• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Pembiayaan Lain-Lain

Dalam dokumen I K H T I S A R E K S E K U T I F (Halaman 40-45)

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Program, Sasaran, dan Kegiatan Pengelolaan dan Pembiayaan Utang Tahun 2007

3. Program Pembiayaan Lain-Lain

Program pembiayaan lain-lain berfungsi untuk mendukung

pelaksanaan tugas dan administrasi pemerintahan secara lebih efisien dan efektif serta terpadu. Sebagai program penunjang, program ini dilaksanakan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal dengan sasaran terselenggaranya tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam melaksanakan penyelenggaraan kenegaraan dan kepemerintahan telah dihasilkan outputs berupa surat keputusan mutasi pegawai, dengan capaian 1 berkas. Pencapaian indikator kinerja sasaran sebesar 100%.

B. Evaluasi dan Analisis Pencapaian Kinerja

Sasaran yang ditetapkan oleh terkait dengan pelaksanaan fungsi pengelolaan utang secara umum dapat dicapai dalam tahun 2007. Tercapainya berbagai sasaran melalui pelaksanaan berbagai kegiatan tersebut menunjukkan adanya perencanaan kegiatan yang matang, disertai dukungan pembiayaan, SDM, sarana dan prasarana yang menunjang pencapaian sasaran yang telah ditetapkan oleh berbagai unit kerja di lingkungan DJPU.

Memperhatikan tingkat pencapaian sasaran yang tercermin dalam formulir pengukuran pencapaian sasaran (PPS), meskipun secara umum sasaran dapat tercapai dalam tahun 2007, terdapat beberapa indikator sasaran yang tidak tercapai. Beberapa indikator sasaran yang tidak tercapainya tersebut disebabkan oleh kenyataan bahwa pencapaian indikator sasaran tersebut tidak sepenuhnya merupakan tanggung jawab DJPU tetapi terdapat faktor-faktor di luar kendali DJPU.

Tercapainya berbagai sasaran yang ditetapkan oleh DJPU Utang akan memberikan kontribusi positif terhadap pencapain sasaran yang lebih tinggi yakni di tingkat Departemen Keuangan. Untuk itu berbagai kinerja sasaran

yang telah dicapai dalam tahun 2007, hendaknya dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan untuk periode berikutnya. Sementara untuk kinerja sasaran yang belum tercapai sebagaimana diharapkan, melalui perencanaan yang matang dapat diwujudkan pencapaiannya dalam periode berikutnya.

C. Akuntabilitas Keuangan

Diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja

(performance based budgeting), menuntut setiap unit kerja pemerintah dalam

mendapatkan alokasi dana, harus terlebih dahulu menetapkan berbagai kinerja yang ingin dicapai untuk satu periode tahun anggaran. Pendekatan ini berbeda dengan sebelum diperkenalkannya pendekatan penganggaran tradisional, dimana unit kerja pemerintah mengusulkan dana untuk membiayai kegiatan-kegiatan tanpa diketahui dengan jelas kinerja apa yang akan dicapai

(berorientasi kegiatan). Sementara penganggaran berbasis kinerja

(performance based budgeting) berorientasi pada hasil/kinerja yang akan

dicapai untuk mendapatkan alokasi anggaran. Dengan demikian

pertanggungjawaban pada akhir tahun anggaran tidak hanya berupa pertanggungjawaban keuangan tapi juga berupa pertanggungjawaban kinerja.

Dalam tahun 2007, alokasi anggaran yang disediakan untuk pembiayaan kegiatan-kegiatan DJPU adalah sebesar Rp. 59.258.056.000 terdiri dari 2 DIPA yaitu, DIPA Bagian Anggaran (BA) 15 sebesar Rp.

59.096.128.000 dan DIPA BA 69 sebesar Rp. 161.928.000 dengan realisasi

sebesar Rp. 44.200.690.642 dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 7

Pagu dan Realisasi Anggaran Tahun 2007

(dalam rupiah)

No. URAIAN PAGU REALISASI %

1. Belanja Pegawai (BA 15) 13.043.032.000 6.811.370.711 52.22%

2. Belanja Barang (BA 15) 32.031.940.000 23.983.748.364 74.87%

3. Belanja Modal (BA 15) 14.021.156.000 13.255.689.567 94.54%

4. Belanja Lain-lain (BA 69) 161.928.000 149.882.000 92.56%

Jumlah 59.258.056.000 44.200.690.642 74.59%

Realisasi sebesar 74,59 % tersebut antar lain disebabkan:

1. DJPU belum mempunyai lokasi kantor dalam satu lokasi. Lokasi kantor

masih terpisah yaitu sebagian di Gedung Utama, Gedung

Perbendaharaan I dan IV. Kondisi ini berpengaruh pada kelancaran realisasi anggaran yang berhubungan dengan proses pelaksanaan penyediaan sarana dan prasarana.

2. Keterbatasan pemenuhan kebutuhan pegawai. Perencanaan jumlah seluruh pegawai pada DJPU adalah 286 pegawai. Sampai dengan 31 Desember 2007, pegawai yang melaksanakan tugas di DJPU baru berjumlah 187 pegawai atau 65,39 % dari kebutuhan pegawai. Kondisi ini menyebabkan realisasi penyerapan Belanja Pegawai masih rendah yaitu sebesar Rp. 6.811.370.711,- atau 52,22% dari pagu anggaran sebesar Rp. 13.043.032.000,-.

