• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Rehabilitasi WTS di Parawasa Berastagi,

BAB IV DESKRIPSI LOKASI

IV.4. Program Rehabilitasi WTS di Parawasa Berastagi,

IV.4.1 Program Rehabilitasi

Adapun program-program Pelayanannya adalah: a. Pendekatan Awal

- Identifikasi

- Motivasi

- Seleksi

b. Penerimaan

- Registrasi Penyandang Masalah (dari hasil razia ataupun yang diantar oleh keluarga)

- Penelahaan dan pengungkapan masalah (Assisment) - Penempatan klien pada program (bakat dan minat) c. Bimbingan Sosial

- Bimbingan fisik (senam aerobik dan baris berbaris), agama dan mental - Bimbingan sosial

d. Bimbingan Keterampilan

- Salon, menjahit, bordir, kerajinan tangan, pertanian dan pengembangan bunga

- Olahan pangan

e. Resosialisasi

- Bimbingan kesiapan dan peran serta masyarakat

- Bimbingan sosial hidup bermasyarakat dan Bimbingan usaha - Penetapan dan penyaluran / pengembalian

f. Bimbingan Lanjut

- Bimbingan peningkatan hidup bermasyarakat dan peran serta dalam pembangunan

- Bantuan pengembangan kerja

IV.4.2 Kegiatan Harian PSKW Parawasa Berastagi

Adapun jadwal kegiatan harian yang dilakukan oleh Klien di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Parawasa Berastagi dapat dilihat pada Tabel berikut ini

Tabel 1

Jadwal Kegiatan Harian Warga Binaan (klien) Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Parawasa Berastagi

No Waktu/jam Kegiatan Penanggung jawab

1. 05.30 – 06.00 - bangun pagi

- rapikan tempat tidur - sholat Delma Ginting 2. 06.00 – 07.45 - apel pagi - kebersihan lingkungan - senam pagi - Delma Ginting - Pegawai asuh - Parlin

3. 07.45 – 08.10 - sarapan pagi Delma Ginting

4. 08.10 – 08.30 - penyerahan piket - persiapan kelas Piket 5. 08.30 – 09.30 - bimbingan sosial - dinamika kelompok - bimbingan motivasi - etika/prilaku - kewirausahaan

- bimbingan hidup dalam keluarga Piket 6. 09.30 – 12.30 - menjahit - salon - olahan pangan - kerajinan tangan - Supiah Suriyati - Iriana Sembiring - Warni Ginting - Rasita Purba 7. 12.30 – 14.00 - makan siang - sholat - ganti piket Piket

8. 14.00 – 16.00 - Kegiatan individu Piket 9. 16.00 – 17.30 - agama - mental/fisik Piket - Serka M. Harahap 10. 17.30 – 18.00 - sholat - pergantian piket Delma Ginting 11. 18.00 – 19.00 - makan malam - kegiatan individu Piket - Delma Ginting

12. 22.00 – 05.30 - tidur malam - Delma Ginting

Sumber: Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Parawasa Berastagi, 2007. IV.4.3 Lama Pembinaan

Dalam Pelayanan Rehabilitasi di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Parawasa Berastagi selama 6 (enam) bulan, dengan perincian:

- 2 bulan : Pembinaan dalam bidang Bimbingan mental, bimbingan

fisik, bimbingan sosial, dan bimbingan agama

- 4 bulan : Pembinaan dalam bidang keterampilan yang meliputi: salon,

menjahit, bordir, kerajinan tangan, pertanian dan pengembangan bunga, dan olahan pangan.

Maka dalam 1 (satu) tahun anggaran 2 (dua) angkatan dengan jumlah perangkatan 60 orang, sesuai dengan anggaran yang tersedia.

Berdasarkan pengamatan dan melihat kebutuhan di tengah-tengah masyarakat program inilah yang sangat dibutuhkan apabila klien dibina selama 6 (enam) bulan di dalam Panti dan kembali ke masyarakat.

