BAB 4 Hasil Penelitian
4.1 Analisis Univariat
4.1.1 Proporsi penderita rinosinusitis kronis menurut
Kelompok Umur (Tahun) f (%)
≤ 18 1 (7,1) 19 – 29 5 (35,7) 30 – 40 3 (21,5) 41 – 51 1 (7,1) 52 – 62 4 (28,6) Jumlah 14 (100,0)
Proporsi terbanyak penderita rinosinusitis kronis yang dilakukan tindakan operasi terdapat pada umur dewasa muda 19 – 29 tahun sebanyak 5 penderita (35,7%), untuk uji statistik kemudian dikelompokkan menjadi umur > 18 tahun
dimana didapati 13 penderita (92,9%) dan umur < 18 tahun sebanyak 1 penderita (7,1%).
4.1.2 Proporsi penderita rinosinusitis kronis menurut jenis kelamin, yang dilakukan tindakan operasi di RSUP H. Adam Malik Medan.
Jenis Kelamin f (%)
Laki-laki 9 (64,3)
Perempuan 5 (35,7)
Jumlah 14 (100,0)
Proporsi laki-laki merupakan jenis kelamin terbanyak yang dilakukan tindakan operasi pada penderita rinosinusitis kronis sebanyak 9 penderita (64,3%) dan perempuan sebanyak 5 penderita (35,7%).
4.1.3 Proporsi penderita rinosinusitis kronis menurut keluhan utama, yang dilakukan tindakan operasi di RSUP H. Adam Malik Medan.
Keluhan Utama f (%)
Hidung Tersumbat 8 (57,1)
Sakit Kepala 5 (35,7)
Nyeri Wajah 1 (7,1)
Jumlah 14 (100.0)
Proporsi keluhan utama terbanyak pada penderita rinosinusitis kronis adalah hidung tersumbat sebanyak 8 penderita (57,1% ), diikuti sakit kepala sebanyak 5 penderita (35,7%).
4.1.4 Proporsi penderita rinosinusitis kronis menurut rasa nyeri, yang dilakukan tindakan operasi di RSUP H. Adam Malik Medan.
Rasa Nyeri f (%)
Nyeri/ tekan wajah, sakit kepala + Hidung tersumbat 11 (78,6) Hidung tersumbat tanpa rasa nyeri 3 (21,4)
Jumlah 14 (100,0)
Proporsi rasa nyeri pada penderita rinosinusitis kronis terbanyak adalah nyeri/ tekan wajah, sakit kepala dengan hidung tersumbat sebanyak 11 penderita (78,6%) dan hidung tersumbat tanpa rasa nyeri sebanyak 3 penderita (21,4%).
4.1.5 Proporsi penderita rinosinusitis kronis menurut jumlah sinus yang terlibat berdasarkan CT Scan Sinus Paranasal, yang dilakukan tindakan operasi di RSUP H. Adam Malik Medan.
CT Scan Sinus Paranasal f (%)
Multi Sinusitis 22 (88,0)
Single Sinusitis 3 (12,0)
Jumlah 25 (100,0)
Pemeriksaan CT Scan Sinus Paranasal dijumpai jumlah sinus yang paling banyak terlibat adalah multi sinusitis sebesar 22 sampel penderita (88,0%) dan paling rendah adalah single sinusitis sebesar 3 sampel penderita (12,0%).
4.1.6 Proporsi ekspresi COX-2 pada penderita rinosinusitis kronis, yang dilakukan tindakan operasi di RSUP H. Adam Malik Medan.
Ekspresi COX-2 f (%)
Positif 21 (84,0)
Negatif 4 (16,0)
Proporsi ekspresi COX-2 pada penderita rinosinusitis kronis terbanyak adalah dengan ekpresi COX-2 positif, sebanyak 21 sampel penderita (84,0%) dan negatif sebanyak 4 sampel penderita (16,0%).
4.2 Analisis Bivariat
4.2.1 Proporsi jumlah sinus yang terlibat pada penderita rinosinusitis kronis berdasarkan ekspresi COX-2.
CT Scan Sinus Paranasal
Ekspresi COX-2 Positif Negatif f (%) f (%) Single Sinusitis 0 (0,0) 3 (75,0) Multi sinusitis 21 (100,0) 1 (25,0) Total 21 (100,0) 4 (100,0) df = 1 p = 0,002
Proporsi ekspresi COX-2 positif lebih tinggi pada multi sinusitis yaitu 21 sampel penderita (100%), dan ekspresi COX-2 negatif lebih tinggi pada single sinusitis dengan 3 sampel penderita (75,0%).
Dari uji Fisher’s exact test diperoleh nilai p < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan proporsi yang bermakna antara ekspresi COX-2 dengan jumlah sinus yang terlibat.
