• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

B. Program Pengelolaan Eks-Wanita Tuna Susila (WTS)

Berdasarkan dengan tujuan penelitian ini yang tercantum pada bab sebelumnya, yaitu untuk mengetahui bagaimana program pengelolaan Eks-Wanita Tuna Susila (WTS) pada Pusat Pelayanan Sosial Karya Eks-Wanita (PPSKW) Mattiro Deceng Kota Makassar. Adapun yang menjadi indikator dari pengelolaan ini yaitu: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), pengawasan (controlling). Berikut ini penjelasan dari beberapa indikator di atas:

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan (planning) adalah pemikiran tentang apa yang akan dikerjakan dengan menyesuaikan atau dengan kata lain memadukan antara Sumber Daya Manusia (SDM) maupun sumber daya bukan manusia yang memiliki dan hasil yang kemungkinan akan dicapai dalam suatu aktivitas atau suatu pekerjaan yang ada pada manajemen. Perencanaan (planning) dilakukan untuk menentukan tujuan manajemen secara keseluruhan, demikian pula dengan menggunakan cara dan metode kerja yang baik dalam rangka usaha mencapai tujuan tersebut.

Petikan wawancara dengan Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pusat Pelayanan Sosial Karya Wanita (PPSKW) Mattiro Deceng Kota Makassar memaparkan bahwa:

“Perencanaan yang dilakukan sudah jelas dan terarah sesuai prosedur yang ada yaitu terlebih dahulu menentukan sasaran, melakukan pendekatan awal, kemudian melakukan penyantunan, yang

direncanakan selama 6 (enam) bulan terhitung sejak terjaringnya klien tersebut. (Hasil wawancara TL, tanggal 11 November 2015)”.

Hal ini senada dengan hasil wawancara pekerja sosial (PEKSOS) selaku pembina bimbingan fisik.

“Sesuai dengan prosedur yang ada, dimana Eks-Wanita Tuna Susila (WTS) akan mengikuti proses rehabilitas selama 6 (enam) bulan terhitung sejak terjaringnya klien tersebut. (Hasil wawancara AM, tanggal 15 November 2015)”.

Hasil wawancara di atas dengan Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan Pekerja Sosial (PEKSOS) selaku pembina bimbingan fisik pada Pusat Pelayanan Sosial Karya Wanita (PPSKW) Mattiro Deceng Kota Makassar menunjukkan bahwa perencanaan (planning) sudah berjalan dengan baik. hal ini membuktikan bahwa dalam program pengelolaan Eks-Wanita Tuna Susila (WTS) direncanakan melalui beberapa tahap yaitu terlebih dahulu menentukan sasaran, melakukan pendekatan awal, yang merupakan serangkaian kegiatan mendapatkan pengakuan, dukungan, bantuan, dan peran serta dalam pelaksanaan pembinaan Eks-Wanita Tuna Susila (WTS). Kemudian melakukan penyantunan atau tahap penerimaan yang merupakan serangkaian kegiatan administrasi maupun teknis, dimana jangka waktu yang telah di tetapkan yaitu terhitung sejak terjaringnya Eks-Wanita Tuna Susila (WTS).

Setelah peneliti melakukan obsevasi di lapangan dan melakukan wawancara kepada beberapa informan hal ini menunjukkan bahwa perencanaan (planning) dalam program pengelolaan Eks-Wanita Tuna Susila (WTS) sejalan dengan teori yang dikemukanan oleh George R. Terry

(1994), dimana perencanaan (planning) yang merupakan sebagai dasar pemikiran dari tujuan dan penyusunan langkah-langkah yang akan dipakai untuk mencapai tujuan. Merencanakan berarti mempersiapkan segala kebutuhan, memperhitungkan matang-matang apa saja yang menjadi kendala dan merumuskan bentuk pelaksanaan kegiatan yang bermaksud untuk mencapai tujuan.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian (organising) juga merupakan rangkaian pemikiran dan tindakan untuk menentukan bidang tugas atau pekerjaan dengan dukungan peralatan atau fasilitas (sarana dan prasarana) dan menunjuk seseorang atau beberapa orang untuk mengerjakan bidang tugas tersebut serta menetapkan kewenangan yang akan dilekatkan kepada seseorang atau sekelompok orang akan melaksanakan roda kegiatan manajemen.

