• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V Penutup

C. Program Pengendalian Tb

1. Kebijakan Program Pengendalian TB Nasional:

Program Penanggulangan TB dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi dengan kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program dalam kerangka otonomi yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana). Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS, penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap peningkatan mutu pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan dan pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya TB MDR. Penemuan dan pengobatan dalam rangka penanggulangan TB dilaksanakan oleh seluruh Unit Pelayanan Kesehatan (UPK), meliputi Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan swasta, Rumah Sakit Paru (RSP), Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM), Klinik Pengobatan lain serta Dokter Praktek Swasta (DPS), Klinik Lapas dan Rutan.

Penanggulangan TB dilaksanakan melalui promosi, penggalangan kerja sama dan kemitraan dengan program terkait, sektor pemerintah, non pemerintah dan swasta. 2. Kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi TB:

Pada prinsipnya kebijakan pengendalian infeksi penyakit TB dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu :

a. Kebijakan pada tingkatan nasional maupun subnasional

Pada tingkat ini umumnya kegiatan pengendalian infeksi dititik beratkan pada aspek managerial, yang menjadi kebijakan umum pada 2 kelompok lainnnya. Kegiatan pengendalian infeksi pada tingkat nasional maupun subnasional meliputi :

- Adanya Tim Koordinasi teknis pelaksanaan kegiatan pengendalian infeksi disertai dengan rencana kegiatan serta pendanaan yang jelas.

- Melaksanakan surveilens TB bagi petugas kesehatan

- Melaksanakan kegiatan advokasi, Komunikasi dan sosial mobilisasi yang dibutuhkan untuk penerapan pengendalian infeksi.

- Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengendalian infeksi - Penelitan operasional

b. Kebijakan pada Fasilitas pelayanan kesehatan

Upaya pengendalian infeksi pada fasilitas pelayanan dilaksanakan berdasarkan 4 pilar utama, yaitu:

- Pilar Manajerial

- Pilar Pengendalian administratif - Pilar Pengendalian lingkungan

- Pilar Pengendalian dengan Pelindung Diri c. Kebijakan pada keadaan/situasi khusus

Pengendalian infeksi pada kondisi/situasi khusus adalah pelaksanaan pengendalian infeksi pada Lapas dan Rutan, rumah penampungan sementara, barak-barak militer, tempat-tempat pengungsi, asrama dan sebagainya.

Kebijakan pengendalian infeksi pada situasi seperti ini lebih ditujukan spesiik untuk keadaan masing-masing, misalnya penerapan pengendalian infeksi di Lapas dan Rutan harus memperhatikan perbedaan lama kontak antara napi yang berbeda. Kegiatan lain seperti penapisan pada saat pemeriksaan awal napi merupakan bagian dari pencegahan dan pengendalian infeksi pada situasi/kondisi khusus.

3. Strategi Pengendalian TB

Di dalam Rencana Strategi Nasional TB 2010-2014 yang merupakan kelanjutan dari strategi sebelumnya, yang mulai difokuskan pada perluasan jangkauan pelayanan dan kualitas DOTS. Untuk itu diperlukan suatu strategi dalam pencapaian target yang telah ditetapkan, yang dituangkan pada tujuh strategi utama pengendalian TB, yang meliputi: 1) Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS yang bermutu

2) Menghadapi tantangan TB/HIV, TB MDR, TB anak dan kebutuhan masyarakat miskin serta rentan lainnya

3) Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintahan, masyarakat (sukarela), perusahaan dan swasta melalui pendekatan Public-Public Mix

4) Memberdayakan masyarakat dan pasien TB

5) Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan dan manajemen program pengendalian TB

6) Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap program TB 7) Mendorong penelitian, pengembangan dan pemanfataan informasi strategis 4. Strategi Pengendalian TB di Lapas dan Rutan

Sebagai strategi untuk mencapai tujuan, yaitu menurunkan angka kesakitan dan angka kematian TB di Lapas dan Rutan, maka telah dikembangkan strategi sebagai berikut:

