• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Penunjang Keputusan Pembangunan Agroindustri Skala Kecil Berbasis Kentang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem Penunjang Keputusan Pembangunan Agroindustri Skala Kecil Berbasis Kentang"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMBANGUNAN

AGROINDUSTRI SKALA KECIL BERBASIS KENTANG

Oleh

DHANI SATRIA WIBAWA F34101074

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMBANGUNAN

AGROINDUSTRI SKALA KECIL BERBASIS KENTANG

Oleh

DHANI SATRIA WIBAWA F34101074

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMBANGUNAN AGROINDUSTRI SKALA KECIL BERBASIS KENTANG

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

DHANI SATRIA WIBAWA F34101074

Dilahirkan di Bojonegoro, 1 September 1982

Tanggal Lulus : November 2007

Disetujui, Bogor, Januari 2008

(4)

Dhani Satria W. F34101074. Sistem Penunjang Keputusan Agroindustri Skala Kecil Berbasis Kentang. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo DEA.

RINGKASAN

Kentang merupakan salah satu produk pertanian yang dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan turunannya. Makanan-makanan berbasis kentang ini memiliki nilai tambah yang lebih tinggi daripada kentang itu sendiri. Agroindustri keripik kentang merupakan salah satu industri pengolah kentang yang cukup potensial. Untuk mendukung pemilihan dan pengembangan agroindustri berbasis kentang yang tepat maka dibutuhkan suatu sistem penunjangnya.

Sistem penunjang keputusan merupakan salah satu pendekatan ilmiah yang dapat digunakan dari berbagai alternatif keputusan. Pengembangan sistem penunjang keputusan dapat membantu pengambil keputusan tentang perencanaan pengembangan agroindustri berbasis kentang. Tujuan penelitian ini adalah merancang model sistem penunjang keputusan agroindustri skala kecil berbasis kentang serta memberikan alternatif keputusan investasi produk agroindustri berbasis kentang yang paling potensial dan tepat.

Sistem Penunjang Keputusan Agroindustri Skala Kecil Berbasis Kentang dikembangkan menjadi paket perangkat lunak komputer yang diberi nama PoDSS (Potato Decision Support System). Perangkat lunak ini diharapkan dapat membantu pihak manajemen dalam pengambilan keputusan. Didalam aplikasinya, PoDSS memiliki empat sistem yang terintegrasi, yaitu: Sistem manajemen dialog, Sistem pengolahan pusat, Sistem manajemen basis data, dan Sistem manajemen basis model.

Sistem manajemen dialog adalah sistem yang langsung berinteraksi dengan pengguna. Sistem manajemen dialog ini bisa langsung terlihat saat program berjalan yaitu tampilan antar muka. Sistem pengolahan pusat merupakan bagian penting yang menyatukan keseluruhan sistem. Sistem pengolahan pusat akan mengatur masing-masing sistem menjadi satu-kesatuan yang utuh. Sistem manajemen basis data sendiri terdiri dari dua bagian, sistem manajemen basis data statis dan sistem manajemen basis data dinamis. Sistem manajemen basis model terdiri dari 5 sub model pendukung yaitu: Sub model pembobotan kriteria produk potensial, Sub model penentuan produk potensial, Sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi, Sub model penentuan lokasi potensial, dan Sub model kelayakan finansial.

(5)
(6)

Dhani Satria W. F34101074. Decision Support System for Small Scale Potato Agroindustrial Development. Supervised by Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo DEA.

SUMMARY

Potato is one of agricultural product that can be processed into its derivative foods. These foods have higher value compared to the potato itself. Potato chip agroindustry is one of the potential industry in potato processing. To support the selection and the development of potato based agroindustry, supporting system is needed. Decision support system is one of the scientific approaches that can be used from several decision alternatives. Decision support system development can be used to help the decision maker about potato based agroindustry development plan. Objective of this research is to design decision support system model of small scale potato agroindustry thus giving the decision alternatives on potato based agroindustry product.

Decision Support System of Small Scale Potato Agroindustry is developed into computer software called PoDSS (Potato Decision Support System). This software is expected to help management in making a decision. PoDSS have four integrated system, dialog system, central processing system, data based system, and model based system. Dialog based system is the system that interact directly with user. Dialog based system can be seen when the software is running that is user interface. Central processing system is the main system that combines all of the system. Central processing system will manage the individual system to unite as a one whole system. Data based system comprise with two parts, static and dynamic data based. Model based system comprise of five supporting sub model, potential product criteria weighing sub model, potential product decision sub model, potential location criteria weighing sub model, potential location decision sub model, and financial feasibility sub model.

Potential product criteria weighing sub model beneficent to give value to potential product criteria. This sub model used eckenrode method. Potential product decision sub model beneficent to get the potential product based on MPE (Exponential Comparison Method). Based on calculation, potato chips get the highest score. Potential location criteria weighing sub model beneficent to give value to potential location criteria. This sub model used eckenrode method. Potential location decision sub model is used in potential location selection based on given alternatives. This sub model used MPE method. Potential location based on calculation is Pangalengan regency.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bojonegoro pada tanggal 1 September 1982. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Sujono dan Sri Mudjajati Rahaju. Pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita tamat tahun 1989, SD Negeri Kutorejo 1 Tuban tamat pada tahun 1995, Pada tahun 1998 penulis menamatkan pendidikan di SLTP Negeri 3 Tuban kemudian penulis melanjutkan ke jenjang SMU di SMU Negeri 1 Tuban dan tamat pada tahun 2001. Penulis melanjutkan kuliah di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2001.

(8)

KATA PENGANTAR

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu serta memberikan arahan, bimbingan dan kerjasamanya dalam pelaksanaan penelitian ini. Beberapa pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini diantaranya adalah:

1. Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA., selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan arahannya.

2. Dr. Erliza Hambali dan Dr. Dwi Setyaningsih selaku dosen penguji.

3. Bpk. Waluyo, Bpk Wildan, Bpk. Ayub, Ibu Ogi, Ibu Ani selaku ahli atas wawancara dan kerjasamanya.

4. Ibu, bapak, kakak dan adikku atas doa serta dukungan baik moril maupun materiil yang tak ternilai harganya.

5. Mas Mawan atas bantuannya dalam diskusi masalah konsep dan pembuatan software.

Rekan-rekan di Departemen Teknologi Industri Pertanian atas bantuan serta dorongan semangat selama penulis melakukan penelitian. Teman-teman semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.

Bogor, September 2007

(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 2

C. RUANG LINGKUP ... 2

D. OUTPUT DAN MANFAAT PENELITIAN ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. KENTANG 1. Karakteristik Kultivar Kentang dan Persyaratan Tumbuhnya ... 5

2. Panen dan Pascapanen ... 8

3. Perdagangan Kentang di Indonesia ... 9

B. AGROINDUSTRI 1. Agroindustri ... 10

2. Agroindustri Pengolahan Kentang ... 11

C. SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN ... 13

D. KRITERIA INVESTASI ... 14

III. METODOLOGI ... 19

A. KERANGKA PEMIKIRAN ... 19

B. PENDEKATAN SISTEM ... 21

1. Analisa Kebutuhan ... 21

2. Formulasi Permasalahan ... 22

3. Identifikasi Sistem ... 23

C. TATA LAKSANA ... 26

1. Jenis dan Sumber Data ... 26

(10)

3. Pengolahan dan Analisa Data ... 27

4. Perancangan Sistem ... 27

5. Implementasi ... 28

6. Verifikasi ... 28

IV. PEMODELAN SISTEM ... 29

A. KONFIGURASI MODEL PoDSS ... 29

B. RANCANG BANGUN MODEL ... 30

C. PAKAR ... 33

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Program Utama ... 34

B. Agroindustri Skala Kecil Keripik Kentang ... 43

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN

(11)

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMBANGUNAN

AGROINDUSTRI SKALA KECIL BERBASIS KENTANG

Oleh

DHANI SATRIA WIBAWA

F34101074

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMBANGUNAN

AGROINDUSTRI SKALA KECIL BERBASIS KENTANG

Oleh

DHANI SATRIA WIBAWA

F34101074

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMBANGUNAN

AGROINDUSTRI SKALA KECIL BERBASIS KENTANG

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

DHANI SATRIA WIBAWA

F34101074

Dilahirkan di Bojonegoro, 1 September 1982

Tanggal Lulus : November 2007

Disetujui,

Bogor, Januari 2008

Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA

(14)

Dhani Satria W. F34101074. Sistem Penunjang Keputusan Agroindustri Skala Kecil Berbasis Kentang. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo DEA.

