• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Diagram 4. 7 Proporsi Ketuntasan Belajar Kelas MIA 4 berdasarkan PAN

Dapat dilihat dari diagram proporsi ketuntasan belajar siswa kelas X MIA 4 siswa yang tuntas sebanyak 12 siswa atau 47% dari siswa kelas X MIA 4 dan tidak tuntas sebanyak 17 siswa atau 53% berdasarkan PAP. Jika berdasarkan PAN diperoleh sebanyak 13 siswa atau 45% siswa kelas XI MIA 4 tuntas dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 16 siswa atau 55% siswa kelas X MIA 3.

3. Observasi Pembelajaran

Pada penelitian ini, sebelum peneliti melaksanakan ujicoba dan tes diagnostik maka terlebih dahulu peneliti melakukan observasi pembelajaran. Observasi pembelajaran yang dilakukan peneliti sesuai dengan instrumen observasi pembelajaran. Observasi pembelajaran dilaksanakan sebanyak 3 kali dalam kurun waktu 1 (satu) minggu di kelas X MIA 1, X MIA 2, dan X MIA5.

Berdasarkan observasi pembelajaran diperoleh hasil observasi sebagai berikut:

Tuntas 60% Belum tuntas

40%

a. Guru belum melaksanakan kegiatan prapembelajaran secara baik dan maksimal.

b. Guru belum melaksanakan kegiatan apersepsi secara maksimal. c. Guru belum melaksanakan pendekatan/strategi pembelajaran

secara baik dan maksimal.

d. Guru belum dapat memanfaatkan media pembelajaran/sumber pembelajaran lain secara maksimal.

e. Guru belum memantau penilaian proses dan hasil. f. Guru belum dapat berkomunikasi secara maksimal.

g. Guru belum melaksanakan kegiatan refleksi dan rangkuman pembelajaran secara maksimal.

h. Siswa belum terlibat aktif dalam pembelajaran.

4. Wawancara dengan Guru Bidang Studi

Kegiatan wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru bidang studi matematika dilaksanakan selama penelitian tanpa adanya batasan waktu. Hal ini dimaksudkan supaya data yang diperoleh semakin mendalam dan dapat dipercaya. Wawancara dengan guru bidang studi matematika meliputi; latar belakang, interaksi guru dengan siswa, dan kegiatan/usaha yang telah guru lakukan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi matematika diperoleh hasil wawancara sebagai berikut

a. Siswa yang akan diteliti memiliki kemampuan atau potensi yang baik.

Hal ini dapat di lihat dari hasil wawancara sebagai berikut:

P : Oh ya pak, satu lagi Kalau dibandingkan dengan yang lainnya, maksudnya mata pelajaran yang lainnya nilai matematika kelas sepuluh itu rendah atau tinggi?

G : Kalau matematika kelihatannya termasuk tinggi. Khususnya untuk yang saya ajar itu kan wajib ya.

P : Iya.

G : Kalau saya liat termasuk, pada umumnya rata-rata tinggi. Saya kan selalu gini, apapun jurusannya. Kamu mau jurusan IPA atau IPS, matematika kan setara bahasa. Mau tidak mau ya kamu harus bisa. Jadi, jangan sampai tidak.

b. Siswa kesulitan dalam mengerjakan soal aplikasi/penerapan. Hal ini dapat di lihat dari hasil wawancara sebagai berikut:

P : MIA 4, MIA 1 belum. Baru selesai di koreksi tadi. G : Itu nek kesimpulan kelemahannya itu. Umumnya sejak

jaman „purba‟ untuk aplikasi soal seperti itu, itukan masuk aplikasi. Kadangkan dalam penerapan soal cerita itulah yang pada umumnya termasuk sulit, untuk matematika murni mereka sudah mudeng ya?

c. Siswa memiliki permasalahan dengan keluarga.

Hal ini dapat di lihat dari hasil wawancara sebagai berikut:

P : Iya, bisa-bisa pak.

