• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Belanja …

8.2 Belanja Program

8.2.2 Program Upaya Kesehatan Masyarakat

Permasalahan dalam Program Upaya Kesehatan Masyarakat :

1. Keterbatasan ruangan pelayanan

2. Keterbatasan jumlah dan kualitas tenaga perawat

3. Keterbatasan pemahaman dan aplikasi Perkesmas oleh seluruh perawat di puskesmas

4. Keterbatasan ruangan pelayanan

5. Posko Kesehatan belum seluruhnya melaporkan hasil pelayanan kesehatan secara update

6. Peran serta masyarakat yang masih kurang dalam penanganan bencana 7. Pengadaan APD dan Distribusi Bantuan tidak untuk seluruh puskesmas

DINKES

KAB

Upaya dan pemecahan masalah dengan cara :

1. Memberikan rekomendasi pada seksi penunjang dalam menyediakan ruangan konsultasi terpadu pada pembangunan Puskesmas.

2. Mengajukan untuk rekruitmen tenaga perawat di Puskesmas. 3. Rekomendasi Pelatihan Perkesmas bagi Perawat di Puskesmas

4. Memberikan rekomendasi pada seksi penunjang dalam menyediakan ruangan konsultasi terpadu pada pembangunan Puskesmas.

5. Posko kesehatan melaporkan kegiatan penanggulangan bencana dan pelayanan kesehatan sampai berakhirnya masa tanggap darurat

6. Peningkatan peran serta masyarakat /kader dalam penanganan bencana

7. Prioritas distribusi APD dan Bantuan untuk korban bencana & rawan kecelakaan pada puskesmas yang masuk pada peta rawan bencana dan rawan kecelakaan

8.2.3. Program Pengawasan Obat dan Makanan

Permasalahan dalam Program Pengawasan Obat dan Makanan adalah :

1. Ketidaksesuaian administrasi (antara LPLPO, buku penerimaan, buku pengeluaran dan kartu stock).

2. Pengelola obat merangkap tugas, kegiatan administrasi pengelola obat cukup banyak.

3. Sarana dan Prasarana pelayanan kefarmasian masih kurang (Lemari es, Lemari Narkotika, Etiket)

4. Apoteker belum ada, TTK belum tersedia di seluruh Puskesmas, Belum ada konseling, home pharmacy care, pengkajian resep

5. Kurang optimal pengawasan internal

6. Hasil monitoring masih ditemukan tidak ada tenaga farmasi di sarana Apotek 7. Adanya kendala web sipnap lama antara lain lambatnya konfirmasi e- mail

DINKES

KAB

8. Perencanaan anggaran dan penerntuan lokasi P4TO

9. Tingkat kepedulian masyarakat kurang optimal, Belum semua kecamatan dan desa dialokasikan untuk kegiatan Penyebaruasan Informasi mengenai obat, obat teurapetik, kosmetik dan makanan minuman.

10. Tidak terpenuhinya kelengkapan administrasi, Masih banyak IRTP yang tidak dapat mengikuti pelatihan SPP-IRTP, Masih ada IRTP yang tidak lulus dalam audit sarana, Kurangnya SDM dalam audit sarana

11. Belum ada tenaga puskesmas yang mengikuti pelatihan DFI 12. Kurang minatnya IRTP untuk mengikuti sosialisasi

13. Tidak ada laporan dari IRTP yang tutup dan pindah alamat

14. Tenaga Sanitarian rangkap tugas, Masih banyak IRTP yang belum herregistrasi

15. Tingkat kepedulian pedagang kurang

16. Masih ditemukan makanan minuman yang mengandung bahan tambahan berbahaya, masih ditemukan obat keras yg dijual tanpa resep dokter, masih ada APA tidak ada di sarana apotek, administrasi tidak sesuai dg ketentuan, masih ada sarana yang telah habis masa izin namun tetap beroperasi.