RINGKASAN

Kentang merupakan salah satu produk pertanian yang dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan turunannya. Makanan-makanan berbasis kentang ini memiliki nilai tambah yang lebih tinggi daripada kentang itu sendiri. Agroindustri keripik kentang merupakan salah satu industri pengolah kentang yang cukup potensial. Untuk mendukung pemilihan dan pengembangan agroindustri berbasis kentang yang tepat maka dibutuhkan suatu sistem penunjangnya.

Sistem penunjang keputusan merupakan salah satu pendekatan ilmiah yang dapat digunakan dari berbagai alternatif keputusan. Pengembangan sistem penunjang keputusan dapat membantu pengambil keputusan tentang perencanaan pengembangan agroindustri berbasis kentang. Tujuan penelitian ini adalah merancang model sistem penunjang keputusan agroindustri skala kecil berbasis kentang serta memberikan alternatif keputusan investasi produk agroindustri berbasis kentang yang paling potensial dan tepat.

Sistem Penunjang Keputusan Agroindustri Skala Kecil Berbasis Kentang dikembangkan menjadi paket perangkat lunak komputer yang diberi nama PoDSS (Potato Decision Support System). Perangkat lunak ini diharapkan dapat membantu pihak manajemen dalam pengambilan keputusan. Didalam aplikasinya, PoDSS memiliki empat sistem yang terintegrasi, yaitu: Sistem manajemen dialog, Sistem pengolahan pusat, Sistem manajemen basis data, dan Sistem manajemen basis model.

Sistem manajemen dialog adalah sistem yang langsung berinteraksi dengan pengguna. Sistem manajemen dialog ini bisa langsung terlihat saat program berjalan yaitu tampilan antar muka. Sistem pengolahan pusat merupakan bagian penting yang menyatukan keseluruhan sistem. Sistem pengolahan pusat akan mengatur masing-masing sistem menjadi satu-kesatuan yang utuh. Sistem manajemen basis data sendiri terdiri dari dua bagian, sistem manajemen basis data statis dan sistem manajemen basis data dinamis. Sistem manajemen basis model terdiri dari 5 sub model pendukung yaitu: Sub model pembobotan kriteria produk potensial, Sub model penentuan produk potensial, Sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi, Sub model penentuan lokasi potensial, dan Sub model kelayakan finansial.

(15)
(16)

Dhani Satria W. F34101074. Decision Support System for Small Scale Potato Agroindustrial Development. Supervised by Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo DEA.

SUMMARY

Potato is one of agricultural product that can be processed into its derivative foods. These foods have higher value compared to the potato itself. Potato chip agroindustry is one of the potential industry in potato processing. To support the selection and the development of potato based agroindustry, supporting system is needed. Decision support system is one of the scientific approaches that can be used from several decision alternatives. Decision support system development can be used to help the decision maker about potato based agroindustry development plan. Objective of this research is to design decision support system model of small scale potato agroindustry thus giving the decision alternatives on potato based agroindustry product.

Decision Support System of Small Scale Potato Agroindustry is developed into computer software called PoDSS (Potato Decision Support System). This software is expected to help management in making a decision. PoDSS have four integrated system, dialog system, central processing system, data based system, and model based system. Dialog based system is the system that interact directly with user. Dialog based system can be seen when the software is running that is user interface. Central processing system is the main system that combines all of the system. Central processing system will manage the individual system to unite as a one whole system. Data based system comprise with two parts, static and dynamic data based. Model based system comprise of five supporting sub model, potential product criteria weighing sub model, potential product decision sub model, potential location criteria weighing sub model, potential location decision sub model, and financial feasibility sub model.

Potential product criteria weighing sub model beneficent to give value to potential product criteria. This sub model used eckenrode method. Potential product decision sub model beneficent to get the potential product based on MPE (Exponential Comparison Method). Based on calculation, potato chips get the highest score. Potential location criteria weighing sub model beneficent to give value to potential location criteria. This sub model used eckenrode method. Potential location decision sub model is used in potential location selection based on given alternatives. This sub model used MPE method. Potential location based on calculation is Pangalengan regency.

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bojonegoro pada tanggal 1 September 1982. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Sujono dan Sri Mudjajati Rahaju. Pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita tamat tahun 1989, SD Negeri Kutorejo 1 Tuban tamat pada tahun 1995, Pada tahun 1998 penulis menamatkan pendidikan di SLTP Negeri 3 Tuban kemudian penulis melanjutkan ke jenjang SMU di SMU Negeri 1 Tuban dan tamat pada tahun 2001. Penulis melanjutkan kuliah di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2001.

(18)

KATA PENGANTAR

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu serta memberikan arahan, bimbingan dan kerjasamanya dalam pelaksanaan penelitian ini. Beberapa pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini diantaranya adalah:

1. Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA., selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan arahannya.

2. Dr. Erliza Hambali dan Dr. Dwi Setyaningsih selaku dosen penguji.

3. Bpk. Waluyo, Bpk Wildan, Bpk. Ayub, Ibu Ogi, Ibu Ani selaku ahli atas wawancara dan kerjasamanya.

4. Ibu, bapak, kakak dan adikku atas doa serta dukungan baik moril maupun materiil yang tak ternilai harganya.

5. Mas Mawan atas bantuannya dalam diskusi masalah konsep dan pembuatan software.

Rekan-rekan di Departemen Teknologi Industri Pertanian atas bantuan serta dorongan semangat selama penulis melakukan penelitian. Teman-teman semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.

Bogor, September 2007

(19)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 2

C. RUANG LINGKUP ... 2

D. OUTPUT DAN MANFAAT PENELITIAN ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. KENTANG 1. Karakteristik Kultivar Kentang dan Persyaratan Tumbuhnya ... 5

2. Panen dan Pascapanen ... 8

3. Perdagangan Kentang di Indonesia ... 9

B. AGROINDUSTRI 1. Agroindustri ... 10

2. Agroindustri Pengolahan Kentang ... 11

C. SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN ... 13

D. KRITERIA INVESTASI ... 14

III. METODOLOGI ... 19

A. KERANGKA PEMIKIRAN ... 19

B. PENDEKATAN SISTEM ... 21

1. Analisa Kebutuhan ... 21

2. Formulasi Permasalahan ... 22

3. Identifikasi Sistem ... 23

C. TATA LAKSANA ... 26

1. Jenis dan Sumber Data ... 26

(20)

3. Pengolahan dan Analisa Data ... 27

4. Perancangan Sistem ... 27

5. Implementasi ... 28

6. Verifikasi ... 28

IV. PEMODELAN SISTEM ... 29

A. KONFIGURASI MODEL PoDSS ... 29

B. RANCANG BANGUN MODEL ... 30

C. PAKAR ... 33

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Program Utama ... 34

B. Agroindustri Skala Kecil Keripik Kentang ... 43

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN

(21)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Pertumbuhan luas panen, produksi dan produktivitas komoditi

(22)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kurva pertumbuhan luas panen, produksi dan produktivitas

komoditi kentang ... 10 Gambar 2. Struktur dasar sistem penunjang keputusan ... 14 Gambar 3. Kerangka konseptual penelitian ... 20 Gambar 4. Metodologi pemecahan masalah dengan pendekatan sistem ... 22 Gambar 5. Diagram lingkar sebab akibat sistem penunjang keputusan

agroindustri skala kecil berbasis kentang ... 23 Gambar 6. Diagram input-output sistem penunjang keputusan agroindustri skala kecil berbasis kentang ... 25 Gambar 7. Konfigurasi Model PoDSS ... 29 Gambar 8. Tampilan login PoDSS ... 35 Gambar 9. Tampilan utama sistem ... 35 Gambar 10. Menu informasi ... 36 Gambar 11. Menu administrasi ... 36 Gambar 12. Tampilan basis data statis PoDSS ... 37 Gambar 13. Tampilan basis data dinamis PoDSS ... 37 Gambar 14. Tampilan sub model pembobotan kriteria produk potensial ... 38 Gambar 15. Hasil perhitungan MPE produk unggulan ... 39 Gambar 16. Tampilan sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi ... 40 Gambar 17. Hasil perhitungan lokasi potensial ... 41

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Peta kabupaten Bandung ... 52 Lampiran 2. Diagram alir level 0 ... 53 Lampiran 3. Diagram alir level 1 ... 54 Lampiran 4. Diagram alir level 2 ... 55 Lampiran 5. Surat pengantar kuisioner untuk penentuan produk unggulan

dan penentuan lokasi agroindustri ... 58 Lampiran 6. Kuisioner penentuan produk unggulan dan penentuan lokasi

(24)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia termasuk salah satu negara agraris dengan sumber daya alam yang melimpah. Sebagai negara agraris, sektor pertanian memiliki peran yang relatif besar dalam roda perekonomian Indonesia. Peran ini dapat dicapai dengan salah satu cara yaitu melalui agroindustri. Agroindustri mengolah bahan baku yang berasal dari tanaman maupun hewan. Agroindustri diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah produk-produk pertanian, sehingga dapat bersaing baik di pasar lokal maupun pasar internasional.

