• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS

4.2. Tahap Desain

4.2.5. Props Breakdown

Setelah melakukan bedah script maka pada scene kardus Maya set dan props yang dibutuhkan adalah:

Set:

Kardus besar milik Maya yang penuh dengan gambar coretan Maya dan berisi tas, krayon, kotak musik, buku mewarnainya yang masih tersegel.

Props:

Kardus-kardus milik Amanda, kotak musik milik Amanda dan Anthony, kardus perlengkapan sekolah Maya (berisi seragam sekolah, kotak bekal, buku pelajaran Maya, tas Maya), kardus Maya (berisi kumpulan gambar-gambar Maya), kardus besar milik Maya, tas Maya, krayon dan buku mewarnai Maya.

4.2.6. Research

Dalam proses mewujudkan desain yang menggambarkan kondisi karakter pada film “Maya”, production designer melakukan riset untuk mengumpulkan data dan

35 infromasi yang membantu dan mendukung konsep production designer dalam mewujudkan konsep dalam merealisasikan desain set yang sesuai.

4.2.6.1. Psikologi Anak Umur 7 Tahun Melalui Coretan Tangan

Menurut Olivia (2010), anak pada umur 2 tahun mulai mencoret-coret, pada umur 5 tahun anak mulai melakukan pengulangan. Pada umur 7 tahun coretan atau gambar tangan anak biasanya merupakan gambar dari hasil representasi objek yang pernah dilihat (hlm. 9).

Dalam film “Maya”, karakter Maya hanya berfokus pada dua hal yakni dengkuran ayahnya dan adaptasinya dengan lingkungannya yang baru. Padahal masih banyak masalah di sekitarnya, contohnya seperti kejatuhan ekonomi keluarganya dan ibunya yang pergi meninggalkannya.

Production designer membuat gambaran pada kardus Maya sesuai dengan referensi bagaimana coretan anak pada umur 7 tahun, production designer juga memvisualisasikan gambar-gambar berdasarkan pikiran dan perasaan dari karakter Maya.

4.2.7. Visual Concept

Production designer memvisualisasikan konsep dengan gambaran sketsa dan referensi gambar yang dibuat pada mood board untuk menggambarkan suasana.

Mood board dibuat dengan tujuan agar ciri dan sifat karakter dapat divisualisasikan.

36 4.2.7.1. Mood Board

Production designer membuat mood board untuk memvisualisasikan karakter dalam film “Maya”, maka production designer membuat mood board sesuai dengan karakter Maya dan Anthony.

Pada mood board Maya, production designer membuat mood board yang mencakup look kostum, look make up, dan props yang akan digunakan, sedangkan pada mood board Anthony, production designer membuat mood board mencakup look kostum, look make up, props yang digunakan, dan kondisi emosi yang sedang dialami.

Gambar 4.2. Moodboard Maya Dok. Pribadi, 2014

37 4.2.8. Concept Drawing

Dalam mengkonsepkan desain set production designer membuat beberapa sketsa yang menjadi gambaran konsep yang akan digunakan. Sketsa konsep dibuat setelah penulis melakukan riset untuk mengumpulkan data dan informasi yang dapat mendukung konsep production designer.

4.2.8.1. Ruang Tengah

Scene ruang tengah production designer memiliki konsep berantakan. Di mana props diletakkan di tempat yang tidak seharusnya. Konsep ini bertujuan untuk menimbulkan rasa aneh dan tidak nyaman bagi orang yang melihat set tersebut.

Pada set di scene ruang tengah, production designer membutuhkan berbagai Gambar 4.3. Moodboard Anthony

Dok. Pribadi, 2014

38 macam props seperti meja makan berbentuk persegi panjang dan 2 bangku makan.

Meja persegi panjang ini digunakan untuk memvisualisasikan jarak antar anggota keluarga, Maya, Anthony, dan Amanda. Kursi makan yang digunakan hanya 2 untuk Maya dan Anthony, sedangkan sisa kursi pada meja makan tersebut disimpan di ruang kardus untuk menandakan bahwa keberadaan Amanda sebagai sosok ibu yang mengurus rumah tangga tidak ada di rumah tersebut.