G : Atau mungkin sekarang beberapa punya masalah. Kalau saya sering gini, saya kan biasa kalau pas di kelas ada yang gak berangkat nanti pas pertemuan berikutnya sok-sok tak takon. Penyebabnya itu kan kadang-kadang orang tuanya gimana, dulu kan aslinya pinter. Pada awalnya itu yang kurang itu bukan kemampuan otaknya, bukan. Tetapi lingkungan keluarga sepertinya. Ada yang pas kebetulan keluarganya ada masalah, mungkin bapaknya sakit, ya mungkin yang saya liat kadang- kadang kenapa. Tapi kan anak kalau diwawancari kadang-kadang tertutup. Kalau saya kan gini, kamu elek kan gak tak siarkan ke yang lain. Mungkin kalau saya bisa menangani saya bantu kalau enggak saya tidak akan bilang anak itu bodo. Karena di balik itu anak punya banyak masalah, masalahnya itu. Kalau kemampuan beda tipis. Tapi pada umumnya yang berbeda itu

masalah keluarga, itu yang berpengaruh. Kalau yang tak liat-liat itu, semisal dia tak seperti biasanya. Mungkin itu karena dia sakit, atau gimana. Kadang-kadang semisal

„kamu biasanya sakit kok enggak kenapa?‟ anak nanti jawab, „enggak pak enggak apa-apa‟. „oh iya‟. Pernah juga saya jumpai, coba tak deketi itu ada yang orang tuanya itu sedang proses cerai.

P : Oh.

d. Siswa cenderung kurang teliti dalam mengerjakan soal matematika.

Hal ini dapat di lihat dari hasil wawancara sebagai berikut:

P : Permasalahan apa yang sering terjadi di kelas X? G : Menerjemahkan kalimat cerita ke dalam kalimat

matematika.

P : Iya pak, yang saya jumpai mereka memang masih kurang dan dari awal saya memang tidak menyampaikan untuk mereka menuliskan tentang diketahui, ditanya dan jawab. Kalau soal cerita itu, saat mereka sudah mendapatkan hasil perhitungan mereka lupa menuliskan jawaban dari pertanyaan.

5. Wawancara dengan Subjek Penelitian

Pada hari Senin, 1 Mei 2017 setelah sebelumnya melaksankan tes diagnostik dan wawancara dengan guru bidang studi matematika maka peneliti melakukan wawancara dengan subjek penelitian sebanyak 3 siswa. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui letak kesulitan yang dihadapai subjek pada pokok bahasan Trigonometri dan mengetahui lebih spesifik alasan dibalik kesulitan yang dihadapai oleh siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek penelitian diperoleh data sebagai berikut:

a. Subjek menganggap matematika sulit.

Hal ini dapat di lihat dari hasil wawancara sebagai berikut:

S1 : Ya kayak gitu, SKS (Sistem Kebut Semalam).

P : Oh SKS ya. Nah, sampai saat ini kamu SMA kan sudah peminatan IPA. Menurut kamu matematika itu gampang atau sulit?

S1 : Sulit.

P : Sulitnya kenapa?

S1 : Karena banyak itung-itungannya itu. Kalau enggak teliti ya salah.

P : Tapi kamu enggak merasa butuh ya?

S2 : Enggak. Soalnya mergo Trigonometri lak SMP terus SMA aku pertama nilai mutlak kan, Nah pertamanya wis bisa mengikuti, lama-lama kok tiba-tiba nilaiku jeblok. Wah dari situ aku malah gak suka Matematika. Padahal dulu SMP, Matematika suka banget. Tapi kok, wah

jebule karena rasa enggak senang itu jadi aku anggap

Matematika itu jadi susah iu lho.

P : Matematika susah karena kamu enggak suka ya? S2 : Hooh.

P : Terus, Matematika itu sendiri buat kamu buat apa sih? S2 : Itung-itungan.

S3 : Paling ya kalau diterangin pada ngge opo nek ngge kehidupan gitu ki. Haha

P : Menurut kamu Matematika itu gimana?

S3 : Matematika kadang asik, kadang nyebeli, kadang bingungi, tapi bikin ketagihan. Kalau udah mudeng. b. Subjek memilih pilihan bukan pada bidang yang ditekuni atau

disukai.

Hal ini dapat di lihat dari hasil wawancara sebagai berikut:

S1 : Ya. Karena tidak diterima di SMA 1, dan SMA 3 pilihan keduanya. Ya, besok biar kuliahnya gampang aja. P : Kuliahnya pengen dimana to?

S1 : Masih mikir-mikir. Kalau enggak UGM ya STAN. P : Ya. STAN? Kan kamu MIPA.

S1 : Iya sih. Hehehe

P : kok ngambil STAN kenapa?

S1 : Ya, pengen aja. Biar besok gampang cari kerjanya. Orang tua juga pengennya di STAN. Kalau misalnya besok STAN diterima mendingan STAN aja gitu. Biar enak gitu.

S2 : Doketer, tapi yo ijih bingung. P : Why? Kenapa?