Salah satu produk pertanian yang memiliki prospek relatif potensial adalah kentang (Solanum tuberosum L.). Di pasaran, kentang memiliki harga yang relatif stabil. Hal ini dikarenakan kentang merupakan produk yang dapat disimpan, berbeda dengan sayuran seperti tomat atau kubis. Kentang sebelum dikonsumsi harus diolah terlebih dahulu. Untuk pemakaian umum, kentang biasanya diolah menjadi makanan seperti perkedel, sambal kentang, ataupun sop. Beberapa produk olahan kentang diantaranya adalah keripik, kerupuk, tepung, dan kentang goreng.

(25)

Dari kondisi tersebut, maka diperlukan suatu sistem untuk menjembatani antara usahatani kentang dan agroindustri berbasis kentang sehingga saling mendukung. Agroindustri dapat memberikan informasi tantang varietas dan kualitas kentang yang diinginkan, jumlah permintaan serta harga yang ditawarkan kepada petani. Informasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh petani untuk merencanakan varietas kentang yang ditanam maupun tingkat produksinya.

Dalam perencanaan, penggunaan perangkat lunak dapat membantu memberikan kemudahan dalam pengambilan keputusan. Pengembangan sistem penunjang keputusan dapat membantu pengambil keputusan tentang perencanaan pengembangan agroindustri berbasis kentang. Sistem ini diharapkan mampu menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh dan harus dipertimbangkan dalam pendirian agroindustri berbasis kentang ini.

B. TUJUAN

Tujuan penelitian ini adalah:

1) Merancang model Sistem Penunjang Keputusan Agroindustri Skala Kecil Berbasis Kentang.

2) Memberikan alternatif keputusan investasi produk agroindustri berbasis kentang yang paling potensial dan tepat.

C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup penelitian meliputi perencanaan agroindustri skala kecil berbasis kentang yang dilakukan mulai tahap mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh. Tahap berikutnya adalah perancangan sistem agroindustri kentang dan dilanjutkan dengan pembuatan program aplikasinya. Penelitian ini dilakukan dari perancangan model sistem sampai penerapannya melalui program aplikasinya.

(26)

pengembangan agroindustri berbasis kentang berupa analisa kelayakan agroindustri berbasis kentang.

Jenis kentang yang dipilih adalah jenis kentang yang cocok dijadikan keripik karena agroindustri pengolah dalam sistem dibatasi hanya pada industri keripik kentang. Skala usaha agroindustri ini adalah skala kecil dan dengan pertimbangan modal yang lebih sedikit dan mampu menyerap tenaga kerja dari lingkungan sekitar.

Data yang diperlukan merupakan data primer maupun data sekunder. Data primer didapat dari wawancara dengan pakar tanaman kentang serta pakar dalam usaha keripik kentang. Data sekunder didapat dari Biro Pusat Statistik, Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, dan sumber lain yang relevan.

Pengkajian ini berbentuk paket perangkat lunak (software) yang dapat digunakan oleh suatu usahatani kentang ataupun agroindustri yang berbasiskan kentang.

D. OUTPUT DAN MANFAAT PENELITIAN

Hasil keluaran dari model sistem penunjang keputusan agroindustri skala kecil berbasis kentang berupa sebuah paket perangkat lunak. Paket ini terdiri dari beberapa sub model, diantaranya yaitu: 1) Sub model lokasi, 2) Sub model produk unggulan, 3) Sub model analisa kelayakan finansial agroindustri skala kecil berbasis kentang.

Pengguna paket perangkat lunak ini diantaranya adalah: 1. Industri pengolah

Sistem dapat memberikan informasi kepada industri mengenai permintaan, tingkat produksi, harga, serta kelayakan finansial. 2. Investor

Sistem dapat membantu calon investor yang ingin bergerak dibidang industri kentang dengan memberikan informasi tentang harga, permintaan serta analisa kelayakan finansialnya.

(27)

3. Pemerintah

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KARAKTERISTIK KULTIVAR KENTANG DAN PERSYARATAN

TUMBUHNYA

Kentang (Solanum tuberosum L.) masih satu keluarga dengan cabai,

tomat, dan paprika. Kentang termasuk dalam divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Tubiflorae, famili Solanaceae, genus Solanum, dan spesies Solanum tuberosum L. Beberapa subspesies dari spesies ini yaitu Katahdin, Sebago, dan Kennebec.

Kentang merupakan tanaman tahunan yang pendek, berbatang lemah tetapi memiliki cabang yang banyak. Berdaun majemuk menyirip, mahkota bunga berbentuk terompet dengan bagian atasnya berbentuk bintang. Warna bunganya bervariasi dari putih, merah muda, ungu, dan biru.

Kentang dihasilkan dari stolon. Stolon adalah bagian yang keluar dari batang akar atau akar utama. Pada awal pertumbuhannya, stolon terlihat seperti akar biasa tetapi biasanya warnanya lebih putih dan lebih panjang daripada akar cabang. Ketika panjang maksimal tercapai, stolon akan menggembung dan akan terus membesar sejalan dengan pertumbuhannya. Stolon akan menjadi umbi jika berada di dalam tanah tetapi jika muncul ke permukaan, stolon akan berubah menjadi tunas.

Tanaman yang berasal dari umbi biasanya menghasilkan stolon lebih banyak daripada bibit setek. Tanaman dari umbi akan mengeluarkan stolon sekitar umur 4 minggu. Umbi mulai terbentuk pada umur 40 hari dengan ukuran sebesar kelereng. Diameter umbi akan maksimal pada umur 60 hari setelah tanam (HST). Umur setelah 60 HST digunakan untuk menambah

bobot umbi, biasanya sampai 90 HST.

1. Karakteristik Beberapa Kultivar Kentang

(29)

Untuk keperluan industri dipilih kultivar yang memiliki syarat khusus. Syaratnya adalah umbi putih, berat jenis > 1,07; total solid > 20% dan kadar gula rendah. Karakteristik kentang seperti ini bila dijadikan keripik atau stik akan renyah dan tidak gosong. Kultivar yang memenuhi syarat ini adalah Atlantic, Hertha, dan Diamant. Untuk konsumsi di Indonesia, kultivar ini kurang diminati karena kurang enak bila diolah menjadi masakan. Masyarakat cenderung memilih kentang dengan warna kuning dan kadar gula yang lebih tinggi seperti Granola. Beberapa kultivar unggul diantaranya adalah:

a. Granola

Umbi berbentuk oval, kulit dan daging umbi berwarna kuning. Umur genjah (80-90 hari), dan tahan terhadap beberapa penyakit berbahaya. Potensi hasil tinggi, yakni dapat mencapai 30-35 ton per hektar.

b. Atlantic

Introduksi dari Australia. Pemegang lisensi tunggal di Indonesia adalah PT Indofood Sukses Makmur. PT Indofood bermitra dengan PT Politani (Kodel Grup) untuk perbanyakan bibit setek secara kultur invitro. Umbi berbentuk bulat seperti bola tenis, kulit

kuning, dan daging umbi putih. Mata tunas sedikit. Tanaman rentan terhadap penyakit busuk bakteri (Pseudomonas solanacearum), busuk cendawan (Phytopthora infestans) dan nematoda Meloidogyne sp. Terutama di daerah kelembaban dan curah hujan tinggi seperti Sukabumi. Potensi hasil di Sukabumi rendah, tetapi petani di Batu, Malang melaporkan pernah mencapai hasil 40 ton/ha. Ukuran umbi dapat mencapai 700 g/butir dengan cita rasa yang sangat cocok untuk keripik kentang.

c. Cosima

(30)

penyakit layu bakteri Pseudomonas solanacearum. Potensi hasil 19-36 ton/ha, rata-rata 28,5 ton/ha.

d. Desiree

Umbi berbentuk bulat sampai oval, kulit merah, mata dangkal dan daging kuning kemerahan. Umur panen 100 hari. Peka terhadap penyakit busuk daun (Phytopthora infestans). Potensi hasil per hektar tinggi.

2. Kondisi Lingkungan Kentang

Kentang termasuk golongan tanaman yang tidak dapat tumbuh disembarang tempat. Sebelum mulai menanam kentang, diusahakan memilih lokasi yang tepat. Kondisi lingkungan yang cocok sangat berpengaruh terhadap tanaman.