IV.6 Sarana dan Prasarana Panti

Sarana dan Prasarana yang dimiliki oleh Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Parawasa, dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 2

Sarana dan Prasarana PSKW Parawasa

No. Sarana/Prasarana Jumlah Kondisi

1. Ruang Kantor 1 unit Baik

2. Ruang Konsultasi 1 unit Baik

3. Asrama 3 unit Baik

4. Aula 1 unit Baik

5. Ruang Keterampilan 1 unit Baik

6. Ruang Makan 1 unit Baik

7. Musola 1 unit Baik

8. Rumah Dinas 3 unit Baik

9. Rumah Tugas 2 unit Baik

10. Kendaraan Dinas Roda empat 1 unit Baik

Sumber: Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Parawasa Berastagi Tahun 2007

IV.7 Tenaga Pelaksana dan Pegawai (staff) Panti

Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Parawasa mempunyai 14 orang dengan klasifikasi pendidikan yang berbeda-beda, dimana salah seorang sebagai kepala panti. Mereka terdiri dari:

a. tenaga inti (organik) = 12 orang b. tenaga honor = 1 orang

c. tukang masak = 1 orang

Adapun Daftar nama Pegawai Negeri Sipil (tenaga inti) Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Parawasa Berastagi, dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:

Tabel 3

Data Jumlah PNS PSKW Parawasa Berastagi Daftar Pegawai Negeri Sipil PSKW Parawasa Berastagi

No Nama Tgl lahir NIP Jabatan Pendidikan

1. Drs. Amir

Sidabutar

19-02-1962 170019988 Ka. Seksi PLS

2. Syahdan 17-09-1954 170009313 Staf STM

3. Warni Ginting 20-11-1954 170008813 Staf SPSA

4. Rasmy Surbakti 10-06-1954 170013141 Staf SPSA

5. Irianna Sembiring 07-02-1960 170014239 Staf SMPS

6. Rumah Tengah

Sembiring

26-11-1954 170016246 Staf SPSA

7. Ganefo Ginting 02-12-1963 170016247 Staf SMA

8. Respan Ginting

Sm.Hk

02-08-1962 170020679 Staf Hukum

9. Antoni Sembiring 28-06-1960 170016117 Staf SMA

10. Rasita Purba 17-08-1971 170024753 Staf SMPS

11. Irwan Surbakti 09-09-1959 170011814 Staf SMA

12. Djonata Sembiring 18-11-1955 170011994 Staf SD

Sumber: PSKW Parawasa Berastagi

Selain itu, dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keberfungsian sosial para klien, PSKW Parawasa Berastagi melaksanakan kerjasama dengan Departemen Agama dan organisasi masyarakat yang bergerak dalam bidang sosial seperti:

1. Dinas Departemen Agama Kabupaten Karo

2. Beberapa Gereja GBKP yang ada di Medan maupun di Kabupaten Karo 3. Yayasan Mesjid Raya Berastagi

4. LSM Pesada “Sada Ahmo” yang bergerak dalam penanganan dan pencegahan penyakit menular HIV/AIDS.

5. KKR Kristiani Kabanjahe 6. Pengarah TKI Melidah Medan 7. IKIP Negeri Medan

Dan pada saat ini PSKW Parawasa Berastagi menjalin hubungan kerjasama dengan Pekerja Sosial Masyarakat dari Negara Kanada dan mereka memberikan pelatihan belajar bahasa inggris.

IV.8 Tugas, Fungsi dan Tanggung Jawab IV.8.1 Kepala Panti

Kepala Seksi PSKW Parawasa Berastagi (Drs. Amir Sidabutar), mengeluarkan tugas-tugas managerial dan teknis operasional seperti yang telah dituangkan dalam penjabaran tugas dan fungsi sesuai dengan keputusan gubernur sumatera utara nomor: 061.297.K/ Tahun 2002 yang meliputi pembinaan fisik, mental, sosial, mengubah sikap dan tingkah laku, pelatihan keterampilan dan resosialisasi serta pembinaan lanjut bagi mantan wanita tuna susila agar menjadi berkemampuan aktif dalam melaksanakan norma susila dan agama di tengah-tengah masyarakat.