S2 : Ya, kalau aku kan lak yo, sekarang itu malah rasanya pendidikan malah menurun. Nangkapnya kadang susah. Jadi, aku mikir kalau kedokteran, padahal anak SMA 3 banyak yang pingin dokter. Aku njuk sadar. Wah, kok

ketoke berat. Apalagi njuk itu ada yang ngomong. Oh,

dari Neutron yang ngomong. Kalau SNMPTN kedokteran itu susah. Harus SBM. Nah itu, padahal papa, mamaku kek menekan tu lho. Wah, orang mas erton SNM, terus tetanggaku kemarin juga abis keterima SNM terus kamu juga kalau bisa harus SNM kedokteran. Aku ya sudah menejelaskan kalau kedokteran angel tak jelaskan sing Neutron itu. Terus yo wis lah carane. Ya, kalau bisa banggain lah. Kalau bisa. Tapi, tak pikir kalau misal gak jadi dokter mungkin pertambangan sih.

S3 : Pinginya sih di analisis kredit.

P : Oh gitu. Kamu belum tahu mau kuliah apa? S3 : Belum tahu.

P : Pengin kuliah dimana?

S3 : Pinginnya di STAN atau Brawijaya. c. Subjek terkadang merasa kurang nyaman di kelas.

Hal ini dapat di lihat dari hasil wawancara sebagai berikut:

P : Temennya enak-enak. Teman kelasmu enak-enak enggak?

S2 : Kadang enak, kadang enggak. Soalnya banyak yang sok-sok munafik tu lho. Jadi, lak yo, aku kan orangnya malasan. Kalau missal besok ulangan, wah angel mbok

yo sepakat yo nggak sinau sekelas. Yow is to, nek aku mesthi yo wis. Kan aku untung, aku ora sinau, yo ora

podo sinau. Lha keesokan harinya esuk-esuk wis do sinau, marai sengit njuk an.

S3 : Enggak enaknya itu. Ini jujur ya kak?

P : Jujur aja. Enggak apa-apa. Aku nanti nanya apa, jawab jujur aja.

S3 : Persaingan di SMA 3 itu kurang sehat tu lho kak. P : Oh, iya.

S3 : Maksudnya tu kalau ulangan masih bisa nyontek. UTS masih bisa nyontek, masih bisa buka HP. Jadi, kita meh belajar, kita meh ngoyo tapi kalau temennya kita aja modal nyontek, nilai dia lebih tinggikan njuk rasanya sia- sia tu lho. Ya kayak gitu enggak enaknya. Kurang ketat kayak SMA 1 Magelang. Katanya kalau SMA 1 Magelang itu, enggak bisa nyontek gitu.

d. Subjek memiliki permasalahan dengan keluarga.

Hal ini dapat di lihat dari hasil wawancara sebagai berikut:

S1 : Orang tua saya itu, gimana ya. P : Gimana?

S1 : Galak mungkin ya, juga enggak sabaran. Baik sih cuman kadang caranya yang nyebelin aja.

P : Oke. Galaknya itu gimana sih?

S1 : Bapak saya itu kan sensi banget jadi kalau salah dikit aja sering dimarahi. Kalau orang lain biasa aja tapi kok gitu. Ya emang wataknya gitu, sensi banget. Gampang banget nyebelin. Iih gampang banget nyebelin.

P : SMA 3 pilihan keberapa? S2 : Pilihan pertama.

P : Enggak mau SMA 1?

S2 : Ditekan juga. Sakjane aku lak dulu juga lak cukup ya masuk SMA 1, kalau dipikir. Tapi, dari orang tua juga bilang mending di SMA 3 wae daripada nanti masuk SMA1 masuk IPS. Soalnya lak dari dulu kan udah „kalau

bisa kamu jadi dokter ya tom?”. Jadi, itu. Yo wis lah teko manut. Kebetulan masuk SMA 3 yo IPA. Tapi, yo sakjane aku miki yo wah, sakjane aku masuk SMA 1 IPS

yo rapopo. Sakjane mergo aku “masuk IPS njuk aku

masuk SMA 1 njuk pie?”,Yo wislah kamu tapi mama

P : Kerasnya gimana?

S3 : Hmm….

P : Enggak apa-apa.

S3 : Ya kalau dulu sih ngelakuain kesalahan gitu langsung di ajar. Kalau ibu pakai omongan tu lho kak.

e. Subjek kesulitan dalam Trigonometri.

Hal ini dapat di lihat dari hasil wawancara sebagai berikut:

P : Tapi kalian kan belajar satu semester ini, apalagi besok mau UKK materinya cuman satu yaitu Trigonometri. Menurutmu, Trigonometri itu kayak gimana?