Pengorganisasian (Organising) sebenarnya bukan organisasi, melainkan suatu kegiatan yang bertujuan menciptakan organisasi, baik ditinjau dari segi aspek manusianya, aspek sarana dan prasarana, maupun ditinjau dari segi aspek kegiatan yang dikelompokkan sehingga dalam pelaksanaannya dapat memberikan hasil sesuai yang diharapkan sebelumnya.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pusat Pelayanan Sosial Karya Wanita (PPSKW) menyatakan bahwa:

“Pembagian tugas yang meliputi bimbingan fisik, bimbingan mental, bimbingan sosial, bimbingan keterampilan kerja, dan resosialisasi serta pembinaan lanjut bagi Eks-Wanita Tuna Susila

(WTS) agar mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. (Hasil wawancara TL, tanggal 11 November 2015)”.

Pendapat lain disampaikan oleh Pekerja Sosial (PEKSOS) selaku pembina bimbingan fisik.

“Perorganisasian di panti ini sudah jelas, karena terdapat beberapa tugas yang harus dikerjakan oleh para Pekerja Sosial (PEKSOS) dan bertanggungjawab dalam memberikan pembinaan meliputi bimbingan fisik, bimbingan mental, bimbingan sosial, bimbingan keterampilan kerja dan resosialisasi. (Hasil wawancara AM, tanggal 15 November 2015)”.

Mengenai pengorganisasian (organizing) menurut informan di atas sudah jelas dan terarah. Dengan alasan bahwa pembagian tugas kepada para pembina atau Pekerja Sosial (PEKSOS) merupakan tahap yang paling penting dalam program pengelolaan Eks-Wanita Tuna Susila (WTS) pada Pusat Pelayanan Sosial Karya Wanita (PPSKW) Mattiro Deceng Kota Makassar. Dimana pembagian tugas yang diberikan kepada pembina atau Pekerja Sosial (PEKSOS) meliputi pembinaan bimbingan fisik, bimbingan mental, bimbingan sosial, bimbingan keterampilan kerja, dan resosialisasi serta bimbingan lanjut bagi Eks-Wanita Tuna Susila (WTS) dengan harapan agar mereka mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

Hal ini terbukti dengan adanya pembagian tugas atau jadwal yang telah ditentukan, maka pembina atau Pekerja Sosial (PEKSOS) dapat mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing sehingga proses pembinaan Eks-Wanita Tuna Susila (WTS) berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Dari hasil wawancara dengan beberapa informan tersebut mengenai pengorganisasian (organizing) dalam program

pengelolaan Eks-Wanita Tuna Susila (WTS) maka hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh George R. Terry (1994), dimana pengorganisasian (organizing) merupakan cara untuk mengumpulkan orang-orang dan menempatkan mereka menurut kemampuan dan keahliannya dalam pekerjaan yang sudah direncanakan.

3. Penggerakan (Actuating)

Penggerakan (actuating) juga merupakan salah satu fungsi organik manajemen yang aktivitas utamanya berorientasi menggerakan tugas atau manusia yang terikat dalam sebuah organisasi, namun kita juga sadari bahwa tidak semua gerakan orang dalam organisasi otomatis menjadi fungsi manajemen.

Penggerakan (actuating) dalam sebuah organisasi adalah usaha atau tindakan yang dilakukan secara sadar dengan dilandasi pemikiran-pemikiran cepat dan tepat yang dilakukan oleh berbagai tingkatan kepemimpinan dalam rangka meningkatkan atau dengan kata lain menciptakan kemauan sehingga membuat para bawahan memahami pekerjaan, tugas dan tanggung jawab yang telah dipercayakan atau diberikan kepadanya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berikut ini penuturan Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pusat Pelayanan Sosial Karya Wanita (PPSKW) menyatakan bahwa:

“Melakukan koordinasi dengan para pihak yang terkait, agar dapat melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik sesuai yang telah di tentukan dalam proses rehabilitasi Eks-Wanita Tuna Susila (WTS). (Hasil wawancara TL, tanggal 11 November 2015)”.

