• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program-program Penunjang a. Program Pendampingan

Dalam dokumen Penanggulangan kemiskinan dan id. doc (Halaman 35-48)

Salah satu ciri nyata penduduk miskin adalah keterbatasan dalam kemampuannya, khususnya kemampuan untuk mengembang-kan usaha dan mengelola administrasinya. Berhubung dengan itu, diperlukan pembimbing dan pemberi saran, atau Pendamping, mulai dari perencanaan kegiatan sampai pengelolaan usaha dan pemanfaatan hasilnya. Pendamping dapat berupa pendamping teknis, pendamping lokal, dan pendamping khusus. Pendamping teknis pada umumnya adalah tenaga teknis kecamatan yang memberikan pendampingan teknis usaha. Karena mereka sudah mempunyai tugas sendiri, maka mereka memberikan pendampingan hanya jika diperlukan. Pendamping lokal adalah tenaga dari desa yang secara sukarela mendampingi anggota pokmas. Mereka dapat berasal dari tokoh masyarakat desa atau penduduk desa lain yang "ekonominya sudah lebih mantap" sehingga dapat memberikan saran- saran pengembangan. Pada tahun 1994/95 jumlah pendam- ping lokal di seluruh Indonesia sebanyak 50.078 orang. Dengan bertambahnya jumlah desa yang diliput oleh program IDT, jumlah pendamping lokal juga bertambah sehingga pada tahun 1996/97 menjadi 66.696 orang. Pendamping khusus adalah pendamping

yang secara khusus ditugaskan untuk mendampingi pokmas dengan mendapat imbalan jasa dari Pemerintah. Sifat penugasan dari pendamping khusus adalah purna waktu sehingga mereka disebut sebagai Pendamping Purna Waktu.

Pada awal pelaksanaan program IDT dikenali 3.942 desa yang tingkat kemiskinannya parah sehingga pokmasnya memerlukan pendamping. Berhubung dengan itu, sejak tahun 1994/95 telah direkrut dan ditempatkan pendamping sarjana yang disebut sebagai Sarjana Pendamping Purna Waktu (SP2W). Jumlah SP2W adalah 3.942 terdiri dari 713 Petugas Sosial Kecamatan (PSK) dari Depar-temen Sosial, 1.094 Tenaga Kerja Mandiri Profesional (TKMP) dari Departemen Tenaga Kerja, 200 Sarjana Penggerak Pembangunan Perdesaan (SP3) dari Departemen Pendidikan dan Kebu-dayaan, 1.007 orang dari Keluarga Mahasiswa dan Alumni Penerima Beasiswa Supersemar (KMA-PBS), dan 928 orang direkrut oleh Pemda bekerjasama dengan perguruan tinggi setempat. Selanjutnya, untuk menunjang kebijakan memasukkan desa-desa terpencil di 4 propinsi dan 4 kabupaten, sejak tahun 1996/97 telah direkrut 4.481 pendamping purna waktu (P2W) yang dilatih dari unsur tokoh masyarakat desa setempat.

b. Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal

Upaya penanggulangan kemiskinan tidak terlepas dari penyediaan sarana perhubungan. Jika usaha pokmas dan anggotanya telah berhasil, mereka memerlukan sarana transportasi untuk pemasaran hasilnya apalagi desa-desa tertinggal pada umumnya merupakan desa terisolasi. Sejak tahun anggaran 1995/96 telah dilaksanakan program Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) yang meliputi pembangunan jalan, jembatan,

tambatan perahu, serta prasarana air bersih dan sanitasi (fasilitas mandi, cuci, kakus atau MCK). Sebagai strategi untuk meningkatkan keterampilan masyarakat desa, pekerjaan dilaksana- kan langsung oleh masyarakat melalui wadah LKMD dengan bantuan teknis dari konsultan pendamping untuk wilayah kawasan barat Indonesia (KBI). Untuk wilayah kawasan timur Indonesia (KTI) digunakan rekanan lokal yang diwajibkan menjalin kerjasama operasional dengan masyarakat desa dalam penyediaan bahan lokal, tenaga kerja lokal, dan sebagian pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh masyarakat dalam wadah LKMD. Dengan cara ini dapat terjadi proses interaksi alih teknologi dari tenaga terampil kepada masyarakat desa.

