• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian antara lain sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Peneliti membuat surat perizinan penelitian kepada SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta melalui sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Peneliti meminta izin penelitian ke pihak SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Peneliti memaparkan garis besar penelitian kepada guru pengampu.

c. Peneliti juga melakukan komunikasi lebih lanjut dengan guru matematika terkait jadwal pelaksanaan penelitian.

2. Tahap Uji Coba Soal

a. Peneliti melakukan uji coba soal tes awal untuk menguji validitas dan reliabilitas soal. Uji coba soal dilakukan di kelas VIII G SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dengan jumlah siswa sebanyak 36 siswa.

b. Peneliti melakukan revisi soal uji coba dengan memperbaiki soal-soal yang tidak valid dan melakukan validasi pakar, yaitu validasi soal yang sudah diperbaiki kepada dosen sebelum digunakan untuk tes awal.

3. Tahap Pengambilan Data

a. Peneliti melaksanakan tes awal di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Tes awal diikuti oleh 33 siswa kelas VIII D dan bertujuan untuk menentukan siapa saja siswa yang akan menjadi subyek penelitian.

b. Setelah menentukan subyek penelitian, peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran dan juga dengan siswa yang menjadi subyek penelitian.

c. Peneliti melaksanakan pembelajaran remedial dan tes remedial yang diikuti oleh tiga siswa yang menjadi subyek penelitian. Pembelajaran remedial dilaksanakan sebanyak dua kali (3 JP), dengan masing-masing JP adalah 40 menit. Pada 2 JP awal, peneliti membahas tentang soal-soal PTS yang masih sulit untuk diselesaikan oleh siswa, sedangkan untuk 2 JP terakhir peneliti membahas kembali penyelesaian soal tes awal di JP pertama dan memberikan tes remedial di JP kedua. Peneliti membawakan pembelajaran remedial dengan tempo mengajar yang lebih lambat dari guru dan menjelaskan materi dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti oleh siswa.

4. Tahap Analisis Data

Setelah melakukan pengambilan data, peneliti melakukan analisis terhadap data yang diperoleh. Analisis tersebut bertujuan untuk menjawab rumusan-rumusan masalah yang disusun. Kemudian dari hasil analisis tersebut ditarik kesimpulan dan saran untuk penelitian selanjutnya dengan konteks yang sama.

57 BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dimulai dengan melakukan observasi di kelas VIII D pada saat mata pelajaran matematika berlangsung. Observasi dilaksanakan pada tanggal 13 September 2019 di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Observasi yang dilakukan bertujuan untuk melihat penyebab-penyebab tidak langsung kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Pada saat observasi, peneliti mengamati karakteristik siswa kelas VIII D pada saat belajar matematika, serta proses pembelajaran yang berlangsung.

Selanjutnya, peneliti memberikan tes pengukuran awal berupa soal uraian yang terdiri dari 4 butir soal yang mencakup materi pola bilangan, koordinat Kartesius, dan relasi matematika. Tes awal dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2019 selama 40 menit, dan diikuti oleh 33 orang siswa kelas VIII D. Pengerjaan tes diawasi oleh guru matematika dan peneliti. Hasil dari tes awal digunakan untuk menentukan siapa saja siswa yang mengalami kesulitan belajar, dan sekaligus melihat di mana saja letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa pada waktu mengerjakan tes.

Siswa yang tidak mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan oleh sekolah adalah siswa yang terindikasi mengalami kesulitan belajar. Pada penelitian ini, peneliti mengambil tiga siswa dengan nilai terendah dari siswa-siswa yang mendapatkan hasil tes di bawah nilai KKM untuk dijadikan subyek penelitian. Para subyek kemudian diwawancarai secara bergantian dengan tujuan mengetahui faktor-faktor

penyebab kesulitan belajar yang dialami. Untuk melengkapi jawaban mereka, peneliti juga mewawancarai guru pengampu mata pelajaran matematika di kelas VIII D.