Dalam pengelolaan program pembinaan Eks-Wanita Tuna Susila (WTS) pada Pusat Pelayanan Sosial Karya Wanita (PPSKW) Mattiro Deceng Kota Makassar. Penggerakan (actuating) sangat dibutuhkan agar kegiatan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Menurut informan di atas, selaku Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) pusat Pelayanan Sosial Karya Wanita (PPSKW) Mattiro Deceng Kota Makassar, sejauh ini koordinasi yang baik dilakukan dengan para pembina atau Pekerja Sosial (PEKSOS) serta semua pihak yang terkait, sehingga membuat proses rehabilitasi terhadap para Eks-Wanita Tuna Susila (WTS) berjalan dengan baik pula. Hal ini membuat para pembina atau Pekerja Sosial (PEKSOS) menyadari akan wewenang dan tanggung jawab yang telah ditetapkan.

Senada dengan pertanyaan di atas Pekerja Sosial (PEKSOS) selaku pembina bimbingan fisik berpendapat bahwa:

“Dengan cara menjalin komunikasi yang baik dan ikut berpartisipasi dalam segala hal yang menyangkut proses rehabilitasi para Eks-Wanita Tuna Susila (WTS). (Hasil wawancara AM, tanggal 15 November 2015)”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa penggerakan (actuating) dalam pengelolaan program pembinaan Eks-Wanita Tuna Susila (WTS) pada Pusat Pelayanan Sosial Karya Wanita (PPSKW) Mattiro Deceng Kota Makassar, dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan melalui koordinasi yang meliputi komunikasi dan partisipasi dalam segala hal yang menyangkut proses pembinaan

Eks-Wanita Tuna Susila (WTS). Hal tersebut dapat menggerakkan para pembina atau Pekerja Sosial (PEKSOS) serta pihak-pihak yang terlibat di dalamnya bekerja dengan baik. Mengenai penggerakan (actuating) dalam program pengelolaan Eks-Wanita Tuna Susila (WTS), hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh George R. Terry (1994), dimana penggerakan (actuating) yaitu untuk menggerakan organisasi agar berjalan sesuai dengan pembagian kerja masing-masing serta menggerakan seluruh sumber daya yang ada dalam organisasi agar pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan bisa berjalan sesuai rencana dan bisa mencapai tujuan.

4. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan (controlling) merupakan salah satu fungsi manajemen yang bertujuan untuk penegakan ketentuan yang telah ditentukan dan telah disepakati sebelumnya oleh semua unsur dalam manajemen serta menciptakan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan berbagai kegiatan yang menjadi sasaran pengawasan.

Seperti yang telah dikemukakan oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) pada Pusat Pelayanan Sosial Karya Wanita (PPSKW) menyatakan bahwa:

“Pengawasan dilakukan langsung oleh pihak Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Yang tugasnya mengawasi setiap aktivitas yang dilakukan pada Pusat Pelayanan Sosial Karya Wanita (PPSKW) Mattiro Deceng Kota Makassar. (Hasil wawancara TL, 11 November 2015)”.

Berdasarkan penuturan informan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa mengenai pengawasan (controlling) dalam program

pengelolaan Eks-Wanita Tuna Susila (WTS) pada Pusat Pelayanan Sosial Karya Wanita (PPSKW) Mattiro Deceng Kota Makassar, diawasi langsung oleh pihak Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Dimana pengawasan yang pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai.

Senada dengan pendapat informan di atas, menurut Pekerja Sosial (PEKSOS) selaku pembina bimbingan fisik memaparkan bahwa:

“Pengawasan dilakukan langsung oleh pihak Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Karena Pusat Pelayanan Sosial Karya Wanita (PPSKW) di bawah naungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. (Hasil wawancara AM, tanggal 15 November 2015)”.

Dari jawaban bapak AM, sebagai Pekerja Sosial (PEKSOS) selaku pembina bimbingan fisik peneliti dapat mengutip bahwa melalui pengawasan (controlling), dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan pada Pusat Pelayanan Sosial Karya Wanita (PPSKW) Mattiro Deceng Kota Makassar untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Pengawasan (controlling), sudah jelas dan dilakukan langsung oleh pihak Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan karena lembaga ini merupakan di bawah naungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Dari hasil observasi dan wawancara dengan beberapa informan di atas mengenai pengawasan (controlling) dalam program pengelolaan Eks-Wanita Tuna Susila (WTS), hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh George R. Terry (1994), bahwa

pengawasan (controlling) bertujuan untuk mengawasi apakah gerakan dari organisasi ini sudah sesuai dengan rencana atau belum.

C. Program Pembinaan Eks-Wanita Tuna Susila (WTS) pada Pusat

Dokumen terkait