Pada tahun 1995/96 (yaitu tahun kedua Repelita VI) dialokasikan dana sebesar Rp 258,5 miliar untuk menjangkau 2.050 desa tertinggal sedang alokasi tahun 1996/97 meningkat menjadi sebesar Rp 329,2 miliar untuk menjangkau 2.627 desa tertinggal. Kemudian pada tahun 1997/98 disediakan dana sebesar Rp 613,4 miliar untuk menjangkau 4.986 desa tertinggal. Dengan dana tersebut, secara keseluruhan selama dua tahun telah dibangun jalan sepanjang 13.710,51 kilometer, jembatan sepanjang 44.914 meter, 941 unit tambatan perahu, 11.555 unit prasarana air bersih, dan 5.165 unit prasarana sanitasi dan mandi-cuci-kakus (MCK). Kegiatan program ini mampu menciptakan kesempatan kerja sebanyak 9.287.431 Hari Orang Kerja (HOK) pada tahun 1995/96 dan sebanyak 14.848.087 HOK pada tahun 1996/97.

c. Peningkatan Prasarana Jalan Poros Desa

Mulai tahun anggaran 1996/97, untuk mempercepat pencapaian sasaran desa yang akan ditangani, pemerintah telah mengeluarkan paket program susulan bagi pembangunan prasarana

fisik perdesaan yang dinamakan Bantuan Peningkatan Prasarana Jalan Poros Desa (Bantuan P2JPD) yang didanai dari pengalihan dana sektoral APBN Departemen Pekerjaan Umum ke dalam komponen Inpres Dati II sebagai komponen bantuan khusus. Prasarana fisik yang dibangun berupa prasarana jalan desa dan jembatan desa, dengan prioritas pada desa-desa tertinggal klasifikasi produktif-potensial di luar Jawa dan Bali. Tatacara pengelolaan dan pelak-sanaannya disamakan dengan pelaksanaan P3DT. Dalam TA 1996/97, alokasi Bantuan P2JPD ditetapkan untuk 72 kabupaten di 17 propinsi di luar Jawa Bali dengan keseluruhan desa yang menerima bantuan sejumlah 602 desa tertinggal. Desa-desa tertinggal ini terbagi sebagai berikut: wilayah Sumatera sebanyak 399 desa (66,3%), Kalimantan 60 desa (10,0%), Sulawesi 80 desa (13,3%), Nusa Tenggara 10 desa (1,7%), Maluku 20 desa (3,3%), dan Irian Jaya 33 desa (5,5%). Di samping itu, terdapat juga 12 desa tambahan, yang tersebar di daerah Propinsi Sumatera Utara (7 desa), Propinsi Bengkulu (1 desa), Propinsi Kalimantan Tengah (2 desa), dan Propinsi Nusa Tenggara Barat (2 desa).

d. PMT-AS

Salah satu fenomena dari rendahnya mutu gizi dan kesehatan anak adalah tingginya angka putus sekolah dan angka tinggal kelas. Sehubungan dengan itu dilaksanakan Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) yang ditujukan pada siswa Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (SD-MI) baik negeri maupun swasta yang berlokasi di desa-desa IDT. Pada tahun anggaran 1996/97, PMT-AS menjangkau 21 propinsi di luar Jawa-Bali yang mencakup kurang lebih 2,3 juta murid di 18.518 SD-MI yang tersebar di 14.415 desa IDT. Pada tahun 1997/98, jangkauan program telah diperluas untuk seluruh Indonesia sehingga menjangkau 7,2 juta murid di 49.539 SD-MI di 28.326 desa IDT.

Beberapa prinsip penting pelaksanaan PMT-AS adalah: Pertama, dana untuk pelaksanaan program ini disalurkan langsung kepada sekolah yang menjadi sasaran program seperti halnya dana Inpres lainnya; Kedua, pengelolaan program di tingkat desa dilakukan bersama antara PKK dan BP3 sehingga mereka yang mempunyai kepedulian terhadap masalah pendidikan anak-anaknya akan terlibat dalam pelaksanaan program; Ketiga, bahan makanan yang menjadi unsur pokok makanan tambahan harus diperoleh dari hasil pertanian desa setempat atau desa sekitarnya. Dengan demiki- an, PMT-AS juga mempercepat pemasaran hasil usaha pokmas dan anggota pokmas IDT sehingga membantu upaya pemberdayaan ekonomi rakyat dan ekonomi desa.

e. Bantuan Program Pengembangan Kecamatan (PPK)

Dalam rangka percepatan pengentasan penduduk dari kemiskinan, dipandang perlu untuk memberikan kepada masyarakat bantuan tambahan dengan pendekatan koordinasi antardesa dalam satu wilayah kecamatan melalui Bantuan Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Upaya ini sekaligus memantapkan dan mempertajam fungsi forum UDKP.