Persyaratan tumbuh yang penting diperhatikan adalah tanah dan iklim. Faktor tanah mencakup kesuburan, tekstur, struktur, keasaman (pH), permeabilitas, porositas, dan biologi. Sementara faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usahatani kentang adalah ketinggian tempat (altitude), curah hujan, radiasi surya, suhu udara, dan kelembaban udara. Topografi tanah penting pula diperhatikan.

1. Iklim

Kondisi lingkungan yang cocok dengan tanaman kentang adalah tempat yang berhawa dingin atau sejuk. Suhu udara yang diperlukan idealnya berkisar antara 15-18ºC pada malam hari dan antara 24-30ºC pada siang hari. Kentang dapat hidup pada ketinggian antara 500-3000 m dpl, tetapi ketinggian ideal untuk budidaya kentang adalah berkisar 1000-1300 m dpl. Kentang yang di tanam pada ketinggian kurang dari 1000 m dpl biasanya menghasilkan umbi yang lebih kecil.

Tanaman kentang juga dipengaruhi oleh curah hujan. Curah hujan yang diperlukan sekitar 1500 mm per tahun. Selain suhu, ketinggian dan curah hujan, angin ikut mempengaruhi umbi yang

(31)

dihasilkan. Angin yang terlalu kencang bisa merusak tanaman serta mempercepat penyebaran bibit penyakit.

2. Keadaan tanah

Tanah yang gembur dan sedikit berpasir serta mengandung humus tinggi merupakan media tanam yang baik untuk kentang. Tanah yang sedikit berpasir akan mudah diresapi air serta tidak menghalangi pertumbuhan umbi. Tanah demikian bisa menjaga kelembaban saat musim hujan. Kelembaban tanah yang cocok untuk umbi kentang adalah 70%. Kelembaban tanah yang lebih dari 70% akan menyebabkan kentang mudah terserang penyakit busuk batang atau leher akar. Keasaman (pH) tanah yang cocok untuk kentang bervariasi tergantung dari varietasnya, tetapi umumnya tanah dengan pH antara 5-5,5 paling optimal untuk perkembangan kentang.

B. PANEN DAN PASCAPANEN

Kentang biasanya dapat dipanen pada umur 3-4 bulan setelah tanam, tergantung dari varietasnya. Tanaman kentang setelah berumur 100 hari, bagian atasnya akan mulai mengering yang menandakan umur tanaman sudah cukup tua. Kentang dalam kondisi seperti ini masih belum bisa dipanen karena kulit umbinya masih tipis dan mudah lecet. Tanaman kentang setelah mengering dibiarkan sampai seluruhnya kering, biasanya sekitar 7-15 hari kemudian baru dipanen. Pemanenan kentang biasanya dilakukan dengan cangkul atau garpu dan dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak umbi.

Penanganan pascapanen biasanya meliputi seleksi dan penyimpanan. Dari seleksi akan didapat beberapa mutu kentang. Menurut Setiadi dan Nurulhuda (1993), mutu kentang bisa dibagi berdasarkan bobotnya. Jenis

lokal dan granola dibedakan menjadi 4 golongan mutu, yaitu: 1. Mutu super (A) berbobot 301 gram ke atas.

(32)

Penentuan mutu untuk kentang jenis french fries sedikit berbeda, yaitu: 1. Mutu super berbobot 400 gram ke atas.

2. Mutu A berbobot 250-400 gram. 3. Mutu B berbobot 100-250 gram. 4. Mutu C berbobot 60-100 gram. 5. Mutu D berbobot 30-60 gram.

C. PERDAGANGAN KENTANG DI INDONESIA

Kentang merupakan komoditi yang cukup berpotensi untuk dikembangkan dilihat dari permintaan pasar. Meskipun demikian, produksi maupun produktivitas kentang masih berfluktuasi. Produksi kentang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Pertumbuhan luas panen, produksi dan produktivitas komoditi Kentang di Indonesia

Luas Area Pertumbuhan Produksi Pertumbuhan Produksi Pertumbuhan Tahun

(Ha) (%) (Ton) (%) (Ton/Ha) (%)

1990 44.390 0,00 628.727 0,00 14,16 0,00

1991 39.620 -10,75 525.839 -16,36 13,27 -6,30

1992 48.852 23,30 702.584 33,61 14,38 8,36

1993 51.122 4,65 809.457 15,21 15,83 10,10

1994 56.057 9,65 877.146 8,36 15,65 -1,18

1995 62.388 11,29 1.035.260 18,03 16,59 6,05 1996 69.946 12,11 1.109.560 7,18 15,86 -4,40

1997 50.189 -28,25 813.368 -26,69 16,21 2,16

1998 65.047 29,60 998.032 22,70 15,34 -5,32

1999 62.776 -3,49 924.058 -7,41 14,72 -4,06

2000 73.068 16,39 977.349 5,77 13,38 -9,13

2001 55.971 -23,40 831.140 -14,96 14,85 11,02

2002 57.332 2,43 893.824 7,54 15,59 4,99

2003 62.839 9,61 851.485 -4,74 13,55 -13,09

Sumber : Divisi statistik FAO, 2007 (diolah)

(33)

Produksi

0 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 1.200.000

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Tahun

To

n

Produksi

Gambar 1. Grafik produksi komoditi kentang.

D. AGROINDUSTRI

Indonesia termasuk salah satu negara agraris dengan sumber daya alam yang melimpah. Sebagai negara agraris, sektor pertanian memiliki peran yang relatif besar dalam roda perekonomian Indonesia. Peran ini dapat dicapai dengan salah satu cara yaitu melalui agroindustri. Agroindustri mengolah bahan baku yang berasal dari tanaman maupun hewan. Agroindustri diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah produk-produk pertanian, sehingga dapat bersaing baik di pasar lokal maupun pasar internasional.

(34)

Batasan skala usaha menurut Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan jumlah tenaga kerja yaitu:

Industri dan Dagang Mikro (ID-Mikro) : 1-4 orang Industri dan Dagang Kecil (ID-Kecil) : 5-19 orang Industri dan Dagang Menengah (ID-Menengah) : 20-99 orang Industri dan Dagang Besar (ID-Besar) : 100 orang ke atas Kentang bisa diolah menjadi berbagai bahan makanan ataupun produk turunan lainnya. Produk-produk yang bisa diolah dari bahan dasar kentang bisa dilihat pada Gambar 2.

KENTANG

Tepung

Keripik

Kentang Goreng

Pasta

French Fries

Potato Flakes

Pati

Minuman

Kerupuk

Bahan Kemasan

Gambar 2. Pohon industri kentang

E. AGROINDUSTRI PENGOLAHAN KENTANG

Kentang umumnya diolah lebih dahulu sebelum dikonsumsi. Salah satu produk olahan kentang yang banyak dikonsumsi adalah keripik kentang. Dari situs http://www.iptek.net.id, alat dan bahan serta tahap pembuatan keripik kentang skala kecil adalah sebagai berikut.

(35)

• ALAT

Pisau, ember plastik, tampah (nyiru), penggorengan (wajan), kompor atau tungku, panci email atau baskom plastik, pengaduk dan saringan.

• BAHAN

Kentang besar 20 kg, bawang putih 1 ons, garam 6 sendok makan, kapur sirih 1 ons, minyak goreng 2 kg.

• CARA PEMBUATAN

1. Kupas kentang, segera masukkan dalam ember yang berisi air, kemudian cuci sampai bersih

2. Iris tipis-tipis dengan ketebalan 2-2 ½ mm, langsung rendam selama 12-24 jam dalam air yang telah diberi kapur sirih

3. Cuci lalu tiriskan

4. Tumbuk bawang putih dan garam sampai halus lalu masak dalam air sampai mendidih. Larutan ini harus cukup asin

5. Rebus irisan kentang selama 3-5 menit, kemudian tiriskan

6. Letakkan irisan kentang di atas tampah. Susun berjajar secara berselingan

7. Jemur selama 2-3 hari sampai kering

8. Goreng dalam minyak yang tidak terlalu panas. Bila kentang sudah mekar cepat angkat

Catatan: Dari 1 kg kentang dapat diperoleh 2 ons keripik kentang.

Nilai nutrisi per 100 gram porsi makanan keripik kentang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai nutrisi keripik kentang per 100 gram

(36)

No Komponen Unit Nilai

Sumber : PT. Asiamaya Dotcom Indonesia, 2004

(37)

F. SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

Pendekatan secara sistem dalam pengambilan keputusan sering dikenal dengan istilah Sistem Penunjang Keputusan. Sistem Penunjang Keputusan memaparkan secara mendetail elemen-elemen sistem sehingga dapat menunjang manajer dalam proses pengambilan keputusan. Dalam sistem penunjang keputusan dikenal istilah kriteria dan alternatif. Istilah kriteria digunakan untuk menggambarkan tujuan dari sistem serta sebagai basis dalam rancang bangun dan pengembangan sistem. Istilah alternatif merupakan tindakan yang harus diambil dan dipilih agar diperoleh hasil yang terbaik sesuai keinginan sistem (Eriyatno, 1999).

