• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Internasional Pasca Perang (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perkembangan Internasional Pasca Perang (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Perkembangan Internasional Pasca Perang Dunia II

Oleh:

Yoga Sunanjar

1112113000088

Rihadhatul Aisy Azil

1113113000047

Nama : Muhammad Hafizh

NIM : 1113113000036

Bagus Muhammad Rizal

11131130000

M Musa Al Hasyim

1113113000049

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

Perkembangan Internasional Pasca Perang Dunia II

Berakhirnya Perang Dunia II telah mengubah perkembangan politik dunia. Setelah Perang Dunia II ini, Uni Soviet dan Amerika Serikat menjadi dua adidaya dunia. Dua negara tersebut memiliki perbedaan ideologi, Amerika Serikat memiliki ideologi liberal-kapitalis, sedangkan Uni Soviet berideologi sosialis-komunis. Dalam waktu singkat memang pernah terjadi persahabatan diantara keduanya, namun kemudian muncul antagonisme diantara mereka. Ada dua karakter pada periode ini, Pertama, adanya keprihatinan akan ambisi rivalnya yang menimbulkan pesimisme. Kedua, Amerika Serikat dan Uni Soviet merupakan kekuatan militer yang sangat kuat dan memiliki kemampuan untuk menghancurkan musuhnya dengan senjata pemusnah masal (atom/nuklir). Perbedaan pandangan ini lah yang kemudian menciptakan suatu kebencian diantara keduanya hingga menimbulkan perang yang dikenal dengan Perang Dingin. Dalam masa ini munculah beberapa peristiwa sebagai berikut:1

1. Doktrin Pembendungan pada Februari 1946, Stalin memberikan pidato yang berbicara tentang “tak terhindarnya konflik dengan kekuatan kapitalis". Ia mendesak rakyat Soviet untuk tidak terperdaya dengan berakhirnya perang yang berarti negara bisa santai. Sebaliknya perlu mengintensifkan usaha memperkuat dan mempertahankan tanah air. Tidak lama setelah munculnya tulisan George F Kennan, diplomat Kedubes AS di Uni Soviet, yang memaparkan tentang kefanatikan Uni Soviet, hingga Presiden Harry S Truman mendeklarasikan apa yang kemudian disebut Doktrin Truman. Doktrin ini menggarisbawahi strategi pembendungan politik luar negeri AS sebagai cara untuk menghambat ambisi ekspansionis Uni Soviet. AS juga merekrut sekutu-sekutunya untuk mewujudkan tujuan itu. Karena menurut teori domino, jika satu negara jatuh maka akan berjatuhanlah negara-negara tetangga lainnya.

2. Lingkungan Pengaruh dan Pembentukan Blok Ketidakmampuan sebuah negara adidaya memelihara ”lingkungan pengaruh” diinterpretasikan sebagai akibat dari program global negara adidaya yang lain. Misalnya ketika Uni Soviet memasuki Eropa Timur, para pemimpin AS menilainya sebagai bagian dari usaha Uni Soviet menaklukan dunia. Begitu pula ketika AS membentuk Pakta ANZUS pada tahun 1951, para pemimpin Uni Soviet menilainya sebagai bagian dari usaha AS untuk mendominasi dunia. Perebutan lingkungan pengaruh diantara dua negara adidaya ini melahirkan sebuah pola yang bipolar. AS dan sekutunya merupakan satu polar, sedangkan di polar (kutub) yang lain muncul Uni Soviet dengan sekutunya.

(3)

Amerika Serikat dan sekutunya membentuk Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) yang berdiri pada tanggal 4 April 1949 di Washington, AS. Apabila salah satu anggota NATO diserang, maka serangan itu dianggap sebagai serangan terhadap NATO. Di pihak lain, Uni Soviet dan sekutunya membentuk Pakta Warsawa (Warsawa Pact) pada tanggal 14 Mei 1955 di Praha-Cekoslowakia atas dasar ”Pact of Mutual Assistance and Unified Command”. Di berbagai kawasan pun muncul blok-blok yang memihak salah satu negara adidaya, di Asia Tenggara dibentuk South East Asia Treaty Organization (SEATO) pada tanggal 8 September 1954 di Manila, Philipina. SEATO ditujukan untuk menahan pengaruh komunis di Asia Tenggara, khususnya di Vietnam. Sebagai salah satu organisasi yang berdiri di Asia Tenggara, negara-negara utama di Asia Tenggara malah tidak diikutsertakan di SEATO, anggota-anggotanya yang utama justru negara-negara Blok Barat yang dipimpin oleh AS.

