1 BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Bagi masyarakat Indonesia, pergi ke dokter gigi merupakan suatu hal yang sangat menakutkan, biaya yang telatif mahal, antrean yang lama serta tidak jarang pula ditemukan orang yang fobia akan dokter gigi atau
dentophobia. Hal tersebut umumnya diakibatkan oleh rasa takut akan sakit
yang ditimbulkan oleh suntikan pada gusi, pencabutan gigi, penambalan gigi, dan sebagainya, sedangkan setiap orang sebaiknya memeriksakan gigi secara teratur tiap enam bulan sekali. Menurut drg. Ratu Mirah selaku Head
of Professional Relationship Oral Care PT Unilever Tbk memaparkan
bahwa fenomena tersebut sering terjadi pada anak-anak usia 6-7 tahun dengan 94% mengalami satu gigi berlubang pada gigi susu dan usia 10-11 tahun dengan 82% mengalami gigi berlubang sehingga mempengaruhi kepercayaan diri dalam akademis dan bersosialisasi di masyarakat. (Daniel,m2015,m http://tribunews.com/kesehatan/2015/03/04/masalah-gigi-berlubang-pada-anak-berdampak-pada-nilai-matematika, diakses pada 27/ 02/2016)
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Dibutuhkan kesadaran dari tiap individu untuk menjaga kesehatannya agar tidak menimbulkan penyakit, termasuk kesehatan akan gigi dan mulut yang juga tidak kalah penting. Masih kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut dibuktikan oleh fakta bahwa “1 dari 4 orang di Indonesia mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut dan menjadi penyakit di urutan enam teratas yang paling dikeluhkan seperti gigi kuning, sariawan, bau mulut, gigi berlubang, gigi ompong pada orang lanjut usia, dan gigi berjejal” (dr. Reisa Brotoasmoro, 2016). Menurut Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar pada 2007-2013, sebanyak 72,1% penduduk Indonesia mengalami masalah gigi berlubang. (Dewanto, 2015, http://m.antaranews.com/berita/519460/ permasalahan-gigimeningkat61persen, diakses pada 27/02/2016.
Adapun peran dari lembaga seperti PDGI (Persaturan Dokter Gigi Indonesia) yang bertugas membantu pemerintah dalam terbentuknya pemerataan tenaga dan akses dalam mendapatkan pelayanan kesehatan gigi yang bermutu di masyarakat, salah satunya yaitu dengan mengadakan kegiatan BKGN (Bulan Kesehatan Gigi Nasional). BKGN mempunyai tujuan untuk mengedukasi masyarakat melalui sosialisasi bahwa perawatan gigi dan mulut itu penting untuk mencegah timbulnya permasalahan gigi dan mulut. Ketua Departemen Hubungan Antar Lembaga dan Luar Negeri Pengurus Besar PDGI Tri Erri Astoeti mengatakan bahwa sebanyak 76,6% orang Indonesia sudah sikat gigi sehari dua kali, namun hanya 23% yang menyikat giginya sesuai dengan rekomendasi dokter yaitu setelah makan dan sebelum tidur. (Duwi, 2015, http://m.bisnis.com/lifestyle/read/2015072 8/106/457000/baru-23-orang-indonesia-sikat-gigi-sesuairekomendasi-dokter diakses pada 27/02/2016)
Di era yang semakin maju ini, kesehatan gigi tidak hanya dibutuhkan sebagai kebutuhan pengobatan saja tetapi juga sebagai kebutuhan estetika yang mampu menunjang penampilan seseorang, sehingga kesehatan gigi kini telah menjadi bagian dari gaya hidup. Trend estetika gigi yang semakin berkembang menyebabkan banyak orang yang melakukan perbaikan gigi seperti pemasangan kawat gigi, invisalign, scalling, dan sebagainya. Beberapa Dental Center pun sudah menyediakan fasilitas yang lengkap untuk mendukung perawatan tersebut seperti tersedianya ruang tunggu yang nyaman, ruang tindakan dengan interior yang di desain khusus, ruang rawat inap, ruang radiologi, apotek, ruang manager, ruang dokter, ruang perawat, ruang bermain, ruang apresiasi, ruang arsip, ruang sterililsasi, gudang, mushola, pantry, dan lavatory.
