• Tidak ada hasil yang ditemukan

PoDSS merupakan perangkat lunak yang dirancang untuk pihak manajemen atau pihak pengambil keputusan dalam pembuatan prencanaan agroindustri kentang skala kecil. Perangkat lunak ini diharapkan dapat membantu pihak manajemen dalam pengambilan keputusan. Perangkat lunak ini dapat membantu pihak manajemen dalam penentuan produk yang cocok dikembangkan dari bahan baku kentang serta lokasi yang sesuai untuk pengembangannya.

Didalam aplikasinya, PoDSS memiliki empat sistem yang terintegrasi, yaitu:

1. Sistem manajemen dialog 2. Sistem pengolahan pusat 3. Sistem manajemen basis data 4. Sistem manajemen basis model

1. Sistem manajemen dialog

Sistem manajemen dialog adalah sistem yang langsung berinteraksi dengan pengguna. Sistem manajemen dialog ini bisa langsung terlihat saat program berjalan yaitu tampilan antar muka. Semua kontrol antar muka seperti menu, tombol-tombol serta pilihan-pilihan di dalam sistem merupakan bagian dari sistem manajemen dialog. Pengguna bisa melakukan aksi terhadap elemen antar muka. Aksi untuk menjalankan perintah bisa dilakukan dengan meng-klik objek dengan mouse.

Sistem dialog pertama yang muncul ketika program dijalankan adalah permintaan sistem kepada pengguna untuk memasukkan identitas dan kata kuncinya. Pengguna diharuskan untuk memasukkan identitas dan kata kunci agar sistem bisa berjalan kembali. Jika pengguna gagal memasukkan identitas atau kata kunci yang benar, sistem akan merespon dengan memberitahukan kepada pengguna bahwa identitas atau kata kunci yang diberikan salah atau tidak terdapat pada database sistem.

Pada menu utama, pengguna bisa memilih sistem yang ingin dijalankan. Sistem akan merespon sesuai dengan perintah pengguna. Sistem juga menyediakan pilihan untuk menjalankan sistem melalui menu pilihan atau langsung memilih menu melalui gambar yang disediakan. Menu tulisan dan gambar ini bisa dilihat pada Gambar 12.

Interaksi pengguna dan sistem akan terus berlangsung selama sistem berjalan. Hal ini karena sistem manajemen dialog memang merupakan jembatan penghubung antara sistem pengolah dan pengguna. Setiap instruksi yang diberikan pengguna kepada sistem semua melalui sistem manajemen dialog sehingga tampilan antar muka yang baik akan memudahkan pengguna dalam menggunakan sistem.

2. Sistem pengolahan pusat

Sistem pengolahan pusat merupakan bagian penting yang menyatukan keseluruhan sistem. Sistem pengolahan pusat akan mengatur masing-masing sistem menjadi satu-kesatuan yang utuh. Ketika perangkat lunak PoDSS dijalankan, PoDSS akan meminta pengguna untuk mengidentifikasi dirinya melalui dialog login. Tampilan login PoDSS dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Tampilan login PoDSS

Pengguna perangkat lunak ini ada tiga jenis sesuai otoritasnya yaitu administrator, anggota dan umum. Pengguna umum dapat menggunakan sistem tetapi tidak bisa melakukan manipulasi data. Akses pengguna umum hanya sekedar melihat informasi yang ada. Penguna anggota memiliki akses terbatas. Pengguna anggota bisa melakukan

manipulasi data pada sistem tetapi tidak bisa melakukan perubahan pada sistem. Pengguna administrator memiliki hak tertinggi pada sistem. Administrator bisa merubah semua data yang ada, termasuk manipulasi data pengguna.