Di kawasan Timur Tengah juga dibentuk Organisasi Pertahanan Timur Tengah (Middle Eastern Treaty Organization/METO). Sedangkan Uni Soviet juga menjalin kerjasama dengan RRC pada tahun 1950 untuk menghadapi kemungkinan agresi Jepang sebagai negara di bawah kendali AS. Serta pembentukan Cominform (The Communist Information Bureau) di Beograd, Yugoslavia pada tahun 1947. Di sisi lain, kegiatan spionase juga turut mewarnai Perang Dingin. KGB (Komitet Gusudarstvennoy Bezopasnosti), dinas rahasia Uni Soviet, dan CIA (Central Intelligence Agency), dinas rahasia AS selalu berusaha untuk memperoleh informasi rahasia mengenai segala hal yang menyangkut negara-negara yang berada di bawah pengaruh kedua belah pihak serta informasi-informasi sensitif mengenai lawannya sendiri.

Lebih jauh, bila disimak dalam eskalasi Perang Dingin yang melibatkan ketegangan dan persaingan antara Soviet dan AS ini, tentara Amerika dan Soviet tidak pernah bertemu secara langsung dalam medan perang, namun bertempur secara tidak langsung (proxy war), seperti dalam Perang Korea (1950-an) dan Perang Vietnam (1950-an-1970-an). Kedua perang tersebut merupakan perang antara pemerintah Utara yang komunis (didukung oleh Soviet dan Republik Rakyat Tiongkok), dan pemerintahan Selatan yang dibantu oleh AS. Perang Korea berakhir dengan pembagian Korea, sementara perang Vietnam dimenangkan oleh Vietnam (Komunis) setelah AS mundur dari Vietnam. Selain itu, salah satu konflik penting pada masa ini adalah Krisis Rudal Kuba pada tahun 1962. Selama krisis ini, AS dan Uni Soviet berada pada posisi yang sangat dekat untuk saling menyerang dengan senjata nuklir.2

Pada masa Perang Dingin, pemerintah mencoba mencari orang yang diduga sebagai Komunis. Orang yang diduga komunis akan kehilangan pekerjaan, masuk penjara, atau bakan terbunuh. Banyak

(4)

aktor dan pengarang yang masuk ke daftar hitam. Peristiwa ini disebut sebagai "Red Scare". Perlombaan senjata juga berlangsung antara Amerika Serikat dengan Soviet. Amerika Serikat banyak menghabiskan dana untuk proyek-proyek pertahanan. Selain perlombaan senjata, perlombaan luar angkasa juga berlangsung. Perlombaan ini dimulai ketika Soviet meluncurkan Sputnik pada tahun 1957. Dalam beberapa tahun, baik AS maupun Soviet telah meluncurkan satelit, dan juga mengirimkan hewan dan manusia ke luar angkasa. Pada tahun 1969, Apollo 11 berhasil mendaratkan Neil Armstrong dan Buzz Aldrin di Bulan.

Perkembangan Politik Barat 1950- 1955

Perkembangan politik internasional harus dihadapi oleh Indonesia sebagai negara yang baru

merdeka pada waktu itu. Salah satu upaya membendung keberadaan komunisme yang semakin

terlihat di berbagai negara akhirnya pada 1951 Indonesia menghadiri konferensi perjanjian

perdamaian dengan Jepang di San Fransisco. Perjanjian tersebut selain sebagai upaya

perdamaian namun juga sebagai langkah menghambat penyebaran ide komunisme di Asia dan

Pasifik. Kemudian ide pancasila maupun Islam menurut Sukiman lebih dekat dengan demokrasi

daripada komunisme. Beberapa negara-negara dengan penduduk muslim lebih berpihak kepada

blok Barat.