17. Masih ditemukan makanan minuman yang mengandung bahan tambahan berbahaya

Upaya dan pemecahan masalah dengan cara :

1. Perlu dilakukannya validasi melalui program komputerisasi 2. Perlu dilakukannya pelatihan pada petugas pengelola obat

3. Pemisahan tugas untuk pengelola obat, Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan kefarmasian masih kurang (Lemari es, Lemari Narkotika, Etiket), Perekrutan apoteker, Pemerataan penempatan TTK untuk seluruh Puskesmas 4. Peningkatan pembinaan Puskesmas, Kepala Puskesmas sebagai pengawas

internal untuk Pengelola obat di Puskesmas, Kepala Puskesmas melakukan

DINKES

KAB

monev pengelolaan obat dengan format PKP, Petugas Obat dan Kepala Puskesmas melakukan stock opname sebulan sekali

5. Melakukan validasi terhadap apotek, Memberikan arahan kepada Apoteker pengelola

6. Advokasi P4TO ke lintas sector, Melakukan Pembahasan anggaran, Melakukan survey lokasi, Membuat pengkajian kegiatan antar lintas sector dan litas program

7. Peningkatan frekwensi penyebarluasan informasi melalui media

8. Melakukan sosialisai IRTP, Berkoordinasi dengan lintas sektor terkait, Pembinaan dan audit ulang, Penambahan jumlah waktu pelaksanaan pelatihan untuk perbaikan administrasi, Advokasi untuk penambahan tenaga

9. Mengadakan pelatihan DFI dengan sumber dana dari BLUD

10. Pembinaan ke lokasi IRTP, Meningkatkan pembinaan IRTP oleh Puskesmas 11. Peningkatan pembinaan dan penyuluhan

12. Peningkatan pembinaan dan pengawasan

8.2.4. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Permasalahan dalam Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat :

1. Desa Siaga aktif hanya pada strata pratama;

2. Persentase RT PHBS ditentukan oleh 10 indikator PHBS, hanya oleh 3 indikator yang rendah (‘tidak merokok di dalam ruangan, jamban dan gizi seimbang”), persentase RT ber PHBS jadi rendah.

Upaya dan Pemecahan Masalah dengan Cara :

1. Peningkatan strata desa siaga aktif melalui penguatan Tim Pokja Desa Siaga Aktif;

DINKES

KAB

2. Peningkatan frekuensi penyuluhan dampak merokok dan kampanye tidak merokok di dalam rumah/ruangan

3. Koordinasi dengan lintas program kesling dan gizi

8.2.5. Program Perbaikan Gizi Masyarakat

Permasalahan dalam Program Perbaikan Gizi Masyarakat adalah :

1. Masih adanya balita dengan masalah gizi , seperti balita kurus, stunting dan gizi lebih

2. Keluarga balita tidak mau dirawat terkait tidak adanya biaya hidup selama menunggu anaknya di Rumah Sakit/Fasilitas Kesehatan;

3. Angka kesakitan pada balita masih cukup tinggi, sehingga berdampak pada status gizi balita

4. Masih ada Ibu hamil dari keluarga belum mampu Kurang asupan zat gizi makro dan mikro selama hamil seperti anemia (stok Fe habis karena adanya kebijakan Permenkes No.88 Thn.2014 tentang standar FE untuk WUS dan Ibu Hamil).

5. Pelaporan BPB kurang optimal /tidak tepat waktu;

6. Kurangnya informasi dan integrasi petugas gizi dan Kepala Puskesmas mengenai Program Gizi;

7. Kurangnya keterampilan dan pengetahuan petugas dalam pelaksanaan konseling menyusui

8. SDM tenaga nutrisionis yang ada di lapangan 35,5% , D1 37,1% sedangkan 27% dikerjakan oleh bidan

9. Adanya rangkap jabatan seperti merangkap bendahara atau program lain sehingga tidak focus ke tupoksi

10. Adanya kader baru yang belum terpapar tentang bagaimana untuk melaksanakan kegiatan perbaikan gizi diwilayahnya dikarenakan adanya pergantian kepala desa, dan RW

DINKES

KAB

11. Berdasarkan analisis jabatan untuk pengelolaan program gizi di tingkat kabupaten tenaga yang dibutuhkan sebanyak 8 orang tetapi yang ada saat ini baru 4 orang.