Setelah memperoleh faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami oleh subyek, peneliti memberikan pembelajaran remedial kepada para subyek yang dilaksanakan sebanyak 3JP (dua kali pertemuan), dengan 1 JP nya adalah 40 menit. Pembelajaran remedial tersebut mencakup materi-materi yang dianggap sulit dan belum dikuasai oleh para subyek. Dalam kasus ini subyek masih mengalami kesulitan pada semua materi, yaitu pola bilangan, koordinat Kartesius, dan relasi.

Tes pengukuran akhir bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran remedial yang disusun dapat mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh subyek atau tidak. Tes ini terdiri dari 4 soal uraian yang mencakup materi-materi yang diujikan pada tes awal. Hasil tes ini kemudian dibandingkan dengan hasil tes pengukuran awal untuk melihat ada atau tidaknya peningkatan nilai yang didapatkan oleh subyek dan banyaknya jenis-jenis kesalahan yang dibuat oleh subyek. Proses penelitian yang dilakukan, dirangkum pada tabel berikut ini:

Tabel 4. 1 Pelaksanaan Penelitian

No. Hari, Tanggal Kegiatan

1. Jumat, 13 September 2019 Observasi di kelas VIII D

2. Senin, 30 September 2019 Pelaksanaan uji coba soal tes di kelas VIII G 3. Selasa, 1 Oktober 2019 Pelaksanaan tes awal, serta wawancara subyek

dan guru matematika

4. Jumat, 4 Oktober 2019 Pelaksanaan pembelajaran remedial ke-1 5. Sabtu, 5 Oktober 2019 Pelaksanaan pembelajaran remedial ke-2 dan

pelaksanaan tes akhir

B. Hasil Penelitian 1. Hasil observasi

Observasi dilakukan pada tanggal 13 September 2019 di kelas VIII D pada saat pembelajaran matematika sedang berlangsung. Kegiatan ini dilakukan sebelum masa penilaian tengah semester (PTS). Observasi dilakukan dengan tujuan melihat karakteristik-karakteristik siswa di kelas selama pembelajaran, serta untuk melihat penyebab-penyebab tidak langsung dari kesulitan-kesulitan belajar siswa.

Berdasarkan pelaksanaan observasi di kelas, peneliti mengamati bahwa siswa pada umumnya sudah siap untuk mengikuti proses pembelajaran ketika guru masuk ke dalam kelas. Namun, beberapa siswa ada yang belum mempersiapkan buku pelajaran matematika mereka di atas meja belajar. Guru mengawali dengan memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan apersepsi yang dilakukan oleh guru yaitu memberikan penjelasan ulang secara garis besar mengenai materi relasi yang pada pertemuan sebelumnya telah dibahas. Siswa terlihat mengikuti pembelajaran dengan suasana yang kondusif. Satu atau dua siswa mengajukan pertanyaan kepada guru terkait hal-hal yang belum dipahami.

Guru kemudian menginformasikan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan tersebut, yaitu berlatih soal-soal sebagai persiapan PTS yang akan dilaksanakan minggu berikutnya.

Pada saat mengerjakan latihan soal, suasana kelas mulai tidak kondusif.

Sebagian besar siswa mengerjakan latihan soal sambil berdiskusi dengan teman-teman disekitarnya, beberapa ada juga yang mengobrol hal-hal di luar

pelajaran. Sesekali guru mengkondisikan suasana kelas dengan menegur siswa-siswa yang mengobrol. Guru juga berkeliling untuk melihat pekerjaan siswa. Latihan tersebut kemudian dibahas oleh guru di papan tulis. Pada umumnya siswa mencatat pembahasan yang dituliskan guru di papan tulis, namun ada juga siswa-siswa yang tidak mencatat. Meskipun telah berulang kali ditegur oleh guru, siswa-siswa tersebut hanya mendengarkan tetapi tidak melakukan.

Pada saat observasi, peneliti melihat bahwa siswa-siswa kelas VIII D pada umumnya cenderung aktif bertanya kepada guru mengenai hal-hal yang tidak dipahami, ketika guru menerangkan pada papan tulis ataupun ketika mengerjakan latihan soal. Beberapa siswa juga terlihat bertanya kepada teman-teman di sekitarnya. Ketika kelas mulai tidak terkondisikan, guru sesekali menegur siswa-siswa yang ribut. Pada saat ditegur, siswa mulai tenang dan mengkondisikan dirinya.

