• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diagnosis kesulitan belajar siswa kelas X MIA Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Magelang pada pokok bahasan trigonometri tahun ajaran 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Diagnosis kesulitan belajar siswa kelas X MIA Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Magelang pada pokok bahasan trigonometri tahun ajaran 2016/2017."

Copied!
246
0
0

Teks penuh

(1)

ii ABSTRAK

Yuseba Listianingsih Sudarsono, 2017. Diagnosis kesulitan belajar siswa kelas X MIA Sekolah Menegah Atas Negeri 3 Magelang pada pokok bahasan Trigonometri Tahun Ajaran 2016/2017.

Beberapa penelitian menunjukkan siswa mengalami kesulitan belajar dalam Trigonometri. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan siswa pada pokok bahasan Trigonometri; 2) mengetahui jenis-jenis kesulitan belajar siswa pada pokok bahasan Trigonometri; 3) mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIA SMA Negeri 3 Magelang yang melakukan kesalahan sehingga memperoleh nilai rendah pada tes diagnostik dan mewakili subjek lain yang memiliki kesalahan yang sama dalam menyelesaikan soal-soal pada tes diagnostik. Subjek yang dimaksud adalah subjek penelitian yang memenuhi kriteria sebanyak 3 (tiga) siswa yang berbeda kelas. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan tes diagnostik, observasi pembelajaran, dan wawancara. Hasil tes diagnostik digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang aturan, konsep dalam Trigonometri dan untuk mengetahui langkah-langkah pengerjaan dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal Trigonometri yang diberikan. Obervasi pembelajaran digunakan untuk mengetahui dan memahami keadaan dan situasi kelas, siswa, guru, dan sekolah secara menyeluruh. Wawancara dilakukan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak wawanwara diminta pendapat, ide-ide dan gagasannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) kesalahan-kesalahan yang dialami siswa adalah (a) kesalahan data, (b) kesalahan penggunaan proses yang keliru, (c) kesalahan menuliskan rumus, (d) kesalahan perhitungan, dan (e) kesalahan simbol; 2) beberapa faktor yang menyebabkan siswa kesulitan belajar yaitu (a) siswa kurang berminat dalam belajar, (b) siswa kurang bersemangat, (c) siswa malas belajar, (d) siswa jarang berlatih mengerjakan soal, (e) siswa kurang menguasai pengetahuan dasar, (f) situasi pembelajaran, (g) lingkungan keluarga, (h) lingkungan sekolah; 3) kategori jenis kesulitan belajar yang dihadapi siswa adalah kesulitan belajar under achiever (pencapaian rendah).

(2)

iii ABSTRACT

Yuseba Listianingsih Sudarsono, 2017. Diagnosis of student learning difficulities grade X MIA State Senior High School 3 of Magelang on the subject of Trigonometry of the academic year 2016/2017.

Some studies indicated students have learning difficulty in Trigonometry. This study aims to 1) know the errors that students often do on the subject of Trigonometry; 2) find out the types of student learning difficulities on the subject of Trigonometry; 3) know factors causing student learning difficulities.

The type of study used is descriptive qualitative research. The subjects of this study were students of class X MIA State Senior High School 3 of Magelang who scored low on the diagnostic test and represent other subjects have the same error in resolving problems on the diagnostic test. Subjects who meet the criteria of 3 (three) students of different classes. Data processing techniques using diagnostic tests, learning observations, and interviews. The result of diagnostic test are use to find out the students’ understanding of rules, concepts in Trigonometry, and to know the steps of workmanship and mistakes made by students in the matter of Trigonometry problem given. Learning observation of classes, students, and schools. Interview were conducted to find the problem more openly, where the interviewer was asked for opinions and ideas.

The results of the study indicate that 1) the students’ errors are (a) data error, (b) erroneous in using process; (c) formulation error, (d) miscalculation, and (e) symbol error; 2) several factors that cause students’ learning difficulities i.e (a) students are less interested in learning, (b) students are less eager, (c) students are lazy to learn, (d) students rarely practice writing questions, (e) students lack basic knowledge, (f) learning situation, (g) family environment, (h) school environment; 3) learning difficulities of students are categories in under achiever.

(3)

i

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS X MIA SEKOLAH

MENENGAH ATAS NEGERI 3 MAGELANG PADA POKOK BAHASAN

TRIGONOMETRI TAHUN AJARAN 2016/2017

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Yuseba Listianingsih Sudarsono

NIM. 131414103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dalam setiap keindahan, selalu ada mata yang memandang. Dalam

setiap kebenaran ada telingan yang mendengar. Dalam setiap

kasih, selalu ada hati yang menerima.

(Ivan Panin)

Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan

(Filipi 1:21)

Dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa bersyukur, skripsi ini kupersembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menjaga dan melindungiku

Orang tuaku tercinta Susilo Sudarsono dan Irine Sulasih

Kakakku tersayang Yosua Irwan Sudarsono

Adikku tersayang Naomi Deviana Sudarsono dan Yoel Christian Tegar Prasetyo

Semua sahabat dan teman-temanku

Alamamaterku Universitas Sanata Dharma

(7)

v

(8)

vi

(9)

vii ABSTRAK

Yuseba Listianingsih Sudarsono, 2017. Diagnosis kesulitan belajar siswa kelas X MIA Sekolah Menegah Atas Negeri 3 Magelang pada pokok bahasan Trigonometri Tahun Ajaran 2016/2017.

Beberapa penelitian menunjukkan siswa mengalami kesulitan belajar dalam Trigonometri. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan siswa pada pokok bahasan Trigonometri; 2) mengetahui jenis-jenis kesulitan belajar siswa pada pokok bahasan Trigonometri; 3) mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIA SMA Negeri 3 Magelang yang melakukan kesalahan sehingga memperoleh nilai rendah pada tes diagnostik dan mewakili subjek lain yang memiliki kesalahan yang sama dalam menyelesaikan soal-soal pada tes diagnostik. Subjek yang dimaksud adalah subjek penelitian yang memenuhi kriteria sebanyak 3 (tiga) siswa yang berbeda kelas. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan tes diagnostik, observasi pembelajaran, dan wawancara. Hasil tes diagnostik digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang aturan, konsep dalam Trigonometri dan untuk mengetahui langkah-langkah pengerjaan dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal Trigonometri yang diberikan. Obervasi pembelajaran digunakan untuk mengetahui dan memahami keadaan dan situasi kelas, siswa, guru, dan sekolah secara menyeluruh. Wawancara dilakukan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak wawanwara diminta pendapat, ide-ide dan gagasannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) kesalahan-kesalahan yang dialami siswa adalah (a) kesalahan data, (b) kesalahan penggunaan proses yang keliru, (c) kesalahan menuliskan rumus, (d) kesalahan perhitungan, dan (e) kesalahan simbol; 2) beberapa faktor yang menyebabkan siswa kesulitan belajar yaitu (a) siswa kurang berminat dalam belajar, (b) siswa kurang bersemangat, (c) siswa malas belajar, (d) siswa jarang berlatih mengerjakan soal, (e) siswa kurang menguasai pengetahuan dasar, (f) situasi pembelajaran, (g) lingkungan keluarga, (h) lingkungan sekolah; 3) kategori jenis kesulitan belajar yang dihadapi siswa adalah kesulitan belajar under achiever (pencapaian rendah).

(10)

viii ABSTRACT

Yuseba Listianingsih Sudarsono, 2017. Diagnosis of student learning difficulities grade X MIA State Senior High School 3 of Magelang on the subject of Trigonometry of the academic year 2016/2017.

Some studies indicated students have learning difficulty in Trigonometry. This study aims to 1) know the errors that students often do on the subject of Trigonometry; 2) find out the types of student learning difficulities on the subject of Trigonometry; 3) know factors causing student learning difficulities.