Upaya dan Pemecahan Masalah dengan Cara :

1. Pemberian PMT penyuluhan dan pemberian gizi, mikro seperti vit.A , Taburia)

2. Konseling bagi keluarga balita gizi buruk

3. Koordinasi dengan lintas program P2PL, kesling dan yankes, selain itu cakupan vit.A diupayakan diatas 90% karena dengan vit.A tidak hanya untuk kesehatan mata, tapi untuk meningkatkan kekebalan tubuh

4. PMT untuk ibu hamil , upaya lain adalah mengajukan pemintaan ke Dinas Kesehatan Provinsi, untuk sementara Fe belum ada digunakan Fe mandiri 5. Pembinaan petugas pada saat sosialisasi BPB dan saat bimbingan teknis serta

upaya memperbaiki system rekapan BPB dengan menyempurnakan software BPB

6. Desiminasi informasi program gizi kepada TPG dan ke puskesmas serta Ka. UPTD

7. Mengirimkan sebagian petugas ke sentra laktasi Indonesia di Jakarta untuk dilatih menjadi konseler menyusui

8. Mengajukan usulan untuk menambah tenaga nutrisionis baik untuk di puskesmas maupun untuk di tingkat kabupaten

9. Dinkes mengeluarkan kebijakan untuk rekruitmen tenaga di luar kesehatan seperti tenaga akutansi , sehingga untuk bendahara tidak lagi dikelola oleh tenaga gizi

10. Adanya alokasi dana BOK oleh Puskesmas / UPTD untuk refreshing kader posyandu

DINKES

KAB

11. Mengajukan kebagian kepegawaian untuk pelatihan SDM di tingkat kabupaten untuk pengelolaan program gizi

8.2.6. Program Pengembangan Lingkungan Sehat

Permasalahan dalam Program Pengembangan Lingkungan Sehat :

1. Belum semua Puskesmas melaksanakan program klinik sanitasi secara terintegrasi dengan petugas lain yang ada di Puskesmas;

2. Jumlah DAMIU tidak sebanding dengan SDM yang ada, belum semua pengelola menyadari pentingnya hygiene sanitasi penyediaan air minum; 3. Masyarakat selalu beranggapan bahwa masalah BAB adalah tanggungjawab

pemerintah dan belum semua puskesmas mempunyai data dasar ttg Jaga; 4. Petani pengguna pestisida tidak semuanya menyadari kalau pestisida itu

adalah racun sehingga mereka masih banyak yang tidak menggunakan masker ketika beraktifitas dengan pestisida;

5. Pemberantasan sarang nyamuk secara berkala belum menjadi prioritas kegiatan di masyarakat;

6. Masih banyak pengelola TPM yang belum melengkapi persyaratan TPM yang memenuhi syarat;

7. Belum semua puskesmas melaporkan hasil kegiatan penerapan STBM.

Upaya dan Pemecahan Masalah dengan Cara :

1. Adanya pertemuan pengembangan Klinik Sanitasi yang diikuti oleh seluruh pemegang program;

2. Mengingatkan pemahaman pengelola DAMIU tentang pentingnya pemeriksaan kualitas air minum secara berkala;

3. Petugas sanitasi melakukan pendataan ulang akses sarana sanitasi dan mewajibkan tiap puskesmas melakukan pemicuan STBM;

4. Melakukan penyuluhan kepada penjamah pestisida;

DINKES

KAB

5. Penyuluhan tentang DBD dan PSN;

6. Pelatihan pengelolaan TPM dan mengharuskan setiap TPM memiliki Laik Hygiene;

7. Meminta laporan puskesmas dan melakukan sms gateaway STBM;

8.2.7. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

Permasalahan dalam Kegiatan Penyusunan Standar Pelayanan Kesehatan :