Trend estetika gigi juga ditemukan pada kehidupan bermasyarakat di
kota Karawang. Karawang merupakan kota industri yang ada di Jawa Barat dengan masyarakat bergaya hidup tinggi. Trend yang ada seakan harus diikuti oleh masyarakat agar lebih merasa percaya diri. Hal ini sangat sesuai dengan trend estetika gigi yang sedang berkembang baik tetapi terdapat kendala yaitu belum adanya fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
Karawang yang mempunyai peralatan dan fasilitas yang lengkap, sehingga
Dental Center ini sangat tepat diasumsikan di pusat kota Karawang dengan
menyediakan berbagai fasilitas lengkap yang diharapkan dapat menunjang proses pengobatan dan perawatan estetika gigi dan mulut.
Dalam perancangan desain, Dental Center ini menerapkan konsep
Jungle dengan tujuan untuk menciptakan efek menyenangkan bagi pasien
sehingga tidak berkesan menakutkan saat memasuki tempat ini. Selain itu, untuk menghadirkan suasana berbeda yaitu kesan alam dengan flora dan fauna, dimana di kota Karawang kini jarang ditemui tempat yang masih asri menjadi sarana edukasi dan rekreasi pada pasien melalui bentuk dan warna yang ada. Dengan seperti itu, diharapkan dapat menjadi fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang lengkap bagi masyarakat Karawang.
B. BATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan batasan masalah sebagai berikut :
1. Perancangan dibatasi dengan batas luas bangunan 800-1500 m2.
2. Sasaran konsumen adalah anak-anak usia 2-12 tahun dan remaja usia 13-22 tahun yang diambil berdasarkan siklus pertumbuhan gigi susu dan gigi permanen pada usia tertentu.
3. Perencanaan dan perancangan interior ditekankan pada lobby (resepsionis dan kasir), ruang tunggu pasien anak dan dewasa, ruang tindakan pasien anak dan dewasa, unit rawat inap pasien anak dan dewasa, dan ruang bedah minor pasien anak dan dewasa dengan memperhatikan kebutuhan ruang dan furniture guna mendukung kegiatan yang dilakukan.
C. RUMUSAN MASALAH PERANCANGAN
Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana perancangan desain interior Dental Center dengan pendekatan konsep Jungle?
2. Bagaimana penyelesaian desain interior Dental Center dengan pendekatan konsep Jungle sebagai sarana edukasi dan rekreasi?
3. Bagaimana desain interior Dental Center sesuai dengan fungsinya berdasarkan prinsip-prinsip desain interior?
D. TUJUAN PERANCANGAN
Perancangan yang dilakukan mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Merancang desain interior Dental Center dengan pendekatan konsep
Jungle.
2. Merancang penyelesaian desain interior Dental Center dengan pendekatan konsep Jungle sebagai sarana edukasi dan rekreasi.
3. Merancang desain interior Dental Center sesuai dengan fungsinya berdasarkan prinsip-prinsip desain interior.
E. MANFAAT PERANCANGAN
Adapun manfaat perancangannya yaitu:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.
2. Memberikan pengetahuan dan informasi mengenai perancangan yang telah di desain untuk mewujudkan Dental Center ini.
3. Mengetahui sejauh mana perancangan dari segi kebutuhan ruang dan sistem interiornya dalam penanganan pasien anak maupun dewasa pada
Dental Center.
4. Menjadi sarana edukasi dan rekreasi bagi pasien anak maupun dewasa. 5. Menambah pengetahuan perkembangan interior khususnya pada
penerapan konsep Jungle pada desain interior Dental Center.
F. METODE PERANCANGAN
Metode desain dalam perancangan Dental Center ini menggunakan metode analisis dan observasi. Hal pertama yang dilakukan dalam perancangan desain interior Dental Center ini yaitu dengan cara mempelajari permasalahan yang ada serta menganalisis kegiatan yang
dilakukan, pengumpulan data literatur dari berbagai sumber seperti buku, internet, atau media cetak serta melakukan survey lapangan terkait proyek perancangan serta pemilihan lokasi dengan menganalisa potensi yang ada pada lingkungan sekitar. Selanjutnya membuat analisis programming yang sangat mempengaruhi hasil akhir desain dikarenakan produk desain merupakan jawaban dari permasalahan kebutuhan pengguna.
SKEMA POLA PIKIR PERANCANGAN
Tabel 1. 1. Skema Pola Pikir Perancangan (Sumber : Penulis, 2016)
Latar Belakang
- Kebutuhan perawatan kesehatan gigi dan mulut semakin meningkat.