- Membangun komitmen dari semua stakeholder yang terlibat dalam program penanggulangan TB di Lapas dan Rutan

- Membangun kapasitas sumber daya

- Membangun jejaring pelaksanaan penanggulangan TB strategi DOTS di Lapas dan

Rutan dengan pihak terkait dalam hal: o Penemuan kasus TB

o Tatalaksana kasus TB

o Meningkatkan kualitas pemeriksaan laboratorium o Mengembangkan sistem informasi surveilans o Monitoring dan evaluasi program

- Memperkuat promosi kesehatan di lingkungan Lapas dan Rutan

- Melakukan kolaborasi program TB-HIV

- Mengembangkan upaya pengendalian penularan TB di Lapas dan Rutan

- Mobilisasi pendanaan dari berbagai sektor untuk menunjang kegiatan penanggulangan TB di Lapas dan Rutan

yaitu sekitar 1 juta. Saat ini menurut WHO, Indonesia menduduki peringkat ke delapan dari 27 negara dengan jumlah kasus MDR tertinggi. Data awal, survei resistensi obat OAT lini pertama (Drug Resistant Survey- DRS) yang dilakukan di Jawa Tengah, menunjukkan angka TB MDR pada kasus baru yaitu 1,9%, angka ini meningkat pada pasien yang pernah diobati sebelumnya yaitu 16,3%.

Pengobatan TB MDR di Indonesia saat ini terutama dilaksanakan di RS rujukan dan pengobatan lanjutan dapat dilanjutkan di puskesmas terdekat. Hal ini karena pengobatan pasien TB MDR lebih rumit dan kompleks karena memiliki waktu pengobatan minimal 18 -24 bulan dan sering disertai efek samping obat lini kedua pada pasien. Hanya saja saat ini fasilitas sarana pelayanan kesehatan terutama RS Rujukan masih belum menerapkan pengendalian infeksi. Sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan pada sarana pelayanan kesehatan untuk mencegah terjadinya transmisi pasien TB MDR dan resiko berkembangnya TB-XDR pada pasien, keluarga pasien, pasien lainnya serta petugas kesehatan.

Meskipun demikian situasi TB di dunia semakin memburuk karena jumlah kasus yang semakin meningkat dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan terutama di negara dengan masalah TB yang besar seperti Indonesia. Meskipun kuman penyebab sudah diketahui dan paduan OAT yang terbukti ampuh telah tersedia dengan durasi pengobatan menjadi lebih singkat yaitu 6 bulan serta ditambah dengan pelaksanaan strategi DOTS yang terbukti efektif namun kejadian kasus TB belum terkendali secara optimal.

6. Ko-Infeksi TB HIV

Perkembangan epidemi HIV di Indonesia, termasuk yang tercepat di kawasan Asia meskipun secara nasional angka prevalensinya masih termasuk rendah, diperkirakan pada tahun 2006, prevalensinya sekitar 0,16% pada orang dewasa. Salah satu masalah dalam epidemiologi HIV di Indonesia adalah variasi antar wilayah, baik dalam hal jumlah kasus maupun faktor-faktor yang mempengaruhi. Epidemi HIV di Indonesia berada pada kondisi epidemi terkonsentrasi dengan kecenderungan menjadi epidemi meluas pada beberapa propinsi.

Upaya penanggulangan HIV umumnya dilaksanakan di RS dan baru beberapa daerah saja yang sudah memiliki pelayanan HIV di fasilitas pelayanan Puskesmas. Seperti diketahui, pasien HIV/AIDS adalah orang yang sangat rentan dengan berbagai penyakit termasuk TB. Dari data yang ada diketahui bahwa epidemi HIV menunjukkan pengaruhnya terhadap peningkatan epidemi TB di seluruh dunia yang berakibat meningkatnya jumlah

kasus TB di masyarakat. Pandemi ini merupakan tantangan terbesar dalam pengendalian TB dan banyak bukti menunjukkan bahwa pengendalian TB tidak akan berhasil dengan baik tanpa keberhasilan pengendalian HIV. Sebaliknya TB merupakan infeksi oportunistik terbanyak dan penyebab utama kematian pada ODHA (orang dengan HIV/AIDS).