The type of study used is descriptive qualitative research. The subjects of this study were students of class X MIA State Senior High School 3 of Magelang who scored low on the diagnostic test and represent other subjects have the same error in resolving problems on the diagnostic test. Subjects who meet the criteria of 3 (three) students of different classes. Data processing techniques using diagnostic tests, learning observations, and

interviews. The result of diagnostic test are use to find out the students‟ understanding of

rules, concepts in Trigonometry, and to know the steps of workmanship and mistakes made by students in the matter of Trigonometry problem given. Learning observation of classes, students, and schools. Interview were conducted to find the problem more openly, where the interviewer was asked for opinions and ideas.

The results of the study indicate that 1) the students‟ errors are (a) data error, (b) erroneous in using process; (c) formulation error, (d) miscalculation, and (e) symbol error; 2) several factors that cause students‟ learning difficulities i.e (a) students are less interested in learning, (b) students are less eager, (c) students are lazy to learn, (d) students rarely practice writing questions, (e) students lack basic knowledge, (f) learning situation, (g) family environment, (h) school environment; 3) learning difficulities of students are categories in under achiever.

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat, rahmat serta perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa Kelas X MIA Sekolah

Menegah Atas Negeri 3 Magelang Pada Pokok Bahasan Trigonometri Tahun

Ajaran 2016/2017” dengan baik. Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini

adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan dan Ilmu

Pengatahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Selain itu, di dalam penyusunan skripsi ini, penulis tak lepas dari bantuan

berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak R.Rohandi, Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan.

2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika.

4. Bapak Yosep Dwi Kristanto, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan bimbingan

(12)

x

5. Bapak Joko Triharyanto, S.Pd selaku Kepala SMA Negeri 3 Magelang

yang telah memberikan ijin kepad penulis untuk melaksanakan penelitian

di SMA Negeri 3 Magelang.

6. Bapak Y. Sumpana, S.Pd. selaku Guru Bidang Studi Matematika yang

telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di kelas X MIA dan

membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

7. Bapak/Ibu Guru dan Karyawam SMA Negeri 3 Magelang yang telah turut

mendukung dan menerima penulis selama melaksanakan penelitian.

8. Siswa-siswi kelas X MIA SMA Negeri 3 Magelang yang telah bersedia

membantu penulis untuk menjadi subjek penelitian.

9. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika dan seluruh staf

sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Sanata Dharma.

10.Orang tua, kakak dan adik yang selalu memberikan doa, cinta, kasih,

perhatian, dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Cornelius Sepnuwiyadi teman seperjuangan dalam meraih gelar Sarjana

Pendidikan yang selalu memberikan doa, perhatian, bantuan, saran,

semangat dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Totok Victor Didik Saputro, Rosalia Widi Lestari dan Rosa Agustina A.R

yang selalu menjadi teman, sahabat tempat curhat dan menggalau bersama

serta menjadi penghibur bagi penulis.

13.Veni Setyarini yang selalu bersedia meluangkan waktu dan tenaga bagi

(13)

xi

14.Sahabat/Saudari yang kukasihi Tina dan Intan yang selalu mendoakan,

memberikan semangat, hiburan, perhatian, dan dukungan kepada penulis.

15.Sahabat yang kukasihi Cah Embuh Totok, Bang Egi, Sepnu, Ocha, Cicil,

dan Adhi yang selalu memberikan doa, semangat, hiburan, bantuan, dan

perhatian kepada penulis.

16.Sahabat yang kusayangi Veni, Bella, Wulan, dan Patris yang memberikan

doa, semangat, hiburan, perhatian dan dukungan kepada penulis.

17.Teman-teman kos flamboyan Widi, Fani, Jeje, Lia dan Susan yang selalu

memberikan doa, semangat, hiburan, menjadi teman seperjuangan, dan

dukungan kepada penulis.

18.Teman-teman Mitra Perpustakaan yang selalu menjadi penghibur dalam

melaksanakan tugas perpustakaan, memberikan semangat dan perhatian

kepada penulis.

19.Semua pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang

telah mendukung dan membantu penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

berbagai pihak guna perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi perkembangan pendidikan dan pembacanya.

(14)

xii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

H. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

(15)

xiii

B. Pengertian Belajar dan Pembelajaran... 13

1. Belajar ... 13

2. Pembelajaran ... 14

C. Kesulitan Belajar ... 15

1. Pengertian ... 15

2. Patokan Gejala Kesulitan Belajar ... 16

3. Jenis-jenis atau macam-macam Kesulitan Belajar ... 17

4. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar ... 24

D. Kesulitan Belajar Matematika ... 26

1. Pengertian ... 26

2. Karakteristik Kesulitan Belajar Matematika ... 26

1. Identitas Pythagoras ... 31

3. Kesalahan-kesalahan Umum yang Dilakukan oleh Anak Berkesulitan Belajar Matematika ... 32

E. Diagnosis Kesulitan Belajar ... 36

1. Pengertian ... 36

2. Langah-langkah Diagnosis ... 36

F. Trigonometri ... 40

1. Fungsi-fungsi Kosinus, Sinus, dan Tangen ... 40

2. Grafik Fungsi Sinus, Cosinus, dan Tangen ... 42

3. Identitas Fungsi Genap dan Ganjil ... 43

4. Sudut-sudut berelasi ... 43

G. Kerangka Berpikir ... 45

BAB III METODE PENELITIAN... 47

A. Jenis Penelitian ... 47

B. Subjek Penelitian ... 47

C. Objek Penelitian ... 48

D. Waktu dan Tempat Penelitian ... 48

E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ... 48

1. Metode Pengumpulan Data ... 48

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 51

(16)

xiv

1. Reduksi Data ... 57

2. Data Display (Penyajian Data) ... 57

3. Verification (Verifkasi) ... 57

G. Validitas dan Reliabilitas ... 58

1. Uji Validitas ... 58

2. Uji Reliabilitas ... 62

3. Pengujian Confirmability ... 64

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 64

1. Tahap Persiapan ... 64

2. Tahap Obervasi ... 65

3. Tahap Pengambilan Data ... 65

BAB IV PENGUMPULAN DATA, PENYAJIAN DATA, DAN ANALISIS DATA ... 66

A. Deskripsi Tempat Penelitian ... 66

1) Keadaan Sekolah ... 66

2) Keadaan Lingkungan ... 67

B. Hasil Ujicoba Instrumen ... 69

C. Pelaksanaan Pengumpulan Data atau Kegiatan Lapangan... 71

D. Penyajian Data Penelitian ... 73

1. Ujicoba Tes Diagnostik ... 73

2. Tes Diagnostik ... 75

3. Observasi Pembelajaran ... 82

4. Wawancara dengan Guru Bidang Studi ... 83

5. Wawancara dengan Subjek Penelitian... 85

E. Analisis Data dan Penyajian Hasil Analisis ... 91

1. Analisis Data ... 91

2. Penyajian Hasil Analisis ... 97

F. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 106

G. Keterbatasan Penelitian ... 114

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 116

A. Kesimpulan ... 116

(17)

xv

DAFTAR PUSTAKA ... 120

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Lembar Observasi ... 52

Tabel 3. 2 Kisi-kisi Soal Tes Diagnostik ... 54

Tabel 3. 3 Pedoman Wawancara ... 55

Tabel 3. 4 Pedoman Wawancara bagi Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar 56 Tabel 3. 5 Nilai Product Moment Pearson ... 59

Tabel 4. 1 Data Hasil Ujicoba Instrumen Tes Diagnostik ... 69

Tabel 4. 2 Pelaksanaan Penelitian ... 72

Tabel 4. 3 Hasil Tes Diagnostik Kelas X MIA 1 ... 75

Tabel 4. 4 Hasil Tes Diagnostik Kelas X MIA 3 ... 78

Tabel 4. 5 Hasil Tes Diagnostik Kelas X MIA 4 ... 80

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 8 Segitga siku-siku ... 31

Gambar 2. 1 Sudut di Kuadran I ... 40

Gambar 2. 2 Sudut di Kuadran II ... 40

Gambar 2. 3 Sudut di Kuadran III ... 40

Gambar 2. 4 Sudut di Kuadran IV ... 41

Gambar 2. 5 Grafik ... 42

Gambar 2. 6 Grafik ... 42

Gambar 2. 7 Grafik ... 42

Gambar 2. 9 Bagan Kerangka Berpikir ... 46

(20)

xviii DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4. 1 Proporsi Ketuntasan Belajar Kelas X MIA 2 ... 74

