• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di TK Tunas Mekar Indonesia

A. Prosedur Kegiatan

Frieda Mangunsong dalam buku ―Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus‖, 2009:4 Anak Berkebutuhan Khusus atau Anak Luar Biasa adalah anak yang menyimpang dari rata-rata anak normal dalam hal; ciri-ciri mental, kemampuan-kemampuan sensorik, fisik dan neuromaskular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi, maupun kombinasi dua atau lebih dari hal-hal diatas; sejauh ia memerlukan modifikasi dari tugas-tugas sekolah, metode belajar atau pelayanan terkait lainnya, yang ditujukan untuk pengembangan potensi atau kapasitasnya secara maksimal.

Sekolah inklusi merupakan sekolah anak yang memberikan pendidikan reguler baik untuk anak tidak berkebutuhan khusus ataupun Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).Sekolah jenis ini biasanya ditunjuk oleh pemerintah agar dapat menerima peserta didik ABK seperti autisme dan anak dengan kecerdasan di atas rata-rata (jenius). Peserta didik dicampur, agar ABK tidak mengalami perbedaan yang signifikan.

TK Tunas Mekar Indonesia (TMI) merupakan sekolah inklusi, Selain memberikan layanan pendidikan yang seluas-luasnya, sekolah inklusif ini sebenarnya menjadi media untuk melatih interaksi anak ABK dengan anak non-ABK. Interaksi yang baik mampu menumbuhkan rasa menghormati perbedaan dan empati.Kendati merupakan sekolah regular, sekolah inklusi sejatinya memiliki prinsip pembelajaran yang tidak memaksakan bagi ABK.

Sekolah jenis ini biasanya ditunjuk oleh pemerintah agar dapat menerima peserta didik ABK seperti autisme dan anak dengan kecerdasan di atas rata-rata (jenius).Peserta didik dicampur, agar ABK tidak mengalami perbedaan yang signifikan.Anak berkebutuhan khusus yang bisa dimasukkan ke dalam sekolah inklusif meliputi berbagai macam kategori. Ada anak ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder), Sindrom Autisme, tuna rungu, tuna wicara, tuna netra, tuna grahita, dan berbagai macam kategori lain.Keberadaan sekolah ini merupakan program pemerintah yang didasari oleh Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2 yang mengatakan, setiap warga Negara mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan.Landasan hukum selanjutnya, tertera pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3,5, 32, dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 48 dan 49.

Kedua payung hukum ini menegaskan bahwa negara, pemerintah, dan keluarga wajib memberikan kesempatan pendidikan seluas-luasanya kepada anak.

TK TMI menerapkan sistem kelas percobaan atau tr ial class dalam proses penerimaan siswa baru.

Hal ini dimaksudkan sebagai masa pengenalan lingkungan baru bagi calon siswa, sehingga anak akan mengetahui dan merasakan kegiatan apa yang akan mereka dapatkan selama bersekolah di TK TMI. Dalam proses trial ini, bagi pihak sekolah- anak akan diobservasi untuk mengetahui karakter dan prilaku calon siswa, meski tidak sepenuhnya mendapatkan gambaran prilaku anak seutuhnya, namun setidaknya guru mengetahui sedikit gambaran calon siswa sebelum mengadakan diskusi dengan orang tua. Guru akan mengobservasi ABK di kelas bersama teman sebaya. Pada kasus tertentu, kepala sekolah juga ikut

Bandar Lampung, 3 November 2019

162

mengobservasi dan pada akhir masa trialclass, maka akan ada diskusi bersama, orang tua, guru kelas dan kepala sekolah untuk mendiskusikan kesepakatan apa saja yang dibuat atau bahkan bisa observasi lanjutan dalam proses pembelajaran .

Observasi akan menghasilkan kesimpulan seperti :

• Interaksi dengan teman dan lingkungan sekitar

• Sosial emosi- ada kecenderungan menyakiti diri atau orang lain tidak.

• Penempatan kelas berdasarkan usia perkembangan

• Kebutuhan akan guru pendamping atau tidak

• Penyusunan Program Pembelajaran Individual (PPI) dan mendiskusikan dengan orang tua.

Peoses pembelajaran ABK di kelas :

• Perkenalan dengan teman kelas, bahwa mereka memiliki teman ―istimewa‖

• Pengenalan ABK dengan teman dan peraturan di kelas dan di luar kelas.

• ―pembelajaran‖ bagi ABK akan personal, melihat kebutuhan pada hari tersebut, apakah tetap di dalam kelas atau di kelas tertentu untuk pendisiplinan akan prilaku tertentu atau stimulasi keterampilan tertentu.

Laporan Perkembangan ABK

• Program Pembelajaran Individual (PPI)

• Laporan harian kegiatan ABK

• Laporan perkembangan triwulan

• Diskusi rutin dengan orang tua per triwulan

• Diskusi harian paa saat orang tua menjemput anak

• Diksusi tentatif tergantung kebutuhan atau keadaan ABK Tahap PendisiplinanPrilaku ABK

• Pengenalan peraturan di kelas

• Berteman

• Fokus

• Pengaktifan motorik kasar (bermain trampolin, berkeliling lingkungan sekolah sembari mengobrol, bermain bola kaki, bermain basket, atau berenang )

Penanganan tantrum

- Isolasi di ruangan tertentu. Anak diajarkan mengungkapkan emosi, membiarkan anak melepasannya.

- Guru memperhatikan bagaimana anak melepaskan emosinya.

- Berapa lama ia meluapkan emosinya - Apa yang terjadi setelah emosi tesampaikan - Seberapa sering tantrum

- Penyebab tantrum - Penanganan tantrum

163

Diet ABK

• ABK ada yang memiliki diet tertentu dan ada yang tidak, namun demi menjaga konsistensi perkembangan, penerapan makanan segar dan sehat menjadi hal utama, serta mengikuti pola diet ABK berdasarkan hasil assesment oleh ahli yang berkompeten. Mengajarkan anak makan nasi, sayur, protein, buah dan minum air putih.

• Kecolongan makanan tertentu akan menyebabkan dampak tertentu dan efeknya personal, dari agresif, tantrum, energi berlebih dan akan dicatat makanan apa dan berapa lama dampaknya.

Interaksi ABK di kelas :

• Interaksi ABK dikelas perlu diperhatikan dengan baik apakah ada indikasi menyakiti diri atau orang lain.

• ABK di ajak mengenali lingkungan sekitar dan teman

• Melihat minat ABK

• Menjaga nama baik ABK dengan memberi pengertian kepada teman sekelas akan teman baru yang spesial dan bagaimana berteman dengannya.

Proses pembelajaran ABK sama dengan anak pada umumnya namun memiliki cara dan target yang personal.

Ketika ABK sudah menjadi bagian dari masyarakat kecil di kelas, maka guru harus sering mengingkatkan kepad aanak-anak non ABK untuk menjaga dan menyayangi teman spesial, sehingga menghindari konflik yang muncul akibat prilaku ABK yang menyimpang. Ketika penguatan dilakukan terus menerus, maka keberadaan ABK akan lebih mudah diterima dan ABK akan dibimbing agar bisa berprilaku selayaknya anak pada umumnya. Bagi ABK, ia akan tertuntut untuk mencontoh norma yang umum yang ada di lingkungan sekitar meski tidak mudah anmun perlahan, ABK akan belajar meniru dan mengikuti lingkungan baru dan peraturan yang ada.

B. Hasil kegiatan

ABK akan belajar mengenali lingkungan sehingga memiliki model yang akan ditiru yaitu teman-teman dengan prilaku normal atau prilaku yang seharusnya ABK lakukan. ABK akan mengurangi kebiasan diri mereka yang spesifik dan mencoba membaur walau tidak akan seluwes anak pada umumnya, ketertarikan akan muncul sedikit demi sedikit dengan ajakan dari teman terlebih dahulu atau jika ada hal yang menarik, ia akan mendatangi teman.

ABK akan belajar mengendalikan diri, ia diajarkan melihat teman yang mampu beremosi dengan baik, meski tidak seperti anak pada umumnya penguasaan emosi ABK cenderung naik turun dengan cepat.

ABK akan mencari kenyamanan dengan teman sebaya, biasanya mencari teman lawan jenis yang mampu menjadi teman baik dan yang mampu mengendalikan dan mengajak ABK merubah prilaku menjadi lebih baik.

ABK terbiasa dengan lingkungan ramai dan bermacam kegiatan sehingga mengurangi keinginan untuk menyendiri.

Kontak mata menjadi lebih baik karena guru selalu mengajak ABK untuk menatap mata dalam berkomunikasi.

Anak normal akan belajar dengan sangat baik ketika ada ABK di kelasnya, empati dan simpati mereka terbangun. Toleransi yang tinggi tercipta. Kedewasaan diri anak akan terstimulus, mereka dirangsang untuk menerima teman apa adanya , menjaga teman ABK dan tetap menyayangi meski teman spesial berprilaku yang tidak biasa.

C. Dampak kegitaan

ABK semakin terbiasa dengan lingkungan ramai dan lingkungan bermasyarakat yang komplek.Ia akan mendapatkan banyak model yang baik dalam berprilaku dan berkomunikasi. ABK lepas dari ―asyik dengan dunianya sendiri‖ dan mulai berbaur dengan teman-teman meski belum banyak berperan dalam

Bandar Lampung, 3 November 2019

164

pergaulan.