Kolaborasi kegiatan bagi kedua program merupakan keharusan agar mampu menanggulangi kedua penyakit tersebut secara efektif dan eisien. Tiap tahun diperkirakan terjadi 239 kasus baru TB per 100.000 penduduk dengan perkiraan prevalensi HIV diantara pasien TB sebesar 0,8% secara nasional (WHO Report 2007). Sehubungan dengan kegiatan kolaborasi TB-HIV maka fasilitas pelayanan kesehatan juga harus dapat memastikan tidak terjadinya pertukaran infeksi pada pasien HIV/AIDS dengan pasien TB maupun pasien TB-MDR, serta antara pasien HIV/AIDS yang telah memiliki penyakit TB maupun TB-MDR.

Pelaksanaan strategi DOTS di Lapas dan Rutan sejalan dengan strategi pengembangan DOTS juga penerapan strategi DOTS dan Kolaborasi TB-HIV yang dilaksanakan di Lapas dan Rutan akan dilaksanakan melalui kerjasama yang terintegrasi dengan sistem kesehatan yang berada di luar Lapas dan Rutan. Kerja sama ini sangat tergantung pada dukungan berbagai pihak terkait dan sumber daya yang tersedia. Dukungan pihak terkait terutama Pemerintah Daerah setempat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta pihak swasta sangat diperlukan dalam menanggulangi TB di Lapas dan Rutan.

Lampiran 2

FORMULIR SKRINING GEJALA TUBERKULOSIS (TB)

Tanggal : ____________________________________ Nama Lapas/Rutan : ____________________________________ Identitas No. Registrasi : ____________________________________ Nama Lengkap : ____________________________________ L / P Tempat/Tanggal Lahir : ____________________________________ Alamat : ____________________________________ ____________________________________ Tanggal Masuk Lapas/Rutan : ____________________________________ No.Ruangan : _______________Blok________________

Alasan Skrining : WBP/Tahanan Baru ( )

Kunjungan Poliklinik ( ) Masal berkala ( )

Lain2 ( )___________

Skrining TB Ya Tidak

Gejala Utama : Batuk berdahak selama lebih dari 2 minggu ( ) ( )

Gejala Tembahan : - Batuk/dahak bercampur darah ( ) ( ) - Sesak nafas dan nyeri dada ( ) ( ) - Keringat dingin pada malam hari walaupun

tanpa kegiatan ( ) ( )

- Berat badan turun secara drastis ( ) ( ) - Demam meriang lebih dari 1 bulan ( ) ( )

...

Riwayat Pengobatan TB Ya Tidak

Apakah WBP/tahanan pernah mendapat pengobatan TB? ( ) ( ) Jika “Ya”

- Kapan (tahun) : ____________________________________

- Lamanya : ____________________________________

- Tempat : ____________________________________

Pemeriksaan isik : - Berat Badan _________Kg

- Tinggi Badan _________Cm

KESIMPULAN : Suspek TB Ya ( )

Tidak ( )

Catatan : Suspek TB Paru adalah Seseorang dengan batuk berdahak lebih dari 2 minggu disertai dengan atau tanpa gejala lain.

...,... ( _________________ )

PETUNJUK PENGISIAN FORM SKRINING TB

1. Kegiatan skrining gejala TB tidak dilakukan pada Pasien TB yang sedang dalam pengobatan. 2. Isilah biodata secara lengkap

3. Beri tanda rumput (√) pada bagian yang bertanda kurung “( )” sesuai dengan jawaban masing-masing unit.

4. Pada bagian riwayat pengobatan, jika jawaban “Ya” maka isilah data-data sesuai pengobatan TB terakhir yang pernah dijalani.