Gambar 4.4. Draft Set Sketches Dok. Pribadi, 2014

Gambar 4.5. Draft Set Sketches Dok. Pribadi, 2014

39 4.2.8.2. Kardus Maya

Pada scene kardus Maya, production designer mengkonsepkan untuk fokus pada kondisi psikologi karakter Maya yang dituangkan pada gambar-gambar tangan di dalam kardus besar Maya. Psikologi Maya yang ingin digambarkan production designer adalah sulitnya Maya untuk beradaptasi di lingkungannya yang baru yaitu di rumah susun yang berbeda jauh dengan lingkungan tempat tinggalnya dahulu, keadaannya dulu sebelum mengalami perubahan kondisi, serta gangguan yang ia alami yang berasal dari dengkuran ayahnya.

Gambar 4.6. Kardus Maya Dok. Pribadi, 2014

40 4.3. Budgeting and Props Hunting

Setelah melakukan props breakdown di mana production designer menentukan props apa saja yang akan digunakan, production designer wajib membuat daftar budget yang kemudian diserahkan kepada produser. Hal ini dilakukan agar budget flow yang telah ditentukan oleh produser sebelumnya dapat terkendali, selain itu melalui budgeting, production designer dapat merinci dan menghemat budget yang diberikan. Sebagai contoh, jika barang yang dibutuhkan ada dan sesuai dengan gambaran konsep production designer, maka barang tersebut tidak perlu dibeli atau disewa. Hampir seluruh props yang digunakan dalam scene ruang tengah dan kardus Maya adalah hasil hunting melalui internet dan dibeli atau disewa oleh tim art.

4.4. Location Survey

Pencarian lokasi yang akan digunakan sebagai lokasi shooting dilakukan dalam 3 hari. Banyak pilihan rumah susun di Jakarta yang menjadi bahan pertimbangan.

Pencarian rumah susun dilakukan dengan tujuan menemukan lokasi yang sesuai dengan gambaran visi dan misi sutradara maupun department lain yang dapat mendukung berjalannya film “Maya”, selain itu banyak hal yang menjadi pertimbangan penulis pada saat melakukan survey rumah susun.

4.4.1. Jarak

Sebagai production designer, penulis memperhitungkan jarak suatu lokasi pada saat melakukan survey lokasi. Jarak yang diperhitungkan tidak hanya menyangkut jarak tempuh ke lokasi namun juga jarak efisiensi untuk production designer dan

41 tim art dalam hal mengurus set dan props yang akan digunakan. Penulis menemukan beberapa hambatan saat survey lokasi dilakukan, contohnya pada rumah susun Boing Kemayoran (Jakarta Pusat), rumah susun Benhil (Jakarta Pusat), dan rumah susun Tanah Abang-Kebon Kacang (Jakarta Pusat), rumah susun yang terdapat di Jakarta Pusat tersebut tentu menyulitkan art department dalam mengurus set dan props yang akan digunakan terkait jarak yang cukup jauh (Tangerang-Jakarta Pusat). Kemudian dibandingkan dengan rumah susun Taman Surya yang terletak di Kalideres, Jakarta Barat. Jika membandingkan jarak, tentu rumah susun Taman Surya menjadi pilihan yang lebih baik. Di samping itu, saat rumah susun Taman Surya diputuskan sebagai lokasi shooting yang tetap dan penulis sebagai production designer diharuskan membuat sekat untuk mempersempit view ruangan rumah susun yang dirasa terlalu luas, maka penulis harus mencari toko material serta memperkerjakan seorang set builder untuk membangun sekat. Lokasi toko material yang dekat dengan rumah susun Taman Surya menjadi keuntungan bagi penulis di mana penulis tidak perlu mengeluarkan budget untuk biaya transportasi dari rumah susun Taman Surya ke toko material, sedangkan untuk pengangkutan props ke lokasi penulis menyewa sebuah pick-up dengan harga yang cukup terjangkau jika diperhitungkan dengan jarak pulang-pergi (Tangerang-Kalideres, Kalideres-Tangerang). Untuk jarak efisiensi production designer dalam mengangkut set dan props ke dalam rusun, hambatan yang penulis temukan adalah rumah susun yang akan kami gunakan terletak di lantai 5, pada tahap ini penulis berdiskusi dengan kelompok perihal lokasi yang terletak di lantai yang terlalu tinggi, namun setelah berdiskusi penulis mengetahui

42 bahwa lantai 1 sampai lantai 4 rumah susun telah penuh dengan penghuni tetap, sehingga production designer bersama tim art harus menggunakan waktu sebaik mungkin dengan cara 2 minggu sebelum produksi, penulis bersama tim art sudah mengangkut dan mulai membangun set sesuai konsep yang telah disetujui.

