• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

G. Prosedur pemberian Kredit

Nasabah yang datang ke bank untuk memperoleh kredit, tentu bank tidak langsung memberikan kreditnya begitu saja. Bank memerlukan informasi tentang data yang dimiliki calon penerima kredit. Daya yang dimaksud bagi bank untuk menilai keadaan dan kemampuan nasabah, sehingga menumbuhkan kepercayaan bank untuk memberikan kredit.

Langkah-langkah penyusunan kredit sejak permohonan diajukan sampai dapat terealisasi tentunya harus melalui proses, syarat dan tata cara penyaluran

29

kredit untuk dapat menjadi debitur. Adapun proses dan langkah yang dimaksud adalah :

1. Pengajuan berkas-berkas.

Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang dituangkan dalam suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan. Pengajuan proposal kredit hendaknya yang berisi antara lain:

a. Latar belakang perusahaan seperti riwayat hidup singkat perusahaan, jenis bidang usaha, identitas perusahaan, nama pengurus berikut pengetahuan dan pendidikannya, perkembangan perusahaan serta realisasinya dengan pihak-pihak pemerintah dan swasta.

b. Maksud dan tujuan apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan kapasitas produksi atau mendirikan pabrik baru (perluasan) serta tujuan lainnya.

c. Besarnya kredit dan jangka waktu. Dalam hal ini pemohon menetukan besarnya jumlah kredit yang diperoleh dan jangka waktu kreditnya. Penilaian kelayakan besarnya kredit dan jangka waktu dapat kita lihat dari cash flow serta laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) 3 tahun terakhir. Jika analisis tidak sesuai permohonan, maka pihak bank tetap berpedoman terhadap analisis mereka dalam menentukan jumlah kredit dan jangka waktu kredit yang layak diberikan kepada si pemohon.

d. Cara pemohon mengembalikan kredit, dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya apakah dari hasil penjualan atau cara lainnya.

e. Jaminan kredit. Hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segal resiko terhadap kemungkinan macetnya suatu kredit baik yang ada unsure kesengajaan atau tidak. Penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa, palsu dan sebagainya.

2. Penyelidikan berkas pinjaman

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut, pihak perbankan belum lengkap atau cukup maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas waktu tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangan tersebut, maka sebaiknya pemohon kredit dibatalkan saja.

3. Wawancara I

Merupakan penyelidikan kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan dengan calon peminjam untuk meyakinkan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti yang bank inginkan.

4. On the spot

Merupakan kegiatan pemeriksaan kelapangan dengan meninjau berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasil on the spot dicocokkan dengan hasil wawancara I.

5. Wawancara II

Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot

31

dilapangan. Catatan yang ada pada permohonan dan pada saat wawancara I dicocokkan pada saat on the spot apakah ada kesesuaian dan mengandung suatu kebenaran.

6. Keputusan Kredit

Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima maka, dipersiapkan adminitrasinya, biasanya keputusan kredit yang akan mencakup :

a. Jumlah uang yang diterima b. Jangka waktu kredit

c. Dan biaya-biaya yang akan harus dibayar 7. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit di cairkan maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit, mengingat jaminan dengan hipotik dan surat perjanjian atau penandatanganan dilaksanakan :

a. Antara bank dengan debitur secara langsung b. Dengan melalui notaris

8. Realisasi Kredit

Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan yang bersangkutan.

Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit yaitu bisa diambil secara sekaligus atau secara bertahap.

SUMBER: Buku Bank & Lembaga Keuangan Lainnya (Kasmir, 2007 : 110).

Sedangkan pada Bank Mandiri Persero, Prosedur Pemberian Kredit sebagaimana normal credit process dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Initiation (inisiasi)

2. Verification (pemeriksaan)

3. Analysis / Scoring (analisis / penilaian)

4. Credit Approval (persetujuan kredit)

5. Legal Documentations (dokumen yang sah)

6. Disbursement (pencairan)

7. Monitoring (pemantauan)

Proses pemberian kredit wajib menggunakan Loan Origination System (LOS). Dimana Loan Origination System adalah sistem yang dikembangkan secara khusus untuk mendukung pemrosesan aplikasi kredit yang dibutuhkan oleh bank. Teknologi yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ini adalah teknologi electronic workflow, yang dimanfaatkan dalam kaitannya dengan proses monitoring dan pengendalian berbagai macam langkah kerja, termasuk

didalamnya penggunaan teknologi digital imaging, untuk mengurangi delay dan inefisiensi yang terjadi akibat alur kerja yang masih berbasis kertas (paper-based

workflow).