Tugas :

1. Melaksanakan observasi dan orientasi ke kantong-kantong lokalisasi Wanita Tuna Susila di wilayah Sumatera Utara

2. Melaksanakan identifikasi calon klien

4. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait dalam pembinaan mental, sosial dan keterampilan

5. Melaksanakan konsultasi, pengungkapan dan pemahaman masalah klien

6. Menyusun program-program kegiatan rehabilitasi klien

7. Melaksanakan penampungan dan pengasramaan klien

8. Mempersiapkan segala kebutuhan/keperluan para klien dengan standard yang

telah ditetapkan

9. Melaksanakan pembinaan fisik, mental dan sosial secara individu maupun kelompok

10.Melaporkan pelaksanaan kegiatan/program kepada kepala balai secara berjenjang

11.Melaksanakan pembinaan dan pembagian tugas semua staf

12.Melaksanakan bimbingan lanjut terhadap eks klien

13.Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Kepala Balai 14.Mengkoordinir tugas-tugas staf.

Fungsi :

1. Mengawasi semua pelaksanaan program-program kegiatan sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan

2. Mempertanggung-jawabkan semua pelaksanaan kegiatan program yang telah

ditetapkan kepada Kepala Balai

3. Mengevaluasi kegiatan/program yang telah dilaksanakan untuk bahan laporan kepada Kepala Balai

5. Mengawasi/merawat/memelihara semua sarana dan prasarana yang ada di PSKW Parawasa

6. Memberikan penilaian staf setiap akhir tahun anggaran. IV.8.2 Tugas dan Tanggung Jawab Para Staf

1. Warni Ginting dan Antoni

- Menangani administrasi dan dokumentasi klien

- Menerima dan melayani klien

- Memberikan bimbingan kepada klien

- Mengawasi surat masuk dan surat keluar

- Menyusun roster piket setiap bulan

- Membuat daftar hadir pegawai

- Menyusun materi latihan

- Menghubungi Instruktur/Pelatih

- Mengikuti dan melaksanakan petunjuk-petunjuk atasan

- Interview klien

2. Iriana Sembiring dan Rasita Purba

- Membuat laporan bulanan

- Membuat daftar klien per asrama

- Membuat catatan perkembangan klien

- Memberikan kebutuhan klien dalam asrama

- Membuat tugas klien di asrama

- Bertanggung jawab atas kebersihan asrama, tempat tidur dan peralatannya

- Mencatat keperluan asrama

- Interview klien

- Mengikuti dan mematuhi petunjuk-petunjuk atasan dan melaporkan

hasil pelaksanaan kepada Kepala Seksi

3. Rasmy Surbakti

- Membuat daftar nomor Registrasi klien

- Mengatasi permasalahan klien

- Mencatat dan menyimpan alat-alat keterampilan

- Mengisi buku induk

- Menyusun kelompok klien sesuai dengan keterampilan

- Interview klien

- Mengikuti dan melaksanakan petunjuk-petunjuk atasan

4. Supiah Suriaty Sembiring

- Mengkoordinir pelaksanaan bimbingan

- Melaksanakan pengungkapan latar belakang

- Mencatat perkembangan klien

- Melaporkan hasil pekerjaan kepada atasan secara berjenjang

- Interview klien

5. Rumah Tengah Sembiring

- Mengawasi keamanan dalam asrama dan Panti

- Mengkoordinir kebersihan kantor, asrama, dapur, ruang data, ruang sholat dan halaman