4.2.2 Proporsi jenis kelamin pada penderita rinosinusitis kronis berdasarkan ekspresi COX-2. Jenis Kelamin Ekspresi COX-2 Positif Negatif f (%) f (%) Laki-laki 8 (66,7) 1 (50,0) Perempuan 4 (33,3) 1 (50,0) Total 12 (100,0) 2 (100,0) df = 1 p = 0,604
Proporsi ekspresi COX-2 positif lebih banyak dijumpai pada jenis kelamin laki-laki, yaitu 8 penderita (66,7%), dan ekspresi COX-2 negatif sama banyak pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan masing-masing 1 penderita (50%).
Dari uji Fisher exact test diperoleh nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin dengan ekspresi COX-2.
4.2.3 Proporsi kelompok umur pada penderita rinosinusitis kronis berdasarkan ekspresi COX-2. Kelompok Umur Ekspresi COX-2 Positif Negatif f (%) f (%) ≤ 18 Tahun 1 (8,3) 0 (0,0) > 18 Tahun 11 (91,7) 2 (100,0) Jumlah 12 (100,0) 2 (100,0) df = 1 p = 0,857
Proporsi ekspresi COX-2 positif lebih tinggi pada kelompok umur > 18 tahun, yaitu 11 penderita (91,7%), dan ekspresi COX-2 negatif lebih tinggi kelompok umur > 18 tahun, yaitu 2 penderita (100%).
Dari uji Fisher exact test diperoleh nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara kelompok umur ekspresi COX-2.
4.2.4 Proporsi rasa nyeri pada penderita rinosinusitis kronis berdasarkan ekspresi COX-2.
Rasa Nyeri
Ekspresi COX-2 Positif Negatif
f (%) f (%) Nyeri/ tekan wajah, sakit kepala + Hidung tersumbat 11 (91,7) 0 (0.0)
Hidung tersumbat tanpa rasa nyeri 1 (8,3) 2 (100,0)
Jumlah 12 (100,0) 2 (100,0)
df = 1 p = 0,033
Proporsi ekspresi COX-2 positif lebih tinggi pada nyeri/ tekan wajah, sakit kepala dengan hidung tersumbat, yaitu 11 penderita (91,7%) dan ekspresi COX-2 negatif lebih tinggi pada hidung tersumbat tanpa rasa nyeri, yaitu 2 penderita (100%).
Dari uji Fisher exact test diperoleh nilai p < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan proporsi yang bermakna antara proporsi rasa nyeri dengan ekspresi COX-2.
BAB 5 PEMBAHASAN
Pada penelitian yang dilakukan di Divisi Rinologi Departemen THT-KL FK USU RSUP H. Adam Malik didapatkan penderita rinosinusitis kronis yang dilakukan operasi sebanyak 14 kasus penderita rinosinusitis kronis, dimana dijumpai sebanyak 3 orang penderita unilateral dan sebanyak 11 orang penderita bilateral, sehingga dijumpai jumlah sampel yang dilakukan pemeriksaan imunohistokimia sebanyak 25 sampel.
5.1 Analisis Univariat
5.1.1 Proporsi penderita rinosinusitis kronis menurut kelompok umur yang dilakukan tindakan operasi di RSUP H. Adam Malik Medan.
Gambar 5.1.1 Proporsi penderita rinosinusitis kronis menurut kelompok umur Proporsi terbanyak penderita rinosinusitis kronis yang dilakukan tindakan operasi terdapat pada umur dewasa muda 19 – 29 tahun sebanyak 5 penderita (35,7%).
Hal ini sesuai dengan penelitian case series Iriani dkk (1996) pada penelitiannya terhadap 118 penderita rinosinusitis kronis di Departemen THT-KL. FK UNHAS Ujung Pandang menjumpai rinosinusitis kronis terbanyak pada kelompok umur 16-30 tahun sebesar 55,1%.
Penelitian cross sectional Muyassaroh dan Supriharti (1999) terhadap 52 pasien rinosinusitis kronis yang berobat ke SMF THT-KL RSUD Dr. Kariadi Semarang mendapatkan kelompok terbanyak pada umur (20-29 tahun) sebesar 26,9%.
Penelitian prospective study Gosepath et al, (2001) pada penelitiannya terhadap 30 penderita rinosinusitis kronis terbanyak pada rata-rata umur 47 tahun.
Penelitian case series Elfahmi (2001) terhadap 40 penderita rinosinusitis kronis, didapatkan kelompok umur terbanyak adalah (35-44 tahun) sebanyak 30%.
Penelitian case series Kurnia (2002) terhadap 40 penderita rinosinusitis kronis di RSUP H. Adam Malik, Medan mendapatkan penderita terbanyak pada kelompok umur (25-34 tahun) sebanyak 14 penderita (40%).
Penelitian case series Yuhisdiarman (2004) terhadap 35 penderita rinosinusitis kronis mendapatkan kelompok umur terbanyak adalah (35-44 tahun) sebesar 34,3%.
Penelitian cross sectional Triolit (2004) terhadap 30 penderita rinosinusitis kronis di RSUP H. Adam Malik, Medan mendapatkan kelompok umur terbanyak adalah (38-47 tahun) sebanyak 36,6%.