3

Namun perjanjian perdamaian dengan Jepang ini mendapatkan pro dan kontra dari beberapa

elemen. Bila perjanjian tersebut dilakukan oleh Indonesia tentu akan menempatkan Indonesia

pada blok Barat sehingga akan merusak citra Indonesia dari politik luar negerinya yang bebas.

Tak hanya di bidang militer saja persaingan Blok Barat dan Timur juga ada pada bidang ekonomi

seperti (Marshall Plan vs Molotov Plan), kegiatan intelijen (CIA vs KGB), teknologi nukir,

teknologi ruang angkasa (astronot vs kosmonot), bahkan olahraga (olimpiade). Persaingan kedua

kubu berakhir saat Uni Soviet runtuh pada tahun 1990-an.

4

PerkembanganPolitikBarat 19551960

Dengan terbentuknya NATO yang terbentuk pada 1949 yang dipimpin AS, Inggris sebagai salah satu negara kuat pada tahun 1955 membentuk juga Pakta Baghdad atau Central Treaty Organization

3 Nazaruddin Nasution.Dinamika Politik Luar Negeri Indonesia.Depok: Yayasan Bina Insan Citra, 2016, hal. 41

(5)

( CENTO) pada 24 Februari 1955 yang beranggotakan Inggris, Irak, Turki, Iran dan Pakistan5. Dengan menguatnya dinamika politik Barat uni Soviet juga membentuk pakta pertahanan yaitu Pakta Warsawa pada tanggal 14 Mei 1955 untuk mendominasi wilayah Eropa tengah dan Timur sebagai aliansi Uni Sviet itu sendiri. Terbentuknya Pakta Warsawa menjadikan ketegangan antara Barat dan Timur menguat dimana adanya vis-à-vis antara NATO dan Pakta Warsawa itu sendiri6. Terlebih dengan keanggotaan Jerman Barat didalam NATO.

Kemudian, adanyapertemuan di Jenewa, Austria 18 Juli 1955 yang dimana mempertemukan 4 kekuatan dunia terbesar pada saat itu yang diwakili presiden AS Dwight D. Eisenhower, PM Inggris Anthony Eden, Premier Nikolai A. Bulganin dari Uni Soviet dan juga PM Perancis Edgar Faure. Pertemuan ini membahas tensi yang dimiliki antara Barat (AS) dan juga Timur (US) serta memiliki berbagai misi dalam pertemuan di Jenewa ini. Yaitu, mengurangi hambatan seperti tariff dalam perdagangan internasional antara blok barat dan blok timur hingga mengurangi perlombaan senjata dan juga keamanan internasional. Dengan demikian, pertemuan Jenewa ini dapat juga disebut pertemuan pertama pada masa perang dingin antara 4 kekuatan besar (The Big Four) sehingga disebut juga The First Cold War Summit.7

Kemudian pada tahun 1957 , Amerika Serikat dibawah kepemimpinan presiden Eisenhower mengeluarkan kebijakan luar negeri yang berisi bahwa negara TImur Tengah dapat meminta bantuan ekonomi maupun militer kepada AS untuk melawan negara yang mengancam negara – negara di Timur Tengah tersebut. Secara tidak langsung kebijakan ini menitik beratkan terhadap perlawanan AS atas ancaman komunisme Uni Soviet yang berkembang di Timur Tengah, kebijakan ini juga disebut

Eisenhowers Doctrine. Doktrin ini memiliki tujuan tersendiri bilamana Timur Tengah jatuh ke tangan komunis maka akan terjadi kerugian besar bagi AS karena Timur Tengah adalah penyuplai minyak terbesar didunia8. Ditahun 1959 dan 1960 pertemuan antara AS- US semakin intensif dimana adanya kunjungan diplomatik di Washington DC pada 15 September 1959 antara presiden Eisenhower dan Premier Nikita Khrushchev kemudian disusul pertemuan di Camp David, Maryland antara kedua kepala negara tersebut pada tanggal 26-27 September. Pada tahun 1960, Eisenhower dan Khrushchev kembali bertemu di Paris Summit pada tanggal 18 Mei 1960. Namun pertemuan ini gagal karena dalam pertemuan

5 Martin, Kevin W. (2008). "Baghdad Pact". In Ruud van Dijk; et al. Encyclopedia of the Cold War. New York: Routledge. p. 57. ISBN 978-0-415-97515-5. Retrieved 2009-01-30. "Thus, the Baghdad Pact is widely considered the least successful of the Cold War schemes engendered by the Anglo-American alliance."