Meskipun definisi baku belum disepakati, keunikannya terletak pada dimungkinkannya intuisi dan penilaian pribadi pengambil keputusan untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan. Beberapa karakteristik Sistem Penunjang Keputusan (SPK) adalah :

a. Kapabilitas interaktif, SPK memberi pengambil keputusan akses cepat ke data dan informasi yang dibutuhkan.

b. Fleksibilitas, SPK dapat menunjang manajer dalam pengambilan keputusan.

c. Kemampuan mengintegrasikan model, SPK memungkinkan para pembuat

keputusan berinteraksi dengan model-model termasuk memanipulasi model.

d. Fleksibilitas output, SPK mendukung pembuat keputusan dengan menyediakan berbagai macam output.

(38)

Data Model

Sistem Manajemen Dialog adalah satu-satunya sub sistem yang berkomunikasi dengan pengguna yang berfungsi untuk menerima input dan memberikan output yang dikehendaki pengguna. Sistem Pengolahan Problematik adalah koordinator dan pengendali dari operasi Sistem Penunjang

Keputusan secara menyeluruh. Sistem ini menerima input dari ketiga sistem lainnya dalam bentuk bahan baku, serta menyerahkan output ke sub-sistem yang dikehendaki dalam bentuk baku pula yang berfungsi sebagai penyangga untuk menjamin masih terdapatnya keterkaitan antara sub-sistem (Eriyatno, 1999).

Sistem Manajemen Dialog adalah satu-satunya sub sistem yang berkomunikasi dengan pengguna yang berfungsi untuk menerima input dan memberikan output yang dikehendaki pengguna. Sistem Pengolahan Problematik adalah koordinator dan pengendali dari operasi Sistem Penunjang

Keputusan secara menyeluruh. Sistem ini menerima input dari ketiga sistem lainnya dalam bentuk bahan baku, serta menyerahkan output ke sub-sistem yang dikehendaki dalam bentuk baku pula yang berfungsi sebagai penyangga untuk menjamin masih terdapatnya keterkaitan antara sub-sistem (Eriyatno, 1999).

Sistem Manajemen Basis Data (DBMS)

Sistem Manajemen Basis Model (MBMS)

Sistem Pengolahan Problematik

Sistem Pengolahan Dialog

Pengguna

Gambar 3. Struktur Dasar Sistem Penunjang Keputusan (Eriyatno, 1999)

G. KRITERIA INVESTASI G. KRITERIA INVESTASI

Untuk menilai kelayakan suatu proyek atau membuat peringkat dari beberapa proyek yang harus dipilih dapat digunakan beberapa kriteria. Menurut Pramudya dan Nesia (1992) kriteria investasi yang dianalisa antara lain :

Untuk menilai kelayakan suatu proyek atau membuat peringkat dari beberapa proyek yang harus dipilih dapat digunakan beberapa kriteria. Menurut Pramudya dan Nesia (1992) kriteria investasi yang dianalisa antara lain :

(39)

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari manfaat dan biaya. Dengan demikian apabila NPV bernilai positif maka dapat diartikan sebagai besarnya keuntungan yang diperoleh proyek. NPV yang bernilai negatif menunjukkan kerugian.

NPV dapat dihitung dengan persamaan :

B/C Ratio merupakan angka perbandingan antara jumlah keuntungan yang diperoleh terhadap biaya yang akan dikeluarkan. B/C Ratio dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Kriteria kelayakan proyek adalah jika B/C Ratio ≥ 1 dan tidak layak

jika B/C Ratio < 1.

3. Internal Rate of Return (IRR)

(40)

proyek yang layak dilaksanakan bila mempunyai IRR yang lebih besar dari nilai discount rate. Nilai IRR merupakan nilai bunga yang tingkat NPV sama dengan nol. Dalam persamaannya dinyatakan sebagai berikut :

0

IRR berada di atas discount rate maka proyek layak dilaksanakan, sebaliknya IRR berada di bawah discount rate maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

4. Break Even Point

Menurut Rangkuti (2001) Break Even Point merupakan titik pertemuan antara revenues dan Total Cost. Total Cost merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel. Rumus dari Break Even Point adalah sebagai berikut :

BEP (unit) = Total Biaya Tetap / [ 1- (Harga jual per unit – Biaya variabel per unit)]

H. TEKNIK PENDUKUNG

1. Metode Eckenrode

Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk pembobotan, diantaranya adalah pemberian bobot secara langsung dan penentuan bobot dengan metode eckenrode. Pada pembobotan secara langsung, seseorang akan memberikan bobot secara langsung tanpa melakukan perbandingan dengan kriteria yang lain. Metode secara langsung ini sangat subyektif. Metode yang berikutnya adalah metode eckenrode. Menurut Ma’arif dan

(41)

Tanjung (2003), konsep dari pembobotan ini adalah dengan melakukan perubahan urutan menjadi nilai.

Formula penentuan bobotnya:

∑ ∑

2. Metode Perbandingan Eksponensial

Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) digunakan sebagai alat bantu bagi para pengambil keputusan dalam melakukan pemilihan beberapa alternatif berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Metode ini merupakan salah satu cara untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak. Teknik ini digunakan sebagai pembantu bagi individu pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses Menurut Manning (1984), pemilihan alternatif dilakukan berdasarkan beberapa kriteria dengan tahapan sebagai berikut :

a. Menyusun alternatif keputusan yang akan dipilih

b. Menyusun kriteria-kriteria yang penting untuk dievaluasi

c. Menentukan tingkat kepentingan setiap kriteria

d. Menentukan skor masing-masing alternatif pada setiap kriteria

(42)

Dimana : Skori = nilai skor dari alternatif ke-i pada kriteria ke-j

Skorij = tingkat kepentingan relatif kriteria ke-j pada

pilihan keputusan i

Kritj = tingkat kepentingan dari kriteria ke-j

i = 1,2,3, … n (n = jumlah alternatif) j = 1,2,3, … n (n = jumlah kriteria)

Penentuan urutan prioritas keputusan dilakukan dengan menggunakan total skor masing alternatif. Total skor masing-masing alternatif jelas berbeda karena adanya fungsi pangkat (eksponensial) pada penghitungan nilai total skor. Nilai skor yang hampir sama akan menghasilkan nilai total skor yang berbeda jika dipangkatkan dengan nilai tingkat kepentingan pada kriteria yang sama.

(43)

III. METODOLOGI

A. KERANGKAPEMIKIRAN

Kajian investasi agroindustri berbasis kentang digunakan untuk mengembangkan suatu model sistem penunjang keputusan yang berfungsi untuk membantu pengambil keputusan yang akan terjun dalam bidang agroindustri berbasis kentang. Kajian ini diharapkan dapat mendukung pengembangan agroindustri kentang sehingga dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat maupun pendapatan pemerintah daerah.

Sistem yang dirancang bertujuan untuk membantu mengambil keputusan dalam pemilihan produk olahan agroindustri berbasis kentang yang potensial untuk dikembangkan. Pemilihan lokasi yang sesuai dan kelayakan investasi usaha agroindustri berbasis kentang juga mempengaruhi keputusan yang diambil. Investasi yang dikembangkan harus memenuhi kriteria kelayakan, diantaranya adalah kelayakan finansial. Analisa finansial berguna untuk mengurangi resiko kegagalan dalam investasi.

(44)

ya ya

tidak

Eckenrode dan MPE Penentuan elemen faktor, aktor, tujuan, dan alternatif

agroindustri berbasis kentang

Eckenrode dan MPE Penyaringan investasi agroindustri produk berbasis kentang

Sistem Penunjang Keputusan Investasi Agroindustri

Berbasis Kentang

Metode Kualitatif

Penentuan alternatif lokasi sesuai dengan investasi yang

terpilih

Kelayakan finansial agroindustri terpilih

Verifikasi Model

Penentuan alternatif dan kriteria produk kentang Expert survey Studi pustaka

Mulai

Program komputer

Gambar 4. Kerangka konseptual penelitian

(45)

B. PENDEKATAN SISTEM

Sistem adalah kumpulan obyek-obyek yang saling berinteraksi dan bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu dalam lingkungan yang kompleks. Sistem mencakup lima unsur utama yaitu: (1) elemen-elemen atau bagian; (2) adanya interaksi atau hubungan antar elemen-elemen; (3) adanya sesuatu yang mengikat elemen-elemen tersebut menjadi satu kesatuan; (4) terdapat tujuan bersama sebagai hasil akhir; (5) berada dalam suatu lingkungan yang kompleks. Pendekatan sistem adalah cara pemecahan masalah yang dimulai dengan identifikasi kebutuhan. Identifikasi kebutuhan akan menghasilkan suatu sistem dan operasi. Ciri pendekatan sistem adalah mencari semua faktor yang penting untuk memperoleh solusi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah dan membuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional (Eriyatno, 1989). Metodologi pemecahan masalah dengan pendekatan sistem dapat dilihat pada Gambar 5.

1. Analisa Kebutuhan

Analisa kebutuhan merupakan tahapan permulaan dalam pengkajian suatu sistem. Analisa kebutuhan merupakan interaksi dari seorang pengambil keputusan terhadap sistem yang ada.

(46)

Mulai

Analisis Kebutuhan

Formulasi Permasalahan

Identifikasi Sistem

Pemodelan Sistem

Pembuatan Program Komputer

Verifikasi Model

Sesuai

Ya

Implementasi

Evaluasi Periodik

Tidak Tidak

Sesuai

Ya

Selesai

Gambar 5. Metodologi pemecahan masalah dengan pendekatan sistem (Manestech dan Park, 1977).

2. Formulasi Permasalahan

Pengembangan investasi agroindustri berbasis kentang dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku, sarana dan prasarana, prakiraan biaya, serta kemudahan memperoleh modal. Hal-hal tersebut merupakan faktor penting yang dijadikan pertimbangan dalam investasi atau pengembangan agroindustri berbasis kentang yang terpilih.

(47)

Investasi agroindustri berbasis kentang memerlukan analisa terutama yang berhubungan dengan kelayakan usaha dengan tujuan menghindari resiko kegagalan. Hasil analisa menjadi bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan investor dalam menanamkan modalnya.

3. Identifikasi Sistem

Identifikasi sistem merupakan suatu hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan yang dijabarkan dalam bentuk diagram lingkar akibat dan diagram input-output. Diagram sebab-akibat menunjukkan hubungan antara dua variabel. Diagram lingkar sebab-akibat Sistem Penunjang Keputusan Investasi Agroindustri Skala Kecil Berbasis Kentang dapat dilihat pada Gambar 6.

+ Pendapatan

(48)

Diagram input-output menggambarkan skema identifikasi yang di dasarkan pada masukan dan keluaran dari model yang dikembangkan. Masukan terdiri dari dua, yaitu masukan yang berasal dari lingkungan dan masukan yang berasal dari sistem. Untuk keluaran juga terbagi menjadi dua yaitu keluaran yang dikendaki dan keluaran yang tidak dikehendaki. Diagram input-output dapat dilihat pada Gambar 7.

(49)
(50)

C. TATA LAKSANA

1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang dapat berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data primer merupakan hasil wawancara dengan pakar di bidang agroindustri berbasis kentang. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka dan Badan Pusat Statistik.

2. Metode Pengumpulan Data

a. Studi pustaka

Bagian dari studi untuk mengumpulkan dan menganalisis data sekunder dari instansi yang terkait, laporan-laporan, hasil penelitian, jurnal, dan literatur lainnya.

b. Observasi Lapang

Observasi dilakukan untuk mengidentifikasi dan mempelajari proses pengambilan keputusan dalam agroindustri kentang. Observasi lapang dilakukan untuk memperoleh data primer dari agroindustri berbasis kentang dan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Observasi ini dilakukan di wilayah verifikasi sistem yang akan dikembangkan.

c. Wawancara dengan pakar

Wawancara ini dilakukan dengan pakar di bidang agroindustri kentang. Wawancara ini berguna untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi investasi agroindustri kentang serta hasil olahan agroindustri kentang. Wawancara dilakukan dengan cara pemberian kuisioner kepada pakar yang bertujuan untuk mengetahui bobot dan penilaian terhadap kriteria serta alternatif agroindustri berbasis kentang yang dikembangkan berdasarkan pendapat pakar di bidang agroindustri kentang.

(51)

3. Pengolahan dan Analisa Data

Data hasil wawancara diolah dengan menggunakan metode

eckenrode untuk penentuan bobot dan metode MPE (Metode Perbandingan Eksponensial) untuk pengolahan lanjutan. Metode kualitatif digunakan untuk pengolahan data alternatif lokasi yang paling sesuai untuk pengembangan agroindustri berbasis kentang. Analisa prakiraan pasar agroindustri kentang yang terpilih menggunakan metode regresi linier. Untuk menganalisa kelayakan agroindustri yang terpilih digunakan analisa finansial.

4. Perancangan Sistem

Sistem yang dirancang terdiri dari sistem manajemen basis data dan sistem manajemen basis model yang dihubungkan dengan sistem pengolahan data terpusat serta sistem manajemen basis dialog untuk mempermudah komunikasi antara pengguna dengan komputer.

a. Sistem Manajemen Basis Data

Sistem manajemen basis data berfungsi untuk pemasukan data dan pengorganisasian sehingga mempermudah dalam pengambilan data. Pengembangan basis data dalam sistem membutuhkan beberapa data diantaranya yaitu: data agroindustri kentang, data potensi wilayah, dan data kelayakan usaha.

b. Sistem Manajemen Basis Model

(52)

5. Implementasi

Pada tahap ini dilakukan koordinasi antar basis model dan basis data yang akan diimplementasikan ke dalam suatu program komputer. Pengembangan sistem ini menggunakan perangkat lunak Borland Delphi 7 untuk pengembangan sistem dan Microsoft Access untuk manajemen basis data. Pembuatan tampilan user interface

menggunakan program Adobe Photoshop 7.0. Sistem ini dikembangkan pada komputer dengan spesifikasi sebagai berikut: prosesor AMD Athlon XP 2600+, sistem operasi Microsoft Windows XP SP2, memori (RAM) 512 MB dan harddisk 90 GB.

6. Verifikasi

Model yang dikembangkan dalam program komputer diuji dengan menggunakan data aktual untuk mengetahui apakah model tersebut cukup layak untuk digunakan dan dapat memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

(53)

IV. PEMODELAN SISTEM

A. Konfigurasi Model PoDSS

Sistem Penunjang Keputusan Agroindustri Skala Kecil Berbasis Kentang dirancang dan dikembangkan dalam suatu paket program komputer yang diberi nama PoDSS.

(54)

B. Rancang Bangun Model

1. Sistem Manajemen Dialog

Sistem manajemen dialog adalah sistem yang langsung berinteraksi dengan pengguna. Sistem manajemen dialog ini bisa langsung terlihat saat program berjalan yaitu tampilan antar muka. Semua kontrol antar muka seperti menu, tombol-tombol serta pilihan-pilihan di dalam sistem merupakan bagian dari sistem manajemen dialog.

2. Sistem Pengolahan Pusat

Input dari sistem manajemen dialog akan diolah di sistem pengolahan pusat dari PoDSS (Potato Decision Support System). Sistem pengolahan pusat ini berfungsi untuk menyatukan sistem secara keseluruhan, baik sistem manajemen dialog, sistem manajemen basis data maupun sistem manajemen basis model.

3. Sistem Manajemen Basis Data

Sistem manajemen basis data sendiri terdiri dari dua bagian, sistem manajemen basis data statis dan sistem manajemen basis data dinamis. Sistem manajemen basis data statis menyediakan informasi yang tidak bisa diubah oleh user biasa. Sistem basis data statis ini hanya menyediakan informasi yang bersifat umum dan tidak menyajikan data yang bersifat

dinamis.

Sistem basis data dinamis menyediakan fasilitas untuk merubah data. Beberapa data dinamis diantaranya adalah data produk, data pembobotan serta data penilaian.

4. Sistem Manajemen Basis Model

a. Sub model penentuan bobot kriteria produk potensial

Sub model ini digunakan dalam menentukan bobot kriteria yang akan digunakan pada model selanjutnya (penentuan nilai produk potensial). Metode yang digunakan dalam sub model ini adalah metode

eckenrode. Kriteria pada sub model ini adalah kebutuhan tenaga kerja, teknologi proses, nilai tambah, potensi pasar dan dampak terhadap lingkungan. Setiap kriteria memiliki urutan masing-masing. Urutan tiap kriteria ditentukan oleh pakar.