1. Alat kesehatan yang ada di e-catalogue tidak banyak tersedia sejumlah kebutuhan serta harga per unitnya lebih rendah dari pagu anggaran

2. Mindset masyarakat untuk pengendalian DBD hanya melalui fogging, sehingga setiap ada kasus DBD selalu meminta fogging, padahal upaya pencegahan DBD lah yang harus dimaksimalkan

3. Kasus DBD meningkat pada bulan Desember, Januari dan Februari, padahal pada bulan - bulan tersebut anggaran belum dapat dicairkan, sehingga perlu dana talangan untuk membiayai operasional kegiatan fogging

4. Ketepatan dan Kelengkapan laporan bulanan masih kurang

5. Dalam program Diare pelibatan kader dikegiatan pengendalian diare masih kurang

6. Pelaporan kasus melalui SITT belum maksimal 7. Program P2 ISPA belum terintegrasi dengan MTBS 8. Tatalaksana standar belum dilakukan secara maksimal 9. Pelaporan secara online belum dlakukan secara maksimal 10. Posbindu belum aktif

11. Beberapa penyakit endemik mulai terlupakan pemantauan dan screeningnya; 12. Masih ada SD(orang tua) berbasis agama yang menolak

13. Ada beberapa Puskesmas yang belum mencapai target 95%

14. Adanya mutasi pegawai berdampak pada petugas Korim, sehingga banyak

DINKES

KAB

15. Belum semua petugas mengetahui tata cara pelaksanaan pelayanan Calon jamaa'ah haji;

16. Belum semua kasus KIPI terlaporkan

17. Masih ada desa yang non UCI, lemari es banyak yang rusak dan sudah berusia > 20 tahun, laporan dari puskesmas tidak tepat waktu, IP Vaksin BCG rendah 18. Hasil cakupan imunisasi belum merata di semua desa, sehingga ada desa yang

belum UCI

19. Belum semua BPS melaksanakan tata laksana penanganan vaksin sesuai prosedur

20. Masih ada kesenjangan data hasil cakupan program imunisasi di desa dan puskesmas

21. Belum terlaporkan KIPI sedang dan ringan

22. Masih banyak lemari es vaksin yang usianya di atas 20 tahun 23. Banyak lemari es vaksin yang rusak

Upaya dan Pemecahan Masalah dengan Cara :

1. Pelatihan kader jumantik untuk PSN 2. Mencari dana talangan

3. Setiap bulan dilakukan absen laporan melalui sms gateway

4. Melakukan kegiatan refrshing kader khususnya tentang pengendalian diare melalui kegiatan BOK

5. Refresh pencatatan dan pelaporan dengan SITT 6. Mengintegrasikan program p2 ispa dengan MTBS

7. Refresh tatalaksana ispa dan pneumonia ke petugas di pkm 8. Refresh aplikasi screning ptm

9. Mengaktifkan posbindu melalui kegiatan BOK

10. Merefresh kembali tata laksana serta screening penyakit2 endemik 11. Pelaksanaan BIAS DT&TD bulan Desember

DINKES

KAB

12. Memberikan penyuluhan kepada guru dan orang tua

13. Melakukan sweeping kepada anak SD/MI yang belum di imunisasi 14. Melakukan on the job training kepada Korim baru

15. Memantau dan mengarahkan terhadap seluruh proses pengelolaan imunisasi calon jama’ah haji, mulai dari perencanaan, penerimaan, pendistribusian , penyimpanan dan penggunaan vaksin

16. Semua Puskesmas harap melaporkan kasus KIPI ringan dan berat

17. Melakukan sweeping ke desa yang Non UCI, pengadaan lemari es vaksin, kesepakatan laporan diterima tgl 5 bulan berikutnya, mengumpulkan sasaran 18. Melakukan sweeping ke desa/RW yang belum mencapai target