- Interview klien

6. Ganepo Ginting

- Mengamprah Gaji Pegawai sesuai dengan petunjuk Kepala Balai

- Melaksanakan wawancara dengan klien

- Membuat laporan hasil wawancara

- Memberikan bimbingan kelompok kepada klien

- Mengikuti dan melaksanakan tugas-tugas yang diberikan atasan

7. Irwan Surbakti

- Koordinasi dengan aparat keamanan

- Melaksanakan identifikasi klien

- Pengisian file, interview dan wawancara kepada klien

- Menginventarisasi kelompok umur, pendidikan agama dan suku/ras

8. Djonata Sembiring dan Delma Ginting

- Melaksanakan koordinasi dengan masyarakat setempat

- Melayani wartawan sebelum dihadapkan ke atasan

- Interview klien

- Mengawasi klien didalam dan diluar asrama

- Membantu melaksanakan kebersihan dalam panti

9. Situmorang

- Jaga malam

BAB V ANALISIS DATA

Dalam bagian ini akan dikemukakan analisis tentang pokok pembahasan dalam penelitian yaitu efektivitas pelayanan Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Parawasa Berastagi. Adapun data-data yang diperoleh peneliti adalah melalui penyebaran kuesioner kepada wanita binaan yang menjadi responden dalam penelitian ini. Selain itu, untuk melengkapi data yang dibutuhkan, peneliti juga melakukan wawancara dengan Kepala Panti. Untuk lebih jelasnya, analisis data akan dimulai dengan uraian identitas responden yang dilanjutkan dengan data-data mengenai Efektivitas Program Pelayanan PSKW Parawasa, Efektivitas dalam bidang Sarana Prasarana, serta Kesejahteraan dan Kemandirian Wanita Binaan. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dari data yang telah terkumpul, dapat dilihat pada tabel-tabel distribusi frekuensi yang disajikan berikut ini.

V.1. Identitas Responden

Tabel 4

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

No. Kelompok Usia Frekuensi %

1 17 – 24 tahun 16 64

2 29 – 32 tahun 5 20

3 33 – tahun keatas 4 16

Jumlah 25 100

Berdasarkan data pada tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang menjadi sampel dalam penelitian berusia 17-24 tahun yaitu sebanyak 16 responden (64 %). Kemudian diikuti oleh responden yang berusia 25-32 tahun yaitu sebanyak 5 responden (20 %), sedangkan responden yang berusia 33 tahun keatas sebanyak 4 responden (16 %). Data tersebut menunjukkan bahwa hampir keseluruhan responden adalah usia produktif/dewasa.

Pada usia produktif/dewasa tersebut mereka tidak mempunyai keterampilan dan pekerjaan yang tetap. Oleh karena itulah ketika suami mereka meninggal atau menceraikan mereka, akibatnya mereka memikul beban biaya rumah tangga sendirian. Dengan keadaan seperti itu mereka memilih jalan pintas yaitu berprofesi sebagai wanita tuna susila (WTS), karena profesi ini dianggap tidak memerlukan keterampilan/skill, tidak memerlukan intelegensi tinggi, mudah dikerjakan dan langsung mendapatkan hasilnya. Sedangkan responden yang tergolong non produktif mengatakan bahwa profesi tersebut sudah dilakukannya belasan tahun, sehingga ia sudah merasakan senangnya memiliki uang dan barang-barang mewah. Keadaan demikian membuat ia sulit meninggalkan profesi tersebut, karena jika pekerjaan tersebut dihentikannya maka dirinya akan mengalami kemiskinan, kelaparan dan penderitaan.

Lalu, data mengenai agama responden yang menjadi sampel peneliti melalui kuesioner yang terdiri dari lima (5) klasifikasi. Adapun klasifikasi agama tersebut adalah Agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Khatolik, Budha dan Hindu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Tabel 5 berikut.

Tabel 5

Distribusi Responden Berdasarkan Agama

No. Agama Frekuensi %

1 Islam 18 72 2 Kristen Protestan 7 28 3 Kristen Khatolik 0 0 4 Budha 0 0 5 Hindu 0 0 Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data pada tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini beragama islam yaitu sebanyak 18 responden atau 72 %, dan ada 7 responden atau 28 % memeluk agama Kristen Protestan. Memang menurut data yang diperoleh dari Kantor Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Parawasa, klien dominan memeluk Agama Islam. Walaupun adanya perbedaan agama, mereka tetap menjalin sikap saling menghargai. Misalnya, menghargai umat muslim yang mengadakan sholat dan juga menghargai umat kristiani yang mengadakan ibadah setiap minggu.

Data mengenai suku bangsa responden yang menjadi sampel peneliti melalui kuesioner, dapat dilihat dari Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6

Distribusi Responden Berdasarkan Suku

No. Suku Frekuensi %

1 Batak Toba 7 28 2 Batak Karo 2 8 3 Batak Mandailing 4 16 4 Aceh 3 12 5 Padang 1 4 6 Jawa 6 24 7 Melayu 2 8 Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa responden terdiri atas beraneka ragam suku bangsa yang menjalani rehabilitasi di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Parawasa Berastagi. Dari tabel juga dapat dilihat bahwa responden lebih banyak berasal dari suku batak toba dengan jumlah 7 orang (28 %), diikuti suku jawa sebanyak 6 orang (24 %), suku Batak Mandailing sebanyak 4 orang (16 %), suku Aceh sebanyak 3 orang (12 %), suku melayu sebanyak 2 orang (8 %), suku Batak Karo sebanyak 2 orang (8 %), dan suku Padang sebanyak 1 orang (4 %).