- Kesadaran masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut semakin meningkat. - Adanya trend estetika gigi.
- Belum adanya fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang lengkap, khususnya di Karawang.
Judul
Desain Interior Dental Center di Karawang dengan Konsep Jungle
Permasalahan
- Bagaimana perancangan desain interior Dental Center dengan pendekatan konsep Jungle. - Bagaimana penyelesaian desain interior Dental Center dengan pendekatan konsep Jungle sebagai sarana edukasi dan rekreasi.
- Bagaimana desain interior Dental Center sesuai dengan fungsinya berdasarkan prinsip-prinsip desain interior.
Ide
- Dental Center di Karawang dengan konsep Jungle.
- Fasilitas ruang yang di desain khusus serta menjadi sarana edukasi dan rekreasi.
- Sosialisasi mengenai kesehatan gigi dan mulut melalui informasi yang terdapat pada mading
Tujuan
Mendukung pasien pada saat menjalani pengobatan dan perawatan estetika gigi dengan cara menyediakan berbagai fasilitas, diantaranya fasilitas pengobatan (ruang tindakan, unit rawat inap, radiologi, dan apotek), fasilitas pendidikan seperti area membaca, fasilitas bermain (ruang bermain dan ruang apresiasi) serta fasilitas edukasi seperti sosialisasi.
Studi Lapangan
• RSGM Universitas Trisakti, Jakarta Barat • RS Bayukarta & Eye Center, Karawang • Studi Literatur
Analisa Desain (Analisa Kondisi Tapak, Analisa Fungsional, dan Analisa Prinsip Konsep Desain)
Konsep Perancangan
Dental Center ini menerapkan konsep Jungle dengan tujuan untuk menciptakan efek menyenangkan bagi
pasien sehingga tidak berkesan menakutkan saat memasuki tempat ini
Pra Perancangan
G. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I PENDAHULUAN
Terdiri atas latar belakang masalah mengenai fakta mengenai masalah kesehatan gigi dan mulut serta kebutuhan akan fasilitas untuk pengobatan dan perawatan estetika gigi dan mulut, batasan masalah, rumusan masalah perancangan, tujuan perancangan, manfaat, metode perancangan, dan sistematika pembahasan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Berisi tahap kajian pustaka mengenai proyek desain interior Dental
Center yang meliputi :
2A. Penjelasan Judul
A.1. Tinjauan Umum Dental Center A.2. Jenis-Jenis Klinik Gigi Spesialis
A.3. Syarat-Syarat Pembangunan Dental Center A.4. Peralatan-Peralatan Pada Dental Unit
A.5. Pertumbuhan Gigi Berdasarkan Tingkat Usia A.6. Daftar Aktivitas Tindakan Pada Dental Center A.7. Kewajiban dan Hak Antara Dokter Gigi dan Pasien 2B. Pendekatan Desain
B.1. Tinjauan Tentang Konsep Jungle 2C. Tinjauan Umum Lokasi
C.1. Tinjauan Tentang Kota Karawang
C.2. Tinjauan Interior Perancangan Dental Center BAB III KAJIAN LAPANGAN
Penjelasan tentang data-data hasil survey lapangan yang berhubungan dengan proyek interior yang akan dikerjakan yaitu di RS Bayukarta & Eye Center, RSGM FKG Universitas Trisakti, dan Ladera Ranch Pediatric Dentistry Amerika, baik secara umum maupun khusus.
BAB IV ANALISA DESAIN
Berisi tahap konsep perancangan berupa uraian tentang Programming (Definisi, Proyek, Asumsi Lokasi, Status
Kelembagaan, Struktur Organisasi, Sistem Operasional, Program Kegiatan, Program Ruang, Besaran Ruang, Elemen Pembentuk Ruang, Pengisi Ruang, Sistem Interior, Sistem Keamanan, Sistem Organisasi Ruang, Sistem Sirkulasi, Pola Hubungan Antar Ruang, Zonning, dan Grouping) serta Konsep Desain (Ide Gagasan, Tema, Suasana Ruang, Pola Penataan Ruang, Elemen Pembentuk Ruang, Pengisi Ruang, Furniture, Sistem Interior, dan Sistem Keamanan). BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Meliputi kesimpulan evaluasi konsep perancangan dan keputusan desain serta saran-saran penulis mengenai Perencanaan dan Perancangan Desain Interior Dental Center di Karawang dengan Pendekatan Konsep Jungle.
B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN