• Tidak ada hasil yang ditemukan

SAMBI RESORT

Dalam dokumen PENGARUH KEARIFAN LOKAL PADA DESAIN RESO (Halaman 41-51)

Sambi resort beralamat di Jl. Kaliurang Km. 19.2, Desa Wisata Sambi, Sleman, D.I.Yogyakarta. terletak 15 Km dari pusat kota, Resort ini berdekatan dengan Lingkungan yang terawat dengan baik serta lokasi yang berdekatan dengan Ledok Sambi Outbond Ecopark dan Lapangan Golf Merapi. Fasilitas yang disediakan resort ini adalah kolam renang (luar ruangan), spa, pijat, dan kolam renang anak. Sambi Resort, Spa & Resto merupakan akomodasi serbaguna untuk anda yang ingin berwisata di Yogyakarta.

III.3.1.Promosi

Media promosi website Sambi resort dapat diakses di sambiresort.com. halaman wajah website ini menampilkan satu gambar yang langsung menunjukkan penerapan kearifan lokal pada massa bangunannya.

31

Gambar 17. Laman muka website Sambi resort (Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Terdapat dekorasi berupa ornament pada atap gazebo yang dipakai di atap bangunan tersebut10. Gambar yang menunjukkan indikasi adanya kearifan lokal pada bangunan tersebut merupakan point of interest pada media promosi yang sambi resort gunakan untuk menarik perhatian pengunjung. Melalui gambar tersebut, pengunjung website dapat menarik kesimpulan adanya unsur budaya yang kental pada resort tersebut.

III.3.2.Entrance

Sign dari jalan utama menuju ke resort ini cukup jelas dengan papan rambu penunjuk mengantarkan pada gerbang utama. Parkiran yang luas dengan perkerasan susunan batuan yang dicorpun masih menampakkan teksture yang dimiliki batu alam tersebut. Sekeliling parkiran terdapat pagar batu bata ekspose ditambah semak-semak yang rapi dengan tinggi 1-1,5 meter menegaskan kawasan ini.

32

Gambar 18. A. Akses utama menuju resort dari jalan raya B. Dari parkiran menuju lobby

(Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Tanaman ornamental palm menghiasi area entrance namun dengan luasnya lapangan parkir kurang rimbunnya tanaman palm mengakibatkan area ini panas karena dampak iklim tropis pada resort ini. Bersebelahan dengan areal parkir terdapat bangunan pendopo yang berfungsi sebagai resepsionis dan lobby.

III.3.3.Lobby & Recepsionist

Gambar 19. A. Undak-undakan menuju bangunan Lobby B. Resepsionis (Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

33

Kesan etnik ketika memasuki lobby didapatkan dari bangunan tradisional dengan elemen anyaman bambu dan material furniture yang digunakan. Lobby seakan-akan sebagai teras tempat menunggu dan resepsionis dari bangunan permanen yang terletak dibelakangnya yang berfungsi sebagai kantor. Anyaman bambu menutupi rangka-rangka atap yang biasanya diekspos pada bangunan tradisional pendopo. Terdapat stand gerobak angkringan di sudut ruangan sebagai media promosi dan suvenir yang disediakan pihak pengelola. Lobby ini memiliki ubin khas tegel kunci yang diproduksi oleh produsen lokal di Jogjakarta. Susunan batu alam menghiasi meja resepsionis dengan aksen kayu solid pada furniture lengkap dengan ukiran-ukiran khas jawa. Dekorasi seperti patung, lampu pun mengingatkan saya pada rumah jawa di pedesaan. Jarak untuk masuk ke area dalam resort melewati parkiran sehingga sirkulasi tidak mengalir seperti resort lainnya yang direview sehingga hirarki tidak lurus tetapi acak. Jalan menurun tangga dan ramp mengantarkan pada zona dalam resort.

III.3.4.Gubahan Massa & Lansekap

Zona dalam resort adalah hal yang menarik dikaji untuk tapak bangunannya. Dimana teknik cut and fill pada grading-grading kontur tapak menjadi terasering sesuai dengan alurnya. Seperti teknik terasering pada kebun dan sawah di daerah dengan kontur yang terjal, tujuan daripada teknik ini untuk mencegah erosi pada lahan dengan kemiringan yang curam.

34

Gambar 20. Lansekap resort yang landai dengan susunan letak tanaman (Sumber: http://sambiresort.com/gallery.html, tahun 2015)

Bukan tanpa polesan, terasering yang dimainkan pada kontur tapak mendapat sentuhan dengan tanaman-tanaman ornamental seperti palm dan bougenvile yang diletakkan pada titik-titik yang strategis guna mengisi kekosongan yang ditimbulkan pada lansekap. Juga dengan struktur susunan tumbuhan semak dan bunga yang disusun mengikuti alur kontur yang tidak simetris terkesan alami. Tanggul penahan yang digunakan memakai pondasi batu alam yang dicor diekspose sehingga meninggalkan tekstur khas batu alam vulkanis yang banyak terdapat di kaliurang. Jalur sirkulasi berupa jalan setapak yang mengikuti alur kontur dan terasering mendapatkan perhatian khusus dengan penggunaan batuan alam dengan tekstur yang nampak saat menginjakkan kaki untuk berjalan menyusuri resort ini. Dari lobby menuju area resort merupakan jalan menurun, sehingga vista yang dibentuk menuju ke dalam resort menimbulkan kesan seperti sedang menuruni desa-desa di kaki gunung merapi. Vista yang dibentuk merupakan kecermatan dari pemanfaatan jalan setapak yang kemudian dengan permainan lansekap berhasil diambil untuk memanfaatkan panorama.