Selanjutnya, pada Tabel 7 dibawah ini telah disajikan data responden yang menjadi sampel peneliti mengenai latar belakang pendidikannya. Untuk mengetahui frekuensi dan presentasenya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No. Pendidikan Frekuensi %

1 Tidak sekolah 0 0 2 SD 9 36 3 SMP 10 40 4 SMU 6 24 5 Akademi/Perguruan Tinggi 0 0 Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

Rendahnya tingkat pendidikan merupakan salah satu alasan mengapa seorang wanita/gadis bisa terjerumus kedalam dunia Prostitusi (pelacuran). Mereka menjadi bodoh dan kurang wawasan sehingga gampang dibujuk/dirayu “pencari” gadis-gadis untuk pelacuran, selain itu orang susah mendapatkan pekerjaan yang baik sehingga mendorong seseorang untuk melakukan pekerjaan apa saja agar bisa bertahan hidup termasuk hal-hal yang secara langsung sangat berisiko bagi kesehatan reproduksi seperti pelacuran. Berdasarkan data pada tabel 7 dapat diketahui bahwa sebahagian besar responden berpendidikan rendah yakni sebanyak 10 responden (40 %) berpendidikan tamat SMP, diikuti oleh berpendidikan tamat SD sebanyak 9 responden (36 %), dan ada 6 responden (24 %) yang berpendidikan tamat SMU.

Responden yang mengecap pendidikan rendah mengemukakan alasannya yaitu karena keadaaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan untuk melanjutkan

ke pendidikan yang lebih tinggi, tidak ada fasilitas untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi di daerah asal.

Kemudian data tentang distribusi status perkawinan responden yang menjadi sampel peneliti melalui kuesioner dapat dilihat pada tabel 8 berikut.

Tabel 8

Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan

No. Status Perkawinan Frekuensi %

1 Belum Kawin 12 48

2 Masih bersuami 3 12

3 Janda (mati) 3 12

4 Janda (cerai) 7 28

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data pada tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas status perkawinan responden yang menjadi sampel dalam penelitian adalah belum kawin yaitu sebanyak 12 responden (48 %), kemudian diikuti oleh status perkawinan janda (cerai) sebanyak 7 responden (28 %), dan untuk status perkawinan masih bersuami dan janda (mati), masing-masing sebanyak 3 responden (12 %).

Lalu, data mengenai Asal atau Tempat tinggal respon disajikan pada tabel 9 berikut ini.

Tabel 9

Distribusi Responden Berdasarkan Asal/Tempat Tinggal

No. Asal/tempat tinggal Frekuensi %

1 Desa 6 24

2 Pinggiran kota 4 16

3 Kota 15 60

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data pada tabel 9 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang menjadi sampel dalam penelitian berasal dari kota yaitu sebanyak 15 responden (60 %). Kemudian diikuti oleh asal/tempat tinggal dari desa yakni sebanyak 6 responden (24 %) dan untuk yang berasal dari pinggiran kota ada sebanyak 4 responden (16 %).

Tabel 10

Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi WTS No. Lamanya menjadi WTS Frekuensi %

1 Kurang dari 1 tahun 12 48

2 1 tahun 6 24

3 2 tahun 4 16

4 3 tahun 2 8

5 Lebih dari 3 tahun 1 4

Jumlah 25 100

Berdasarkan data pada tabel 10 tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang menjadi sampel dalam penelitian sebelum masuk Panti Parawasa menjalani profesi wanita tuna susila (WTS) selama kurang dari 1 tahun yakni sebanyak 12 responden (48 %), diikuti oleh 1 tahun yaitu sebanyak 6 responden (24 %), 2 tahun sebanyak 4 responden (16 %), 3 tahun sebanyak 2 responden (8 %) dan yang lebih dari 3 tahun terdapat 1 responden (4 %).

Dan data tentang distribusi responden berdasarkan Alasan menjadi wanita tuna susila (WTS) akan disajikan pada tabel 11 berikut ini.