Diagram 4. 2 Proporsi Ketuntasan Belajar Kelas MIA 1 berdasarkan PAP ... 77

Diagram 4. 3 Proporsi Ketuntasan Belajar Kelas MIA 1 berdasarkan PAN ... 77

Diagram 4. 4 Proporsi Ketuntasan Belajar Kelas MIA 3 berdasarkan PAP ... 79

Diagram 4. 5 Proporsi Ketuntasan Belajar Kelas MIA 3 berdasarkan PAN ... 79

Diagram 4. 6 Proporsi Ketuntasan Belajar Kelas MIA 4 berdasarkan PAP ... 81

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu aspek penentu dalam kemajuan

suatu bangsa, terlebih bangsa Indonesia. Hakikat pendidikan sesungguhnya

adalah belajar (learning). Pendidikan bertumpu pada 4 (empat) pilar, yaitu;

(1) learning to know, (2) learning to do, (3) learning to live together, learning

to live with others, dan (4) learning to be (Aunurrahman, 2006). Keempat pilar pendidikan tersebut merupakan misi dan tanggung jawab yang harus

diemban oleh pendidikan.

Pendidikan Indonesia menempati peringkat 40 dari 42 negara pada

pemetaan Trends in International Mathematics and Science Studies (TIMSS)

tahun 2011 (Kemendikbud, 2014). Hasil pemetaan akses dan mutu

pendidikan pada tahun 2013 dan 2014, Indonesia menempati posisi 40 dari 40

negara pada pemetaan The Leading Curve-Pearson (Kemendikbud, 2014).

Rendahnya kualitas pendidikan Indonesia dipengaruhi oleh beberapa

permasalahan pendidikan Indonesia. Permasalahan pendidikan Indonesia

meliputi; kualitas guru, kurikulum, kualitas infrastruktur, kurangnya

pemerataan kesempatan pendidikan, dan mahalnya biaya pendidikan

(Kemendikbud, 2014). Salah satu hal yang menonjol rendahnya kualitas

pendidikan di Indonesia adalah kurangnya kompetensi guru dalam

(22)

potensi atau kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Tak jarang guru berusaha

memaksakan kehendaknya tanpa memperhatikan terlebih dahulu kebutuhan,

minat, potensi dan talenta yang dimiliki oleh siswa.

Di sisi lain, motivasi merupakan salah satu faktor penting yang harus

dimiliki oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran (Suyono &

Hariyanto, 2011). Motivasi dapat membantu mengarahkan perhatian dan

memengaruhi bagaimana informasi diproses (Schunk, 2012). Proses belajar

dan pembelajaran tidak dapat terlaksana dengan baik apabila siswa tidak

memiliki dorongan atau kemauan dalam belajar, dan guru sebagai fasilitator

belum mampu menumbuhkan atau menciptakan dorongan bagi siswa dalam

belajar. Dengan demikian dalam pencapaian tujuan dari proses pembelajaran

perlu adanya keterlibatan atau kerjasama antara guru dan siswa.

Suatu proses belajar dan pembelajaran dapat terjadi apabila adanya

pengalaman belajar baik itu dari siswa maupun guru. Pendidikan yang

optimal membutuhkan pengalaman yang menantang bagi si pembelajar

sehingga proses asimilasi dan akomodasi dapat menghasilkan pertumbuhan

intelektual. Untuk menciptakan jenis pengalaman ini, guru harus tahu level

fungsi struktur kognitif siswa. Piaget menyadari bahwa kemampuan untuk

mengasimilasi akan bervariasi dari satu anak ke anak lain dan bahwa materi

pendidikan harus disesuaikan dengan struktur kognitif anak (Hergenhahn &

(23)

Pertumbuhan intelektual atau kognitif siswa akan berubah, dan

memungkinkan perkembangan pengalaman terus-menerus melalui interaksi

dengan lingkungan meliputi lingkungan fisik maupun sosial. Lingkungan

fisik merupakan hasil konstruksi dari struktur kognitif siswa. Struktur kognitif

yang tersedia bagi setiap siswa dalam tindakan cerdas selalu cenderung

mencipatakan keseimbangan antara organisme dengan lingkungannya dalam

situasi saat itu (Hergenhahn & Olson, 2010).

Dalam menciptakan keseimbangan antara organisme dengan

lingkungannya bukanlah hal yang mudah. Kondisi tersebut bisa dikatakan

sebagai kondisi belajar. Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat

mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Menurut Gagne, kondisi belajar

yang efektif dikategorikan dalam lima hal yaitu, keterampilan intektual,

informasi verbal, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motorik. Kondisi

belajar belum sepenuhnya dapat dilaksanakan oleh seseorang dalam proses

belajar. Melihat realita yang terjadi suatu kondisi belajar tidak dapat berjalan

mulus atau lancar, tentunya menghadapi kendala atau masalah.

Sebuah masalah adalah pertanyaan, tugas, skenario, insiden, atau

fenomena yang membutuhkan resolusi kognitif dalam hal pengetahuan,

keterampilan atau sikap (EE & Tan, 2009). Sumber munculnya masalah

masalah dari berbagai situasi, yaitu; 1) dari kesulitan yang dihadapi (dialami)

oleh seseorang, 2) dari keinginan untuk mengembangkan diri atau

(24)

ingin tahu (keingintahuan, curiosity, rasa „penasaran‟ seseorang terhadap

sesuatu hal).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti ketika

melaksanakan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA

Negeri 1 Sewon Bantul peneliti menemukan masalah pada proses belajar.

Masalah yang sering muncul dalam proses belajar adalah kesulitan-kesulitan

siswa menangkap suatu materi pembelajaran. Kesulitan-kesulitan tersebut

yaitu; (1) siswa kesulitan dalam memahami konsep atau rumus Trigonometri,

(2) siswa kesulitan dalam membuktikan rumus-rumus Trigonometri (3) siswa

kesulitan menggunakan konsep atau rumus yang telah dipelajari dalam

menyelesaikan masalah.

Berdasarkan hasil observasi ini peneliti menyimpulkan bahwa perlu

diadakannya diagnosis kesulitan belajar pada pokok bahasan Trignometri.

Diagnosis kesulitan belajar dilakukan secara sistematis dan terarah sehingga

membantu guru dalam menyelesaikan masalah kesulitan belajar.

Langkah-langkah yang dilakukan guru adalah mengidentifikasi adanya masalah belajar,

menelaah atau menetapkan status siswa, memperkirakan sebab terjadinya

masalah belajar.

Selain itu, berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan

peneliti pada saat melaksanakan PPL, peneliti menemukan siswa yang

mengalami kesulitan belajar. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa

(25)

dipelajari tersebut bermanfaat bagi kehidupan siswa dimasa mendatang.

Siswa terkadang masih belum menyadari bahwa materi pelajaran terkhusus

matematika sering siswa jumpai di kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat dari

kehidupan manusia tidak terlepas dari namanya angka. Angka memudahkan

manusia untuk digunakan baik dalam mengolah data maupun menentukan

hasil.

Di sisi lain, para siswa juga memiliki cita-cita ingin menjadi seorang

insinyur, arsitek, ahli geodesi, astronomi, ilmu ukur (teknik sipil), membuat

pesawat, membuat kapal selam, dan oseanografi. Bidang-bidang yang ingin

ditekuni oleh siswa merupakan bidang-bidang yang mengimplementasikan

konsep-konseo Trigonometri dalalam kajiannya.

Penulis dalam melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL)

menjumpai siswa baik kelas X, XI maupun XII mengalami kesulitan terhadap

Trigonometri. Siswa merasa materi yang dipelajari terlalu banyak dan siswa

merasa bahwa hal tersebut tidak bermanfaat bagi siswa. Siswa beranggapan

bahwa mereka bisa hidup tanpa mempelajari Trigonometri.

