• Tidak ada hasil yang ditemukan

III.2. THE CANGKRINGAN

III.2.1. Promosi

Promosi The Cangkringan dapat diakses melalui website www.cangkringan.com. Di laman utama, kesan bisa langsung terlihat. Kesan kearifan local berupa kebudayaan local yang diterapkan di bangunan menjadi point of interest yang digunakan pada media promosi ini.

24

(sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Terlihat pada gambar 11, The Cangkringan menonjolkan elemen bangunan khas candi yang digunakan sebagai gapura untuk menarik minat pengunjung website. Sisi kearifan lokal berupa elemen bangunan candi yang digunakan merupakan klaim yang digunakan sebagai point of interest bagi pengunjung yang hendak mencari informasi melalui media promosi ini.

III.2.2.Entrance

Gapura sebagai penanda gerbang masuk ke areal resort ini mudah ditemukan karena langsung berada di pinggir jalan. Gapura terbuat dari susunan batu dengan khas arsitektur nusantara, menyerupai candi yang dibelah menjadi dua dengan jalan masuk kendaraan lurus menuju dropoff area.

Gambar 12. Gapura sebagai penanda boulevard menuju area resort (Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Selain sebagai penanda, gapura ini juga berfungsi sebagai pos satpam untuk sistem keamanan. Jalan masuk kendaraan dua arah yang lurus dengan pagar sebagai batasan disekelilingnya. Sebelum sampai di drop-off area, terdapat Statue

25

yang terbuat dari susunan batu yang semakin menegaskan konsep candi yang diterapkan pada bangunan ini. Tangga ke atas menuju ke lobby dengan adanya leveling, mendapat kesan hirarki menuju ke area yang berbeda.

III.2.3.Lobby & Recepsionist

Lobby merupakan Joglo dengan gebyog yang dimanfaatkan sebagai dinding. Gebyog tersebut telah dimodifikasi dengan kaca sehingga cahaya dapat memasuki ruangan lobby. Furniture yang digunakan pada ruang ini tergolong furniture antik yang menggunakan material lokal yaitu kayu dengan finishing yang modern.

Gambar 13. Eksterior bangunan lobby dan resepsionis

(Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Elemen-elemen dekorasi pada ruangan ini sangat bernilai nusantara dengan kesan etnis yang dapat dirasakan. Tegel kunci yang merupakan material produksi lokal digunakan menghiasi lantai pada bangunan ini. Ukiran-ukiran jawa menghiasi perabotan, pada gebyog, dan meja resepsionis. Pintu sebagai akses

26

lobby terdapat di keempat sisi ruangan tersebut, sehingga penekanan adanya jalur yang sibuk karena alur sirkulasi yang bersilang pada lobby ini sangat jelas terlihat. Ke empat pintu yang melambangkan keempat unsur mata angin9 itu juga sebagai arah menuju zona-zona area pada resort ini. Ke arah utara untuk tempat menginap dan fasilitas spa, arah timur untuk tempat menginap, arah selatan untuk area drop off, arah barat untuk fasilitas rekreasi dan restoran, sehingga lobby dan resepsionis dijadikan sebagai patokan untuk menuju dari area 1 ke yang lain.

III.2.4.Gubahan Massa & Lansekap

Menuju keluar ke arah barat, menyusuri jalan setapak yang dikelilingi tumbuhan-tumbuhan yang rimbun dan melewati jembatan kecil yang terbuat dari kayu, terdapat hamparan luas lapangan rumput. Bentuk lapangan rumput masih berkontur dengan sedikit teknik cut and fill yang dimanfaatkan. Jalan setapak berupa susunan batuan merupakan penegasan alur sirkulasi pada jalur-jalur yang mengikuti kontur yang bertujuan sebagai atraksi pada lansekap buatan ini. Pohon- pohon yang rimbun membatasi area ini dengan tanaman-tanaman ornamental yang menghiasi sekelilingnya. Perkerasan pada beberapa area merupakan penegasan area zona bangunan seperti pada resto dan ruang serbaguna yang dimiliki resort ini.