5. KESIMPULAN hanya boleh diisi oleh Petugas Kesehatan yang berwenang dan harus di tandatangani serta menuliskan nama lengkap.

6. Kesimpulan dapat juga berdasarkan pertimbangan klinis dari hasil pemeriksaan isik atau penunjang.

Lampiran 3

DAFTAR TILIK PENILAIAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

(PPI) TB DI LAPAS DAN RUTAN

Lapas/Rutan: ... Kota/kab: ... Provinsi: ...

Tanggal pengisian: ...

Penanggungjawab: ...

Petunjuk pengisian:

Lingkari jawaban yang sesuai dengan kondisi di Lapas dan Rutan. Setiap jawaban mempunyai nilai, jumlahkan nilai tersebut dan tuliskan di baris total nilai.

I. Manajerial

No Penilaian 0 1 2 Penjelasan

I.1 UPT memiliki prosedur tertulis tentang

Pencegahan dan Pengendalian infeksi TB; mencakup upaya mengenali segera suspek TB, triase, prosedur layanan TB, pemeriksaan kontak penghuni sel dengan pasien TB, serta prosedur rujukan untuk suspek TB atau pasien TB.

Tidak Seba- gian

Ya

I.2 UPT mempunyai penanggungjawab

untuk pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi TB

Tidak Seba- gian

Ya

I.3 Para pelaksana program TB di UPT

sudah disosialisasikan tentang prosedur tertulis tentang pencegahan dan pengendalian infeksi TB (seperti telah dijelaskan di nomor 1.1)

Tidak Seba- gian

Ya

Total Nilai Nilai

II. Pengendalian Administratif

No Penilaian 0 1 2 Penjelasan

II.1 Seluruh WBP dan Tahanan yang baru masuk ke UPT di skrining gejala TB

Tidak Seba- gian

Ya

II.2 UPT melakukan skrining massal gejala TB bagi seluruh WBP dan Tahanan secara berkala minimal 1 kali setahun

Tidak Seba- gian

Ya

II.3 UPT melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang TB kepada WBP dan Tahanan, salah satunya dilakukan saat melakukan skrining massal gejala TB

Tidak Seba- gian

Ya

II.4 Seluruh suspek/pasien TB diberi penyuluhan tentang etika batuk

Tidak Seba- gian

Ya

II.5 UPT mempunyai media KIE TB (poster yang dipampang, brosur, dll) yang penempatannya mudah dilihat oleh WBP dan Tahanan serta Petugas

Tidak Seba- gian

Ya

II.6 UPT menyediakan ruang isolasi kesehatan dengan ventilasi yang baik bagi perawatan pasien TB untuk diisolasi minimal selama 2 minggu pertama pengobatan fase intensif

Tidak Seba- gian

Ya

II.7 Poliklinik UPT memiliki ruang tunggu pasien dengan ventilasi yang baik sesuai pedoman PPI TB di lapas dan rutan

Tidak Seba- gian

Ya

II.8 Poliklinik UPT memprioritaskan pasien yang suspek/sakit TB untuk segera mendapatkan pelayanan kesehatan dengan mempercepat waktu tunggu layanan

Tidak Seba- gian

Ya

II.9 Poliklinik UPT memastikan penerapan etika batuk bagi pasien yang batuk saat berada di ruang tunggu

Tidak Seba- gian

II.10 UPT mempunyai akses rujukan ke fasyankes di wilayahnya untuk penanganan TB yang tidak dapat

dilakukan di poliklinik UPT. Rujukan dapat dilakukan ke Puskesmas, RS, BKPM dsb.