S1 : Rumit.

P : Rumitnya kenapa?

S1 : Banyak rumus yang harus di hafal. Kalau nggak hafal rumusnya ya enggak bisa.

P : Sulit dek kalau boleh dibilang. Aku pun kalau ditanya juga enggak hafal semua rumus Matematika. Kamu ngafalin rumus Trigonometri? Ada berapa rumus yang kamu tahu?

S2 : Banyak.

P : Salah satunya sebutkan! S2 : Sek demi, sami desa itu. P : Iya.

S2 : Terus, Identitas Trigonometri. P : Identitasnya gimana?

S2 :

P : Identitas lho? S2 : Oh, eh. Iya lho.

P : Kalau ini, aturan sinus kosinus?

S3 : Ya cuman mudeng tok, tapi enggak suka.

P : Hmm. Yang awal-awal. Trigonometri pelajarannya dikit kan?

P : Tapi?

S3 : Dikit tapi susah. Enggak mudeng tu lho.

f. Subjek kurang bertanggungjawab terhadap tugasnya sebagi seorang pelajar.

Hal ini dapat di lihat dari hasil wawancara sebagai berikut:

S1 : Ya, sebenarnya nyaman-nyaman aja sih. Soalnya nilainya kan enggak memuaskan. Kalau nilainya saya nggak memuaskan memang sayanya sendiri yang enggak belajar. Kurang rajin aja. Tapi, kalau di IPAnya sendiri insya Allah kalau saya lebih keras, insya Allah bisa sih. Ya, nyaman-nyaman aja sih.

S2 : Kalau Matematika yang peminatan lumayan, kalau Matematikan yang wajib Pak Y.

P : Hooh.

S2 : Aku tu kalau misal suruh nggarap yo iso. Tapi kok pas ulangan Tapi kok pas ulangan ya lumayan bisa. Tapi,

mesthi pas UTS atau UAS ki hasilnya aneh. Aku tu pas nggarap iso, tapi kok hasile bedo karo ekspetasiku.

P : Hmm. Menurutmu hasilnya jelek kenapa? S2 : Eee… Jarang berlatih.

P : Iya.

S2 : Aku kalau dirumah jarang sinau. P : Iya.

S2 : Njuk, kan Pak Y itu biasanya kalau Pak Y nulis contoh soal tu lho. Itu kan mesthi nanti di UTS yak an rodo-

rodo mirip. Nah, aku jarang nyatet.

P : Oh.

S2 : Kesed aku saiki. Beda sama SMP, makanya mamaku

“Tom dulu kamu setiap pagi sok belajar kok sekarang enggak pernah?”. Mbuh aku kok ya beda.

P : Kalau kamu tanya dirimu sendiri, kok jelek kenapa? S3 : Enggak belajar.

S3 : Heem. Abis itu, sekolah itu ganggu taekwondo. Aku enggak ke candhak taekwondo. Jadi aku malas itu lho ngurusin sekolah lagi.

P : Iya.

S3 : Waktu tes aja aku nonton taekwondo sampai malam. Enggak belajar sama sekali. Saking keselenya tu lho sama sekolah. Kok ngrusak taekwondo. Aku mikirnya kayak gitu. kayak anak kecil ya?

E. Analisis Data dan Penyajian Hasil Analisis

1. Analisis Data

a. Tes Diagnostik

Peneliti dalam menganalisis data tes diagnostik terlebih dahulu memeriksa setiap jawaban subjek dari 7 soal uraian yang diberikan pada tes diagnostik. Peneliti memeriksa satu per satu dengan teliti sesuai dengan kode penskoran dan konsep dari Trignonometri.

Berdasarkan hasil tes diagnostik yang telah peneliti lakukan diperoleh rata-rata kelas X MIA 1, X MIA 3, dan X MIA 4 berturut- turut sebagai berikut 70,23; 71,79; dan 72,14. Rata-rata setiap kelas termasuk dalam kategori dibawah rata-rata, karena nilai KKM bagi mata pelajaran matematika adalah 75.

Selain itu, data hasil penelitian siswa yang tuntas berdasarkan PAP diperoleh siswa kelas X MIA 1 yang tuntas sebanyak 50% dan 50% siswa tidak tuntas. Kelas X MIA 3 siswa yang tuntas sebanyak 55% dan 45% siswa tidak tuntas. Kelas X MIA 4 siswa yang tuntas sebanyak 53% dan 47% siswa tidak tuntas.