Penelitian case series Owens et al, (2006) tentang ekspresi enzim Cyclooxygenase dan lipooksigenase terhadap 13 penderita rinosinusitis kronis didapatkan kelompok umur rata-rata 40 tahun yaitu 8 orang penderita.
Penelitian case series Sogebi et al, (2008) tentang gambaran rinosinusitis kronis terhadap 110 penderita mendapatkan kelompok umur terbanyak adalah (31- 40 tahun) sebanyak 21 penderita atau sebesar 20,91%.
Penelitian case series Multazar (2008) pada penderita rinosinusitis kronis di RSUP H. Adam Malik, Medan pada 296 pasien, mendapatkan kelompok terbanyak penderita rinosinusitis dijumpai pada usia > 18 tahun sebanyak 261 penderita (88,18%) dan terendah pada kelompok umur < 18 tahun sebanyak 35 penderita (11,82).
Dari beberapa data diatas terlihat bahwa rinosinusitis kronis lebih banyak mengenai usia dewasa. Hal ini juga dikaitkan dengan perkembangan sinus paranasal, dimana perumbuhan sinus paranasal telah sempurna pada usia 15-18 tahun khususnya sinus maksila, sinus maksila lebih mudah mengalami rinosinusitis pada usia dewasa karena letak ostiumnya menjadi lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga aliran sekret (drainase) dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia dan ostium sinus maksila terletak di meatus media, disekitar hiatus semilunaris yang sempit (Colman, 1992).
Menurut Hellgren (2008), meningkat kejadian rinosinusitis kronis pada usia dewasa dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan (alergen, polutan), perubahan gaya hidup, pola makan serta infeksi.
5.1.2 Proporsi penderita rinosinusitis kronis menurut jenis kelamin dan yang dilakukan tindakan operasi di RSUP H. Adam Malik Medan.
Gambar 5.1.2 Proporsi penderita rinosinusitis kronis menurut jenis kelamin. Jenis kelamin terbanyak yang dilakukan tindakan operasi pada penderita rinosinusitis kronis adalah laki-laki 64,3% dan perempuan sebanyak 35,7%.
Hal ini sesuai dengan penelitian cross sectional Muyassaroh dan Suprihariharti (1999) terhadap terhadap 52 pasien rinosinusitis kronis yang berobat ke SMF THT-KL RSUD Dr. Kariadi Semarang mendapatkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki 29 penderita (55,8%) dan perempuan sebanyak 23 penderita (44,2%).
Penelitian case series Kurnia (2002) terhadap 40 penderita rinosinusitis kronis di RSUP H. Adam Malik Medan, mendapatkan perempuan lebih banyak daripada laki-laki, dimana perempuan 21 penderita (52,5%) dan laki-laki 19 penderita (47,5%).
Penelitian case series Yuhisdiarman (2004) terhadap 35 penderita rinosinusitis kronis mendapatkan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebesar 20 penderita (57,2%) dan laki-laki 15 penderita (42,8%).
Penelitian cross sectional Triolit (2004) terhadap 30 penderita rinosinusitis kronis di RSUP H. Adam Malik, Medan mendapatkan penderita perempuan sebanyak 16 penderita (53,33%) dan laki-laki sebanyak 14 penderita (46,67%).
Penelitian case series Owens et al, (2006) pada penelitian Ekspresi enzim Cyclooxygenase dan lipooksigenase terhadap 13 penderita rinosinusitis kronis didapatkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki 7 orang penderita dan perempuan sebanyak 6 orang.
Penelitian case series Andika (2007) terhadap 30 penderita rinosinusitis maksila kronis di RSUP H. Adam malik, Medan mendapatkan 12 penderita laki- laki (40%) dan 18 penderita perempuan (60%).
Penelitian case series Sujuthi dan Punagi (2008) di Makassar di Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL FK. Universitas Hasanuddin Makassar, jumlah kasus rinologi periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 yaitu sebanyak 12.557 kasus dengan perbandingan antara pria dan wanita hampir sama (46% : 54%).
Penelitian case series Dewanti (2008) terhadap 118 penderita rinosinusitis kronis dibagian THT-KL FK. UGM/RS Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2006 – 2007 didapatkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 68 penderita (57,6%) dan perempuan 50 penderita (42,4%).
Penelitian case series Multazar (2008) pada penderita rinosinusitis kronis di RSUP H. Adam Malik, Medan pada 296 pasien, mendapatkan jenis kelamin terbanyak dijumpai pada jenis kelamin perempuan sebanyak 169 penderita (57,09%), sedangkan laki-laki 127 penderita (42,91%)
Hal ini juga sesuai dengan studi yang dimuat dalam The American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery menemukan bahwa infeksi rinosinusitis hampir sama banyak dialami wanita dan pria (Jones R, 2004).
Hal ini mungkin dikarenakan laki-laki sering tidak peduli dengan keluhan sakit dan melakukan pengobatan dengan tidak tuntas, hal inilah yang menyebabkan penderita datang berobat dengan keluhan yang lebih berat, dimana telah terjadi rinosinusitis kronis.
5.1.3 Proporsi penderita rinosinusitis kronis menurut keluhan utama, yang