(55)

Pakar dalam model ini adalah Waluyo SP, M. Ayub dan Dra. Hj. O. Setiani G. MS dari Balai Penelitian Tanaman dan Sayuran Bandung, Ir. Wildan Mustofa, MM dari pihak praktisi agroindustri serta Dr. Ir. Ani Suryani, DEA staff pengajar dari Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Urutan yang diperoleh kemudian dimasukkan dalam rumus eckenrode

∑ ∑

b. Sub model penentuan produk potensial

Sub model ini digunakan dalam pemilihan produk unggulan hasil olahan kentang berdasarkan alternatif yang tersedia. Sub model ini menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Kriteria pada sub model ini adalah kebutuhan tenaga kerja, teknologi proses, nilai tambah, potensi pasar dan dampak terhadap lingkungan. Alternatif pada sub model ini adalah keripik kentang, kerupuk kentang dan tepung kentang.

Pakar dalam sub model ini adalah Waluyo, SP dari Balai Penelitian Tanaman dan Sayuran Bandung, Ir. Wildan Mustofa, MM, praktisi

agroindustri, dan Dr. Ir. Ani Suryani, DEA staff pengajar dari Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Skor yang diperoleh kemudian dimasukkan kedalam rumus MPE

(56)

Dimana : Skori = nilai skor dari alternatif ke-i pada kriteria ke-j

Skorij = tingkat kepentingan relatif kriteria ke-j pada

pilihan keputusan i

Kritj = tingkat kepentingan dari kriteria ke-j

i = 1,2,3, … n (n = jumlah alternatif) j = 1,2,3, … n (n = jumlah kriteria)

c. Sub model penentuan bobot kriteria pemilihan lokasi

Sub model ini digunakan dalam menentukan bobot kriteria yang akan digunakan pada model selanjutnya (penentuan lokasi alternatif). Metode yang digunakan dalam sub model ini adalah metode

eckenrode. Kriteria pada sub model ini adalah ketersediaan lahan, produktivitas bahan baku, ketersediaan infrastruktur, ketersediaan tenaga kerja dan dukungan masyarakat.

Pakar dalam sub model ini adalah Waluyo SP dan M. Ayub dari Balai Penelitian Tanaman dan Sayuran Bandung serta Ir. Wildan Mustofa, MM, praktisi agroindustri.

d. Sub model penentuan lokasi potensial

Sub model ini digunakan dalam pemilihan lokasi potensial berdasarkan alternatif yang tersedia. Sub model ini menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Kriteria pada sub model ini adalah ketersediaan lahan, produktivitas bahan baku, ketersediaan infrastruktur, ketersediaan tenaga kerja dan dukungan masyarakat. Pakar dalam sub model ini adalah Waluyo SP dan M. Ayub dari Balai Penelitian Tanaman dan Sayuran Bandung serta Ir. Wildan Mustofa, MM, praktisi agroindustri.

e. Sub model kelayakan finansial

Sub model ini digunakan untuk menganalisa tingkat kelayakan industri terpilih berdasarkan data finansial. Beberapa parameter yang digunakan dalam penilaian kelayakan usaha ini adalah NPV (Net

(57)

Present Value), IRR (Internal Rate of Return), B/C Rasio (Benefit per Cost Ratio) dan PBP (Pay Back Period).

C. Pakar

Pakar-pakar dalam penelitian ini adalah bapak Waluyo SP, bapak M. Ayub, ibu Dra. Hj. O. Setiani G. MS, bapak Ir. Wildan Mustofa, MM, ibu Dr. Ir. Ani Suryani, DEA. Bapak Waluyo SP, bapak M. Ayub dan ibu Dra. Hj. O. Setiani G. MS merupakan staf peneliti pada Balai Penelitian Tanaman dan Sayuran Bandung (Balitsa). Selain sebagai staff peneliti, beliau juga sebagai praktisi pada industri kentang.

Bapak Ir. Wildan Mustofa, MM merupakan pakar dari pihak industri. Bapak Wildan merupakan pemilik dari Hikmah Farm, yaitu perusahaan yang bergerak di industri kentang. Hikmah Farm merupakan perusahaan yang membudidayakan kentang sampai kepada industri pengolahan kentang. Bapak Wildan juga membina masyarakat sekitar untuk membuka industri kecil yang berbasis pada kentang, salah satunya adalah industri kecil keripik kentang. Pakar lainnya adalah Dr. Ir. Ani Suryani, DEA, beliau merupakan staff pengajar pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Beliau selain sebagai staff pengajar juga banyak menulis buku

(58)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Program Utama

PoDSS merupakan perangkat lunak yang dirancang untuk pihak manajemen atau pihak pengambil keputusan dalam pembuatan prencanaan agroindustri kentang skala kecil. Perangkat lunak ini diharapkan dapat membantu pihak manajemen dalam pengambilan keputusan. Perangkat lunak ini dapat membantu pihak manajemen dalam penentuan produk yang cocok dikembangkan dari bahan baku kentang serta lokasi yang sesuai untuk pengembangannya.

Didalam aplikasinya, PoDSS memiliki empat sistem yang terintegrasi, yaitu:

1. Sistem manajemen dialog 2. Sistem pengolahan pusat 3. Sistem manajemen basis data 4. Sistem manajemen basis model

1. Sistem manajemen dialog

Sistem manajemen dialog adalah sistem yang langsung berinteraksi dengan pengguna. Sistem manajemen dialog ini bisa langsung terlihat saat program berjalan yaitu tampilan antar muka. Semua kontrol antar muka seperti menu, tombol-tombol serta pilihan-pilihan di dalam sistem merupakan bagian dari sistem manajemen dialog. Pengguna bisa melakukan aksi terhadap elemen antar muka. Aksi untuk menjalankan perintah bisa dilakukan dengan meng-klik objek dengan mouse.

(59)

Pada menu utama, pengguna bisa memilih sistem yang ingin dijalankan. Sistem akan merespon sesuai dengan perintah pengguna. Sistem juga menyediakan pilihan untuk menjalankan sistem melalui menu pilihan atau langsung memilih menu melalui gambar yang disediakan. Menu tulisan dan gambar ini bisa dilihat pada Gambar 12.

Interaksi pengguna dan sistem akan terus berlangsung selama sistem berjalan. Hal ini karena sistem manajemen dialog memang merupakan jembatan penghubung antara sistem pengolah dan pengguna. Setiap instruksi yang diberikan pengguna kepada sistem semua melalui sistem manajemen dialog sehingga tampilan antar muka yang baik akan memudahkan pengguna dalam menggunakan sistem.

2. Sistem pengolahan pusat

Sistem pengolahan pusat merupakan bagian penting yang menyatukan keseluruhan sistem. Sistem pengolahan pusat akan mengatur masing-masing sistem menjadi satu-kesatuan yang utuh. Ketika perangkat lunak PoDSS dijalankan, PoDSS akan meminta pengguna untuk mengidentifikasi dirinya melalui dialog login. Tampilan login PoDSS dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Tampilan login PoDSS

(60)

manipulasi data pada sistem tetapi tidak bisa melakukan perubahan pada sistem. Pengguna administrator memiliki hak tertinggi pada sistem. Administrator bisa merubah semua data yang ada, termasuk manipulasi data pengguna.

Jika pengguna masuk sebagai anggota maka sistem akan meminta identintas dan kata kunci. Jika identitas dan kata kunci sesuai maka pengguna akan masuk ke tampilan awal sistem PoDSS. Tampilan awal sistem bisa dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Tampilan utama sistem

Dari menu utama ini, pengguna bisa memilih menu lain yang tersedia. Ada beberapa menu lain yang ada pada sistem untuk mengakses masing-masing sub sistem. Beberapa contoh menu lain yang bisa dipilih adalah seperti Gambar 11 dan 12. Pada menu utama ini disediakan dua cara input, yaitu melalui menu teks dan menu gambar (icon). Menu teks seperti namanya merupakan pilihan yang berupa teks dan bisa dibaca sedangkan menu gambar adalah menu yang diwakili oleh gambar-gambar untuk pemilihannya.

Gambar 11. Menu informasi

(61)

Menu teks Menu gambar

Gambar 12. Menu administrasi

3. Sistem manajemen basis data

Sistem manajemen basis data sendiri terdiri dari dua bagian, sistem manajemen basis data statis dan sistem manajemen basis data dinamis. Sistem manajemen basis data statis menyediakan informasi yang tidak bisa diubah oleh user biasa. Sistem basis data statis ini hanya menyediakan informasi yang bersifat umum dan tidak menyajikan data yang bersifat dinamis. Informasi yang ada pada basis data ini adalah informasi seputar kentang secara umum. Tampilan basis data statis seperti ditampilkan pada Gambar 13.

Sistem basis data dinamis menyediakan fasilitas untuk merubah data. Beberapa data dinamis diantaranya adalah data produk, data pembobotan serta data penilaian. Tampilan data dinamis ditampilkan pada Gambar 14.

