BAB III METODE PENELITIAN
D. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan Kurva Standar Kafein dalam Akuades
Dibuat larutan kafein 100 ppm dengan akuades. Sebanyak 10 mg kafein dilarutkan dengan akuades panas secukupnya dalam gelas beker 50 ml. Didinginkan dan dimasukkan dalam labu takar 100 ml dan diencerkan dengan akuades hingga garis tanda serta dihomogenkan. Kemudian disiapkan larutan standar kafein dengan konsentrasi 8 ppm dengan cara diambil larutan standar kafein 100 ppm sebanyak 8 ml dan diencerkan ke dalam labu takar 100 ml menggunakan akuades. Diamati absorbansi pada rentang panjang gelombang 200-300 nm menggunakan spektrofotometer UV-VIS sehingga akan diperoleh panjang gelombang yang memberikan serapan maksimal (maks). Diambil larutan standar kafein 100 ppm sebanyak 2; 4; 6; 8; 10; 12; 14 ml dan
23
dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan. Konsentrasi larutan standar berturut-turut adalah 2; 4; 6; 8; 10; 12 dan 14 ppm. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimal.
2. Pembuatan Kurva Standar Kafein dalam Pelarut Metanol
Dibuat larutan kafein 100 ppm dengan metanol. Sebanyak 10 mg kafein dan dilarutkan dengan metanol secukupnya dalam gelas beker 50 ml. Dimasukkan dalam labu takar 100 ml dan diencerkan dengan metanol hingga garis tanda serta dihomogenkan. Disiapkan larutan standar kafein dengan konsentrasi 8 ppm dengan cara diambil larutan standar kafein 100 ppm sebanyak 8 ml dan diencerkan ke dalam labu takar 100 ml menggunakan metanol. Diamati absorbansi pada rentang panjang gelombang 200-300 nm menggunakan spektrofotometer UV-VIS sehingga akan diperoleh panjang gelombang yang memberikan serapan maksimal (maks). Diambil larutan standar kafein 100 ppm sebanyak 2; 4; 6; 8; 10; 12; 14 ml dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Diencerkan dengan metanol hingga garis tanda dan dihomogenkan. Konsentrasi larutan standar berturut-turut adalah 2; 4; 6; 8; 10; 12 dan 14 ppm. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimal.
3. Pembuatan Kurva Standar Kafein dalam Pelarut Campuran ( Metanol dan Asam asetat)
Sebanyak 10 mg kafein dan dilarutkan dengan campuran metanol dengan asam asetat. Menurut Chen-I (2003:54) perbandingan yang digunakan metanol dan asam asetat (9:1). Dimasukkan dalam labu takar 100 ml dan diencerkan
24
dengan pelarut campuran hingga garis tanda serta dihomogenkan. Disiapkan larutan standar kafein dengan konsentrasi 6 ppm dengan cara diambil larutan standar kafein 100 ppm sebanyak 6 ml dan diencerkan ke dalam labu takar 100 ml menggunakan pelarut campuran. Diamati absorbansi pada rentang panjang gelombang 200-300 nm menggunakan spektrofotometer UV-VIS sehingga akan diperoleh panjang gelombang yang memberikan serapan maksimal
(maks). Diambil larutan standar kafein 100 ppm sebanyak 2; 4; 6; 8; 10 ml dan
dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Diencerkan dengan pelarut campuran hingga garis tanda dan dihomogenkan. Konsentrasi larutan standar berturut-turut adalah 2; 4; 6; 8; dan 10 ppm. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimal.
4. Sintesis NIP (Non Imprinted Polymer) Sebagai Kontrol
NIP disintesis dengan cara polimerisasi ruah yaitu dengan mencampurkan kloroform dengan benzoil peroksida sebagai inisiator sebanyak 1 mL dalam masing-masing botol flakon, Dimana konsentrasi benzoil peroksida yaitu 0,5 gram kemudian di fortex hingga larutan homogen. Setelah itu ditambahkan MAA sebanyak 0,1 mL untuk masing-masing botol flakon kemudian di fortex, lalu ditambahkan EDMA sebanyak 1,1 mL dalam botol flakon kemudian di fortex kembali. Untuk NIP disintesis tanpa penambahan kafein. Setelah itu campuran dialiri dengan gas nitrogen selama 5 menit hal ini diharapkan dapat menghilangkan oksigen yang terdapat dalam campur. Kemudian campuran dalam keadaan tertutup dimasukkan ke dalam waterbath dengan suhu 60° C selama 24 jam.
25
5. Sintesis Kafein-MIP
Prosedur sintesis kafein-MIP dilakukan sama dengan sintesis NIP dengan benzoil peroksida yang dipakai sebanyak 0,5 gr yang merupakan kondisi optimal. Kemudian setelah penambahan semua bahan selanjutnya dalam campuran ditambahkan larutan kafein 0,1 M dalam klorofrom. Dengan cara menimbang kafein sebesar 0,194 gram dan dilarutkan dalam 10 ml kloroform. Setelah itu campuran dialiri dengan gas nitrogen selama 5 menit hal ini diharapkan dapat menghilangkan oksigen yang terdapat dalam campur. Kemudian campuran dalam keadaan tertutup dimasukkan ke dalam waterbath dengan suhu 60° C selama 24 jam. Prosedur pembuatan kafein-MIP diulang 2x. Berat kafein yang ditimbang berdasar perbandingan yang dikemukan oleh Peter dan Faizatul (2013:530).