Gambar 14. Susunan batuan alami pada lansekap The Cangkringan Resort

(Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

9 dalam buku Omah (2000): Revianto B. Santosa halaman 78 menjelaskan tentang

27

Cluster-cluster bangunan sebagai massa terletak berjauhan dan berjalan menuju antara satu bangunan ke bangunan yang lain merupakan sensasi tersendiri untuk menikmati lansekap dengan berbagai elemen dekorasinya pada resort ini. Massa memiliki bebrapa orientasi seperti kolam renang pada zona publik ini sebagai fasilitas rekreasi yang dimiliki.

III.2.5.Fasilitas Rekreasi

Kolam renang tidak berbentuk geometris, melainkan berbentuk oval sebagai penegasan adanya kontur disekililingnya. Kolam renang dengan sisi-sisi kolam yang terlihat keluar dari tanah dihiasi dengan masonry batuan alam yang menambah kesan etnik pada fasilitas rekreasi ini.

Gambar 15. Bentuk kolam renang publik The Cangkringan resort (Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Tanpa adanya pepohonan disekeliling kolam ini, terkesan panas dan tidak memiliki tata lansekap yang memadai mengingat iklim tropis yang dimiliki existing

28

tapak pada resort ini. Taman-taman buatan dinikmati sambil bersantai pada spot- spot yang tersedia dengan konsep semi-outdoor. Fasilitas rekreasi terintegrasi dengan resto pada resort ini, sehingga pemanfaatan elemen-elemen natural dapat dikembangkan sejalan dengan kedekatan zona pada resto dan fasilitas rekreasi.

III.2.6.Fasilitas Restoran

Fasilitas restoran yang dimiliki resort ini bervariasi, namun masih terletak pada satu zona. Variasi resto ini didasarkan pada kebutuhan penggunanya, yaitu: makan bersama, resto prasmanan, dan meeting room. Seiring dengan jenis pengguna yang memiliki tujuan berbeda-beda, 3 jenis resto ini pun juga dapat digunakan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pengguna. Apabila pengguna resto tidak mencukupi diadakan di resto pertama dan kedua, maka meeting room pun berubah fungsi untuk tempat diadakan makan bersama. Kesamaan ketiga restoran tersebut adalah sama-sama berupa rumah joglo dengan bukaan kaca pada selubung dinding bangunannya.

Gambar 16. Eksterior dan Interior salah satu bangunan resto (Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

29

Kaca-kaca tersebut berfungsi juga sebagai jendela untuk memperlancar sirkulasi udara yang masuk ruangan merupakan bentuk respon terhadap iklim tropis yang dimiliki bangunan ini. Resto yang kedua karena memiliki 2 gubahan massa sekaligus. Massa yang pertama adalah bangunan joglo tertutup dengan bukaan jendela yang lebar untuk menambah pencahayaan alami masuk ke dalam bangunan. Massa yang kedua, merupakan bangunan semi permanen outdoor tempat diadakannya makan prasmanan. Bangunan outdoor tersebut terintegrasi langsung dengan fasilitas rekreasi yang dimiliki resort ini. Batuan alami menjadi lantai pada bangunan ini memiliki ukuran yang lebar dengan tatanan yang apik. Semua resto selain memiliki bentuk bangunan yang mirip, furniture yang digunakan pun sama. Kayu adalah material yang mayoritas digunakan sebagai bahan material furniture resto. Lemari-lemari antik pun ditaruh sebagai dekorasi etnik di dalam resto indoor ditambah dengan dekorasi-dekorasi khas jawa yang menarik.

III.2.7.Guestroom

Gambar 16. Interior bangunan guestroom (Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

30

Guestroom terpisah dengan zona servis dan publik, terletak di utara dan timur lobby merupakan zona privat. Memiliki langgam modern minimalis letak kearifan lokal ada pada permainan interiornya. Detil-detil elemen bangunan yang digunakan seperti baluster, pintu, dan jendela menggunakan kayu ditambah lantai parket yang menambah kesan etnik dapat dilihat pada gambar 16. Furniture yang digunakan menggunakan kayu sebagai material utama ditambah dengan dekorasi- dekorasi khas jawa lengkap dengan ukiran-ukirannya.

Dalam dokumen PENGARUH KEARIFAN LOKAL PADA DESAIN RESO (Halaman 34-41)

Dokumen terkait