Tidak Seba- gian

Ya

Total Nilai Nilai

maksimum=6

III. Pengendalian Lingkungan

No

Penilaian

0

1

2

Penjelasan

III.1 Posisi pemeriksaan pasien telah menerapkan prinsip PPI TB (terkait arah angin, posisi duduk, letak ventilasi alami dan mekanik)

Tidak

Seba-

gian

Ya

III.2 Ruang periksa memiliki Air Change per

Hour (ACH) > 12

Tidak

Seba-

gian

Ya

III.3 Letak ruang tunggu poliklinik di tempat yang terbuka dan tidak berdesakan

Tidak

Seba-

gian

Ya

III.4 Pengambilan dahak dilakukan di

tempat terbuka atau di tempat khusus (sputum booth)

Tidak

Seba-

gian

Ya

III.5 Di dalam sel, pasien TB menggunakan

tempat yang tertutup untuk

membuang dahak, sehingga dahaknya tidak dibuang disembarang tempat

Tidak

Seba-

gian

Ya

III.6 Ruangan sel diisi sesuai dengan kapasitas (merujuk kepada tata ruang bangunan untuk lapas dan rutan)

Tidak

Seba-

gian

Ya

III.7 Pengelolaan limbah sputum sudah

sesuai kewaspadaan standar

Tidak

Seba-

gian

Total Nilai Nilai

maksimum=6

IV. Perlindungan Diri

No

Penilaian

0

1

2

Penjelasan

IV.1 Masker Respirator partikulat (cth: N95) tersedia untuk petugas yang berhubungan dengan pasien TB dalam 1 bulan terakhir

Tidak

Seba-

gian

Ya

IV.2 Seluruh petugas kesehatan

menggunakan masker respirator partikulat pada saat memeriksa suspek/ pasien TB dalam 1 bulan terakhir

Tidak

Seba-

gian

Ya

IV.3 Seluruh Petugas yang kontak dengan

pasien TB diskrining tanda dan gejala TB secara berkala

Tidak

Seba-

gian

Ya

Total Nilai Nilai

maksimum=6

Catatan Kegiatan Monitoring dan Perencanaan

Tanggal

Penilaian

Nilai

Bagian

yang

belum

tercapai

Catatan

Perencanaan

dan Tindak lanjut

Dalam 6 bulan

kedepan

Manajerial Pengendalian Administratif Pengendalian

Manajerial Pengendalian Administratif Pengendalian Lingkungan Perlindungan Diri Cara Pengisian

Tanggungjawab pengisian daftar tilik ini ada di kordinator poliklinik di Lapas dan Rutan. Pada saat pengisian, kordinator poliklinik mengisi bersama dengan seluruh staf di poliklinik. Kemudian secara bersama-sama melihat hasil dan membuat perencanaan perbaikan dapat dapat dilakuan selama 6 bulan. Selain itu hasil dari kegiatan monitoring ini dapat menjadi advokasi ke pihak terkait

Monitoring ini dilakukan secara berkala setiap 6 (enam) bulan. Kordinator poliklinik bertanggungjawab untuk mendokumentasikan hasil, dan mendiseminasikan hasil ke Kepala Lapas atau Rutan dan Kanwil Kementerian Hukum dan HAM.

Tim dari poliklinik mengisi daftar tilik. Lingkari pilihan yang sudah disediakan disetiap pernyataan. Bila dibutuhkan pejelasan terkait dengan jawaban yang dipilih, maka dapat menggunakan kolom Penjelasan. Setiap bagian terdapat baris Total Nilai, dimana ini merupakan penjumlahan dari jawaban yang telah dilingkari. Angka-angka yang digunakan dalam daftar tilik ini membantu Lapas dan Rutan untuk melihat proses perbaikan yang dilakukan. Setelah daftar tilik diisi, lalu dianalisis dan tuliskan perencanaan perningkatan pelaksanaan pencegahan dan pengendalian Infeksi.

Penjelasan Cara Pengisian Penilaian Daftar Tilik

I. Manajerial

No

Penilaian

Penjelasan

I.1 UPT memiliki prosedur tertulis tentang

Pencegahan dan Pengendalian infeksi TB; mencakup upaya mengenali segera suspek TB, triase, prosedur layanan TB, pemeriksaan kontak penghuni sel dengan pasien TB, serta prosedur rujukan untuk suspek TB atau pasien TB.

