• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

3.2. Prosedur Kerja

3.2.1. Pengambilan sampel ikan

Pengambilan sampel ikan dilakukan pada lima stasiun pengambilan sampel dengan menggunakan alat electrofishing dengan kekuatan 24 Volt dan arus 18 Ampere. Electrofishing dioperasikan selama 30 menit pada pinggiran sungai. Metoda ini dapat mencapai 50 meter selama 30 menit.

Electrofhising bertujuan untuk mengumpulkan nekton dalam jumlah tertentu yang efektif digunakan di perairan mengalir, walaupun pada kasus tertentu dapat juga digunakan di perairan yang tenang. Beberapa jenis elektrofhising cukup kecil dan ringan untuk digunakan seperti membawa tas punggung, namun ada juga jenis tertentu yang berat sehingga harus dibawa oleh 2-3 orang, dengan menggunakan generator sebagai sumber listrik (Lagler, 1972).

Selain itu penangkapan ikan juga dilakukan dengan menggunakan jala tebar berjari-jari 200 cm dengan mata jala 1,5 cm. Penangkapan ikan dengan menggunakan jala dilakukan dengan melihat keadaan lingkungan yang sesuai dan menduga keberdaan ikan.

3.2.2. Penanganan dan Pengukuran Ikan

Ikan yang tertangkap diukur panjang total dan beratnya. Panjang total diukur dengan menggunakan penggaris yang dimulai dari bagian ujung kepala sampai bagian paling ujung dari sirip ekor, sedangkan berat ikan ditimbang dengan menggunakan timbangan dengan ketelitian 1 gram.

Sampel yang sudah ditandai selanjutnya di diawetkan dengan cara direndam secara bertahap pada larutan alkohol 5% (10 menit), 10% (10 menit), 20% (10 menit), 40% (10 menit) dan penyimpanan akhir dalam larutan alkohol 75%.

3.2.3. Analisis Kebiasaan Makanan (Food Habit)

Ikan dibedah dengan menggunakan gunting bedah mulai dari anus menuju bagian atas perut secara horizontal sampai bagian belakang sirip perut dan menuju ke dasar perut. Saluran pencernaan dipisahkan dari organ lainnya dan dimasukkan

ke dalam botol sampel untuk diawetkan dengan formalin 4%. Sampel ini dibawa ke laboratorium untuk dianalisis di Laboratorium Biologi.

Identifikasi jenis-jenis makanan dilakukan di LIDA Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara. Saluran pencernaan ikan yang telah diawetkan, dipisahkan terlebih dahulu antara usus dan lambungnya. Usus ikan yang telah dipisahkan, diukur panjangnya dengan menggunakan penggaris. Untuk mengetahui jenis-jenis makanan yang dimakan oleh ikan batak, dilakukan hal sebagai berikut: melakukan pembedahan lambung untuk mengambil isinya dan meletakkannya pada cawan petri. Selanjutnya mengelompokkan berdasarkan jenisnya dan melakukan pengukuran volume masing-masing kelompok tersebut.

Pengukuran volume dilakukan menggunakan gelas ukur, dengan cara mengisi gelas ukur dengan aquades sampai 1 ml, memasukkan jenis makanan yang telah dikelompokkan ke dalam gelas ukur dan mencatat penambahan volume yang dihasilkan. Pengukuran volume ini dilakukan pada setiap kelompok jenis makanan, untuk kemudian mengakumulasi volume total semua kelompok makanan dan menghitung persentase masing-masing kelompok jenis makanan.

Untuk memperjelas tampilan, organisme tersebut diamati dibawah mikroskop (Efendie, 1979) Identifikasi jenis – jenis makanan dilakukan dengan menggunakan buku identifikasi Edmonson (1963), Sachlan (1982) dan Borror (1996)

3.2.4. Pengukuran Faktor Fisika Kimia Perairan

Menurut Barus (2004) faktor fisika dan kimia perairan dapat diukur dengan cara :

A. Temperatur air (0C) diukur dengan termometer merkuri, yakni dengan cara mencelupkan termometer kedalam sampel air 10 menit lalu dibaca skala temperaturnya.

B. Derajat Keasaman diukur dengan pH meter dengan mencelupkan elektroda pH meter ke dalam sampel air kemudian dibaca angka yang tertera.

C. Penetrasi cahaya diukur dengan menggunakan keping secchi, dengan cara menenggelamkan keping secchi kedalam air hingga batas kenampakan

keeping secchi. Kemudian diukur kedalam penetrasi cahaya dengan cara menghitung jumlah bulatan pada tali yang masing-masing berjarak 20 cm.