6 Broadhurst, Arlene Idol (1982). The Future of European Alliance Systems. Boulder, Colorado: Westview Press. p. 137. ISBN 0-86531-413-6.

7 Bischof, Gunter. Cold War Respite: The Geneva Summit of 1955, (Baton Rouge: Louisiana State University Press, 2000)

(6)

di Paris ini Khrushchev walk out dari ruangan karena AS menerbangkan pesawat mata – mata U2 diatas wilayah udara Uni Soviet9.

Pengaruh Barat Terhadap Indonesia pada Masa Demokrasi Terpimpin

Pada era kepemimpinan Soekarno, tepatnya pada masa demokrasi terpimpin di tahun 1959 hingga 1965 kondisi politik luar negeri Indonesia turut terpengaruh dengan kondisi sistem Internasional. Dimana pada tahun tersebut, kondisi dunia baru saja terlepas dari Perang Dunia II dan memasuki Perang Dingin yang membentuk blok-blok aliansi negara, yaitu blok barat dipimpin oleh Amerika Serikat dan blok timur dipimpin oleh Uni Soviet. Pada masa Perang Dingin ini juga terdapat struktur kekuasaan yang memiliki karakteristik khusus, yaitu yang pertama adalah sistem bipolar membagi dunia menjadi dua blok, blok barat dan blok timur. Kedua, politik internasional didominasi oleh pertentangan ideologis yang tajam antara komunisme dan kapitalisme. Ketiga, banyaknya peristiwa kekerasan yang timbul di negara Dunia Ketiga, dan yang keempat adanya revolusi dari teknologi sebagai motor penggerak ekonomi.10

Kiprah Indonesia saat demokrasi terpimpin ini lebih menginternasional dan dibawa oleh sosok Soekarno yang berani untuk bermain di dunia internasional. Ada beberapa peristiwa yang menjadi pokok penting dalam demokrasi terpimpin di masa Soekarno ini, yaitu pemutusan hubungan diplomatik dengan Belanda, pembebasan Irian Barat, pembentukan gerakan non blok, gagasan terhadap new emerging forces

(NEFOS), politik konfrontasi Indonesia dan Malaysia, terbentuknya politik poros Indonesia dari Jakarta hingga Peking.

Hingga puncaknya ketika PBB gagal untuk mengesahkan suatu resolusi untuk menyelesaikan masalah Irian Barat antara Belanda dan Indonesia pada tanggal 29 November 1957.11 Kegagalan resolusi PBB tersebut membuat Indonesia untuk bermain keras terhadap dunia internasional dan juga Belanda. Dengan terbentuknya gerakan-gerakan radikalisme anti-Belanda yang dikobarkan oleh Soekarno sendiri dimana gerakan radikal sendiri yang banyak dipenuhi oleh anggota PKI, PNI.

Kekecewaan Indonesia akan sikap pemerintah Belanda yang tidak mengubris penyelesaian masalah Irian Barat di forum PBB, juga berujung terahadap pemutusan hubungan diplomatik antara Belanda dan Indonesia yang secara resmi tanggal 17 Agustus 1960. Pemutusan diplomatik ini dilakukan setela Belanda mengrimkan kapal induk Kaarel Doorman di wilayah perairan Indonesia sebelah timur.12 Permasalahan

9 "Travels of President Dwight D. Eisenhower". U.S. Department of State Office of the Historian. Archived from the original on 2011-12-04

10 Ganewati Wuryandari, Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Arus Perubahan Politik Internasional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011). Hal 3-4

11 M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200 – 2004. Jakarta: Serambi, 2007. Hal 515

(7)

Irian Barat ini ternyata menimbulkan dua kubu dalam negeri, yaitu antara tentara dan PKI sehingga terjadi pemberontakan terhadap PKI dengan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia). Pemberontakan ini tercetus karena adanya campur tangan dari Amerika Serikat dengan memasok senjata kepada PRRI dengan ini menuntaskan komunis yang berkembang di Indonesia.