Pengertian prosedur PPI TB sudah cukup jelas.

Prosedur tersebut dalam bentuk tertulis dan ela diakses oleh setiap orang, baik petugas di poliklinik atau petugas yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan program TB di Lapas dan Rutan.

I.2 UPT mempunyai penanggung jawab

untuk pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi TB

Penanggung jawab adalah petugas di Lapas dan Rutan yang ditunjuk untuk memastikan pelaksanaan PPI TB berjalan sesuai dengan rencana

I.3 Para pelaksana program TB di UPT

sudah disosialisasikan tentang prosedur tertulis tentang pencegahan dan pengendalian infeksi TB (seperti telah dijelaskan di nomor 1.1)

Penilian ini berhubungan dengan no.1.1. Dibagian kolom Penjelasan, tuliskan jumlah petugas yang sudah di sosialisasikan serta jelaskan kedudukan/ jabatan petugas tersebut

II. Pengendalian Administratif

No

Penilaian

Penjelasan

II.1 Seluruh WBP dan Tahanan yang baru

masuk ke UPT di skrining gejala TB

Ada dokumentasi berkas yang menunjukkan kegiatan skrining gejala TB pada WBP dan Tahanan yang baru masuk lapas dan rutan.

II.2 UPT melakukan skrining massal gejala

TB bagi seluruh WBP dan tahanan secara berkala minimal 1 kali setahun

Ada dokumentasi berkas yang menunjukkan kegiatan skrining massal gejala TB pada WBP dan

II.3 UPT melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang TB kepada WBP dan Tahanan, salah satunya dilakukan saat melakukan skrining massal gejala TB

Cukup jelas. Biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan skrining massal gejala TB

II.4 Seluruh suspek/pasien TB diberi

penyuluhan tentang etika batuk

Bagi Suspek atau Pasien TB diberikan penyuluhan etika batuk agar tidak menularkan ke orang lain

II.5 UPT mempunyai media KIE TB (poster

yang dipampang, brosur, dll) yang penempatannya mudah dilihat oleh WBP dan Tahanan dan Petugas

Terdapatnya media-media informasi TB yang mudah dilihat dan dibaca oleh semua orang

II.6 UPT menyediakan ruang isolasi

kesehatan dengan ventilasi yang baik bagi perawatan pasien TB untuk diisolasi minimal selama 2 minggu pertama pengobatan fase intensif

Ruang Isolasi khusus untuk pengobatan pasien TB selama 2 minggu pertama fase intensif. Struktur ruangan dengan

ventilasi yang mencukupi dimana pertukaran udara cukup baik

II.7 Poliklinik UPT memiliki ruang tunggu

pasien dengan ventilasi yang baik sesuai pedoman PPI TB di lapas dan rutan

Ruang tunggu pasien memiliki ventilasi yang baik atau tidak ruangan tertutup II.8 Ruang tunggu pasien memiliki ventilasi yang baik atau tidak ruangan tertutup Ruang tunggu pasien memiliki ventilasi

Poliklinik UPT memprioritaskan pasien yang suspek/sakit TB untuk segera mendapatkan pelayanan kesehatan dengan mempercepat waktu tunggu layanan

Adanya prosedur mendahulukan suspek/pasien TB untuk dilayani sehingga tidak kontak lama dengan pasien lainnya

yang baik atau tidak ruangan tertutup

II.9 Poliklinik UPT memastikan penerapan

etika batuk bagi pasien yang batuk saat berada di ruang tunggu

Salah satunya adalah dengan ketersediaan masker atau alat lain bagi pasien dengan keluhan batuk saat berada diruang tunggu, atau dengan mengingatkan kembali kepada pasien batuk yang berada di ruang tunggu untuk menerapkan etika batuk

II.10 UPT mempunyai akses rujukan

ke fasyankes di wilayahnya untuk penanganan TB yang tidak dapat dilakukan di poliklinik UPT. Rujukan dapat dilakukan ke Puskesmas, RS, BKPM

