuk menjadi moderator dalam acara press conference. Yang menjadi temuan berdasarkan hasil observasi peneliti yaitu tidak terkonsepnya acara press conference, hal ini terutama pada hal tidak adanya susunan acara sehingga membuat acaranya kurang terkonsep. Sebelumnya juga ada perpindahan tempat akan dilakukannya press conference, dan juga keterlambatan waktu acara, sehingga membuat para undangan media yang sudah datang agak menunggu terlalu lama. Hal ini juga dikarenakan kurangnya komunikasi antar panitia yang menjadi faktor penyebabnya adalah karena memang tidak dilakukan oleh PR yang kompeten dalam kegiatan CSR ini. Kemudian jumlah undangan yang hadir pun tidak sesuai dengan jumlah undangan yang telah disebarkan hal ini bisa dikarenakan kurangnya publikasi yang dilakukan oleh JEC terkait hal ini dilakukan oleh divisi marketing.

Gambar

Gambar 4.1 Lokasi Jakarta Eye Center @ Kedoya  Sumber : www.jec-online.com
Gambar 4.2 Logo Lama Jakarta Eye Center  Sumber : Jakarta Eye Center
Gambar 4.5 Calon pasien dan keluarga pasien peserta CSR JEC  Sumber : IT&Multimedia JEC
Gambar 4.7 Jadwal Operasi Program CSR JEC 3 Oktober 2012  Sumber : Operating Theater JEC
+3

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan analisis data penelitian variabel UTAUT yang mempengaruhi minat mahasiswa melakukan akses ke dalam sistem informasi Akper Alkautsar dan variabel

(1) Dalam keadaan penyelenggara telekomunikasi khusus untuk keperluan pertahanan keamanan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) huruf b belum atau tidak mampu

Nilai SI yang ditunjukkan oleh model juga dapat dikatakkan bahwa pasien memiliki gangguan sensitivitas insulin atau pasien mengalami resistansi insulin sesuai

bahwa dalam rangka memberikan kepastian kepada masyarakat yang bermaksud melaksanakan kegiatan penelitian atau praktek kerja lapangan di lingkungan Pemerintah Kota

berhadap dengan hukum, peran guru sangat besar tentu melalui sebuah dialetika yang dikenal dengan sebutan memanusiakan hubungan. pendidikan karakter yang diimbangi

P.21/MenLHK/Setjen/ KUM.1/10/2020 tanggal 2 November 2020 yaitu tentang Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu Pada Pemegang Izin,

Tahap FTA digunakan untuk mengetahui kejadian atau kombinasi kejadian dasar penyebab kerusakan jaringan distribusi listrik, sedangkan tahap FMEA digunakan untuk mengetahui modus,

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan yang wajib ditempuh oleh mahasiswa S1 UNY program kependidikan karena orientasi utamanya adalah kependidikan. Dalam