Tabel 11

Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Menjadi WTS No. Alasan menjadi WTS Frekuensi %

1 Keterbatasan ekonomi 8 32

2 Pergaulan bebas 17 68

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data pada tabel 11 dapat diketahui bahwa sebahagian besar responden yang menjadi sampel dalam penelitian menyebutkan alasan atau faktor penyebab mereka menjadi WTS adalah akibat pergaulan bebas yakni sebanyak 17 responden (68 %) dan yang menyebutkan alasan menjadi WTS karena keterbatasan ekonomi sebanyak 8 responden (32 %).

Adapun alasan pergaulan bebas menurut responden antara lain: dikhianati oleh pacar dan akhirnya putus asa, dipengaruhi/rayuan teman, masalah narkoba, kekerasan dalam rumah tangga, gaya hidup yang berlebihan dan ingin bebas.

Adapun alasan ekonomi meliputi sulit mencari pekerjaan, suami sebagai pencari nafkah telah meninggal, kebutuhan tidak terpenuhi, keinginan hidup mewah atau cepat menghasilkan uang, dan tidak memiliki keterampilan.

V.2. Efektivitas Program Pelayanan dan Pembinaan

Pelayanan dan Pembinaan yang diberikan dalam Panti terdiri dari program-progam yang dilakukan untuk menjamin suatu tingkatan dasar dalam penyediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan dan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan untuk meningkatkan kehidupan bermasyarakat, serta kemampuan perorangan untuk melaksanakan fungsi-fungsinya.

Tabel 12

Tahu tidaknya Responden Mengenai Tujuan Dari Program Pelayanan Dan Pembinaan Di Dalam Panti

No. Kategori Frekuensi %

1 Tahu 24 96

2 Tidak Tahu 1 4

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data pada tabel 12 dapat diketahui bahwa 24 responden (96 %) yang menjadi sampel dalam penelitian mengetahui tujuan dari program pembinaan seperti Bimbingan Sosial, Bimbingan Mental dan Bimbingan Latihan Keterampilan. Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki keinginan yang kuat ingin memulihkan kembali harga dirinya, kepercayaan diri, kesadaran dan tanggung jawab sosialnya serta berkemampuan menyesuaikan diri dengan

lingkungan sosialnya. Dimana mereka akan mampu hidup mandiri berkemampuan melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.

Sementara itu, pada tabel diatas terdapat 1 responden (4 %) yang tidak mengetahui tujuan dari program pelayanan dan pembinaan dalam panti. Hal ini dikarenakan responden tidak menyadari betapa pentingnya tujuan dari program pembinaan dan pelayanan dalam rangka mengembalikan keberfungsian sosial yang nantinya responden akan kembali ke lingkungan masyarakat untuk menjalani kehidupannya sebagai bahagian dari masyarakat.

Data selanjutnya yang akan disajikan adalah menyangkut tanggapan responden mengenai kebermanfaatan program pelayanan dan pembinaan panti, yang akan disajikan pada tabel 13 berikut ini.

Tabel 13

Tanggapan Responden Mengenai Kebermanfaatan Program Pelayanan Dan Pembinaan Panti

No. Kategori Frekuensi %

1 Bermanfaat 25 100

2 Kurang bermanfaat 0 0

3 Tidak bermanfaat 0 0

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data pada tabel 13 dapat diketahui bahwa secara umum keseluruhan responden (100 %) yang menjadi sampel dalam penelitian merasakan manfaat dari setiap program pembinaan dan pelayanan dalam panti. Ada beberapa

indikasi yang menjadi motivasi bagi responden untuk mengerti akan manfaat program-program tersebut, antara lain: bimbingan sosial yang berfungsi untuk memulihkan kembali harga diri, percaya diri, dan kesadaran sosial para klien sehingga responden berusaha untuk memahami program pelayanan dan pembinaan demi terwujudnya harapan para responden. Dan adanya bimbingan dan latihan keterampilan dalam panti seperti: salon, menjahit, bordir, olahan pangan, pertanian, dan lain-lain. Sehingga menjadikan responden memiliki keterampilan yang nantinya bisa mereka aplikasikan untuk digunakan sebagai bekal hidup mandiri dan sebagai mata pencaharian setelah keluar dari Panti.