6. Ekstraksi Kafein dari Kafein-MIP
Pada penelitian ini proses pengukuran kafein terekstrak dari kafein-MIP hasil sintesis dilakukan dengan metode spektroskopi UV-Visible. Proses ekstraksi kafein pada kafein-MIP dilakukan dengan cara ekstraksi soxhlet. Pertama kafein-MIP dihaluskan kemudian dibungkus dengan kertas saring untuk dimasukkan ke dalam soxhlet dengan pelarut metanol selama 24 jam. Untuk kafein-MIP dengan pelarut campuran proses ekstraksi dilakukan dengan cara soxhlet juga, tetapi pelarutnya berupa campuran antara metanol dengan asam asetat dan dilakukan selama 24 jam.
Pengukuran absorbansi dari filtrat dengan faktor pengenceran 1000x menggunakan spektroskopi UV-Visible dimana kafein memberikan serapan
26
pada panjang gelombang maksimal dari masing-masing pelarut, kemudian ditentukan konsentrasi kafein dengan memasukkan nilai absorbansi ke dalam persamaan garis linier larutan standar.
7. Karakterisasi Kafein-MIP
a. Analisis gugus fungsi polimer menggunakan spektroskopi FTIR b. Analisis permukaan polimer menggunakan SEM
8. Evaluasi Adsorpsi Menggunakan Sistem Batch a. Penentuan Massa Optimum
Larutan simulasi kafein dibuat seri dengan konsentrasi 100 ppm sebanyak 25 mL. Kemudian masing-masing larutan tersebut dipindahkan ke dalam erlenmeyer 50 mL, lalu ditambahkan kafein-MIP dengan variasi massa (0,1; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1; 1,5; dan 2 gram) diaduk dengan shaker selama 15 menit pada suhu ruang. Setelah dilakukan adsorpsi pada waktu yang telah ditentukan, larutan disaring dan dianalisis menggunakan spektroskopi UV-Visible. Dikatakan sebagai massa optimum jika diperoleh absorbansi terkecil dari hasil pengukuran.
b. Penentuan Konsentrasi Optimum
Larutan simulasi kafein dibuat seri dengan variasi konsentrasi (50, 100, 150, 200, dan 250 ppm) sebanyak 25 mL. Kemudian masing-masing larutan tersebut dipindahkan ke dalam erlenmeyer 50 mL, lalu ditambahkan kafein-MIP dengan massa optimum diaduk dengan shaker selama 15 menit pada suhu ruang. Setelah dilakukan adsorpsi pada waktu yang telah ditentukan, larutan disaring dan dianalisis menggunakan spektroskopi
UV-27
Visible. Dikatakan sebagai konsentrasi optimum jika diperoleh persentase absorbansi terserap paling besar pada kondisi tersebut.
c. Penentuan Waktu Optimum
Larutan simulasi kafein dibuat seri dengan konsentrasi 250 ppm untuk kafein-MIP ekstraksi soxhlet dengan pelarut metanol dan 150 ppm untuk kafein-MIP ekstraksi soxhlet dengan pelarut campuran sebanyak 25 mL. Kemudian masing-masing larutan tersebut dipindahkan ke dalam erlenmeyer 25 mL, lalu ditambahkan kafein-MIP dengan massa 2 gram diaduk dengan shaker pada waktu yang telah ditentukan (15, 30, 45, 60, dan 75 menit) pada suhu ruang. Setelah dilakukan adsorpsi pada waktu yang telah ditentukan, larutan disaring dan dianalisis menggunakan spektroskopi UV-Visible. Dikatakan sebagai waktu kontak optimum jika diperoleh absorbansi terkecil dari hasil pengukuran.
9. Adsorpsi Kafein dalam Sampel
Diambil sampel minuman sebanyak 25 ml lalu diencerkan menjadi 250 ml dengan akuades. Lalu diukur absorbansi dan konsentrasinya dengan spektrofotometer UV-Visible. Kemudian menyiapkan 9 buah Erlenmeyer yang telah diisi 25 mL sampel minuman yang telah diencerkan. Diinteraksikan dengan NIP, kafein-MIP metanol dan kafein-MIP campuran sebanyak massa optimum yang dihasilkan masing-masing 3 erlenmeyer dan selama waktu optimum menggunakan shaker. Dilakukan pengukuran absorbansi untuk masing-masing filtrat dengan metode spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum 272,60 nm (maks akuades) sehingga diperoleh A1, A2,
28
A3, A4, A5, A6, A7, A8 dan A9 Dialurkan kurva C lawan A, dan menentukan konsentrasi filtrat menggunakan persamaan garis linier larutan standarnya.