Definisi
Prolaps tali pusat terjadi ketika tali pusat keluar dari uterus sebelum janin
Diagnosis
Pemeriksaan tali pusat dilakukan pada setiap pemeriksaan dalam saat persalinan.
Setelah ketuban pecah, lakukan lagi pemeriksaan tali pusat bila ibu memiliki faktor risiko seperti di tabel berikut. Bila ibu tidak memiliki faktor risiko dan ketuban jernih, pemeriksaan tali pusat tidka perlu dilakukan.
Secara umum: Terkait prosedur khusus: • Multiparitas • Amniotomi
• Berat lahir kurang dari 2500 g • Manipulasi janin pervaginam • Prematuritas setelah ketuban pecah • Anomali kongenital • Versi sefalik eksternal • Presentasi sungsang • Versi podalik internal • Letak lintang, oblik, atau tidak stabil • Induksi persalinan
• Anak kedua pada kehamilan ganda • Insersi transducer tekanan uterus • Polihidromnion
• Bagian janin yang terpresentasi belum engaged
• Plasenta letak rendah atau abnormal
Jika pecah ketuban terjadi spontan, denyut jantung janin normal, dan tidak ada faktor risiko prolaps tali pusat, pemeriksaan vagina tidak perlu dilakukan bila ketuban jernih.
Setelah ketuban pecah, periksa pula denyut jantung janin. Curigai adanya prolaps tali pusat bila ada perubahan pola denyut jantung janin yang abnormal setelah ketuban pecah atau amniotomi.
Tidak
ALGORITMA PENANGANAN PROLAPS TALI PUSAT
Raba tali pusat untuk periksa pulsasi Teraba tali pusat di jalan lahir atau
tali pusat tampak di luar
Pulsasi teraba
RUJUK
Ya
* RCOG. Shoulder dystocia. Green-top guideline. December 2005.
* World Health Organization. Managing complications in pragnancy and childbirth: a guide for midwives and doctors. Geneva: World Health Organization: 2003.
Berikan ibu O2 4-6 L/menit
dengan kanul nasal/sungkup
Jangan memindahkan tali pusat
secara manual
Berikan tokolisis untuk mengurangi kontraksi uterus
Posisikan ibu dalam posisi
knee-chest (Lihat ilustrasi) Tidak Dapat lahir pervaginam? Lahirkan pervaginam Ya
KEHAMILAN DAN PERSALINAN
DENGAN PENYULIT OBSTETRI
Prolaps tali pusat dapat dipastikan bila:
• Tali pusat tampak atau teraba pada jalan lahir lebih rendah dari bagian terendah janin (tali pusat terkemuka, saat ketuban masih utuh) • Tali pusat tampak pada vagina setelah ketuban pecah (tali pusat
Posisi knee-chest
KEHAMILAN DAN PERSALINAN DENGAN PENYULIT OBSTETRI
Faktor Predisposisi • Multiparitas • Kehamilan multiple • Ketuban pecah dini • Hidramnion
• Tali pusat yang panjang • Malpresentasi Tatalaksana a. Tatalaksana Umum
Tali pusat terkemuka
Tekanan tali pusat oleh bagian terendah janin dapat diminimalisasi dengan posisi knee chest atau
Trendelenburg. Segera rujuk
ibu ke fasilitas yang menyediakan layanan seksio sesarea. Tali pusat menumbung Perhatikan apakah tali pusat
masih berdenyut atau tidak. Jika sudah tidak berdenyut, artinya janin telah mati dan sebisa mungkin pervaginam tanpa tindakan agresif. Jika tali pusat masih berdenyut:
u Berikan oksigen.
u Hindari memanipulasi tali pusat. Jangan memegang atau
memindahkan tali pusat yang tampak pada vagina secara manual.
u Posisi ibu Trendelenburg atau knee-chest.
u Dorong bagian terendah janin ke atas secara manual untuk mengurangi kompresi pada tali pusat.
u Segera rujuk ibu ke fasilitas yang melayani seksio sesarea. Pada saat proses transfer dengan ambulans, posisi knee chest kurang aman, sehingga posisikan ibu berbaring ke kiri.
KEHAMILAN DAN PERSALINAN
DENGAN PENYULIT OBSTETRI
b. Tatalaksana Khusus
u Di rumah sakit, bila persalinan pervaginam tidak dapat segera berlangsung (persalinan kala I), lakukan seksio sesarea. Penanganan yang harus dikerjakan adalah sebagai berikut:
• Dengan memakai sarung tangan steril/disinfeksi tingkat tinggi (DTT), masukkan tangan melalui vagina dan dorong bagian terendah janin ke atas.
• Tangan yang lain menahan bagian terendah di suprapubis dan nilai keberhasilan reposisi.