Jika pengguna masuk sebagai anggota maka sistem akan meminta identintas dan kata kunci. Jika identitas dan kata kunci sesuai maka pengguna akan masuk ke tampilan awal sistem PoDSS. Tampilan awal sistem bisa dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Tampilan utama sistem

Dari menu utama ini, pengguna bisa memilih menu lain yang tersedia. Ada beberapa menu lain yang ada pada sistem untuk mengakses masing-masing sub sistem. Beberapa contoh menu lain yang bisa dipilih adalah seperti Gambar 11 dan 12. Pada menu utama ini disediakan dua cara input, yaitu melalui menu teks dan menu gambar (icon). Menu teks seperti namanya merupakan pilihan yang berupa teks dan bisa dibaca sedangkan menu gambar adalah menu yang diwakili oleh gambar-gambar untuk pemilihannya.

Gambar 11. Menu informasi

Menu teks Menu gambar

Gambar 12. Menu administrasi

3. Sistem manajemen basis data

Sistem manajemen basis data sendiri terdiri dari dua bagian, sistem manajemen basis data statis dan sistem manajemen basis data dinamis. Sistem manajemen basis data statis menyediakan informasi yang tidak bisa diubah oleh user biasa. Sistem basis data statis ini hanya menyediakan informasi yang bersifat umum dan tidak menyajikan data yang bersifat dinamis. Informasi yang ada pada basis data ini adalah informasi seputar kentang secara umum. Tampilan basis data statis seperti ditampilkan pada Gambar 13.

Sistem basis data dinamis menyediakan fasilitas untuk merubah data. Beberapa data dinamis diantaranya adalah data produk, data pembobotan serta data penilaian. Tampilan data dinamis ditampilkan pada Gambar 14.

Gambar 14. Tampilan basis data dinamis PoDSS

4. Sistem manajemen basis model

a. Sub model pembobotan kriteria produk potensial

Sub model ini berguna untuk memberikan nilai pada kriteria produk potensial sebelum diolah menggunakan sub model selanjutnya. Metode yang digunakan dalam sub model ini adalah metode

eckenrode. Kriteria pada sub model ini adalah kebutuhan tenaga kerja, teknologi proses, nilai tambah, potensi pasar dan dampak terhadap lingkungan.

Tabel 3. Hasil perhitungan sub model pembobotan kriteria produk potensial

Urutan ke- No. Kriteria

1 2 3 4 5 Bobot 1 Kebutuhan tenaga kerja 2 3 0.04 2 Teknologi proses 4 1 0.18 3 Nilai tambah 1 4 0.32 4 Potensi pasar 4 1 0.38 5 Dampak terhadap lingkungan 1 2 2 0.08 Nilai 4 3 2 1 0 1 38

Gambar 15. Tampilan sub model pembobotan kriteria produk potensial

Pada sub model ini, kita bisa memasukkan kriteria pada baris yang sudah disediakan. Kolom urutan kemudian diisi dengan data yang diperoleh dari pakar. Kolom bobot akan terisi secara otomatis jika kita menekan tombol ”Hitung Bobot”. Tombol ”Hitung Bobot” ini berfungsi untuk menghitung masukan berdasarkan rumus perhitungan

eckenrode sehingga menghasilkan bobot untuk masing-masing kriteria. Hasil perhitungan pada sub model ini akan menjadi masukan pada sub model selanjutnya yaitu sub model penentuan produk potensial.

b. Sub model penentuan produk potensial

Sub model penentuan produk potensial merupakan sub model yang berguna untuk mendapatkan produk potensial berdasarkan metode perbandingan eksponensial (MPE).

Produk potensial yang dipilih berdasarkan pohon industri kentang. Pohon industri ini menunjukkan bahwa umbi kentang bisa diolah menjadi kerupuk kentang, keripik kentang ataupun tepung kentang.

Alternatif-alternatif ini kemudian dihitung skornya dengan bantuan pakar.