2. Hasil pelaksanaan uji coba soal tes

Sebelum memberikan tes awal pada kelas penelitian, peneliti terlebih dahulu melaksanakan uji coba soal tes di kelas lainnya. Peneliti melaksanakan tes uji coba soal di kelas VIII G pada hari Senin, 30 September 2019. Tes uji coba soal ini bertujuan untuk menguji kelayakan soal. Soal tes yang diberikan berbentuk uraian yang terdiri dari 4 butir soal dengan beberapa sub soal sehingga jika ditotal terdapat 6 butir soal. Tes uji coba ini diikuti oleh semua siswa kelas VIII G dengan waktu pengerjaan 40 menit, serta diawasi oleh peneliti dan guru matematika sehingga meminimalisir kemungkinan siswa untuk mencontek pekerjaan temannya. Soal tes ini

mencakup materi yang diujikan di PTS, antara lain pola bilangan, koordinat Kartesius, dan relasi.

Berdasarkan hasil uji coba soal, soal nomor 1, dan 2 dinyatakan valid dan soal nomor 3, dan 4 dinyatakan tidak valid sehingga harus diperbaiki.

Perbaikan soal dilakukan dengan meneliti kembali tiap butir soal yang tidak valid dari aspek kejelasan soal, tingkat kesulitan soal, kesesuaian soal dengan silabus, ketepatan soal (soal tidak mengandung miskonsepsi), serta kesesuaian jumlah soal dengan waktu pengerjaan yang dialokasikan. Setelah diperbaiki, soal-soal tersebut divalidasi oleh pakar/ahli matematika, dan jika dinyatakan layak digunakan maka soal dapat digunakan sebagai tes awal.

3. Hasil pelaksanaan tes awal

Tes awal dilaksanakan di kelas VIII D pada hari Selasa, 1 Oktober 2019. Tes ini diikuti oleh semua siswa kelas VIII D yang berjumlah 33 orang dan dikerjakan selama 40 menit. Pelaksanaan tes diawasi oleh peneliti dan guru matematika.

Tes awal ini digunakan untuk menentukan siapa saja siswa yang mengalami kesulitan belajar untuk kemudian diberikan bantuan. Siswa yang menerima bantuan adalah siswa yang dalam penyelesaian soal tes memiliki banyak kesalahan. Untuk melihat di mana saja letak kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh siswa peneliti menggunakan klasifikasi kesalahan menurut Hadar, dkk (1987). Tes awal ini juga digunakan sebagai tes diagnostik.

Berikut disajikan nilai tes awal siswa kelas VIII D.