Disisi lain, berdasarkan PAN data hasil penelitian siswa yang tuntas bagi kelas X MIA 1 sebanyak 67% dan 33% siswa tidak tuntas. Kelas X MIA 3 siswa yang tuntas sebanyak 60% dan 40% siswa tidak tuntas. Kelas X MIA 4 siswa yang tuntas sebanyak 60% dan 40% siswa tidak tuntas.

b. Observasi Pembelajaran

Peneliti dalam melaksanakan observasi pembelajaran terlebih dahulu mendeskripsikan hasil observasi secara jelas dan rinci. Kemudian peneliti menganalisis hasil observasi untuk menemukan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar. Berdasarkan data hasil observasi pembelajaran adapun analisis dari data yang diperoleh sebagai berikut:

1) Guru belum melaksanakan kegiatan prapembelajaran secara baik dan maksimal. Hal tersebut terlihat pada saat guru tidak memeriksa kesiapan ruang, alat pembelajaran dan media. Pada saat memulai pembelajaran di kelas, papan tulis yang digunakan masih dipenuhi tulisan dari mata pelajaran sebelumnya sehingga guru yang menghapus jika akan menulis. Guru juga tidak memeriksa kebersihan ruang kelas dan kesiapan siswa untuk menerima pembelajaran. Guru masih menggunakan media konvensional dalam menunjang pembelajaran di kelas.

2) Guru belum melaksanakan kegiatan apersepsi secara maksimal. Hal ini terlihat dari guru tidak menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. Kompetensi tersebut berupa tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dan guru belum menyampaikan hal tersebut.

3) Guru belum melaksanakan pendekatan/strategi pembelajaran secara baik dan maksimal. Hal ini terlihat pada saat guru kurang mengaitkan materi pembelajaran dengan pengetahuan lain yang relevan. Guru juga belum mengaitkan materi dengan realitas kehidupan atau kontekstual.

4) Guru belum dapat memanfaatkan media pembelajaran/sumber pembelajaran lain secara maksimal. Hal ini terlihat pada saat guru memanfaat media pembelajaran/sumber belajar siswa hanya mengggunakan lembar fotokopi dari guru untuk dipelajari.

5) Guru belum memantau penilaian proses dan hasil. Hal ini terlihat saat guru memulai pembelajaran, guru tidak mengecek tugas pada pertemuan sebelumnya hanya mengingatkan apakah ada tugas pada pertemuan sebelumnya.

6) Guru belum menggunakan bahasa dengan baik. Hal ini terlihat pada saat guru mengajar di depan kelas, guru masih menggunakan bahasa jawa dan suara guru belum terdengar jelas atau lantang.

7) Guru belum melaksanakan kegiatan refleksi dan rangkuman pembelajaran secara maksimal. Hal ini terlihat pada akhir pembelajaran keterlibatan guru dalam mengkondisikan siswa untuk melakukan refleksi dan rangkuman pembelajaran belum terlihat.

8) Siswa belum terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini terlihat pada saat pembelajaran siswa masih banyak yang senang mengobrol dengan siswa lain. Siswa dalam melaksankan pembelajaran masih senang bermain handphone. Selain itu, siswa yang terlibat untuk mengerjakan soal di depan kelas hanya beberapa saja.

d. Wawancara Guru Bidang Studi

Peneliti dalam melaksanakan wawancara dengan guru bidang studi terlebih dahulu mentranskripkan hasil wawancara dalam bentuk kalimat percakapan secara jelas dan rinci. Kemudian peneliti menganalisis hasil wawancara tersebut untuk menemukan faktor- faktor yang mempengaruhi subjek dan kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan sehingga subjek mengalami kesulitan belajar. Adapun hasil analisis dari transkrip wawancara sebagai berikut:

1) Siswa yang akan diteliti memiliki kemampuan atau potensi yang baik. Siswa-siswi SMA Negeri 3 Magelang termasuk dalam siswa dengan kemampuan intektual yang baik atau diatas rata-rata. Hal ini terlihat dari penerimaan siswa baru di

SMA Negeri 3 Magelang yang tinggi dan merupakan salah satu sekolah favorit di kota Magelang, sehingga tidak perlu diragukan lagi kemampuan intelektual siswa yang masuk di SMA Negeri 3 Magelang.

2) Siswa kesulitan dalam mengerjakan soal aplikasi/penerapan. Siswa kesulitan ketika siswa harus menerjemahakan soal cerita ke dalam kalimat matematika. Siswa juga mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal cerita dengan menggunakan aturan, konsep yang telah dipelajari dan siswa belum dapat mengakomodasikan pengetahuan yang didapat.