Tampilan hasil perhitungan bisa dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Hasil perhitungan MPE produk unggulan

Berdasarkan hasil perhitungan, skor tertinggi diperoleh produk keripik kentang dilanjutkan kerupuk kentang dan terakhir tepung kentang.

c. Sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi

Sub model ini berguna untuk memberikan nilai pada kriteria pemilihan lokasi sebelum diolah menggunakan sub model selanjutnya. Metode yang digunakan dalam sub model ini adalah metode

eckenrode. Kriteria pada sub model ini adalah ketersediaan lahan, produktivitas bahan baku, ketersediaan infrastruktur, ketersediaan tenaga kerja dan dukungan masyarakat.

Tabel 4. Hasil perhitungan sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi Urutan ke- No. Kriteria 1 2 3 4 5 Bobot 1 Ketersediaan lahan 1 1 1 0.20 2 Produktivitas bahan baku 2 1 0.33 3 Ketersediaan infrastruktur 1 2 0.17 4 Ketersediaan tenaga kerja 1 2 0.07 5 Dukungan masyarakat 1 1 1 0.23

Nilai 4 3 2 1 0 1

Hasil Tabel 4 merupakan perhitungan sistem melalui sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi. Sub model ini bisa dilihat pada Gambar 17. Sub model ini menerima masukan dari pengguna berupa kriteria lokasi dan urutannya yang didapat dari pakar, selanjutnya bobot dihitung berdasarkan urutan yang telah dimasukkan.

Gambar 17. Tampilan sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi

Bobot yang diperoleh pada sub model ini selanjutnya akan menjadi masukan pada sub model penentuan lokasi potensial.

d. Sub model penentuan lokasi potensial

Sub model ini digunakan dalam pemilihan lokasi potensial berdasarkan alternatif yang tersedia. Sub model ini menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Kriteria pada sub model ini adalah ketersediaan lahan, produktivitas bahan baku, ketersediaan infrastruktur, ketersediaan tenaga kerja dan dukungan masyarakat. Sub model ini menggunakan data lokasi dari kabupaten Bandung. Berdasarkan data, kabupaten Bandung memiliki 45 kecamatan dan produksi kentang tertinggi ada pada kecamatan Pangalengan, Kertasari dan Cimenyan.

Tabel 5. Produksi kentang di tiga kecamatan potensial

No. Kecamatan Luas

Tanam (ha) Produksi (ton) 1 Pangalengan 9.778 185.773 2 Kertasari 1.483 29.032 3 Cimenyan 1.049 26.971

Sumber: Dinas pertanian tanaman pangan kabupaten Bandung (diolah)

Bobot dari sub model pembobotan lokasi pada Gambar 17 menjadi masukan pada sub model MPE lokasi. Masukan yang lain pada sub model ini adalah hasil penilaian tiap pakar terhadap lokasi. Nilai MPE diperoleh setelah dilakukan perhitungan berdasarkan bobot dan penilaian pakar terhadap masing-masing kriteria. Hasil perhitungan seperti ditampilkan pada gambar 18. Hasil perhitungan yang ada akan menjadi patokan pemilihan lokasi. Urutan lokasi terpilih akan muncul pada sub model ini seperti terlihat pada Gambar 18.

Gambar 18. Hasil perhitungan lokasi potensial

e. Sub model kelayakan finansial

Sub model ini digunakan untuk menganalisa tingkat kelayakan industri terpilih berdasarkan data finansial. Beberapa parameter yang digunakan dalam penilaian kelayakan usaha ini adalah NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), B/C Rasio (Benefit per Cost Ratio) dan PBP (Pay Back Period). Asumsi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Asumsi model kelayakan

Keterangan Nilai Persentase produk terjual 100%

Harga jual produk 40,000

Biaya pemeliharaan 2% Modal sendiri 100% Bunga bank 18% Pajak penghasilan 1. Sampai dengan Rp. 25.000.000 5% 2. Rp. 25.000.000 s/d Rp. 50.000.000 10% 3. Rp. 50.000.000 s/d Rp. 100.000.000 15% 4. Rp. 100.000.000 s/d Rp. 200.000.000 25% 5. Diatas Rp. 200.000.000 35% Persentase produksi tahun ke-1 70% Persentase produksi tahun ke-2 80% Persentase produksi tahun ke-3 90% Persentase produksi tahun ke-4 s/d 10 100%

Asumsi ini bisa diubah sesuai keinginan dari pihak manajemen atau pihak pengambil keputusan, disesuaikan dengan kondisi.