Bantuan PPK bertujuan untuk memberdayakan masyarakat, memperkuat kelembagaan, dan mempercepat penanggulangan kemiskinan secara nasional melalui pemberian bantuan berupa modal usaha untuk pengembangan kegiatan usaha produktif dan dana hibah untuk pembangunan prasarana dan sarana yang mendukung kegiatan sosial ekonomi dengan sasaran pokok : (1) Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk merencanakan, melaksanakan dan melestarikan kegiatan sosial-ekonomi masyarakat perdesaan; (2) Meningkatkan kegiatan usaha, lapangan

kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat perdesaan; (3) Tersedianya prasarana dan sarana bagi pengembangan kegiatan sosial ekonomi masyarakat;(4) Meningkatkan kemampuan lembaga dan aparat di tingkat desa dan kecamatan untuk mengkoordinasikan dan memberdayakan masyarakat dalam melaksanakan program pembangunan

Bantuan PPK diberikan dalam bentuk pelimpahan pengelolaan program dari tingkat II ke tingkat kecamatan, yang dimanfaatkan secara langsung oleh kelompok masyarakat serta melibatkan peranserta aktif masyarakat sendiri dalam wadah kelompok- kelompok masyarakat. Jenis kegiatan yang dibiayai dana bantuan PPK adalah prasarana dan sarana serta kegiatan sosial ekonomi yang meliputi antara lain jalan desa; tambatan perahu; penyediaan air bersih; listrik perdesaan; sanitasi lingkungan; prasarana pendukung agrobisnis dan agroindustri, usaha kecil perdesaan; serta prasarana pasar desa, yang dilakukan secara terpadu dengan mendorong peran pembinaan pemerintah kecamatan serta dengan melibatkan petugas-petugas teknis kecamatan, dan mengikut- sertakan kader-kader pembangunan di tingkat desa.

Pada tahun anggaran 1997/98 bantuan PPK telah diujicobakan kepada tiga propinsi yaitu Sumatera Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Jawa Tengah. Besarnya alokasi dana adalah Rp 400 juta per kecamatan yang mencakup 6 kecamatan, dan diberikan selama tiga tahun anggaran. Untuk tahun anggaran 1998/99 bantuan PPK direncanakan mencakup 20 propinsi (500 kecamatan) dengan alokasi dana untuk tiap kecamatan ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk yaitu (1) Kecamatan di seluruh propinsi, kecuali Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan DI. Yogyakarta ( 15.000 jiwa – 24.999 jiwa) sebesar Rp 500 juta, (2) Untuk kecamatan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan DI. Yogyakarta ( 25.000 jiwa –

49.999) sebesar Rp. 500 juta (3) Kecamatan di seluruh propinsi, kecuali Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan DI. Yogyakarta (

 25.000 jiwa) sebesar Rp. 750 juta (4) Untuk kecamatan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan DI. Yogyakarta ( 50.000) sebesar Rp. 750 juta, (5) Khusus kecamatan di propinsi Timor- Timur ( 5.000 jiwa – 14.999 jiwa ) sebesar Rp. 250 juta per kecamatan.

TABEL IV – 1

PERKEMBANGAN JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN

1970 – 1998

*) Angka estimasi pada pertengahan tahun 1998 Keterangan :

GRAFIK IV – 1

PERKEMBANGAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN INDONESIA 1970 – 1998

TABEL IV – 2

PENGURANGAN JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN

TABEL IV – 3

GARIS KEMISKINAN ABSOLUT 1976 – 1996

(rupiah per kapita per bulan)

Keterangan :

.. Data tidak dapat memberikan perkiraan daerah perkotaan dan perdesaan Karena sampelnya terlalu kecil

TABEL IV – 4

PENDUDUK MISKIN INDONESIA 1990 – 1996

TABEL IV – 5

PROPINSI MENURUT PERSENTASE RUMAH TANGGA ANGGOTA POKMAS IDT YANG SUDAH MENIKMATI DAMPAK EKONOMI

TABEL IV – 6

TINGKAT KEBERHASILAN POKMAS MENURUT PROPINSI

Catatan : Presentase menunjukkan presentase Rumah Tangga Anggota Pokmas yang Sudah menikmati dampak keberhasilan

Dalam dokumen Penanggulangan kemiskinan dan id. doc (Halaman 35-48)

Dokumen terkait