D. Intensitas cahaya matahari diukur dengan menggunakan Lux meter.

E. Pengukuran arus air dengan menggunakan bola pingpong dengan menghanyutkan bola pingpong pada jarak tertentu (10 m) di permukaan air, dengan menggunakan stopwatch dihitung waktu yang ditempuh oleh bola pingpong pada jarak yang sudah ditentukan tersebut.

F. DO diukur dengan menggunakan metode winkler dengan prosedur sebagai berikut: botol winkler diisi dengan air sampel yang hendak diukur nilai oksigen terlarutnya hingga penuh, ke dalam botol winkler kemudian ditambahkan 1 ml mangan sulfat diikuti dengan 1 ml larutan KOH-KI.

Botol winkler ditutup dan dibolak balik secara perlahan-lahan, sampai terbentuk endapan berwarna putih, kemudian diberi larutan 1 ml asam sulfat pekat lalu botol winkler kembali dibolak balik secara perlahan-lahan sehingga didapatkan larutan warna coklat. Selanjutnya mengambil larutan dari botol winkler tersebut dengan 100 ml dan dimasukkan kedalam erlenmeyer, selanjutnya dititrasi dengan menggunakan larutan 0,0125 N natrium thiosulfat sampai warna larutan berwarna kuning pucat, lalu ditambahkan sebanyak 3 tetes amilum sehingga larutan berwarna biru.

Kemudian dilakukan titrasi dengan larutan 0,0125 N natrium thiosulfat hingga warna biru hilang secara sempurna atau berwarna bening, volume natrium thiosulfat yang terpakai merupakan nilai DO akhir dimana setiap 1 ml larutan titrasi yang digunakan setara dengan 1 ml O2 dalam 1 liter air sampel.

G. Pengukuran BOD5 dilakukan dengan mengambil sampel air yang akan diukur nilai BOD5 dimasukkan kedalam botol winkler dan disimpan selama 5 hari pada temperatur konstan 20 0C kemudian setelah 5 hari dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: botol winkler diisi dengan air sampel yang hendak diukur nilai oksigen terlarutnya hingga penuh, ke dalam botol winkler kemudian ditambahkan 1 ml mangan sulfat diikuti dengan 1 ml larutan KOH-KI. Botol winkler ditutup dan dibolak balik

secara perlahan-lahan, sampai terbentuk endapan berwarna putih, kemudian diberi larutan 1 ml asam sulfat pekat lalu botol winkler kembali dibolak balik secara perlahan-lahan sehingga didapatkan larutan warna coklat. Selanjutnya mengambil larutan dari botol winkler tersebut dengan 100 ml dan dimasukkan kedalam erlenmeyer, selanjutnya dititrasi dengan menggunakan larutan 0,0125 N natrium thiosulfat sampai warna larutan berwarna kuning pucat, lalu ditambahkan sebanyak 3 tetes amilum sehingga larutan berwarna biru. Kemudian dilakukan titrasi dengan larutan 0,0125 N natrium thiosulfat hingga warna biru hilang secara sempurna atau berwarna bening, volume natrium thiosulfat yang terpakai yang merupakan nilai DO akhir dimana setiap 1 ml larutan titrasi yang digunakan setara dengan 1 ml O2 dalam 1 liter air sampel. Selisih nilai DO yang diperoleh antara saat awal dan akhir adalah merupakan nilai BOD5

dari sampel air tersebut.

H. Kandungan Nitrat. Sampel air diambil sebanyak 5 ml, kemudian ditetesi dengan 1 ml NaCl selanjutnya ditambahkan 5 ml H

2SO

4 dan 4 tetes asam Brucine Sulfat Sulfanik. Larutan ini dipanaskan selama 25 menit pada suhu 95 0C kemudian didinginkan selanjutnya kandungan nitrat dapat diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 410 nm.

I. Kandungan Fosfat. Sampel air diambil sebanyak 5 ml, kemudian ditetesi dengan reagen Amstrong sebanyak 2 ml selanjutnya ditambahkan 1 ml asam askorbat. Larutan didiamkan selama 20 menit kemudian konsentrasi Posfat dapat diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 880 nm.

Tabel. 3.1 Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik, Kimia, dan Biologi Perairan

No Parameter Alat Satuan Keterangan

1 Fisik

Nitrat Spektrofotometer mg/l Ek-situ

Fosfat Spektrofotometer mg/l Ek-situ

3 Biologi

Analisis panjang dan berat bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan di alam. Untuk mencari hubungan antara panjang total ikan dengan beratnya digunakan persamaan eksponensial sebagai berikut (Effendie, 1997):

W = a Lb a dan b= konstanta hasil regres

Dokumen terkait