• Jika bagian terendah janin telah terpegang kuat di atas rongga panggul, keluarkan tangan dari vagina dan letakkan tangan tetap di atas abdomen sampai operasi siap.
• Jika tersedia, berikan salbutamol 0,5 mg IV secara perlahan untuk mengurangi kontraksi uterus.
u Bila persalinan pervaginam dapat segera berlangsung (persalinan kala II), pimpin persalinan sesegera mungkin.
• Presentasi kepala: lakukan ekstraksi vakum (lihat lampiran A.11) atau cunam (lihat lampiran A.12)dengan episiotomi
• Presentasi sungsang: lakukan ekstraksi bokong atau kaki lalu gunakan forsep Piper atau panjang untuk mengeluarkan kepala
(lihat lampiran A.13).
• Letak lintang: segera siapkan seksio sesaria
KEHAMILAN & PERSALINAN DENGAN
PENYULIT MEDIS NON-OBSTETRI
BAGIAN LIMA
KEHAMILAN DAN PERSALINAN
DENGAN PENYULIT MEDIS
NON-OBSTETRI
KEHAMILAN & PERSALINAN DENGAN PENYULIT MEDIS NON-OBSTETRI
5.1.
ANEMIA
Definisi
Anemia adalah suatu kondisi dimana terdapat kekurangan sel darah merah atau hemoglobin.
Diagnosis
Kadar Hb < 11 g/dl (pada trimester I dan III) atau < 10,5 g/dl (pada trimester II)
Faktor Predisposisi
Diet rendah zat besi, B12, dan asam folat
Kelainan gastrointestinal
Penyakit kronis
Riwayat Keluarga
Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
u Apabila diagnosis anemia telah ditegakkan, lakukan pemeriksaan apusan darah tepi untuk melihat morfologi sel darah merah.
u Bila pemeriksaan apusan darah tepi tidak tersedia, berikan suplementasi besi dan asam folat. Tablet yang saat ini banyak tersedia di Puskesmas adalah tablet tambah darah yang berisi 60 mg besi elemental dan 250 μg asam folat. Pada ibu hamil dengan anemia, tablet tersebut dapat diberikan 3 kali sehari. Bila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet sampai 42 hari pascasalin.Apabila setelah 90 hari pemberian tablet besi dan asam folat kadar hemoglobin tidak meningkat, rujuk pasien ke pusat pelayanan yang lebih tinggi untuk mencari penyebab anemia.
u Berikut ini adalah tabel jumlah kandungan besi elemental yang terkandung dalam berbagai jenis sediaan suplemen besi yang beredar:
KEHAMILAN & PERSALINAN DENGAN
PENYULIT MEDIS NON-OBSTETRI
Tabel 5.1.1 Kandungan besi elemental dalam berbagai sediaan besi
Jenis sediaan Dosis sediaan Kandungan besi elemental Sulfas ferosus 325 65
Fero fumarat 325 107
Fero glukonat 325 39
Besi polisakarida 150 150
b. Tatalaksana Khusus
u Bila tersedia fasilitas pemeriksaan penunjang, tentukan penyebab anemia berdasarkan hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan apus darah tepi.
u Anemia mikrositik hipokrom dapat ditemukan pada keadaan:
• Defisiensi besi: lakukan pemeriksaan ferritin. Apabila ditemukan kadar ferritin < 15 ng/ml, berikan terapi besi dengan dosis setara 180 mg besi elemental per hari. Apabila kadar ferritin normal, lakukan pemeriksaan SI dan TIBC.
• Thalassemia: Pasien dengan kecurigaan thalassemia perlu dilakukan
tatalaksana bersama dokter spesialis penyakit dalam untuk perawatan yang lebih spesifik
u Anemia normositik normokrom dapat ditemukan pada keadaan:
• Perdarahan: tanyakan riwayat dan cari tanda dan gejala aborsi, mola,
kehamilan ektopik, atau perdarahan pasca persalinan • Infeksi kronik
u Anemia makrositik hiperkrom dapat ditemukan pada keadaan:
• Defisiensi asam folat dan vitamin B12: berikan asam folat 1 x 2 mg
dan vitamin B12 1 x 250 – 1000 μg
u Transfusi untuk anemia dilakukan pada pasien dengan kondisi berikut: • Kadar Hb <7 g/dl atau kadar hematokrit <20 %
• Kadar Hb >7 g/dl dengan gejala klinis: pusing, pandangan berkunang- kunang, atau takikardia (frekuensi nadi >100x per menit)
u Lakukan penilaian pertumbuhan dan kesejahteraan janin dengan memantau pertambahan tinggi fundus, melakukan pemeriksaan USG, dan memeriksa denyut jantung janin secara berkala.
KEHAMILAN & PERSALINAN DENGAN PENYULIT MEDIS NON-OBSTETRI