Anak normal akan mendapatkan peajaran penting ketika ada ABK di kelasnya, empati dan simpati mereka terbangun. Toleransi yang tinggi tercipta. Kedewasaan diri anak akan terstimulus, mereka dirangsang untuk menerima teman apa adanya , menjaga teman ABK dan tetap menyayangi meski teman spesial berprilaku yang tidak biasa.

D. Kendala yang di hadapi

Kendala yang sering muncul justru berasal dari pola asuh orang tua yang tidak konsisten, sehingga membuat perkembangan ABK seperti yoyo, naik turun mood ABK membuat kondisi ABK dan lingkungan semakin berat, ABK semakin dilihat dan diperhatikan atau bahkan di cap semakin aneh, anak nakal atau pandangan yang negative jika guru tidak sering mengingatkan kepada anak-anak betapa hebatnya ABK karena bisa jadi gurupun kelelahan dengan ketidak stabilan perkembangan ABK. Moog guru harus dijaga agar tetap konisten menjaga ABK untuk mengejar target-target yang harus ia capai.

Pandangan anak lain atau orang tua yang tidak suka anaknya satu kelas denganABK yang di cap nakal, menjadi model prilaku yang tidak baik bagi anaknya, anaknya meniru prilaku ABK sehingga orang tua menganggap ABK seperti penyakit menular yang harus dihindari.

Guru yang tidak sabar dalam mendidik ABK, sehingga guru lepas emosi menghadapi prilaku ABK yang emosinya sering naik turun dengan mudah.

E. Factor-faktor pendukung

Semakin banyaknya masyarakat yang peduli dengan perkembangan anaknya sehingga orang tua peduli untuk menterapi ankanya dan melakukan assessment secara berkesinambungan.

Banyaknya seminar dan workshop ABK yang mampu memberi ilmu bagi guru-guru sehingga lebih mampu menangani ABK.

Kerjasama dengan lembaga psikologi dan terapi yang menjadi rujukan dan melakukan screening dan assessment kepada murid yang dicurigai atau terindikasi masuk kategori ABK.

Akses internet untuk mencari sumber-sumber artikel yang mampu memberi jawaban atau ketidak mampuan guru ketika menemui kesulitan dalam menghadapi ABK

F. Alternative pengembangan

Hasil dari karya tulis ini bisa dikembangakan lebih mendalam lagi, ABK memiliki kecerdasakan tertentu yang biasanya sangat dominaan. Di lain kesempatan bisa digali dan dilakukan penelitian pengembangan potensi ABK sesuai minat dan bakatnya, akan menantang sekali mengajarkan ABK hal-hal baru atau memberi keluasan ABK mengeksplor apa yang ia minati.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan rangkaian kegiatan dalam karya tulis ini, saya melihat bahwa ABK sama dengan anak pada umumnya, mereka hanya memiliki cara tersendiri dalam mencari dan menyerap pengetahuan dan memiliki bahasa yang berbeda dalam berkomunikasi dan menyampaikan isi kepala mereka.

Anak-anak normal tidak akan melabeli ABK dengan sebutan tidak baik atau membully mereka jika kita para guru atau orang dewas disekitar anak, mampu menerima ABK dengan baik. Mereka melihat bagaimana guru memperlakukan ABK dan mereka akan mengikuti kita.

ABK adalah anak yang istimewa, mereka anak dengan kekhususan dan keistimewaan yang unik, mereka memiliki potensi yang luar biasa jika kita mampu melihat dan mengarahkannya. Butuh pendidikan dari hati untukmengarahkan mereka agar mereka bisa tumbuh menjadi manusia yang mandiri dan berprestasi sesuai

165

potensi dan bakat yang mereka miliki.

B. Rekomendasi

ABK berhak mendapatkan pendidikan yang baik dan memerlukan penanganan dari lingkungan yang mendukung.Selayaknya banyak sekolah mampu menerima keberadaan mereka, dan mendapatkan guru yang baik dalam mendidik. Mungkin nanti akan muncul penelitian-penelitian lebih lanjut mengenai ABK sehingga guru dan sekolah lebih siap menerima ABK. Penelitian ini bisa dilanjutkan lagi kearah yang lebih spesifik atau dikembangkan lagi bagiamana penanganan ABK di sekolah umum dengan aman.Mari buat sekolah kita sekolah yang rmaah dan aman untuk anak terlebih kepada ABK.

DAFTAR PUSTAKA

1. Frieda Mangunsong (2009) Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.

Jakarta:LPSP3 UI

2. Rahma, Eny, Zaenah (2012) Anakku Jadi Lebih Empati.Jakarta :Tiga Serangkai.

3. Diakses 20 April 2019. www.sekolahanak.com. (11/06/2018 Oleh SekolahAnak.com

4. Thomson, Jenny (2010) Memahami Anak Berkebutuhan. Khusus. Jakarta : Pearson Education Limited.

Bandar Lampung, 3 November 2019

Pemanfaatan Aplikasi Quiver-3D Coloring Berbasis Augmented Reality