3. Belanja Jasa hanya terealisasi sebesar Rp. 581.614.648,- atau 21,54 % dari pagu anggaran Rp. 2.700.050.000,- dikarenakan sebagian belanja langganan daya dan jasa DJPU masih dibayarkan dari pagu anggaran Ditjen Perbendaharaan dan Sekretariat Jenderal Departemen Keuangan.

4. Realisasi Belanja Perjalanan terutama untuk Belanja Perjalanan lainnya hanya terealisasi sebesar Rp. 2.430.099.740,- atau 44,00% dari pagu anggaran sebesar Rp. 5.714.372.000,-. Hal tersebut dikarenakan adanya pemotongan untuk Belanja Perjalanan lainnya sebesar sebesar Rp. 2.372.300.000,-.

BAB V PENUTUP

LAKIP DJPU tahun 2007 merupakan bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan pada tahun 2007 yang disusun berdasarkan rencana kinerja yang ditetapkan pada awal tahun sekaligus sebagai pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Tahun 2007 adalah tahun pertama beroperasinya DJPU yang merupakan penajaman dari fungsi perbendaharaan ke dalam fungsi pengelolaan utang sebagai hasil reorganisasi di lingkungan Departemen Keuangan. Untuk permulaan pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Dan Pembiayaan Utang sangat diperlukan adanya koordinasi dan konsolidasi intern DJPU. Hal ini perlu dilakukan untuk memaknai peran strategis tugas DJPU dalam menghadapi tugas-tugas yang cukup berat berkaitan dengan pengelolaan utang negara.

Beberapa capaian kinerja dari DJPU dalam tahun 2007 antara lain:

1. Terjadinya perkembangan yang cukup signifikan dalam pengelolaan utang pemerintah. Keberhasilan pemerintah, dapat dilihat dari rasio utang terhadap PDB yang dari tahun 2000 sampai 2006 yang trennya semakin menurun, pada tahun 2000 sekitar 88% dan pada tahun 2007 pada posisi 35,25%.

2. Realisasi realisasi pembiayaan melalui SBN sekitar Rp57,31T (1,5% GDP), terdiri dari: (i) penerbitan Rp99,95T; (ii) jatuh tempo Rp39,79T; dan (iii) buyback Rp2,86T.

3. Posisi rating dari beberapa lembaga rating (Fitch Ratings, Moody’s, dan S&P’s

Rating) mengalami perbaikan;

4. Ditandatangani komitmen pinjaman luar negeri berupa pinjaman proyek sebesar US$2,24 miliar; komitmen hibah luar negeri US$357,56 juta; dan debt swap sebesar EUR50 juta.

5. Penyerapan pinjaman proyek sebesar Rp 17.002,50 miliar dan pinjaman program sebesar Rp 19.005,00 miliar.

6. Nilai pembayaran cicilan pokok utang dalam negeri sebesar Rp 61.536,44 miliar, bunga utang dalam negeri sebesar Rp 53.470,48 miliar, cicilan pokok utang luar negeri sebesar Rp 57.922,46 miliar, bunga utang luar negeri sebesar Rp 25.727,84 miliar.

7. Berkaitan dengan reformasi birokrasi telah dilaksanakan

penyusunan/penyempurnaan business process, meliputi: penyusunan 791 uraian jabatan (Job Descriptions), 91 SOP (Standard Operating and

Procedures), 182 data ABK (Analisis Beban Kerja-Work Load Analisys), Kode

Etik, KPI (Key Performance Indicators), Standar Kompetensi Jabatan, dan pembangunan Assesment Center.

Disamping beberapa kegiatan yang telah terlaksana dengan baik, terdapat beberapa kegiatan lain yang hingga akhir tahun 2007 belum terselesaikan, yaitu: 1. Belum disahkannya RUU PHLN, RUU SBSN, dan RPP tentang pinjaman dalam

negeri.

2. Belum terintegrasi sepenuhnya instrumen utang SBN dan Pinjaman yang mengakibatkan belum terselesaikannya rumusan strategi pengelolaan utang

jangka panjang dan menengah, rumusan kerangka kerja manajemen risiko, dan

portfolio performance monitoring.

3. Sistem Infomasi Utang yang diharapkan akan meningkatkan optimalisasi penggunaan pinjaman masih dalam tahap pembangunan.

4. Belum adanya gedung kantor yang dapat menampung seluruh pegawai dalam satu lokasi. Lokasi gedung kantor masih terpisah yaitu sebagian di Gedung Utama, Gedung Perbendaharaan I dan IV.

5. Keterbatasan SDM.

Berbagai keberhasilan kinerja yang telah dicapai diatas kiranya dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan pada tahun-tahun selanjutnya. Sementara untuk beberapa program/kegiatan yang capaian kinerjanya belum mencapai sebagaimana yang diharapkan, diupayakan lebih ditingkatkan.

Dengan disusunnya LAKIP ini diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan baik kepada Pimpinan DJPU maupun seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi DJPU, sehingga dapat memberikan umpan balik guna peningkatan kinerja pada periode berikutnya dalam rangka lebih memberi manfaat kepada masyarakat maupun berbagai pihak yang berkepentingan dengan organisasi pengelola utang

Dalam dokumen I K H T I S A R E K S E K U T I F (Halaman 40-45)

Dokumen terkait