• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.4. Prosedur Kerja

Penelitian pendahuluan yang dilakukan yaitu pengambilan sampel tanah di lokasi tambang batubara PT. Kiansing Inti Makmur (PT. KIM). Pengambilan sampel tanah dilakukan di lokasi yang telah selesai dilakukan kegiatan penambangan dengan luasan 1 ha dimana sampel tanah diambil secara komposit untuk dilakukan pengujian sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pengambilan media tanam juga dilakukan di areal yang sama dengan areal pengambilan sampel tanah.

27

Hasil analisis tanah tersebut dijadikan sebagai acuan untuk menentukan perlakuan pada penelitian ini.

Persiapan Inokulan

Inokulum Gigaspora sp. dan Glomus sp. diperoleh dari Laboraotorium Mikrobiologi Pusat Penelitian Hutan Alam Litbang Kehutanan Gunung Batu, Bogor. Inokulan yang telah ada dipersiapkan sesuai kebutuhan dimana disiapkan 50 spora dimasukkan ke setiap tabung film dan disimpan di kulkas sampai saatnya digunakan. Spora-spora yang sebelumnya terdapat di media zeolit disaring dengan saringan spora dimana spora yang diambil berasal dari saringan yang berukuran 125 µm dan 63 µm, kemudian spora tersebut dimasukkan ke cawan petri dan dilihat dimikroskop dissecting dan diambil menggunakan makro pipet, kemudian dimasukkan ke tabung film.

Inokulan FMA yang digunakan menggunakan yang telah ada karena dari hasil isolasi spora dari sampel tanah yang diambil di lapangan spora yang ditemukan sangatlah sedikit dimana dari 50 gram sampel tanah hanya ditemukan 1 spora bahkan ada juga yang tidak ditemukan adanya spora di dalam sampel tanah sehingga sangat sulit untuk dikulturkan maka itu menggunakan yang telah ada dengan harapan jenis inokulum yang ada tersebut dapat berasosiasi dengan baik dengan jenis tanaman yang dipilih/digunakan.

Pengolahan Limbah batubara

Batubara yang ada sebelum dicampurkan dengan media tanam terlebih dahulu ditumbuk sampai halus, kemudian setelah halus baru dicampurkan bersamaan media tumbuh dengan komposisi yang telah ditentukan. Batubara yang telah ditumbuk halus diuji kandungan kalorinya, kandungan karbon terikat kadar airnya di Laboratorium Kimia Kayu Puslit Hasil Hutan Badan Litbang Kehutanan Gunung Batu dan komposisi kimia rutinnya di Laboratorium Penelitian dan Uji Tanah, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor.

28 Persiapan Media Tumbuh Semai

Media yang disiapkan berupa media pasca tambang batubara yang diperoleh dari PT. Kiansing Inti Makmur (PT. KIM) Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. Media tersebut dilakukan sterilisasi terlebih dahulu dengan pada suhu 1020C selama 4-5 jam. Kemudian media dicampurkan dengan batubara lalu dimasukkan ke dalam polybag sesuai dengan ukuran perbandingannya (V/V). Pembuatan media tumbuh semai dilakukan dengan mencampur media tanah pasca penambangan batubara dengan limbah batubara. Komposisinya antara lain : 1. Media tanam 100% (tanpa kompos dan batubara/kontrol) (B0)

2. Media tanam +batubara asal Kalimantan Selatan15% (v/v) (B1) 3. Media tanam + batubara asal Jambi 15% (v/v) (B2)

Penyiapan Semai

a. Benih Jabon (Anthocephalus cadamba) diperoleh dari satu pohon induk yang ada di halaman parkir Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor untuk menghindari adanya variasi genetik.

b. Benih Jabon (Anthocephalus cadamba) di tabur di dalam bak kecambah. c. Setelah semai berumur 3 bulan atau setelah terdapat 6 helai daun, semai

dipindahkan ke dalam polybag.

Inokulasi FMA

a. Inokulasi FMA dilakukan bersamaan dengan pemindahan semai dari bak kecambah ke polybag.

b. Inokulasi FMA diberikan sebanyak 50 spora persemai perpolybag. c. Pemberian spora dilakukan tepat pada akar semai Jabon.