Selanjutnya, pada tabel 14 telah disajikan data tentang tanggapan responden mengenai fasilitas-fasilitas yang mendukung pelayanan dan pembinaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat berikut ini.

Tabel 14

Tanggapan Responden Mengenai Fasilitas-Fasilitas Yang Mendukung Pelayanan Dan Pembinaan

No. Kategori Frekuensi %

1 Sudah memadai 9 36

2 Cukup memadai 13 52

3 Kurang memadai 3 12

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data pada tabel 14 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 13 responden (52 %) menyatakan fasilitas-fasilitas

pendukung dalam pelayanan dan pembinaan cukup memadai. Tanggapan responden ini kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi peralatan dan perlengkapan pendukung pelayanan yang masih bisa digunakan selama kegiatan tetapi jika fasilitas lain yang tidak tersedia masih bisa dialihkan atau digantikan dengan yang lain demi terlaksananya kegiatan.

Sebanyak 9 responden (36 %) menyatakan bahwa fasilitas dalam pelayanan dan pembinaan sudah memadai. Tanggapan responden ini dipengaruhi oleh kondisi peralatan dan perlengkapan pendukung pelayanan yang selalu tersedia selama kegiatan, sedangkan 3 responden (12 %) menyatakan bahwa fasilitas yang mendukung pelayanan dan pembinaan kurang memadai karena fasilitas yang ada di PSKW Parawasa kurang lengkap.

Lalu, data mengenai tanggapan responden terhadap proses bimbingan sosiall dapat dilihat pada tabel15 berikut ini.

Tabel 15

Tanggapan Responden Terhadap Proses Bimbingan Sosial

No. Ketegori Frekuensi %

1 Baik 9 36

2 Cukup baik 15 60

3 Kurang baik 1 4

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data pada tabel 15 dapat diketahui bahwa sebahagian besar responden yaitu sebanyak 15 responden (60 %) memberikan penilaian cukup baik

terhadap proses bimbingan sosial yang ada dalam panti. Dari hasil wawancara dan pengamatan penulis di lapangan, penilaian mereka didasari oleh karena proses pemberian bimbingan belum sepenuhnya memuaskan bagi mereka, ini mungkin disebabkan karena kurang terampilnya para petugas memberikan materi bimbingan dan materi yang diberikan tidak berpengaruh bagi mereka.

Sebanyak 9 responden (36 %) memberikan penilaian baik terhadap proses bimbingan sosial panti. Alasan responden menyatakan demikian karena selama mengikuti bimbingan sosial mereka dapat memperbaiki tingkah laku mereka. Sedangkan 1 responden (4 %) menilai bahwa proses bimbingan sosial kurang baik karena setiap adanya bimbingan sosial, respoden jarang mengikuti bimbingan.

Tabel 16

Tanggapan Responden Terhadap Proses Bimbingan Mental

No. Kategori Frekuensi %

1 Baik 11 44

2 Cukup baik 13 52

3 Kurang baik 1 4

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan data pada tabel 16 dapat diketahui bahwa sebanyak 13 responden (52 %) memberikan penilaian cukup baik terhadap proses bimbingan mental yang ada dalam panti. Kemungkinan Penilaian mereka didasari oleh karena proses pemberian bimbingan belum sepenuhnya dapat menyadarkan mereka, dan para petugas kurang aktif dalam membimbing.

Sebanyak 11 responden (44 %) memberikan penilaian baik terhadap proses bimbingan mental panti. Alasan responden menyatakan demikian karena selama mengikuti bimbingan mental mereka mendapatkan pelajaran yang sangat berharga yang membuat mereka sadar dan mengerti tentang ajaran agama. Sedangkan 1 responden (4 %) menilai bahwa proses bimbingan sosial kurang baik karena setiap adanya bimbingan mental, responden merasa bosan dan tidak ingin mengikuti program pembinaan yang dirasakannya tidak berguna.

Tabel 17

Tanggapan Responden Terhadap Proses Bimbingan dan Latihan Keterampilan

No. Kategori Frekuensi %

1 Baik 11 44

2 Cukup baik 11 44

Dokumen terkait