3) Siswa memiliki permasalahan dengan keluarga. Siswa cenderung memiliki permasalahan dengan orang tua semisal ada siswa yang orang tuanya sedang dalam proses perceraian. Siswa yang kedua orang tuanya sedang mengalami pertengkaran atau perselisihan.

4) Siswa cenderung kurang teliti dalam mengerjakan soal matematika. Siswa kurang teliti dalam pehitungan yang sederhana padahal siswa sudah benar dalam proses pengerjaan dengan aturan, konsep yang digunakan.

e. Wawancara dengan Subjek Penelitian

Peneliti dalam melaksanakan wawancara dengan subjek penelitian terlebih dahulu melakukan transkrip hasil wawancara dalam bentuk kalimat percakapan secara jelas dan rinci. Berdasarkan

transkrip hasil wawancara tersebut kemudian peneliti menganalisis untuk menemukan faktor-faktor penyebab subjek mengalami kesulitan belajar. Adapun hasil analisis dari data yang diperoleh sebagai berikut:

1) Subjek menganggap matematika sulit. Subjek memiliki pandangan bahwa matematika yang dipelajari tidak terlalu berpengaruh di kehidupan mendatang.

2) Subjek memilih pilihan bukan pada bidang yang ditekuni atau disukai. Subjek sebagai seorang pribadi yang akan mencari pekerjaan di masa mendatang memilih pilihan yang belum sesuai dengan jurusan yang saat ini ditempuh.

3) Subjek terkadang merasa kurang nyaman di kelas. Siswa dapat berinteraksi dengan baik dengan siswa lain, tetapi dalam hal kompetisi subjek masih menjumpai dan melakuakan hal yang kurang pantas dilakukan sebagai seorang pelajar yaitu menyontek.

4) Subjek memiliki permasalahan dengan keluarga. Subjek dalam menempuh pendidikan dituntut atau ditekan oleh orang tua untuk bersekolah di sekolah mutu pendidikan yang baik. Subjek juga terkadang mengalami kekerasan dari orang tua baik kekerasan fisik maupun kekerasan verbal.

5) Subjek kesulitan dalam Trigonometri. Siswa tidak mengetahui untuk apa belajar Trigonometri. Siswa juga merasa aturan-

aturan dan konsep dalam Trigonometri terlalu banyak dan rumit sehingga sulit untuk dihafalkan. Subjek menjumpai konsep yang diberikan oleh guru dan bimbel berbeda akibatnya subjek mengalami kebingungan sehingga subjek memutuskan untuk mempelajari sendiri.

6) Subjek kurang bertanggungjawab terhadap tugasnya sebagi seorang pelajar. Subjek malas dalam belajar, subjek jarang berlatih latihan soal, dan subjek merasa mengantuk di kelas pada saat pembelajaran.

2. Penyajian Hasil Analisis

a. Tes Diagnostik

Berdasarkan data yang diperoleh pada tes diagnostik yang diberikan di kelas X MIA 1, X MIA 3, dan X MIA 4, maka hasil analisis tes diagnostik dari sampel yang memenuhi adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 6 Analisis Tes Diagnostik N

o.

Soal Subjek Penelitian Analisis Kesalahan

1 Suatu segitiga ABC siku-siku di B dengan sudut . Tentukan perbandingan

Trigonometri untuk sudut pada segitiga ABC.

Soal Nomor 1 Subjek 1

Jenis Kesalahan: Kesalahan dalam penggunaan proses yang keliru.

Analisis Kesalahan: Subjek salah dalam menggunakan aturan matematika, dalam hal ini subjek tidak mencantumkan yang diketahui, ditanya dan dijawab.

Soal Nomor 1 Subjek 2

Jenis Kesalahan: Kesalahan dalam penggunaan proses yang keliru dan simbol. Analisis Kesalahan: Subjek salah dalam mengggunakan aturan matematika dan simbol sehingga proses yang dilakukan tidak mencapai hasil yang benar dan tepat.

2 Nyatakanlah perbandingan Trigonometri berikut menjadi perbandingan Trigonometri sudut lancip (kuadran I)!

a. b. c. d. e. f.

Soal Nomor 2 Subjek 1

Jenis Kesalahan: Kesalahan penggunaan proses yang keliru. Analisis Kesalahan: Subjek salah dalam menggunakan konsep

Dokumen terkait