• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengelaborasi Education For All dengan Pendidikan Inklusi dalam Menumbangkan Hegemoni Diskriminasi Pendidikan

Pukul 09.05 WIB anak-anak mulai beristirahat,

anak-anak akan bergegas untuk mencuci tangan karena kegiatan selanjutnya yitu makan bekal.

Kegiatan penutup dimulai pukul 09.30 WIB. Guru akan menanyakan bagaimana perasaan anak hari ini setelah melakukan kegiatan.

Maka setelahnya guru akan memberi informasi

mengenai kegiatan esok hari. Kegiatan ditutup dengan doa.

c. Pengamatan

Pengamatan atau observasi pada siklus I dilakukan dengan cara kolaboratif antara peneliti dan juga guru.

Seluruh aspek diamati secara menyeluruh selama proses pembelajaran berlangsung. Pelaksaan siklus I awalnya masih banyak mengalami kendala diantaranya anak terlalu antusias dalam bermain balok hingga terjadilah saling dorong dan berebut.

Sehingga guru harus menenangkan anak-anak agar tidak saling berebut.

Pada siklus I pertemuan kedua anak-anak masih menyesuaikan dengan permainan balok. Sehingga masih ada beberapa anak yang berebut balok. Guru masih saja harus mengingatkan bahwa bermain secara bersama tidak saling berebut.

Interaksi dan juga

komunikasi di pertemuan

kedua mulai muncul, sehingga anak-anak akan mendiskusikan bagaimana bentuk yang akan dibuat.

Ada anak yang pada pertemuan pertama selalu saja merebut balok milik temannya, pada hari kedua sudah mulai berkurang dan mau berbagi dengan temannya, yaitu Faranisa, Bima dan Selfi.

Berdasarkan hasil observasi siklus I yang dilakukan berdasarkan lembar penilaian, diperoleh data kemampuan kerja sama sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil rekapitulasi Pra Tindakan dan Siklus I Kemampuan Kerjasama melalui Permainan Balok

No Kriteria PraTindakan Siklus I

Jumlah % Jumlah %

1 BSB 1 8,33 1 8,33

2 BSH 3 25 4 33,33

3 MB 5 41,67 6 50

4 BB 3 25 1 8,33

Total 12 100 12 100

Berdasarkan dengan tabel 2 mengenai rekapitulasi presentasi kemampuan kerja sama dalam Pra Tindakan dan Siklus I dapat diperjelas dengan gambar 2 yaitu :

BSB : Berkembang Sangat Baik BSH : Berkembang Sesuai Harapan MB : Mulai Berkembang

BB : Belum Berkembang

Berdasarkan tabel dan juga grafik hasil pengamatan dapat dilihat perbandingan persentase setiap kriteria dalam kemampuan kerja sama. Terlihat dengan jelas jika kemampuan kerja sama mengalami peningkatan dari sebelum dilakukan tindakan hingga dilakukan tindakan. Anak dengan

Bandar Lampung, 3 November 2019

kriteria berkembang sesuai harapan pada pra tindakan berjumlah 3 anak atau 25 %.

Kemudian setelah diberi tindakan siklus I meningkat menjadi 4 atau 33,34 %.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan sebagai langkah awal untuk dapat mengetahui apakah penelitian ini dapat dilanjutkan pada siklus selanjutnya atau tidak. Pada siklus I kemampuan kerja

sama mengalami

peningkatan dimana anak sudah mau berbagi dan bekerja sama dengan temannya.

Pembahasan

Melalui hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan cara kolaboratif oleh peneliti dan juga guru menunjukkan bahwa kemampuan kerja sama di Tk Tunas Melati mengalami peningkatan.

Kemampuan yang diamati meliputi indikator menaati peraturan, berbagi tugas, membangun interaksi, memecahkan dan juga berimajinasi.