Berdasarkan pengalaman saat melaksanakan PPL peneliti ingin

melihat apakah kesulitan belajar yang terjadi di SMA Negeri 1 Sewon juga

terjadi di SMA Negeri 3 Magelang. Oleh karena itu, peneliti memiliki

keinginan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi oleh

(26)

dapat mendiagnosis kesulitan belajar siswa kelas X MIA SMA Negeri 3

Magelang pada pokok bahasan Trigonometri.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang melatar belakangi adanya permasalahan yang

terjadi dan berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, maka dapat di

identifikasi masalah-masalah yang muncul sebagai berikut:

1. Siswa masih melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal

pada pokok bahasan Trigonometri.

2. Beberapa siswa masih merasa kesulitan dalam mengerjakan soal-soal

pada pokok bahasan Trigonometri.

3. Siswa masih kurang dalam mengerjakan latihan soal.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian singkat yang terjadi dan berdasarkan observasi yang

dilakukan oleh peneliti, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan siswa kelas X MIA

(Matematika dan Ilmu Alam) SMA Negeri 3 Magelang dalam pokok

bahasan Trigonometri?

2. Apa saja jenis-jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa kelas X

(27)

3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswa kelas X MIA SMA

Negeri 3 Magelang mengalami kesulitan belajar?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan:

1. Mendeskripsikan kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan siswa kelas

X MIA SMA Negeri 3 Magelang dalam pokok bahasan Trigonometri.

2. Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas X

MIA SMA Negeri 3 Magelang.

3. Mendeskripsikan jenis-jenis kesulitan belajar yang dihadapi siswa kelas X

SMA Negeri 3 Magelang.

E. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada mengidentifikasi,

melokalisasi, faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas X MIA SMA

Negeri 3 Magelang pada pokok bahasan Trigonometri pada Kompetensi Dasar

sebagai berikut:

1. Menjelaskan rasio Trigonometri (sinus, cosinus, tangen, cosecan,

secan, dan cotangen) pada segitiga siku-siku.

2. Mengeneralisasikan rasio Trigonometri untuk sudut-sudut di

(28)

3. Menyelesaikan masalah matematika yang berkaitan dengan rasio

Trigonometri (sinus, cosinus, tangen, cosecan, secan, dan cotangen)

pada segitiga siku-siku.

4. Menyelesaikan masalah kontekstual barkaitan dengan rasio

Trigonometri untuk sudut di berbagai kuadran dan

sudut-sudut berelasi, yang kemudian peneliti dapat mendiagnosis

kesulitan belajar.

F. Penjelasan Istilah

1. Belajar

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu

terhadap lingkungannya melalui latihan atau pengalaman untuk mencapai

hasil belajar yaitu, suatu bentuk perubahan perilaku berupa kecakapan,

sikap, kebiasaan, kepribadian, atau suatu pengertian.

2. Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar adalah suatu keadaan atau situasi dimana

seseorang mengalami hambatan atau ketidakmampuan baik dalam hal

sosial, psikologis, ataupun fisiologis.

3. Diagnosis

Diagnosis adalah suatu usaha atau cara untuk mengidentifikasi,

melokalisasi jenis-jenis, penyebab, sifat-sifat dari kesulitan belajar siswa,

serta menetapkan kemungkinan-kemungkinan mengatasi baik secara

(29)

G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,

pengetahuan, pengalaman dan bekal bagi peneliti dalam mendiagnosis

kesulitan belajar saat peneliti memasuki dunia kerja sebagai pendidik.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

dan sumber data dalam perbaikan dan pengambilan tindakan untuk

selanjutnya di dalam dunia pendidikan.

3. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat melatih siswa untuk

mengembangkan motivasi, minat belajar dan keterampilan dalam

matematika.

H. Sistematika Penulisan

1. Bagian Awal Skripsi

Bagian awal penelitian skripsi ini memuat beberapa halaman yang

terdiri dari halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan,

(30)

abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan

daftar diagram.

2. Bagian Inti

Bagian inti merupakan bagian pokok dalam skripsi yang terdiri dari

lima bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, identifikasi masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah,

penjelasan istilah, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Landasan teori ini akan membahas teori yang melandasi

permasalah skripsi serta penjelasan yang merupakan

landasan teoritis yang diharapkan dalam skripsi. Bab ini

memuat pengertian matematika, pengertian balajar dan

pembelajaran, kesulitan belajar, kesulitan belajar

matematika, diagnosis kesulitan belajar, dan trigonometri.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini mengemukakan metode penelitian yang memuat

jenis penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, waktu

dan tempat penelitian, metode dan instrumen pengumpulan

(31)

pelaksanaan penelitian, dan penjadwalan waktu

pelaksanaan penelitian.

BAB IV PENGUMPULAN DATA, PENYAJIAN DATA, DAN

ANALISIS DATA

Bab ini memuat analisis konteks siswa, hasil ujicoba

insturmen, pelaksanaan pengumpulan data atau kegiatan

lapangan, penyajian data, analisis dan penyajian hasil

analisis, pembahasan hasil analisis data, dan keterbatasan

penelitian.

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memuat kesimpulan dan saran.

3. Bagian Akhir Skripsi

Pada bagian akhir skripsi ini memuat daftar pustaka yang digunakan

sebagai acuan dan lampiran-lampiran yang melengkapi uraian bagian

(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Matematika

Istilah matematika berasal dari istilah Latin yaitu Mathematica yang

awalnya mengambil istilah Yunani yaitu Mathematike yang berarti relating to

learning yang berkaitan dengan hubungan pengetahuan. Kata Yunani tersebut mempunyai akar kata Mathema yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu

atau pengetahuan (knowledge) yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti

teknisnya menjadi pengkajian matematika (Haryono, 2014). Menurut Ibnu

Kaldun matematika merupakan bagian dari keempat macam ilmu

pengetahuan yang dikemukakan oleh beliau, diantaranya ilmu logika (ilmu

manthiq), ilmu alam yang objek kajiannya meliputi benda-benda yang dapat diindera oleh manusia yang berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan, barang

tambang beserta apa saja yang ada dalam alam ini, selanjutnya ilmu

metafisika, dan terakhir ilmu matematika (Haryono, 2014). Menurut Reys

dkk., mengatakan bahwa matematika adalah studi tentang pola dan hubungan,

cara berpikir dengan strategi organisasi, analisis dan sintesis, seni, bahasa,

dan alat untuk memecahkan masalah-masalah abstrak dan praktis (Runtukahu

& Kandou, 2014). Lerner mengemukakan bahwa matematika di samping

sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang

memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengomunikasikan ide

(33)

Berdasarkan uraian diatas matematika adalah salah satu bagian ilmu

pengetahuan yang mengkaji tentang hubungan-hubungan bilangan, geometri

berdasarkan pada logika. Matematika secara implisit merupakan ilmu

pengetahuan, cara berpikir, analisis dan sintesis, seni, bahasa, dan alat untuk

mempelajari tentang alam sekitar untuk dimodelkan sehingga dapat

diselesaikan dengan menggunakan logika.

B. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

1. Belajar

Menurut H.C. Witherington belajar adalah suatu perubahan di

dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari

reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian, atau suatu

pengertian (Aunurrahman, 2006). Menurut James O. Whittaker belajar

adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui

latihan atau pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagi hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam

interaksi dengan lingkungannya (Aunurrahman, 2006). Skinner

berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian

tingkah laku) yang berlangsung secara progresif (Syah, 2008). Belajar

adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,

meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan

(34)

Gagne belajar didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu

organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Susanto,

2013).