Campur tangan ini kemudian dihentikan oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, J.F Dulles sehinnga menimbulkan sikap anti-Amerika di kalangan masyarakat Indonesia. Sikap ini ditujukan karena Indonesia merasa Amerika membuat suasana semakin runyam dan masalah Irian Barat belum memiliki jawaban. Setahun setelah Indonesia memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Belanda, Indonesia membentuk Front Nasioanl Pembebasan Irian Barat yang dibawahi oleh tentara yang lambat laun berafiliasi dengan PKI. Basis militer yang dibangun ini mendapat pasokan bantuan dari Soviet, karena Indonesia sudah kecewa dengan sikap Amerika.13

Amerika Serikat mulai mendesak Belanda lagi untuk menghentikan sikap keras kepalanya untuk mempertahankan Irian Barat milik Belanda. Amerika Serikat kemudian mengirimkan diplomatnya yang bernama Ellsworth Bunker dan memberikan suatu pola penyelesaian Irian Barat yang dikenal dengan

Bunker Plan dengan berisi14:

1. Pemerintah Belanda secepatnya menyerahkan kekuasaan Irian Barat kepada pemerintah Indonesia,

2. Setelah penyerahan kekuasaan kepada pemerintah Indonesia, perlu diatur suatu jangka waktu yang disepakati oleh kedua pihak di mana rakyat Irian Barat diperbolehkan untuk menggunakan hak menentukan pemerintahannya sendiri,

3. Penyerahan kekuasaan Irian Barat kepada pemerintah Indonesia akan dituntaskan dalam waktu maksimal dua tahun,

4. Untuk menjamin lancarnya penyerahan kekuasaan, serta mencegah terjadinya bentrokan militer antara pasukan Belanda yang ditempatkan di Irian Barat dengan pasukan Indonesia yang telah mendarat di Irian Barat mendahului persetujuan ini, maka disepakati suatu masa transisi, pada saat dimana PBB diserahi tugas menjaga hukum dan ketertiban di wilayah tersebut.

Akhirnya, Belanda menerima kesepakatan tersebut dan masalah Irian Berat selesai pada tanggal 15 Agustus 1962. Pihak Belanda juga menyetujui adanya pemerintah sementara dari PBB dan menyerahkannya kepada PBB tanggal 1 Oktober 1962 yang kemudian akan diserahkan kepada pemerintah Indonesia tanggal 1 Mei 1963. Amerika Serikat mulai mendesak Belanda lagi untuk menghentikan sikap keras kepalanya untuk mempertahankan Irian Barat milik Belanda. Tidak hanya itu

13 M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200 – 2004. Jakarta: Serambi. 2007. Hal 531.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Peranan manusia yang sangat besar terhadap perubahan mangrove yang terjadi di Pulau Batam, Rempang, dan Galang menunjukkan bahwa di wilayah tersebut sedang mengalami

Induk betina Bayu menyumbang 13 populasi, Lamuru 1l populasi, Toray, Bisma dan Sukmaraga masing-masing menyumbang 9 populasi, dan Srikandi Kuning menyumbang 6 populasi

Menentukan faktor yang paling menentukan tingkat kerentanan sosial banjir lahar dapat dilakukan dengan melakukan penyusunan skenario pembobotan yang sebanyak-banyaknya..

Banyak perpustakaan memiliki akun media sosial dan banyak juga yang telah memposting informasi secara rutin, namun apakah posting-an tersebut dibaca atau mendapat respon

Karakteristik jenis endapan yang terbentuk di lingkungan pengendapan di daerah muara Sungai Bogowonto dan sekitarnya merupakan hasil dari proses geomorfologi fluvial, angin

Penelitian ini dilakukan di pabrik kawat PT Sidoarjo Universal Metal Works di Sidoarjo dengan menggunakan metodologi penelitian kualitatif deskriptif Rumusan maasalah yang

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

Posisi orang Tionghoa pada masa ini sangat buruk, di satu sisi mereka tidak mendapatkan perlindungan yang semestinya dari Pemerintah Indonesia akibat penjarahan