63

No Nomor Siswa Skor per Butir Soal

Total Skor Nilai Kriteria

1 2 3a 3b 4a 4b

1 S1 18 2 8 10 10 4 52 69.3 Tidak Tuntas

2 S2 18 2 8 10 10 3 51 68.0 Tidak Tuntas

3 S3 18 8 6 10 10 10 62 82.7 Tuntas

4 S4 20 15 10 10 2 4 61 81.3 Tuntas

5 S5 18 2 8 10 10 10 58 77.3 Tuntas

6 S6 18 0 10 10 10 10 58 77.3 Tuntas

7 S7 18 15 10 10 10 4 67 89.3 Tuntas

8 S8 2 15 10 10 4 10 51 68.0 Tidak Tuntas

9 S9 12 15 9 10 4 10 60 80.0 Tuntas

10 S10 3 15 10 10 10 10 58 77.3 Tuntas

11 S11 3 0 6 10 2 4 25 33.3 Tidak Tuntas

12 S12 20 2 10 10 10 10 62 82.7 Tuntas

13 S13 20 15 10 10 2 10 67 89.3 Tuntas

14 S14 18 2 10 10 10 10 60 80.0 Tuntas

15 S15 20 2 8 10 10 10 60 80.0 Tuntas

16 S16 18 15 10 10 2 4 59 78.7 Tuntas

17 S17 18 15 6 10 10 10 69 92.0 Tuntas

18 S18 18 6 8 10 9 2 53 70.7 Tidak Tuntas

19 S19 6 2 6 3 2 2 21 28.0 Tidak Tuntas

20 S20 8 2 8 10 10 10 48 64.0 Tidak Tuntas

64

21 S21 5 0 8 3 4 10 30 40 Tidak Tuntas

22 S22 20 15 6 10 10 10 71 94.7 Tuntas

23 S23 18 3 6 10 10 10 57 76.0 Tuntas

24 S24 3 2 8 10 2 10 35 46.7 Tidak Tuntas

25 S25 3 2 10 10 2 4 31 41.3 Tidak Tuntas

26 S26 20 15 6 10 10 4 65 86.7 Tuntas

27 S27 12 15 8 10 10 2 57 76.0 Tuntas

28 S28 20 2 10 10 10 10 62 82.7 Tuntas

29 S29 18 3 10 10 10 10 61 81.3 Tuntas

30 S30 12 15 8 10 10 4 59 78.7 Tuntas

31 S31 3 15 10 2 10 9 49 65.3 Tidak Tuntas

32 S32 2 15 10 10 10 4 51 68.0 Tidak Tuntas

33 S33 4 15 10 10 10 10 59 78.7 Tuntas

Dari 33 siswa kelas VIII D yang mengikuti tes awal, sebanyak 12 siswa belum mencapai nilai KKM yang ditetapkan, yaitu 75. Siswa-siswa yang tidak tuntas tersebut dianggap sebagai siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar. Jika dipersentasikan, sebanyak 36% siswa kelas VIII D mengalami kesulitan belajar.

4. Hasil wawancara dengan subyek

Hasil wawancara dengan subyek digunakan untuk mengetahui penyebab-penyebab tidak langsung dari kesulitan belajar yang dialami oleh subyek sehingga dapat dirancang suatu pembelajaran untuk mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Hasil dari wawancara tersebut disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4. 3 Hasil Wawancara Subjek

SUBJEK 11 (S11) SUBJEK 19 (S19) SUBJEK 21 (S21) Belajar di rumah jika

ada PR atau ulangan saja

Jarang belajar di rumah. Ia belajar ketika ada tugas saja atau jika akan ulangan.

Belajar hanya jika ada waktu saja di luar kegiatannya.

Lama waktu belajar di rumah biasanya 1 jam.

Lama waktu belajar tergantung banyak PR yang diberikan oleh guru.

Lama waktu belajar tidak menentu, bergantung pada lama penyelesaian tugas yang dikerjakan.

penjelasan dari guru saat sedang fokus.

Terkadang bisa memahami pelajaran, tetapi sering terganggu dengan kondisi kelas yang ramai.

Sulit memahami materi dikarenakan kondisi kelas yang ramai dan juga lambat dalam memahami materi.

Ikut ramai di kelas jika ada teman yang mengajak berbicara.

Saat bosan terkadang berbicara dengan teman dan tidak memperhatikan

pelajaran yang sedang berlangsung.

Lebih sering diam saat pelajaran berlangsung walaupun sesekali menanggapi teman yang mengajak berbicara. dipahami lebih memilih

bertanya langsung

(transkrip wawancara dapat dilihat pada lampiran 4) 5. Hasil wawancara dengan guru

Hasil wawancara dengan guru menjadi salah satu pertimbangan untuk menentukan upaya remediasi dalam rangka mengatasi kesulitan belajar subyek. Guru yang diwawancarai adalah guru yang mengampu mata pelajaran matematika di kelas VIII D.

Menurut beliau, proses mengajar materi yang diujikan pada PTS mengalami beberapa kendala, khususnya materi pola bilangan. Bab pola bilangan sempat diajar oleh mahasiswa PPL dan pada beberapa bagian materi belum dibahas terlalu dalam sehingga siswa masih banyak yang kurang memahami materi. Untuk mengatasi masalah tersebut, guru mencoba mengajarkan ulang mengenai materi pola bilangan tetapi tidak maksimal dikarenakan waktu yang terbatas. Untuk materi koordinat Kartesius berjalan cukup lancar karena diampu oleh guru sendiri. Kemudian untuk mengajarkan materi relasi, guru hanya mendapatkan sisa waktu 1 minggu. Menurut guru, kendala-kendala dalam mengajarkan materi menjadi salah satu faktor penyebab kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.

Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa S11 merupakan siswa yang sering mengobrol di kelas waktu pembelajaran, tetapi ia mau bertanya kepada guru apabila tidak memahami materi. Sedangkan S19 merupakan

siswa yang berkemampuan cukup dalam pelajaran matematika. Guru berpendapat bahwa hasil rendah yang didapatkan oleh S19 hanya kebetulan saja karena dalam keseharian nya siswa mampu mengikuti pelajaran dengan baik. Dibandingkan dengan kedua subyek tersebut, S21 merupakan siswa yang pendiam dan memiliki daya tangkap yang lambat. Guru masih kurang paham dengan cara belajar S21, tetapi terlihat bahwa subyek selalu berusaha untuk mengikuti pelajaran dan sering bertanya kepada guru mengenai pelajaran.

Menurut beliau, ketiga subyek bukan anak yang sering bermasalah di sekolah. Dalam pergaulan di sekolah juga para subyek biasa-biasa saja.

Kesulitan belajar yang dialami oleh masing-masing subyek karena faktor yang berbeda-beda. S11 mengalami kesulitan belajar karena lebih sering mengobrol sewaktu pembelajaran matematika, S19 kesulitan karena kurang persiapan, sedangkan untuk S21 memang lambat dalam memahami pelajaran dibandingkan dengan teman-teman lainnya di kelas, dan sering mengikuti kegiatan badminton sehingga waktu belajarnya kurang.

6. Metode pengajaran remedial

Metode yang digunakan oleh peneliti dalam menyusun pengajaran remedial menggunakan metode yang dikemukakan oleh Entang (1984) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menelaah kembali siswa yang akan diberi bantuan.

Peneliti menelaah kembali subyek yang akan diberi bantuan dengan mempertimbangkan hasil tes awal dan hasil wawancara. Hasil tes awal

dan wawancara tersebut kemudian dianalisis untuk dicari faktor-faktor penyebab kesulitan belajar subyek.

b. Melakukan alternatif tindakan.

Berdasarkan hasil dari tes awal dan wawancara, peneliti melakukan alternatif tindakan, antara lain:

1) Membahas penyelesaian dari soal-soal PTS (Penilaian Tengah Semester) yang masih sulit dikerjakan oleh para subyek. Pada saat membahas soal, peneliti tidak langsung memberikan jawaban, tetapi menggunakan metode tanya jawab untuk melihat sejauh mana pemahaman para subyek terkait materi. Peneliti juga menambahkan atau menekankan pada bagian-bagian materi yang penting.

2) Menyediakan waktu bagi para subyek untuk mengajukan pertanyaan terkait hal yang belum sepenuhnya dipahami, kemudian memberikan penjelasan ulang secara perlahan.

c. Evaluasi pengajaran remedial.

Evaluasi dilakukan dengan memberikan tes akhir setelah pengajaran remedial dilakukan. Hasil tes remedial digunakan untuk melihat keberhasilan dari pengajaran remedial yang sudah diberikan dengan cara membandingkan hasil tes awal dengan tes akhir. Keberhasilan yang dimaksud adalah para subyek dapat mengatasi kesulitan belajar mereka pada materi tertentu.

7. Hasil pelaksanaan tes akhir

Setelah mengikuti pembelajaran remedial, para subyek diberikan tes akhir yang merupakan tes evaluasi remedial. Tes akhir diberikan untuk melihat

hasil dari kegiatan remediasi. Hasil tes tersebut dibandingkan untuk melihat apakah kesalahan-kesalahan yang dilakukan subyek masih dilakukan atau tidak. Berikut akan disajikan perbandingan dari hasil tes awal dan tes akhir para subyek.