Berdasarkan uraian singkat di atas, belajar adalah suatu proses

perubahan tingkah laku individu terhadap lingkungannya melalui latihan

atau pengalaman untuk mencapai hasil belajar yaitu, suatu bentuk

perubahan perilaku berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian,

atau suatu pengertian. Misalnya, seorang anak usia berusia 7 tahun sudah

dapat membilang tetapi belum dapat menuliskan suatu bilangan yang

dimaksudkan. Pada awalnya ia hanya melihat representasi dari bilangan

yang dimaksudkan, lama-kelamaan berdasarkan latihan dan pengalaman

berulang-ulang, lambat laun ia menguasai dan dapat menuliskan bilangan

yang dimaksudkan dengan tepat.

2. Pembelajaran

Menurut Gagne pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang

dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa

(Rusmono, 2012). Menurut Kemp pembelajaran merupakan proses yang

kompleks, yang terdiri atas fungsi dan bagian-bagian yang saling

berhubungan satu sama lain serta diselenggarakan secara logis untuk

mencapai keberhasilan belajar (Rusmono, 2012). Menurut Smith dan

Regan pembelajaran merupakan aktivitas penyampaian informasi dalam

membantu siswa mencapai tujuan, khususnya tujuan-tujuan belajar,

(35)

perubahan yang bertahan lama dalam perilaku, atau dalam kapasitas

berperilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari praktik atau

bentuk-bentuk pengalaman lainnya (Schunk, 2012). Menurut Corey

pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara

sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku

tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon

terhadap situasi tertentu (Sagala, 2003).

Berdasarkan uraian singkat diatas, pembelajaran adalah suatu

aktivitas yang bertujuan membantu proses belajar, yang berisi

serangkaian kegiatan yang dirancang, disusun secara logis untuk

mencapai tujuan belajar. Rangkaian kegiatan tersebut berupaya untuk

mengubah siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu,

menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Pembelajaran yang baik

adalah siswa mengalami proses belajar dalam dirinya sendiri. Belajar

dapat saja terjadi tanpa pembelajaran, akan tetapi belajar dengan

pembelajaran hasilnya akan tampak jelas dengan aktivitas pembelajaran.

C. Kesulitan Belajar

1. Pengertian

Pada umumnya “kesulitan” merupakan suatu kondisi tertentu yang

ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai

(36)

mengatasi. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam

suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu

untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan ini mungkin disadari

oleh orang yang mengalaminya, dan dapat bersifat sosiologis, psikologis

ataupun fisiologis dalam keseluruhan belajarnya (Mulyadi, 2010). The

Learning Disabilities Association of Canada mendefinisikan kesulitan belajar

mengacu pada sejumlah gangguan yang dapat mempengaruhi perolehan,

organisasi, retensi, pemahaman atau penggunaan informasi verbal atau

nonverbal. Kelainan ini mempengaruhi pembelajaran pada individu yang

sebaliknya menunjukkan kemampuan paling tidak rata-rata yang penting

untuk pemikiran dan/atau penalaran. Dengan demikian, ketidakmampuan

belajar berbeda dari kekurangan intelektual global (Jamaris, 2014).

Berdasarkan uraian singkat tersebut dapat disimpulkan kesulitan

belajar adalah suatu keadaan atau situasi dimana seseorang mengalami

hambatan atau ketidakmampuan baik dalam hal sosial, psikologis,

ataupun fisiologis.

2. Patokan Gejala Kesulitan Belajar

Menurut Mulyadi (2010) untuk menandai individu yang

mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan suatu patokan untuk

menetapkan gejala kesulitan belajar itu sendiri. Dengan patokan (kriteria)

ini akan dapat ditentukan batas di mana individu dapat diperkirakan

(37)

Kemajuan belajar individu dapat dilihat dari segi tujuan yang

harus dicapai, tingkat pencapaian hasil belajar dibandingkan potensinya,

kedudukannya dalam kelompok yang memiliki potensi yang sama dan

dapat diihat dari kepribadiannya. Berdasarkan hal ini patokan kesulitan

belajar dapat ditentukan seperti di bawah ini:

a. Tingkat pencapaian tujuan

b. Perbandingan antara potensi dengan prestasi

c. Kedudukan dalam kelompok

d. Tingkah laku yang nampak

3. Jenis-jenis atau macam-macam Kesulitan Belajar

Klasifikasi kesulitan belajar dalam pengertian yang lebih luas dan

dalam adalah sebagai berikut:

a. Learning Disorder (Gangguan Belajar)

Gangguan belajar adalah keadaan dimana proses belajar

seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.

Pada dasarnya orang yang mengalami gangguan belajar, prestasi

belajarnya tidak terganggu, akan tetapi proses belajarnya

terganggu atau terhambat oleh adanya respon-respons yang

bertentangan dengan demikian hasil belajar yang dicapai akan

lebih rendah dari potensi yang dimiliki (Mulyadi, 2010). Pada

kasus ini misalnya, seorang siswa memiliki prestasi yang baik

dalam kelas yaitu nilai selalu diatas KKM. Ketergantungan belajar

(38)

selama siswa tersebut belajar, ia belum dapat belajar secara efektif

dan efisien tetapi selama belajar ia melakukan kegiatan lain

semisal, bermain handphone, membaca buku lain, belajar sambil

menonton, dan lain sebagainya. Sebenarnya, ia dapat memiliki

prestasi yang lebih baik lagi akan tetapi terhambat dengan

kegiatan lain saat belajar.

b. Learning Disabilities (Ketidakmampuan Belajar)

Ketidakmampuan belajar adalah ketidakmampuan

seseorang murid yang mengacu kepada gejala di mana murid tidak

mampu belajar (menghindari belajar), sehingga hasil belajarnya

dibawah potensi intelektualnya (Mulyadi, 2010). Hal ini dapat

terjadi pada beberapa siswa, ia cenderung malas untuk belajar

karena merasa belajar itu membosankan dan menjemukan. Siswa

yang mengalami ketidakmampuan belajar cenderung memiliki

motivasi yang rendah dalam belajar, dan menganggap belajar

sebagai hal yang belum menjadi prioritas.

c. Learning Disfunction (Ketidakfungsian Belajar)

Menunjukkan gejala di mana proses belajar tidak berfungsi

dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda

subnormalitas mental, gangguan alat dria atau gangguan-gangguan

psikologis lainnya (Mulyadi, 2010).

(39)

Pencapaian rendah adalah mengacu kepada murid-murid

yang memiliki tingkat potensi intelektual di atas normal, tetapi

prestasi belajarnya tergolong rendah (Mulyadi, 2010). Prestasi

belajar yang dimaksudkan adalah hasil belajar. Hasil belajar yang

rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti yang

dikemukakan oleh Johan B. Caroll (Entang, 1984) faktor-faktor

tersebut adalah:

a. Waktu yang tersedia

b. Usaha individu

c. Bakat

d. Kualitas pengajaran

e. Kemampuan untuk mengikuti pengajaran

e. Slow Learner (Lambat Belajar)

Lambat belajar adalah murid yang lambat dalam proses

belajarnya sehingga membutuhkan waktu dibandingkan dengan

murid-murid yang lain yang memiliki taraf potensi intelektual

yang sama (Mulyadi, 2010).

Jenis-jenis kesulitan belajar digolongkan dalam dua golongan

yaitu kesulitan belajar umum dan kesulitan belajar khusus. Jenis-jenis

kesulitan belajar tersebut sebagai berikut:

a. Kesulitan Belajar Umum

1) Ranah Kognitif

(40)

3) Ranah Psikomotorik

a) Gangguan Penglihatan

b) Gangguan Pendengaran (Mulyadi, 2010)

b. Kesulitan Belajar Khusus

Public law (Hallahan & Kauffman, 1978) menjelaskan kesulitan belajar khusus yaitu “Sebagai gangguan pada suatu

proses pada psikologis dasar atau yang lebih terlihat didalam

penggunaan Bahasa lisan dan tulis dangan wujud, seperti tidak

kesempurnaan mendengar, memikirkan, membicarakan, membaca,

menulis, mengucapkan atau melakukan perhitungan matematis”.