4.4.2. Ukuran Ruangan

Dalam setiap survey lokasi yang dilakukan, penulis sebagai production designer selalu mengukur luas dan lebar ruangan untuk memperhitungkan peletakkan set dan props yang akan dibangun. Ada saat di mana tim mengajukan usul untuk meminjam atau menyewa rumah susun yang telah berpenghuni, namun penulis menolak usul tersebut karena penulis menganggap hal tersebut akan memakan waktu serta terkesan merepotkan dan mengganggu privasi penghuni menyangkut isi rumah penghuni. Hal ini disebabkan jika tim menggunakan rumah susun yang telah berpenghuni maka segala peralatan yang ada di dalam ruangan rumah susun tersebut harus dikeluarkan kemudian dimasukkan kembali dengan props untuk Maya karena penulis sebagai production designer telah memiliki gambaran visual sendiri menyangkut konsep yang akan diterapkan untuk scene pada film “Maya”.

Untuk survey ruangan rumah yang mirip dengan rumah BTN, gambaran visi production designer dan sutradara sedikit terpenuhi melihat ruangan tengah yang sesuai dengan gambaran penulis dan sutradara, namun saat penulis mulai mengukur luas dan ruangan yang akan digunakan sebagai scene kamar, penulis menemukan bahkan kamar tersebut terlalu sempit sehingga tidak memungkinkan untuk meletakkan props yang diinginkan terlebih kamar sesempit itu dapat menyulitkan pergerakkan kamera sehingga rumah tersebut dinyatakan tidak dapat

43 digunakan. Pengukuran ruangan ditujukan agar penulis sebagai production designer dapat membandingkan ukuran ruangan dan props yang digunakan serta sisa luas ruangan setelah peletakkan props yang berguna untuk pergerakkan kamera.

4.5. Designing

Dalam tahap designing, production designer memvisualisasikan konsep melalui sketsa-sketsa yang kemudian diperlihatkan pada sutradara apakah konsep set telah memenuhi visi misi cerita yang akan disampaikan. Saat berdiskusi dengan sutradara menyangkut konsep yang dibuat oleh production designer, sutradara dan production designer bersama-sama mengeluarkan pendapat untuk mencapai konsep yang disepakati bersama. Gambaran production designer dan sutradara diharuskan sejalan agar tujuan atau visi dan misi dari sutradara serta production designer dapat berjalan dan mendukung film “Maya”.

4.5.1. Ruang tengah

Setelah melakukan location survey bersama tim, kami menyepakati bersama bahwa rumah susun yang memenuhi syarat gambaran sutradara dan production designer adalah rumah susun yang berlokasi di Taman Surya, Kalideres, Jakarta Barat. Production designer membuat sketsa-sketsa berdasarkan ruangan yang telah disepakati untuk menjadi lokasi shooting di mana kemudian sketsa tersebut diserahkan kepada sutradara untuk menyesuaikan gambaran mood dan visual yang sesuai dengan keinginan sutradara.

44 4.6. Approval

Menurut LoBrutto (2002), setelah seorang production designer menyerahkan sketsa konsep visualnya dan berdiskusi dengan department inti khususnya sutradara dan director of photography, maka sketsa konsep visual final yang telah mendapat persetujuan siap untuk diwujudkan ke dalam bentuk fisik pada sebuah set (hlm. 68).

4.6.1. Ruang Tengah

Production designer menarasikan ruang tengah sebagai tempat yang kurang nyaman untuk Anthony dan Maya yang digambarkan melalui sempitnya ruangan tersebut yang membuat sulit untuk bergerak. Di ruang inilah Anthony dan Maya banyak melakukan kegitan sehari-hari.

Pada pembuatan set untuk scene ruang tengah, production designer harus membuat sekat untuk mempersempit view ruangan karena ruangan asli sebelum dipersempit terlihat cukup luas, sehingga production designer diharuskan membuat sekat yang menggunakan bahan material berupa triplek dan gipsum untuk menyesuaikan besar ruangan yang akan disekat, selain itu setelah melakukan penyekatan gipsum dan triplek yang telah disusun dicat dengan warna cat yang sama dengan dinding ruang tengah dengan dibantu set builder.