33

Di dalam penyaluran kredit kepada calon nasabah PT. Bank Mandiri Cabang Simpang Pos Medan menetapkan target kepada tim marketingnya. Hal ini digunakan oleh PT. Bank Mandiri Cabang Simpang Pos Medan untuk meningkatkan penyaluran kredit perusahaan dan juga untuk meningkatkan efektifitas tim marketing agar serius dalam memprospek calon nasabahnya. Berikut ini adalah jumlah nasabah PT. Bank Mandiri Cabang Simpang Pos Medan Pada Juni tahun 2014 jumlah debitur pada bank Mandiri Cabang Simpang Pos Medan sebanyak 2347 dengan jumlah nominal Rp. 245.536.855.

Tabel 2.1

Kredit Macet Pada Bank Mandiri Cabang Simpang Pos Januari-Juni 2014 KETERANGAN TAHUN 2014 REKENING (Unit) NOMINAL (Rp) 1. Lancar 92357 9.737.284.000

2. Dalam Perhatian Khusus 2330 225.653.500

3. Kurang lancar 340 23.322.000

4. Diragukan 367 24.572.322

5. Macet 563 35.879.021

Sumber. Bank Mandiri Cabang Simpang Pos , 2014

Pada Tabel 2.1 PT. Bank Mandiri Cabang Simpang Pos Medan membagi-bagi golongan penyaluran kredit ke dalam 5 golongan :

1. Lancar

Merupakan tipe penyaluran kredit yang dibayar secara lancar oleh para nasabah PT. Bank Mandiri Cabang Simpang Pos Medan. Terjadi kredit lancar mulai Januari – Juni 2014 sejumlah Rp. 9.737.284.000 dengan jumlah rekening sebanyak 92.357.

2. Perhatian Khusus

Yaitu tipe kredit yang mendapat perhatian khusus oleh PT. Bank Mandiri Cabang Simpang Pos Medan karena telah terjadi penunggakan pokok pinjaman

selama 90 hari. Terjadi kredit dalam perhatian khusus pada bulan Januari-Juni 2014 sebesar Rp. 225.653.500 dengan jumlah rekening sebanyak 2330.

3. Kurang Lancar

Yaitu jika ada penunggakan pokok pinjaman atau bunga artinya bisa jumlah pokok pinjaman kredit itu sendiri, bunganya saja atau kedua-duanya selama lebih dari 90 hari sampai dengan 180 hari. Terjadi kredit kurang lancar pada bulan Januari – Juni sebesar Rp. 23.322.000 dengan jumlah rekening sebanyak 340.

4. Diragukan

Yaitu jika ada penunggakan pokok pinjaman atau bunga selama lebih dari 180 hari sampai dengan 270 hari. Pada bulan Januari – Juni 2014 terdapat 367 rekening yang diragukan oleh PT. Bank Mandiri Cabang Simpang Pos Medan dengan jumlah nominal sebesar Rp. 24.572.322.

5. Macet

Yaitu jika ada penunggakan pokok pinjaman atau bunga lebih dari 270 hari. Terjadi kredit macet pada PT. Bank Mandiri Cabang Simpang Pos Medan di bulan Januari – Juni 2014 sebesar Rp.35.879.021 dengan jumlah rekening sebanyak 563.

Tabel 3.1

Kredit Bermasalah Pada PT. Bank Mandiri Cabang Medan, Tahun 2011 - 2014

Tahun Penyaluran Kredit (Rp) Kredit Bermasalah (Rp) 2011 10.000.000.000,00 345.000.000,00 2012 13.000.000.000,00 425.000.000,00 2013 16.000.000.000,00 566.000.000,00 2014 18.000.000.000,00 627.000.000,00

35

Berdasarkan Tabel 3.1, dapat dilihat bahwa permasalahan kredit macet mengalami peningkatan setiap tahun, hal ini disebabkan para nasabah sering ditemui kepribadian mereka adalah bersifat konsumtif, Kredit yang diajukan kepada pihak perbankan cenderung digunakan untuk keperluan sehari-hari, bukan untuk mengembangkan usaha. Kemudian kondisi ekonomi yang tidak stabil terkadang menjadi pemicu munculnya kredit macet.

Dokumen terkait