Menurut Krik dan Gallagher kesulitan belajar khusus dapat

dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu kesulitan belajar pra

akademik dan kesulitan belajar akademik.

1) Kesulitan Belajar Pra Akademik

a) Gangguan Motorik dan Persepsi

Gangguan perkembangan motorik sering

diperlihatkan dalam bentuk adanya gerakan melimpah

(overflow movements), kurang koordinasi dalam aktivitas

motorik, kesulitan dalam koordinasi motorik (fine-motor),

kurang dalam penghayatan tubuh (body-image),

kekurangan pemahaman dalam hubungan keruangan atau

arah dan bingung lateralitas (confused laterality)

(41)

Menurut Lerner persepsi adalah batasan yang

digunakan pada proses memahami dan mengintepretasikan

informasi sensoris, atau kemampuan intelek untuk

mencarikan makna dari data yang diterima oleh sebagian

indera (Abdurrahman, 2009).

b) Kesulitan Belajar Kognitif

Kesulitan belajar kognitif adalah salah satu bentuk

kesulitan belajar yang bersifat perkembangan

(developmental learning) atau kesulitan belajar preakademik (preacademic learning disabilities). Kesulitan belajar jenis ini perlu mendapat perhatian karena

sebagaian besar dari belajar akademik terkait dangan ranah

kognitif (Abdurrahman, 2009).

c) Gangguan Perkembangan Bahasa

Menurut Lerner bahasa merupakan salah satu

kemampuan terpenting manusia yang memungkinkan ia

unggul atas makhluk-makhluk lain di muka bumi. Bahasa

merupakan suatu sistem komunikasi yang terintegrasi,

mencakup bahasa ujaran, membaca, dan menulis

(Abdurrahman, 2009). Gangguan kesulitan belajar bahasa

dapat dikatakan sebagai kesulitan belajar siswa dalam

berkomunikasi bagi dengan diri sendiri maupun dengan

(42)

2) Kesulitan Belajar Akademik

Kesulitan belajar akademik merupakan kondisi-kondisi ysng

secara signifikan terdapat pada proses belajar (1) membaca;

(2) menulis; (3) matematika (Runtukahu & Kandou, 2014).

Ketidakmampuan tersebut terdapat pada anak-anak yang

belajar di sekolah dengan pencapaian hasil belajar di bawah

kemampuan akademik yang sebenarnya.

a) Kesulitan Belajar Membaca (Disleksia)

Bond mengemukakan bahwa membaca merupakan

pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan

stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa

yang dibaca, untuk membangun suatu pengertian melalui

pengalaman yang telah dimiliki (Abdurrahman, 2009).

Snowling mendefinisikan disleksia adalah gangguan

kemampuan dan kesulitan yang memberikan efek terhadap

proses belajar, diantaranya adalah gangguan dalam proses

membaca, mengucapkan, menulis dan terkadang sulit

untuk memberikan kode (pengkodean) angka ataupun

huruf (Mulyadi, 2010). Dengan demikian dapat

disimpulkan kesulitan belajar membaca adalah suatu

kondisi dimana seseorang mengalami ketidakmampuan

dalam membaca terhadap proses belajar sehingga hasil

(43)

b) Kesulitan Belajar Menulis (Disgrafia)

Menurut Abdurrahman (2009:224) menulis adalah;

i. menulis merupakan salah satu komponen sistem

komunikasi,

ii. menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan,

dan ide-ide ke dalam bentuk lambing-lambang

bahasa grafis, dan

iii. menulis dilakukan untuk keperluan mencatat dan

komunikasi.

Kesulitan belajar menulis menunjuk pada adanya

ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf atau

simbol-simbol matematika. Disgrafia sering dikaitkan

dengan kesulitan belajar membaca atau disleksia karena

kedua jenis kesulitan tersebut sesungguhnya saling terkait

(Abdurrahman, 2009).

Dengan demikian dapat disimpulkan kesulitan

belajar menulis sebagai suatu keadaaan dimana seseorang

mengalami hambatan dalam menulis selama proses belajar,

dalam mencapai hasil belajar.

c) Kesulitan Belajar Berhitung (Diskalkulia)

Gangguan matematika adalah suatu

(44)

diharapkan untuk kapasitas intelektual dan tingkat

pendidikan seseorang (Mulyadi, 2010).

4. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Menurut Muhibbin Syah (2008) secara garis besar, faktor-faktor

penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam yakni:

a. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang mucul

dari dalam diri siswa. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau

kekurang mampuan psiko-fisik, yakni;

1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya

kapasitas intelektual/intelegensi siswa.

2) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya

emosi dan sikap.

3) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti

terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata

dan telinga).

b. Faktor ekstern siswa yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang

dari luar diri siswa. Faktor ekstern siswa meliputi situasi dan kondisi

lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa.

Faktor lingkungan meliputi:

1) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan

antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi

(45)

2) Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah

perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer

group) yang nakal.

3) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung

sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat

belajar berkualitas rendah.

Selain faktor yang bersifat umum di atas, ada pula

faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa dikenal

sebagai faktor khusus meliputi: disleksia, disgrafia, dan diskalkulia.

(Syah, 2008)

Krik dan Gallagher mengemukakan empat faktor penyebab

kesulitan belajar sebagai berikut (Runtukahu & Kandou, 2014):

a. Faktor kondisi fisik. Kondisi fisik yang tidak menunjang anak

belajar, termasuk kurang penglihatan dan pendengaran, kurang

dalam orientasi, dan terlalu aktif.

b. Faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang tidak menunjang anak

dalam belajar, antara lain keadaan keluarga, masyarakat, dan

pengajaran di sekolah yang tidak memadai. Kondisi lingkungan

yang mengganggu proses psikologis, misalnya kurang perhatian

dalam belajar yang menyebabkan anak sulit dalam belajar.

c. Faktor motivasi dan sikap. Kurang motivasi belajar dapat

menyebabkan anak kurang percaya diri dan menimbulkan

(46)

d. Faktor psikologis. Kurang persepsi, ketidakmampuan kognitif, dan

lambat dalam bahasa, semuanya dapat menyebabkan terjadinya

kesulitan dalam bidang akademik.

D. Kesulitan Belajar Matematika

1. Pengertian

Kesulitan belajar Matematika disebut juga diskalkulia

(dyscalculis). Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis, yang

memandang adanya keterkaitan dengan gangguan sistem saraf pusat.

Kesulitan belajar matematika yang berat oleh Krik disebut akalkulia

(acalculia) (Abdurrahman, 2009). Gangguan matematika adalah suatu

ketidakmampuan dalam keterampilan matematika yang diharapkan untuk

kapasitas intelektual dan tingkat pendidikan seseorang (Mulyadi, 2010).

Berdasarkan uraian di atas kesulitan belajar matematika sebagai

suatu ketidakmampuan seseorang dalam keterampilan matematika

terhadap proses belajar sehingga hasil belajar belum dapat tercapai.

2. Karakteristik Kesulitan Belajar Matematika

Menurut Lerner dalam Mulyadi (2010) ada beberapa karakteristik

anak berkesulitan belajar matematika, yaitu

a. Adanya gangguan dalam hubungan keruangan

Konsep hubungan keruangan seperti depan-belakang,

puncak-dasar, atas-bawah, tinggi-rendah, awal-akhir dan jauh dekat

(47)

SD. Anak-anak telah memperoleh pemahaman tentang berbagai

konsep hubungan keruangan tersebut dari pengalaman mereka dalam

berkomunikasi denan lingkungan sosial mereka atau melalui berbagai

permainan.