45 Gambar 4.7. Proses Penyekatan Ruangan

Dok. Pribadi, 2014

Gambar 4.8. Hasil Penyekatan Ruangan Dok. Pribadi, 2014

46 4.7. Props Grouping / Organizing the Property Department

Menurut LoBrutto (2002), seorang props master harus membuat list atau catatan yang berisi tentang segala props yang ada berdasarkan naskah, hasil diskusi dan keputusan akhir dengan production designer, kemudian mengkategorikan atau mengklasifikasi props sesuai dengan jenisnya antara lain: personal props, set props, hands props, action props, dan decoration props. Sebelum masuk pada tahap shooting, final check list terhadap props yang akan digunakan wajib dilakukan (hlm. 73).

Gambar 4.9. Final Design Ruang Tengah Dok. Pribadi, 2014

47 Maka dari itu, production designer bersama tim art melakukan cek ulang terhadap props yang akan digunakan untuk menghindari masalah adanya props yang tertinggal.

4.8. Eksekusi

Production designer melakukan riset yang bertujuan mendukung konsep yang telah dibuat. Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul dan konsep visual telah dibuat maka production designer akan memberi dan menjelaskan konsepnya kepada sutradara untuk menyatukan visi misi dan mendapatkan persetujuan berdasarkan gambaran yang ingin divisualisasikan oleh kedua department tersebut. Dalam hal ini tidak hanya sutradara dan production designer yang berunding, namun department kamera seperti director of photography dan lighting juga ikut berkontribusi dalam menentukan blocking dan framing saat produksi. Setelah department inti setuju, maka konsep dari production designer dapat segera diwujudkan

4.9. Dismantle

Setelah tahap produksi selesai dan mulai memasuki tahap pasca produksi, set-set yang dibuat seperti; penyekatan ruangan, set ruang tengah, dan set lainnya diharuskan untuk dibongkar sesuai perjanjian lokasi. Pembongakaran sebelumnya dilakukan oleh set builder, seperti melepas gipsum, kaso, dan triplek yang dipasang saat penyekatan yang diawasi oleh production designer. Setelah pembongkaran oleh set builder selesai, production designer melapor kepada produser menyangkut lokasi yang telah dikembalikan kepada kondisi awal.

48 Pengangkatan material-material berat dilakukan oleh production designer dan tim art yang dibantu oleh department lain dan set builder.

49

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dalam film “Maya”, penulis sebagai production designer bertanggung jawab dalam menerjemahkan script dan visi sutradara ke dalam bentuk visual yang ditampilkan pada sebuah film. Penulis bertanggung jawab dalam mendesain konsep visual sebuah film untuk menciptakan desain yang mendukung dan memperkuat makna cerita dari segi lokasi, desain dan set sebagai visualisasi kondisi karakter. Dalam mewujudkan desain set dalam penggambaran karakter pada film “Maya” production designer tidak hanya berpatokkan pada 3 dimensional character namun didukung oleh informasi dan data kuat yang didapat melalui riset serta tahap desain. Tahap desain tersebut dimulai secara bertahap dimulai dengan membaca naskah, analisa naskah, analisa karakter berdasarkan 3 dimensional character, props breakdown, research, mood board, sketsa konsep, designing, hingga persetujuan dari sutradara dalam realisasikan konsep.

Film “Maya” adalah film pendek yang bertema accepting dan bergenre drama. Sebagai production designer, penulis ingin menyampaikan kondisi dari dua karakter utama film “Maya” melalui visualisasi desain set yang dibuat. Dalam tujuan memvisualisasikan desain set dalam penggambaran karakter pada film

“Maya”, production designer menerapkannya dengan membangun sebuah set yang dapat menggambarkan bagaimana kondisi masing-masing karakter dalam film “Maya”.

50 Dari hasil konsep visual dan tahap desain yang dilakukan, penulis menemukan bahwa tidak semua aspek dari 3 dimesional character dapat diwujudkan sekaligus. Awalnya production designer ingin memfokuskan keadaan psikologi dari karakter Anthony yang diterapkan pada aspek sosiografi, namun ternyata hal tersebut tidak dapat dilakukan karena terjadi ketidaksesuaian pada pesan naratif yang ada pada film “Maya”. Pada akhirnya production designer memutuskan untuk memfokuskan aspek sosiografi/sosiologi dari 3 dimesional character pada karakter Anthony yang lebih menggambarkan kehidupan Anthony sebelum memasuki kehidupan di lingkungan barunya yang merupakan rumah susun adalah seorang yang berasal dari golongan upper middle class, hal ini ditunjukkan melalui desain set dan penggunaan props yang berasal dari rumah lama Anthony, sedangkan untuk karakter Maya production designer memfokuskan pada aspek psikologi. Secara keseluruhan penulis sebagai production designer dapat menyampaikan pesain naratif dengan menerapkan dan memvisualisasikan desain set yang dapat menggambarkan karakter dalam film

“Maya”.