Tabel 4. 4 Perbandingan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir NO.

Pada tabel yang disajikan di atas, terlihat kesalahan yang dilakukan oleh masing-masing subyek menurun dan hasil tes subyek meningkat. Artinya kegiatan remediasi yang dilakukan membantu mengatasi kesulitan belajar para subyek dalam menyelesaikan persoalan yang sebelumnya tidak mampu diselesaikan. Untuk beberapa kesulitan subyek yang belum dapat diatasi melalui pembelajaran remedial yang diberikan akan dibahas secara detail pada sub bab berikutnya.

C. Pembahasan

Langkah-langkah diagnosis kesulitan belajar siswa dan pembelajaran remedial pada materi pola bilangan, koordinat Kartesius, dan relasi dilakukan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi siswa dalam satu kelas yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar.

Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar dilakukan dengan melihat hasil tes awal. Siswa-siswa yang belum mencapai batas tuntas (yaitu

75) masuk ke dalam kategori tidak tuntas, serta diindikasikan sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar. Berikut tabel skor dan nilai siswa-siswa kelas VIII D yang mengalami kesulitan belajar.

Tabel 4. 5 Skor dan Nilai Siswa Kelas VIII D yang mempertimbangkan hasil tes awal dan wawancara dengan guru untuk memperoleh tiga orang siswa dengan nilai tes awal terendah di kelas VIII D, yaitu S11, S19, dan S21 yang selanjutnya dijadikan subyek untuk diteliti lebih lanjut. Ketiga subyek tersebut dipilih karena diduga mengalami kasus kesulitan belajar paling berat diantara kesembilan siswa lainnya. Berikut disajikan tabel skor dan nilai untuk ketiga subyek tersebut.

Tabel 4. 6 Skor dan Nilai Subyek pada Tes Awal

No. Kode Siswa Skor Nilai

1. S11 25 33,3

2. S19 21 28

3. S21 30 40

Jika dibandingkan dengan kesembilan subyek lainnya yang masuk kriteria tidak tuntas, ketiga subyek yang diberikan pembelajaran remedial merupakan siswa-siswa yang diduga mengalami kasus kesulitan belajar terberat dalam

menyelesaikan soal-soal pola bilangan, koordinat Kartesius, dan relasi.

Ketiga subyek ini memiliki kekhasan sendiri menurut penilaian guru matematika. Guru menilai bahwa S11 adalah siswa yang seringkali mengobrol dengan temannya di kelas ketika pembelajaran berlangsung dan tidak memperhatikan guru yang mengajar di depan kelas sehingga sering mendapat hasil belajar yang rendah, S19 adalah siswa yang dikategorikan cukup mampu dalam pelajaran matematika tetapi karena persiapan belajar yang kurang ia mendapat hasil belajar yang rendah, kemudian S21 adalah siswa yang rajin mencatat dan bertanya pada guru di kelas, tetapi karena daya tangkap yang lebih lambat dari teman-temannya, ia sering mendapat hasil belajar yang rendah.

2. Melokalisasi letak kesalahan

Letak kesalahan yang dilakukan oleh para subyek ditentukan dengan menganalisis kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh masing-masing subyek dalam mengerjakan tes awal. Kesalahan-kesalahan tersebut selanjutnya dikelompokkan dengan menggunakan klasifikasi kesalahan yang dikemukakan oleh Hadar, dkk. (1987). Berikut adalah tabel hasil analisis kesulitan siswa dalam mengerjakan soal tes awal.

Tabel 4. 7 Analisis Kesulitan Nomor 1 Kode

Siswa

Hasil Jawaban,

Jenis Kesalahan (JK) dan Analisis Kesulitan Siswa S11

JK: Kesalahan menginterpretasikan bahasa, dan kesalahan menggunakan definisi atau teorema

Analisis: Siswa menuliskan ekspresi 45 menit ÷ 15 virus pada ruas kiri yang nilainya tidak setara dengan ekspresi 3 virus × 4 pada ruas kanan. Selain itu, siswa belum mampu menggunakan rumus barisan geometri untuk mencari banyaknya virus pada satuan waktu yang ditanyakan.