19. Kepala UPTD/UPF diharapkan bisa memantau dan meng evaluasi penanganan & administrasi vaksin

20. Koordinator Imunisasi Puskesmas memberikan bimbingan teknis kepada BPS 21. Memvalidasi data mulai dari Posyandu, bidan desa dan puskesmas

22. Semua Puskesmas harap melaporkan kasus KIPI ringan dan berat 23. Pengadaan lemari es vaksin secara bertahap

24. Menyediakan suku cadang lemari es vaksin

8.2.8 Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan

Permasalahan dalam Kegiatan Penyusunan Standar Pelayanan Kesehatan :

1. Perizinan di bidang kesehatan cukup banyak 2. Ketidaksiapan Puskesmas

3. Data yang dilaporkan tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya 4. Data yang dilaporkan tidak tepat waktu

5. Data yang dilaporkan tidak sesuai dengan hasil yang sebenarnya berbeda dengan pengelola program

6. Pengelolaan & Pemeliharaan SIMPUS - WAN.

DINKES

KAB

8. Jumlah dan kapasitas komputer untuk pengelolaan SIMPUS belum memadai. 9. Kemampuan SDM Pusk dlm mengoperasionalkan SIMPUS belum memadai. 10. Keterlambatan pencetakan buku profil, dikarenakan keterlambatan update data

profil dari program

11. Tdk adanya data update / Profil yg dibutuhkan sebagai bahan evaluasi, perencanaan dan penelitian.

12. Belum tersedia format baku laporan tahunan Puskesmas dan Dinas

13. Kepala UPTD/UPF diharapkan bisa memantau dan mengevaluasi penanganan & administrasi vaksin

14. Pengamatan dan pelacakan kejadian KLB oleh petugas surveilans puskesmas & dinas serta pengambilan sampel sumber penular penyakit sesuai dgn tata laksana KLB

15. Keterpaduan dan Penentuan kontak person dan sistem pencatatan dan pelaporan surveilans berbasis rumah sakit thd penyakit berpotensi KLB

16. Kelengkapan dan Ketepatan Sistem pelaporan surveilans puskesmas untuk antisipasi SKD KLB

Upaya dan Pemecahan Masalah dengan Cara :

1. Ditindaklanjuti dengan penyusunan perbup 2. Menunda Penerapan ISO 9001:2008

3. Menekankan kepada Pengelola data untuk pengumpulan, pencatatan dan pelaporan data dari Pusk ke Dinas dengan tepat waktu dan sesuai dengan kondisi

4. Menekankan kepada koordinator SP3 untuk Pengumpulan, pencatatan dan pelaporan data dari Pusk ke Dinas dengan tepat waktu dan keakurat data dari program pkm

5. Rekruitmen tenaga IT - peningkatan kapasitas tenaga pengelola Teknis. 6. Penyempurnaan Software Simpus

DINKES

KAB

7. Pengadaan Perangkat pengolahan Simpus

8. Sosialisasi / Pelatihan mengenai pengoperasionalan SIMPUS

9. Pembuatan buku Profil dengan data yang akurat, dibuat dalam 2 tahap a. Tabel profil (sementara)

b. Narasi & tabel profil yg update

10. Pertemuan konsultasi penyusunan laporan tahunan Puskesmas dan Dinas

8.2.9 Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin

Permasalahan dalam Kegiatan Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin :

1. Diperlukan validasi data (oleh BKBPP) untuk mengisi quota peserta BPJS yang diintegrasikan

Upaya dan Pemecahan Masalah dengan Cara :

1. Terus berkoordinasi dengan BKBPP mengenai kepesertaan

2. Menginventaris peserta SKTM yang akan dijadikan peserta BPJS yang akan dating sebelum verivikasi oleh BKBPP.

8.2.10 Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana

Dokumen terkait