5.2. Saran

Untuk menghindari kesenjangan dan kesalahpahaman dalam suatu produksi, komunikasi antar anggota sangatlah penting. Komunikasi antar anggota dapat mendekatkan satu diri dengan yang lain, juga menghindari adanya masalah internal yang muncul dikarenakan masalah yang kecil, khususnya pada sutradara, production designer, dan director of photography. Komunikasi yang baik dapat menghasilkan karya yang mengandung visi dan misi bersama. Khusus pada

51 jabatan sutradara, production designer berharap bahwa sutradara dapat memberi referensi-referensi dan menyumbangkan gagasan yang dapat membantu production designer, begitu juga dengan department kamera yang bekerja sama dengan production designer dalam masa praproduksi dalam tahap pembuatan shot list dan story board.

xvi

DAFTAR PUSTAKA

Barnwell, J. (2008). The Fundamentals of Film Making. London: AVA Publishing SA.

Bergfelder, T., Harris, S. & Street, S. (2007). Film Architecture and the Trasnational Imagination. Amsterdam: Amsterdam University Press.

Bordwell, D. & Thompson, K. (2008). Film Art: An Introduction (edisi kedelapan). New York: The McGraw-Hill Companies.

Douglas, K. S. (2011). Film Directing Shot by Shot: Visualizing from Concept to Screen. Stoneham: Michael Wiese Productions.

Egri, L. (2007). The Art of Dramatic Writing. New York: Wildside Press.

Johnson, J. (2009). Cheap Tricks and Class Acts: Special Effects, Makeup, and Stunts from the Films of the Fantastic Fifties. Jefferson, NC: McFarland.

LoBrutto, V. (2002). The Filmmaker's Guide To Production Design. New York:

Allworth Press.

Olivia, F. (2010). Meroketkan Kekuatan Otak Kanan Dengan Jurus Biodrawing.

Jakarta: Elex Media Komputindo.

Rabiger, M., Hurbis-Cherrier, M. (2013). Directing: Film Techniques And Aesthetics (edisi kelima). United Kingdom: Focal Press.

Rizzo, M. (2005). The Art Direction Handbook For Film. Amsterdam: Focal Press.

Yang, C. J. (2011). The Quality of Narrative Research: On a Theoretical

Framework for Narrative Inquiry. No. 6, halaman 195-241. Diakses pada 1 November, 2014, dari

xvii

http://society.stust.edu.tw/Sysid/society/files/%E5%8D%97%E5%8F%B0

%E4%BA%BA%E6%96%87%E7%A4%BE%E6%9C%83%E5%AD%B8

%E5%A0%B1/100%E5%B9%B4%E7%AC%AC%E5%85%AD%E6%9C

%9F/7.%20%E6%95%98%E8%AA%AA%E7%A0%94%E7%A9%B6%

E7%9A%84%E6%9C%AC%E8%B3%AA%EF%BC%9A%E5%BE%9E

%E7%90%86%E8%AB%96%E6%9E%B6%E6%A7%8B%E8%AB%87

%E8%B5%B7.pdf

xviii

LAMPIRAN A: SCRIPT FILM PENDEK “MAYA”

EXT. RUMAH SUSUN - SIANG

Sebuah gedung tinggi bertingkat dengan banyak jendela kecil yang beberapa dari jendela tersebut tergantung baju-baju.

INT. KORIDOR RUMAH SUSUN - SIANG

Sebuah kardus sedang diangkat di koridor tangga menuju sebuah koridor panjang. Terlihat seorang anak, MAYA (7) berambut pendek warna hitam dengan tas ransel kecil sedang berdiri melihat ke arah kakinya, menggerakan kaki kecilnya yang menggunakan sepatu. Pandangannya beralih ke 2 LAKI-LAKI yang sedang mengangkat kardus melewatinya ke dalam rumah.

INT. KORIDOR (DEPAN RUMAH MAYA) - SIANG

Maya melihat ke dalam rumah, terlihat remang-remang gelap tidak bercahaya dari luar.