(62)

Gambar 14. Tampilan basis data dinamis PoDSS

4. Sistem manajemen basis model

a. Sub model pembobotan kriteria produk potensial

Sub model ini berguna untuk memberikan nilai pada kriteria produk potensial sebelum diolah menggunakan sub model selanjutnya. Metode yang digunakan dalam sub model ini adalah metode

eckenrode. Kriteria pada sub model ini adalah kebutuhan tenaga kerja, teknologi proses, nilai tambah, potensi pasar dan dampak terhadap lingkungan.

Tabel 3. Hasil perhitungan sub model pembobotan kriteria produk potensial

Urutan ke- No. Kriteria

1 2 3 4 5 Bobot 1 Kebutuhan tenaga kerja 2 3 0.04 2 Teknologi proses 4 1 0.18

3 Nilai tambah 1 4 0.32

4 Potensi pasar 4 1 0.38 5

Dampak terhadap

lingkungan 1 2 2 0.08

Nilai 4 3 2 1 0 1

(63)

Gambar 15. Tampilan sub model pembobotan kriteria produk potensial

Pada sub model ini, kita bisa memasukkan kriteria pada baris yang sudah disediakan. Kolom urutan kemudian diisi dengan data yang diperoleh dari pakar. Kolom bobot akan terisi secara otomatis jika kita menekan tombol ”Hitung Bobot”. Tombol ”Hitung Bobot” ini berfungsi untuk menghitung masukan berdasarkan rumus perhitungan

eckenrode sehingga menghasilkan bobot untuk masing-masing kriteria. Hasil perhitungan pada sub model ini akan menjadi masukan pada sub model selanjutnya yaitu sub model penentuan produk potensial.

b. Sub model penentuan produk potensial

Sub model penentuan produk potensial merupakan sub model yang berguna untuk mendapatkan produk potensial berdasarkan metode perbandingan eksponensial (MPE).

(64)

Alternatif-alternatif ini kemudian dihitung skornya dengan bantuan pakar.

Tampilan hasil perhitungan bisa dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Hasil perhitungan MPE produk unggulan

Berdasarkan hasil perhitungan, skor tertinggi diperoleh produk keripik kentang dilanjutkan kerupuk kentang dan terakhir tepung kentang.

c. Sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi

Sub model ini berguna untuk memberikan nilai pada kriteria pemilihan lokasi sebelum diolah menggunakan sub model selanjutnya. Metode yang digunakan dalam sub model ini adalah metode

eckenrode. Kriteria pada sub model ini adalah ketersediaan lahan, produktivitas bahan baku, ketersediaan infrastruktur, ketersediaan tenaga kerja dan dukungan masyarakat.

(65)

Tabel 4. Hasil perhitungan sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi

Urutan ke- No. Kriteria

1 2 3 4 5 Bobot 1 Ketersediaan lahan 1 1 1 0.20 2 Produktivitas bahan baku 2 1 0.33 3 Ketersediaan infrastruktur 1 2 0.17 4 Ketersediaan tenaga kerja 1 2 0.07 5 Dukungan masyarakat 1 1 1 0.23

Nilai 4 3 2 1 0 1

Hasil Tabel 4 merupakan perhitungan sistem melalui sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi. Sub model ini bisa dilihat pada Gambar 17. Sub model ini menerima masukan dari pengguna berupa kriteria lokasi dan urutannya yang didapat dari pakar, selanjutnya bobot dihitung berdasarkan urutan yang telah dimasukkan.

Gambar 17. Tampilan sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi

(66)

d. Sub model penentuan lokasi potensial

Sub model ini digunakan dalam pemilihan lokasi potensial berdasarkan alternatif yang tersedia. Sub model ini menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Kriteria pada sub model ini adalah ketersediaan lahan, produktivitas bahan baku, ketersediaan infrastruktur, ketersediaan tenaga kerja dan dukungan masyarakat. Sub model ini menggunakan data lokasi dari kabupaten Bandung. Berdasarkan data, kabupaten Bandung memiliki 45 kecamatan dan produksi kentang tertinggi ada pada kecamatan Pangalengan, Kertasari dan Cimenyan.

Tabel 5. Produksi kentang di tiga kecamatan potensial

No. Kecamatan Luas

Tanam (ha)

Produksi (ton)

1 Pangalengan 9.778 185.773

2 Kertasari 1.483 29.032

3 Cimenyan 1.049 26.971

Sumber: Dinas pertanian tanaman pangan kabupaten Bandung (diolah)

Bobot dari sub model pembobotan lokasi pada Gambar 17 menjadi masukan pada sub model MPE lokasi. Masukan yang lain pada sub model ini adalah hasil penilaian tiap pakar terhadap lokasi. Nilai MPE diperoleh setelah dilakukan perhitungan berdasarkan bobot dan penilaian pakar terhadap masing-masing kriteria. Hasil perhitungan seperti ditampilkan pada gambar 18. Hasil perhitungan yang ada akan menjadi patokan pemilihan lokasi. Urutan lokasi terpilih akan muncul pada sub model ini seperti terlihat pada Gambar 18.

(67)

Gambar 18. Hasil perhitungan lokasi potensial

e. Sub model kelayakan finansial

Sub model ini digunakan untuk menganalisa tingkat kelayakan industri terpilih berdasarkan data finansial. Beberapa parameter yang digunakan dalam penilaian kelayakan usaha ini adalah NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), B/C Rasio (Benefit per Cost Ratio) dan PBP (Pay Back Period). Asumsi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Asumsi model kelayakan

Keterangan Nilai Persentase produk terjual 100%

Harga jual produk 40,000

Biaya pemeliharaan 2%

Modal sendiri 100%

Bunga bank 18%

Pajak penghasilan

1. Sampai dengan Rp. 25.000.000 5% 2. Rp. 25.000.000 s/d Rp. 50.000.000 10% 3. Rp. 50.000.000 s/d Rp. 100.000.000 15% 4. Rp. 100.000.000 s/d Rp. 200.000.000 25% 5. Diatas Rp. 200.000.000 35% Persentase produksi tahun ke-1 70% Persentase produksi tahun ke-2 80% Persentase produksi tahun ke-3 90% Persentase produksi tahun ke-4 s/d 10 100%

(68)

Asumsi ini bisa diubah sesuai keinginan dari pihak manajemen atau pihak pengambil keputusan, disesuaikan dengan kondisi.

Biaya-biaya yang diperlukan dalam agroidustri ini meliputi biaya bangunan, tanah, pengadaan mesin dan peralatan, perlengkapan dan kendaaraan, peralatan kantor, bahan baku, energi, komunikasi, biaya pemasaran, dan biaya tenaga kerja. Agroindustri keripik kentang ini berskala industri kecil menengah (IKM) sehingga peralatan yang digunakan belum menggunakan peralatan yang otomatis.

Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk produksi keripik kentang adalah kompor, penggorengan, panci atau baskom, tampah (nyiru), alat pemotong, ember, pengaduk, serta alat pengemas (sealer). Sedangkan bahan baku yang digunakan adalah kentang, bumbu, bahan tambahan makanan, serta bahan kemasan. Kemasan keripik kentang ini terdiri dari satu kemasan yaitu kemasan primer. Biaya-biaya secara lebih lengkap disajikan pada Lampiran 8.

Pada pengolahan keripik kentang, dari 27.864 kg kentang dapat menghasilkan 5.573 kg keripik kentang. Biaya produksi untuk pembuatan 5.573 kg keripik kentang adalah sebesar Rp. 182.805.060,- maka didapat biaya produksi untuk 1 kg keripik kentang adalah sebesar Rp. 32.803,-. Perhitungan biaya produksi selengkapnya disajikan pada Lampiran 9.

Agroindustri ini mempekerjakan 5 orang karyawan dengan gaji masing-masing sebesar Rp. 750.000,-. Total kebutuhan biaya untuk gaji karyawan per tahun adalah sebesar Rp. 45.000.000,-

Berdasarkan hasil perhitungan, agroindustri keripik kentang memiliki nilai NPV sebesar Rp. 47.530.010,-. Nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 37,51% yang berarti nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank yaitu 14%. Nilai B/C Ratio sebesar 2,04 artinya penerimaan yang diperoleh sebesar 2,04 kali dari biaya dan PBP sebesar 2,56 tahun.

Penentuan kelayakan dilakukan dengan membandingkan tiga skenario. Skenario pertama semua perhitungan dilakukan pada kondisi

Gambar

Tabel 1. Pertumbuhan luas panen, produksi dan produktivitas komoditi
Gambar 1.  Grafik produksi komoditi kentang.
Gambar 2. Pohon industri kentang
Tabel 2. Nilai nutrisi keripik kentang per 100 gram
+7

Referensi

Dokumen terkait