Pemberian Pupuk NPK

Pemberian pupuk NPK dilakukan sebanyak 3 kali pemberian yaitu pemberian pupuk pertama dilakukan pada saat seminggu setelah semai disapih, pemberian pupuk kedua dilakukan 6 minggu setelah semai disapih dan pemupukkan ketiga dilakukan setalah 10 minggu proses penyapihan sesuai dengan konsentrasi yang telah ditentukan.

29 Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman yang dilakukan setiap pagi dan sore hari atau sesuai dengan kondisi media tumbuh, dimana bila kondisi media lembab maka penyiraman tidak perlu dilakukan.

Pengamatan dan Pengambilan Data

Data yang diamati dan diambil adalah data-data yang dipakai untuk melihat pertumbuhan semai Jabon (Anthocephalus cadamba) dengan perlakuan-perlakuan yang ada. Dimana data yang diambil antara lain :

1. Pertambahan Tinggi (cm)

Pengukuran tinggi semai dilakukan sesaat setelah penyapihan, kemudian dilakukan setiap 1 minggu sekali sampai semai berumur 4 bulan. Penggukuran dilakukan menggunakan penggaris dimana semai diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh pucuk semai.

2. Pertambahan diameter (cm)

Pengukuran diameter semai dilakukan sesaat setelah penyapihan, kemudian dilakukan setiap 1 bulan sekali sampai semai berumur 4 bulan. Penggukuran dilakukan dengan menggunakan kalifer dimana semai diukur pada ketinggian sekitar 1 cm di atas pangkal batang semai.

3. Pertambahan jumlah helai daun

Penghitungan pertambahan jumlah helai daun dilakukan dengan cara menghitung secara langsung pada masing-masing tanaman dengan selang waktu 1 minggu sekali selama 4 bulan. Jumlah daun awal dihitung pada saat semai disapih ke dalam polybag.

4. Biomassa pucuk, biomassa akar dan bobot kering tanaman (BKT)

Pengukuran dilakukan pada saat akhir pengamatan dengan cara memotong bagian pucuk dan akar dari sampel tanaman, kemudian masing-masing bagian tanaman tersebut dimasukkan ke dalam kertas terpisah lalu di oven dengan suhu 700C selama 72 jam sampai tercapai bobot kering konstan. Setelah sampel bagian tanaman di oven lalu ditimbang dengan timbangan analitik. Dari hasil penimbangan tersebut akan didapat biomassa pucuk, biomassa akar dan total berat kering tanaman.

30

5. Rasio Pucuk Akar

Rasio pucuk akar didapat dari membandingkan biomassa pucuk semai dengan biomassa akar semai.

6. Indeks Mutu Bibit

Indek kualitas semai diperoleh dengan rumus : (Hendromono 2003)

Indeks Mutu Bibit (Q)

Bibit yang baik dan mampu bertahan hidup di lapangan jika memiliki nilai Q > 0.09.

7. Persen infensi FMA

Persen infeksi FMA merupakan data yang digunakan untuk melihat efektivitas inokulum FMA di dalam menginfeksi akar. Cara untuk melakukan pengukuran persen infeksi FMA pada akar tanaman adalah dengan cara sebagai berikut : - Beberapa dari contoh akar diambil , kemudian dicuci di air mengalir untuk

melepaskan semua miselium luar yang ada pada akar tanaman.

- Bagian akar yang muda diambil kemudian dimasukkan ke dalam tabung film dan direndam di dalam larutan KOH 2,5% selama semalam atau sampai akar berwarna kuning bersih.

- Setelah akar berwarna kuning bersih, larutan KOH 2,5% dibuang kemudian akar dicuci kembali dengan air mengalir dengan menggunakan saringan teh sebagai wadah.

- Apabila akar belum berwarna kuning bersih, akar direndam terlebih dahulu dengan larutan H2O2 selama 2-5 menit, kemudian akar dicuci kembali dengan air mengalir dengan menggunkan saringan teh sebagai wadah. - Akar direndam dengal larutan HCL 2% selama semalam atau sampai akar

berwarna kuning jernih.

- Setelah akar berwarna kuning jernih, larutan HCL 2% dibuang.

- Akar direndam dengan larutan staining yaitu larutan dari campuran gliserin 700 ml ditambah aquades 300 ml serta ditambah dengan trypan blue 0.02% selama semalam.

- Larutan staining diganti dengan larutan destaining yaitu campuran gliserin 500 ml dan aquades 500 ml tanpa trypan blue selama semalam.

Dokumen terkait