Biaya-biaya yang diperlukan dalam agroidustri ini meliputi biaya bangunan, tanah, pengadaan mesin dan peralatan, perlengkapan dan kendaaraan, peralatan kantor, bahan baku, energi, komunikasi, biaya pemasaran, dan biaya tenaga kerja. Agroindustri keripik kentang ini berskala industri kecil menengah (IKM) sehingga peralatan yang digunakan belum menggunakan peralatan yang otomatis.

Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk produksi keripik kentang adalah kompor, penggorengan, panci atau baskom, tampah (nyiru), alat pemotong, ember, pengaduk, serta alat pengemas (sealer). Sedangkan bahan baku yang digunakan adalah kentang, bumbu, bahan tambahan makanan, serta bahan kemasan. Kemasan keripik kentang ini terdiri dari satu kemasan yaitu kemasan primer. Biaya-biaya secara lebih lengkap disajikan pada Lampiran 8.

Pada pengolahan keripik kentang, dari 27.864 kg kentang dapat menghasilkan 5.573 kg keripik kentang. Biaya produksi untuk pembuatan 5.573 kg keripik kentang adalah sebesar Rp. 182.805.060,- maka didapat biaya produksi untuk 1 kg keripik kentang adalah sebesar Rp. 32.803,-. Perhitungan biaya produksi selengkapnya disajikan pada Lampiran 9.

Agroindustri ini mempekerjakan 5 orang karyawan dengan gaji masing-masing sebesar Rp. 750.000,-. Total kebutuhan biaya untuk gaji karyawan per tahun adalah sebesar Rp. 45.000.000,-

Berdasarkan hasil perhitungan, agroindustri keripik kentang memiliki nilai NPV sebesar Rp. 47.530.010,-. Nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 37,51% yang berarti nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank yaitu 14%. Nilai B/C Ratio sebesar 2,04 artinya penerimaan yang diperoleh sebesar 2,04 kali dari biaya dan PBP sebesar 2,56 tahun.

Penentuan kelayakan dilakukan dengan membandingkan tiga skenario. Skenario pertama semua perhitungan dilakukan pada kondisi

normal, skenario kedua perhitungan dilakukan ketika terjadi penurunan harga jual keripik kentang sebesar 5%, sedangkan perhitungan skenario tiga dilakukan ketika terjadi kenaikan biaya produksi sebesar 5%. Hasil perhitungan pada beberapa skenario ini bisa dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil analisa finansial keripik kentang

Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Kriteria

Normal Harga jual turun 5 % Biaya produksi naik 5%

Harga (Rp) 36.800 34.960 36.800 NPV (Rp) 47.530.010 5.304.379 10.924.769 IRR (%) 37,51 16,91 19,88 B/C Ratio 2,04 1,12 1,24 PBP (Tahun) 2,56 4,67 4,21 BEP (kg) 3.902 4.527 4.493 BEP (Rp) 143.611.988 158.269.308 165.339.033

Data analisa finansial menunjukkan bahwa usaha keripik kentang layak pada semua skenario. Hal ini menunjukkan bahwa sensitifitas terhadap perubahan harga tidak terlalu tinggi. Skenario 2 dan skenario 3, meskipun layak tetapi pengembalian modal mencapai lebih dari 4 tahun. Hal ini menjadi pertimbangan tersendiri apakah pengembalian modal selama 4 tahun dinilai terlalu lama ataukah tidak.

Dokumen terkait