Kemampuan kerja sama di TK Tunas Melati

mengalami peningkatan, berdasarkan dengan hasil observasi padatahap pratindakan mendapat tiga anak yang mendapatkan kategori berkembang sesuai harapan mencapai 25 %. Kemudian setelah dilakukan tindakan meningkat menjadi empat anak atau 33,34 %.

Pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan kerja sama melalui permainan balok dengan indikator keberhasilan yaitu 75%

Kemampuan kerja sama mulai muncul ketika anak sudah mau saling berbagi dan juga bermain bersama. Anak juga menunjukan sikap bekerja sama ketika mampu untuk membantu temannya ketika kesulitan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Clistrap dalam Roestiyah (2008: 15) bahwa kerja sama suatu kegiatan yang dilakukan secara berkelompok untuk mengerjakan atau memecahkan dengan dilakukan secara bersama-sama. Dalam sebuah kerja sama pasti akan ada sebuah interaksi antar individu.

Meski seperti itu masih ada beberapa anak yang belum mau berbagi mainan dengan temannya. Kemampuan kerja sama pada anak masih perlu ditingkatkan. Persentase kemampuan kerja sama pada anak mencapai 33,34%

Peningkatan kemampuan kerja sama

mengalami peningkatan ketika menggunakan permainan balok. Hal ini berarti bahwa permainan balok mampu membuat kerja sama pada anak meningkat. Pelaksaan kegiatan ini juga menjadi upaya agar guru tidak hanya melakukan pembelajaran dengan tanya jawab dan bercerita saja. Namun, anak juga akan terlibat aktif di dalam sebuah pembelajaran agar anak tidak cepat merasa bosan. Dengan demikian anak akan memperoleh pengalaman secara langsung melalui kegiatan yang dilakukan yaitu bermain balok.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan kerja sama anak Tk Tunas Melati Yogyakarta dapat ditingkatkan melalui permainan balok. Penelitian ini berhasil meningkatkan kemampuan kerja sama bagi anak meliputi bermain sesuai aturan, berbagi mainan, membereskan mainan setelah digunakan, membangun komunikasi, bekerja sama dengan teman, membantu temannya, mengkoordinasi mata dan tangan, berimajinasi dan

juga memecahkan

masalahnya sendiri.

Berdasarkan dengan data pratindakan bahwa anak dengan kategori berkembang dengan baik ada satu anak atau 8,33 %, anak dengan kategori berkembang sesuai harapan ada tiga anak atau 25%, anak dengan kategori mulai berkembang ada lima anak atau 41,67%, kemudian anak dengan kategori belum berkembangada tiga anak atau 25%.

Setelah dilakukan tindakan siklus I maka terjadi peningkatan yaitu anak dengan kategori berkembang sangat baik ada satu anak atau 8,33%, anak dengan berkembang sesuai harapan ada empat anak atau 33,34%, anak dengan mulai berkembang ada enam anak atau 50%, anak dengan belum berkembang ada satu anak atau 8,33%

DAFTAR PUSTAKA

Nuraini, F. (2014). Pelaksanaan Pengenalan Konsep Dasar Matematika Melalui Metode Bercerita Dengan Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Di Paud Terpadu Nuraini Aisyiyah YOGYAKARTA. AdMathEdu, 4(2).

Wardhani, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka

Aprilia Dian, 2017. Peningkatan Kemampuan Kerjasama Melalui Permainan Kontruktif pada Anak Kelompok B di Tk ABA

Bandar Lampung, 3 November 2019

Plosokerep Bunder Patuk Gunung Kidul.

Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi ke-6 hlm 561-573

Moh Fauziddin, 2016. Peningkatan Kemampuan Kerjasama Melalui Kegiatan Kerja Kelompok Pada Anak Kelompok A

Tk Kartika Salo Kabupaten Kampar.

Jurnal PGPAUD STKIP Vol 2 Nomor 1 hlm 29-45

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 tahun 2014 Bab I Pasal 1.

Undang-Undang No 20 tahun 2003.

Membangun Sikap Disiplin Anak