Tetapi sayanganya, anak berkesulitan belajar sering megalami

kesulitan dalam berkomunikasi dan lingkungan sosial juga sering

tidak mendukung terselenggaranya suatu situasi yang kondusif bagi

terjadinya komunikasi antar mereka. Adanya kondisi ekstinsik

beberapa lingkungan sosial yang tidak menunjang terselenggaranya

komunikasi dan kondisi instrinsik yang diduga karena disfungsi otak

dapat menyebabkan anak mengalami ganguan dalam memahami

konsep-konsep hubungan keruangan dapat mengganggu pemahaman

anak tentang sistem bilangan atau penggaris dan mungkin anak juga

tidak tahu bahwa angka 3 lebih dekat ke angka 4, konsep dasar

tersebut adalah: (1) konsep keruangan, (2) konsep waktu, (3) konsep

kuantitas, (4) konsep serbaneka.

b. Abnormalitas persepsi visual

Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami

kesulitan untuk melihat berbagai objek dalam hubungannya dengan

kelompok atau set. Kesulitan semacam itu merupakan salah satu

gejala adanya abnormalitas persepsi visual. Anak yang mengalami

keabnormalitas persepsi visual akan mengalami kesulitan bila mereka

(48)

masing-masing terdiri dari lima dan empat anggota. Anak semacam itu

mungkin akan menghitung satu-persatu anggota tiap kelompok lebih

dahulu sebelum menjumlahkannya.

Anak yang memiliki abnormalitas persepsi visual juga sering

tidak mampu membedakan bentuk-bentuk geometri. Suatu bentuk

bujur sangkar mungkin dilihat oleh anak sebagai empat garis yang

tidak saling terkait, mungkin sebagai segi enam, dan bahkan mungkin

tampak sebagai lingkaran. Adanya abnormalitas persepsi visual

semacam itu tentu saja dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar

matematika, terutama dalam memahami berbagai simbol.

c. Asosiasi visual-motor

Anak berkesulitan belajar matematika sering tidak dapat

menghitung benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan

bilangannya, “satu, dua, tiga, empat, lima, enam” anak mungkin baru

memegang benda yang keempat tetapi telah mengucapkan “enam”

atau sebaliknya. Anak-anak semacam ini dapat memberikan kesan

mereka hanya menghafal bilangan tanpa memahami maknanya.

d. Perseverasi

Ada anak yang perhatiannya melekat pada suatu objek saja

dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan perhatian semacam

itu disebut perseverasi. Anak demikian mungkin mulanya dapat

mengerjakan tugas dengan baik, tetapi lama-kelamaan perhatiannya

(49)

Angka 8 diulang beberapa kali tanpa memperhatikan

kaitannya dengan soal matematika yang dihadapi.

e. Kesulitan mengenal dan memahami simbol

Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami

kesulitan dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol

matematika seperti dan sebagainya. Kesulitan semacam

ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan memori tetapi juga dapat

disebabkan oleh adanya gangguan persepsi visual.

f. Gangguan penghayatan tubuh

Anak berkesulitan belajar matematika sering memperlihatkan

adanya gangguan penghayatan tubuh (body image). Anak demikian

merasa sulit untuk memahami hubungan bagian-bagian dari tubuhnya

sendiri. Jika anak diminta untuuk menggambarkan dengan

bagian-bagian tubuh yang tidak lengkap atau menempatkan bagian-bagian tubuh

pada posisi yang salah. Misalnya, tangan diletakkan di kepala, leher

(50)

g. Kesulitan dalam bahasa dan membaca

Matematika itu sendiri pada hakikatnya adalah simbolis. Oleh

karena itu, kesulitan dalam Bahasa dapat berpengaruh terhadap

kemampuan anak di bidang matematika. Soal matemtika yang

berbentuk cerita menuntut kemampuan membaca untuk

memecahkannya. Oleh karena itu, anak yang mengalami kesulitaan

membaca akan mengalami kesulitan pula dalam memecahkan soal

matematika yang berbentuk cerita tertulis.

h. Performa IQ jauh lebih rendah daripada skor Verbal IQ

Hasil tes intelegensi dengan menggunakan WISC (Wechler

Intelligence Scale for Childern) menunjukkan bahwa anak berkesulitan belajar matematika memiliki skor PIQ (Performance

Intelligence Quotient) yang jauh lebih rendah daripada skor VIQ (Verbal Intelligence Quotient). Tes intelegensi ini memiliki dua

subtes, tes verbal dan tes kinerja (performance). Subtes verbal

mencakup: (1) informasi, (2) persamaan, (3) aritmatika, (4)

pembendaharaan kata, (5) pemahaman. Subtes kinerja mencakup (1)

melengkapi gambar, (2) menyusun gambar, (3) menyusun balok, (4)

menyusun objek, (5) coding.

Rendahnya skor PIQ pada anak berkesulitan belajar

matematika tampaknya terkait dengan kesulitan memahami konsep

keruangan, gangguan persepsi visual, adanya gangguan asosisasi

(51)

1. Identitas Pythagoras

Gambar 2. 1 Segitga siku-siku a.

Pembuktian:

terbukti

Analog sehingga diperoleh

b.

(52)

3. Kesalahan-kesalahan Umum yang Dilakukan oleh Anak

Berkesulitan Belajar Matematika

Menurut Lerner dalam Mulyadi (2010) ada beberapa kekeliruan

umum yang dilakukan oleh anak berkesulitan belajar matematika adalah

kekurangan pemahaman tentang

a. Simbol

Siswa pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami

simbol-simbol dalam matematika seperti

, dan sebagainya.

b. Nilai tempat

Siswa pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami

nilai tempat suatu bilangan, semisal satuan, puluhan, ratusan dan lain

sebagainya.

c. Penggunaan proses yang keliru

Kesulitan belajar dalam penggunaan proses yang keliru yang

dimaksudkan adalah siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan

matematika keliru dalam menggunakan konsep atau aturan

matematika sehingga proses yang dilakukan tidak mencapai hasil

yang benar dan tepat.

d. Perhitungan

Siswa pada umumnya mengalami kesulitan dalam

menghitung suatu bilangan, baik dalam penjumlahan, pengurangan,

(53)

e. Tulisan yang tidak terbaca

Keadaan ini biasa terjadi saat siswa tidak mampu membaca

tulisan tangannya sendiri sehingga siswa mengalami kekeliruan

dalam proses belajar.

Menurut Hadar, dkk. (Putri, 2016) mengklasifikasikan kesalahan

sebagai berikut

a. Kesalahan data

Kesalahan ini meliputi kesalahan yang dapat dihubungkan dengan

ketidaksesuaian antara data yang diketahui dengan data yang dikutip

oleh siswa dalam merangkum kesalahan-kesalahan berikut:

1. Menambah data yang tidak ada hubungannya dengan soal.

2. Mengabaikan data penting yang diberikan.

3. Menguraikan syarat-syarat yang sebenarnya tidak dibutuhkan

dalam masalah.

4. Mengartikan informasi tidak sesuai dengan teks yang

sebenarnya.

5. Mengganti syarat yang ditentukan dengan informasi lain yang

tidak sesuai.

6. Menggunakan nilai suatu variabel untuk variabel lain.

7. Salah menyalin soal

b. Kesalahan mengintepratasikan bahasa

(54)

1. Mengubah bahasa sehari-hari ke bentuk persamaan matematika

dengan arti yang berbeda.

2. Menuliskan simbol dari suatu konsep dengan simbol lain yang

artinya berbeda.

3. Salah mengartikan grafik.

c. Kesalahan menggunakan logika untuk menarik kesimpulan.