Maya berbalik dan berjalan sambil melihat dinding

koridor dan langit-langit secara perlahan. Kemudian ia menunduk dan melihat sebuah buku mewarnai yang masih tersegel plastik berada di tangannya. Beberapa lama setelah melihat buku tersebut, ia menoleh ke arah rumah tadi. Lalu ia melihat kembali ke buku tersebut dan

terlihat jari-jari tangannya bergerak, menggesekkan jarinya ke plastik segel itu. Maya berhenti ketika banyangan menutupi dirinya. Ia menghadap ke atas, melihat dua LAKI-LAKI lainnya, Anthony (37) dengan wajah yang terlihat penuh keringat dan baju yang basah mengangkat kardus besar bersama RENDY (35) yang

bertubuh besar.

RENDY (O.S)

(sambil mengangkat kardus) Jadi masih belum di angkat juga?

ANTHONY (O.S)

(sambil mengangkat kardus) Iya, Biarin aja lah..

RENDY (O.S)

xix

Yakin lu? kalo dia ga balik lagi gimana?

RENDY (C0N’T) (O.S

Jadi, barang Amanda mau simpen dimana nih?

ANTHONY (O.S)

Langsung di ruang sebelah aja..

Maya melihat mereka masuk ke rumah. Anthony keluar dari rumah tersebut dan melihat Maya.

ANTHONY Ayo masuk ..

INT. RUANG TENGAH - SIANG

Maya masuk dan 3 laki-laki lainnya keluar. Rendy dan Anthony berdiri di depan pintu, rendy mengeluarkan

bungkus rokok, mengambil 1 batang rokok, ia menyodorkan bungkus rokok ke Anthony. Anthony menggeleng.

RENDY

Kalo uda selesai beres-beres ke depan aja. Nongkrong sama penghuni

lain.

Maya menjauh dari Anthony dan 3 laki-laki di depan pintu, berbalik melihat mereka sebelum akhirnya Maya melihat sekeliling rumah. Dalam rumah itu sudah terisi beberapa perabotan diantaranya perabotan yang ia kenal sebelumnya, seperti kulkas, televisi, meja makan, rak buku.

Ketika Maya berbalik ke ruang tengah, ia melihat Anthony sedang membuka salah satu kardus. Maya

mendekati Anthony, melihat seprai dan bantal guling yang ada di dalam kardus. Anthony mengangkat kardus tersebut dan membuka pintu salah satu kamar. Memasang seprai di atas kasur yang telah tersedia di kamar itu.

Maya melihat ke sekitar ruangan kamar tersebut, kemudian melihat Anthony meletakkan bantalnya dan bantal Anthony di atas kasur tersebut.

MAYA

Pa. Kasur Maya mana?

Anthony melihat Maya dan menghadap ke kasur.

xx MAYA

Itu bukan kasur Maya!

ANTHONY

Udahh.. Sama aja kok. Mendingan kamu warna-warna lagi, biar cepet

bisa buka buku warna yang baru.

Anthony mengarahkan Maya keluar tapi Maya menahan dirinya.

ANTHONY Maya ! Maya berjalan keluar.

EXT. GEDUNG RUMAH SUSUN - MALAM

Halaman gedung terlihat sepi. Hanya ada sedikit pantulan lampu remang dari beberapa jendela rumah.

Terdengar SUARA dengkur seseorang.

INT. KAMAR TIDUR - MALAM

Maya terbangun. Ruangan di kamar tersebut gelap dan hanya diterangi oleh cahaya dari luar jendela dengan sebuah suara aneh. Maya terdiam dan tidak bergerak dari balik selimutnya. Bola matanya bergerak ke kanan ke kiri, ia menutup mata dan menaikkan guling yang ia peluk hingga menutupi wajahnya. Suara aneh masih terdengar dengan jelas, Maya memeluk erat gulingnya.

Setelah beberapa saat, Maya melirik keluar, menggeser guling dari wajahnya dan membuka mata. Secara perlahan ia bangun, mencari asal suara tersebut sambil memegang gulingnya. Ia melihat dan menoleh ke punggung Anthony.

Suara tersebut terdengar dekat dari arah Anthony. Maya melindungi dirinya dengan memegang guling ke depan. Ia

Suara tersebut terdengar dekat dari arah Anthony. Maya melindungi dirinya dengan memegang guling ke depan. Ia

Dokumen terkait