S19

JK: Kesalahan menginterpretasikan bahasa, dan kesalahan menggunakan definisi atau teorema

Analisis: Siswa tidak menuliskan ekspresi yang tepat untuk menyamakan nilai antara ruas kiri dan ruas kanan. Siswa belum mampu menggunakan rumus barisan geometri untuk mencari banyaknya virus pada satuan waktu yang ditanyakan.

S21

JK: Kesalahan menginterpretasikan bahasa, dan kesalahan menggunakan definisi atau teorema

Analisis: Siswa salah dalam menginterpretasikan kalimat dalam soal ke dalam kalimat matematika dengan menuliskan beberapa ekspresi yang tidak tepat, seperti 45 menit + 4 virus, dan nilai 45 menit × 4 tidak setara dengan nilai 180 menit ÷ 3 jam. Siswa juga belum mampu menggunakan rumus barisan geometri untuk mencari banyaknya virus pada satuan waktu yang ditanyakan.

Keterangan:

Nomor siswa yang menjawab soal dengan benar : - Nomor siswa yang tidak menjawab soal : -

Tabel 4. 8 Analisis Kesulitan Nomor 2 Kode

Siswa

Hasil Jawaban,

Jenis Kesalahan (JK) dan Analisis Kesulitan Siswa S19

JK: Kesalahan menggunakan definisi atau teorema

Analisis: Siswa salah ketika menentukan angka satuan pada bilangan berpangkat yang ditanyakan. Ia menggunakan angka satuan pada basisnya (yaitu 4) kemudian dipangkatkan dengan angka satuan pada bilangan pangkatnya (yaitu 9). Siswa belum mampu mencari angka satuan pada bilangan berpangkat menggunakan pola pada bilangan berpangkat.

Keterangan:

Nomor siswa yang menjawab soal dengan benar : -

Nomor siswa yang tidak menjawab soal : S11, S21

Tabel 4. 9 Analisis Kesulitan Nomor 3a Kode

Siswa

Hasil Jawaban,

Jenis Kesalahan (JK) dan Analisis Kesulitan Siswa S11

JK: Penyelesaian yang tidak diperiksa kembali

Analisis: Siswa sudah bisa menentukan letak masing-masing titik yang diketahui dan menghubungkannya, tetapi siswa belum menyebutkan nama bangun yang terbentuk sehingga belum menjawab semua pertanyaan.

S19

JK: Penyelesaian yang tidak diperiksa kembali

Analisis: Siswa sudah bisa menentukan letak masing-masing titik yang diketahui dan menghubungkannya, tetapi siswa belum menyebutkan nama bangun yang terbentuk sehingga belum menjawab semua pertanyaan.

S21

JK: Kesalahan menggunakan logika untuk menarik kesimpulan Analisis: Siswa sudah bisa menentukan letak masing-masing titik dan menghubungkannya, tetapi siswa salah dalam menyimpulkan nama bangun yang terbentuk.

Keterangan:

Nomor siswa yang menjawab soal dengan benar : - Nomor siswa yang tidak menjawab soal : -

Tabel 4. 10 Analisis Kesulitan Nomor 3b Kode

Siswa

Hasil Jawaban,

Jenis Kesalahan (JK) dan Analisis Kesulitan Siswa

S19

JK: Kesalahan dalam penggunaan data

Analisis: Siswa membuat kesalahan dengan mensubstitusikan data yang salah pada variabel yang menyatakan tinggi segitiga sehingga jawabannya pun salah.

S21

JK: Kesalahan dalam penggunaan data

Analisis: Siswa mengetahui rumus untuk menentukan luas bangun yang ditanyakan, tetapi salah dalam mensubstitusikan data pada variabel yang menyatakan alas dan tinggi segitiga sehingga jawabannya pun salah.

Analisis: Siswa mengetahui rumus untuk menentukan luas bangun yang ditanyakan, tetapi salah dalam mensubstitusikan data pada variabel yang menyatakan alas dan tinggi segitiga sehingga jawabannya pun salah.

Dokumen terkait