Kategori ini meliputi kesalahan-kesalahan dalam menarik

kesimpulan di suatu in

d. Kesalahan menggunakan definisi atau teorema

Kesalahan ini merupakan penyimpangan dari prinsip, aturan,

taorema, atau definisi yang pokok dan khas.

e. Penyelesaian tidak diperiksa kembali

Kesalahan ini terjadi jika setiap langkah yang ditempuh oleh siswa

benar tetapi hasil akhir yang diberikan bukan penyelesaian dari soal

yang dikerjakan.

f. Kesalahan teknis

Kategori ini meliputi kesalahan perhitungan (missal ,

kesalahan penggalian data dai tabel, kesalahan dalam memanipulasi

simbol aljabar dasar, dan kesalahan lainnya dalam membuat

algoritma biasanya dikuasai dalam matematika Sekolah Dasar (SD)

atau Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan oleh Lerner dan Hadar

(55)

kesalahan-kesalahan dalam tes diagnostik pada penelitian ini dengan

menggunakan dengan menggunakan kesalahan-kesalahan berupa:

a. Kesalahan data

Kesalahan ini meliputi kesalahan menambah data yang tidak ada

hubungannya dengan soal, mengabaikan data yang penting,

mengganti syarat yang ditentukan dengan informasi lain yang tidak

sesuai.

b. Kesalahan penggunaan proses yang keliru

Kesalahan dalam menggunakan konsep, aturan matematika dalam

menyeselesaikan permasalahan matematika.

c. Kesalahan dalam menuliskan rumus

Kesalahan ini meliputi kesalahan dalam menggunakan definisi,

teorema, konsep, aturan matematika dalam menyelesaikan

permasalahan matematika.

d. Kesalahan perhitungan

Kesalahan dalam operasi perhitungan yang meliputi penjumlahan,

pengurangan, perkalian, pembagian, dan kesalahan dalam membuat

algoritma.

e. Kesalahan simbol

Kesalahan dalam memanipulasi simbol aljabar seperti

(56)

E. Diagnosis Kesulitan Belajar

1. Pengertian

Dalam dunia pendidikan “diagnosis” diartikan sebagi usaha-usaha

untuk mendeteksi, meneliti sebab-sebab, jenis-jenis, sifat-sifat dari

kesulitan belajar seorang murid (Mulyadi, 2010). Menurut Entang (1984)

diagnosis kesulitan belajar belajar merupakan segala usaha yang

dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis sifat kesulitan belajar,

faktor-faktor yang menyebabkannya serta cara menetapkan

kemungkinan-kemungkinan mengatasinya, baik secara pencegahan

(preventif), secara penyembuhan (kuratif), maupun secara pengembangan

(developmental) berdasarkan data dan informasi yang seobyektif dan

selengkap mungkin.

2. Langah-langkah Diagnosis

Menurut Entang (1984) adapun langkah-langkah dalam diagnosis

sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi

Tujuan mengidentifikasi dalam kasus ini adalah menemukan

siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Beberapa

langkah yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasi siswa yang

mengalami kesulitan belajar adalah sebagai berikut:

1) Menandai siswa dalam satu kelas atau dalam satu kelompok

yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar baik yang

(57)

membandingkan posisi atau kedudukan siswa dalam kriteria

tingkat ketuntasan penguasaan yang telah ditetapkan

sebelumnya (Penilaian Acuan Patokan – PAP) untuk suatu

mata pelajaran atau suatu bahan tertentu.

2) Teknik yang dapat ditempuh bermacam-macam antara lain:

i. Meneliti nilai ujian yang tercantum dalam catatan

akademik kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata

kelas (Penilaian Acuan Norma – PAN) atau dengan

kriteria tingkat penguasaan minimal kompetensi yang

dituntut (PAP).

Mempergunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

dan dengan berasumsi bahwa instrument evaluasi

atau soal yang akan dipergunakan telah

dikembangkan dengan memenuhi syarat, adapun

langkah-langkah sebagai berikut (Entang, 1984):

i) Tetapkan angka kualifikasi minimal yang

dapat diterima sebagai batas lulus, atau jumlah

kesalahan minimal yang dapat ditafsirkan

dalam suatu penilaiaan.

ii) Kemudian bandingkan angka nilai (prestasi)

dari setiap siswa dengan nilai batas lulus

(58)

iii)Himpun semua siswa yang angka nilai

prestasinya berada di bawah batas lulus.

Mempergunakan Penilaian Acuan Norma (PAN)

apabila angka nilai batas prestasi rata-rata yang

dijadikan ukuran pembanding bagi setiap angka

nilai murid bersifat individual. Adapun teknik

pelaksanaannya adalah sebagai berikut (Mulyadi,

2010):

i) Mencari atau mengitung nilai rata-rata kelas

atau kelompok dengan mengoperasikan

formula yang telah dipelajari.

ii) Menandai murid yang angka nilai prestasinya

berada di bawah rata-rata prestasi kelasnya.

iii) Apabila akan diberikan prioritas layanan

bimbangan, harus dibuat rangking.

ii. Menganalisa hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan

yang dibuatnya.

iii. Observasi pada siswa dalam proses belajar mengajar.

iv. Memeriksa buku catatan pribadi yang ada pada petugas

bimbingan.

v. Melaksanakan sosiometris untuk melihat hubungan

(59)

b. Melokalisasi

Setelah ditemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar

langkah selanjutnya adalah melokalisasi jenis dan sifat kesulitan

belajar. Beberapa langkah dalam melokalisasi jenis dan sifat kesulitan

belajar sebagai berikut:

1) Menentukan kesulitan belajar pada bidang tertentu.

2) Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bagian ruang

lingkup bahan pelajaran manakah kesulitan terjadi.

3) Analisis terhadap catatan mengenai proses belajar.

c. Memperkirakan sebab-sebab kesulitan belajar

Guru setelah menemukan siswa yang mengalami kesulitan

belajar dan melakukan lokakalisasi jenis dan sifat kesulitan belajar,

maka langkah selanjutnya guru menentukan sebab-sebab atau

faktor-faktor penyebab kesulitan belajar. Menurut Entang (1988), faktor-faktor

penyebab kesulitan belajar digolongkan menjadi dua, yaitu faktor

intern siswa dan faktor ekstern siswa.

d. Proses Pemecahan Kesulitan Belajar

Menurut Mulyadi (2010) adapun langkah-langkah dalam

proses pemecahan kesulitan belajar maliputi:

1) Memperkirakan kemungkinan bantuan

2) Menetapkan kemungkinan cara mengatasi

(60)

F. Trigonometri

1. Fungsi-fungsi Kosinus, Sinus, dan Tangen

Diberikan suatu titik untuk memperlihatkan fungsi

kosinus, sinus, dan tangen berturut-turut terletak di kuadran I, II, III, dan

IV sebagai berikut:

Gambar 2. 2 Sudut di Kuadran I

Gambar 2. 3 Sudut di Kuadran II

(61)

Gambar 2. 5 Sudut di Kuadran IV

Jika panjang dengan , dan sudut antara dan

sumbu positif adalah , maka dapat didefinisikan (Campbell,

1981):

Kosinus adalah

,

disingkat

Sinus adalah

,

disingkat

Tangen adalah

,

disingkat

Tabel di bawah ini menunjukkan tanda atau bagi kosinus,

sinus, dan tangen dari untuk berbagai letak titik

Kuadran

I

II

III

Gambar

Grafik Fungsi Sinus, Cosinus, dan Tangen ............................................ 42
Gambar 2. 1 Segitga siku-siku
Gambar 2. 2 Sudut  di Kuadran I
Gambar 2. 5 Sudut  di Kuadran IV
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari kata etos ini dikenal pula kata etika yang hamper mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik buruk moral sehingga dalam etos

Keterkaitan Model Problem Based Learning dengan Kemampuan Literasi Matematis dan Self-Efficacy Siswa ..... Prosedur

Kartu Data Analisis Campur Kode dalam Acara Kuis Tirage du Loto. Nomor Episode Durasi Tuturan Pembawa

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang ditinjau dari aktivitas guru dan siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa

pengrajin membutuh kan waktu berjam-jam hanya untuk menggulung benang saja 8). Karena permasalahan tersebut kami tertarik ingin membantu para pembuat songket dengan

35. Pembelajaran kontekstual adalm IPA pada siswa kelas I SD, khususnya pemodelan harus mengakomodasi karakteristik perkembangan peserta didik, pemodelan yang sesuai

Dokumen Kualifikasi Asli atau legalisir dan rekaman 1 (satu) rangkap; Demikian atas kerjasamanya diucapkan terima kasih.. Pokja Konstruksi dan Jasa Lainnya

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ukuran perusahaan serta financial leverage berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing , sedangkan reputasi