Akses rujukan tekait dengan penanganan TB, elati: pemeriksaan sputum, penangan pengobatan, dsb

III. Pengendalian Lingkungan

No

Penilaian

Penjelasan

III.1 Posisi pemeriksaan pasien telah

menerapkan prinsip PPI TB (terkait arah angin, posisi duduk, letak ventilasi alami dan mekanik)

Posisi pemeriksaan pasien sesuai dengan desain ruangan untuk

pemeriksa dan pasien TB di dalam buku pedoman PPI TB untuk Lapas dan Rutan

III.2 Ruang periksa memiliki Air Change per

Hour (ACH) > 12

Pengukuran ACH berdasarkan luas ruangan dengan besarnya aliran udara di dalam ruangan. Bila belum pernah diukur maka jawabannya belum diukur

III.3 Letak ruang tunggu poliklinik di tempat yang terbuka dan tidak berdesakan

Ruang tunggu yang mempunyai pertukaran udara dan elative luas sehingga tidak berdesakan

III.4 Pengambilan dahak dilakukan di

tempat terbuka atau di tempat khusus (sputum booth)

Pengambilan dahak tidak dilakukan di ruangan tertutup seperti kamar mandi

III.5 Di dalam sel, pasien TB menggunakan

tempat yang tertutup untuk

membuang dahak, sehingga dahaknya tidak dibuang disembarang tempat

Setiap Pasien TB saat berada di dalam sel tidak membuang dahaknya sembarang tempat.

III.6 Ruangan sel diisi sesuai dengan

kapasitas (merujuk kepada tata ruang bangunan untuk lapas dan rutan)

Merujuk kepada tata ruang bangunan untuk lapas dan rutan, jumlah ideal untuk dihuni oleh WBP dan Tahanan

III.7 Pengelolaan limbah sputum sudah

sesuai kewaspadaan standar

Dalam proses pengelolaan limbah sputum seperti pembuangan sisa sputum yang telah diperiksa, pemusnahan pot sputum sudah sesuai dengan petunjuk kewaspadaan standar

IV. Perlindungan Diri

No

Penilaian

Penjelasan

IV.1 Masker Respirator partikulat (cth: N95) tersedia untuk petugas yang berhubungan dengan pasien TB dalam 1 bulan terakhir

Ketersediaan masker respirator partikulat sebaiknya harus selalu tersedia. Bila masker hanya tersedia sewaktu-waktu saja, maka jawaban yang dipilih adalah kadang-kadang

IV.2 Seluruh petugas kesehatan menggunakan masker respirator partikulat pada saat memeriksa suspek/pasien TB dalam 1 bulan terakhir

Petugas kesehatan menggunakan masker respirator partikulat dan sesuai peruntukannya

IV.3 Seluruh Petugas yang kontak dengan

pasien TB diskrining tanda dan gejala TB secara berkala

Petugas yang kontak dengan pasien TB dilakukan skrining tanda dan gejala TB minimal 1 tahun sekali

Penjelasan Catatan Kegiatan Monitoring dan Perencanaan

Formulir ini digunakan untuk mencatat hasil yang belum tercapai dan perencanaan perbaikan untuk enam bulan berikutnya.

Hasil catatan di formulir ini dapat menjadi data untuk membandingkan dengan hasil monitoring di enam bulan berikutnya.

Kolom

Penjelasan

Tanggal penilaian Tanggal penilaian PPI-TB dilakukan

Bagian yang belum tercapai Tuliskan hal yang masih belum tercapai

berdasarkan komponen manajerial,

administratif, pengendalian lingkungan, dan perlindungan diri..

Catatan Menjelaskan tentang hal-hal atau temuan

yang perlu di dokumentasikan dari proses monitoring.

Perencanaan dan Tindak lanjut Dalam 6 bulan kedepan

Menjelaskan tentang rencana dan tindak lanjut terkait kegiatan pencegahan dan

Dokumen terkait