35 III.3.5.Fasilitas Rekreasi

Gambar 21. Alur sirkulasi yang dimanfaatkan menjadi sarana rekreasi pada resort ini (Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Cluster-cluster bangunan yang tampak dari atas memperlihatkan banyaknya massa bangunan yang dimiliki resort ini, tampak seperti desa dengan bentuk-bentuk bangunan tradisional yang menjadi tempat penginapan di resort ini. Elemen-elemen dekorasi taman seperti statue dan fountain digunakan untuk menjadi orientasi dasar pada rancangan dasar pola tata ruang tapak di resort ini.

36

Gambar 22. Sarana rekreasi yang disediakan resort ini (Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Kurangnya tanaman rimbun sebagai pelindung adalah hal yang perlu dicermati dalam resort ini, karena panas iklim tropis yang langsung mengenai hamparan resort ini seharusnya mendapatkan penanggulangan dari tanaman- tanaman berkarakter rimbun agar lebih sejuk. Di jalur-jalur setapak saat eksplorasi resort dilakukan sering nampak bangunan-bangunan kecil semi permanen yang berfungsi sebagai tempat bersantai sambil menikmati suguhan panorama yang dimiliki resort ini.

37

Gambar 23. Massa bangunan yang digunakan sebagai sarana rekreasi (Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Bangunan-bangunan kecil berupa kursi dan meja dengan naungan atap kayu menjadi tempat untuk menghabiskan waktu luang mendekatkan dengan alam. Bangunan yang dapat ditemui sepanjang jalur sirkulasi di dalam resort ini tersebar pada beberapa letak strategis yang dirasa dapat memanfaatkan vista-vista yang disajikan dalam resort ini. Elemen-elemen dekorasi lansekap yang melengkapi taman-taman buatan pada resort ini menambah kesan etnik karena kandungan lokal yang diterapkan berupa air mancur yang terbuat dari batu vulkanis dan kolam yang disusun menggunakan batuan alam. Jalur sirkulasi yang dibuat pun menggunakan material batuan alam. Kesan lapang yang dirasakan dengan luasnya lahan dan dimanfaatkan sebagai terasering terasa saat menempuh jalan setapak menuju area rekreasi utama. Kolam renang yang disediakan sebagai fasilitas rekreasi berbentuk dinamis dengan susunan batu alam pada batas kolam yang keluar dari grading cut and fill. Perkerasan berupa susunan batu pada areal kolam renang meminimalkan penggunaan tanaman-tanaman sebagai elemen lansekap, meskipun terlihat luas

38

namun terasa kurang asri. Jauh dari fasilitas rekreasi, terdapat area servis dengan fasilitas restoran.

III.3.6.Fasilitas Restoran

Restoran merupapan bangunan yang diidrikan menggunakan struktur utama dengan material bambu. Merupakan salah satu bentuk bangunan vernacular khas nusantara, bangunan ini tidak memiliki selubung adalah bangunan semi- outdoor. Pertisi dinding yang digunakan untuk memisahkan bagian resto dengan dapur adalah kayu dengan ukiran-ukiran detail khas jawa.

Gambar 24. Interior bangunan restoran

(Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Rangka bambu yang diekspose terlihat sangat rapi dengan teknik sambungan tradisional yang digunakan. Balok-balok kayu yang terbentang dihiasi dengan dekorasi lampu modern tampak adanya akulturasi langgam disini. Furniture menggunakan material kayu terkesan hand-made. Massa yang terpisah dengan

39

bangunan utama merupakan shelter dengan meja makan berkapasitas 8 orang terletak langsung di pinggir sawah yang dimanfaatkan sebagai panorama untuk menambah suasana natural di fasilitas resto ini. Fasilitas yang digunakan sebagai pendukung fasilitas penginapan ini terletak tidak jauh dari cluster bangunan penginapan.

III.3.7.Guestroom

Bangunan yang didirikan sebagai tempat menginap memiliki antara 2-4 kamar pada setiap cluster bangunan. Dari luar bangunan mandiri ini, tampak sangat asri dengan minimnya perkerasan di depan bangunan, hanya memiliki teras kecil sebagai beranda. Dikelilingi dengan tanaman-tanaman semak dan tanaman dekoratif lainnya, merupakan perpaduan dengan susunan material batu pada jalur setapak menuju ke bangunan dengan kamar penginapan.

Gambar 25. Eksterior Guestroom (Sumber: Dokumentasi pribadi tahun 2015)

Terlihat dari luar, bangunan ini memanfaatkan material lokal yang diekspose sebagai elemen arsitektural bangunan, seperti : susunan batu alam dan

40

dinding dari anyaman bambu. Anyaman bambu yang diterapkan dibentuk panel- panel khusus sehingga teknik tradisional menyatu dengan sistem bangunan modern. Elemen arsitektural lainnya seperti pintu dan jendela menggunakan menggunakan material kayu yang menghasilkan kesan etnis yang kuat pada bangunan. Interior pada bangunan penginapan merupakan furniture modern, sehingga kesan akulturasi antara eksterior tradisional dan interior modern pun mendapatkan kombinasi yang cantik.

Dalam dokumen PENGARUH KEARIFAN LOKAL PADA DESAIN RESO (Halaman 41-51)

Dokumen terkait