• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan penelitian. Berikut ini uraian mengenai kedua tahapan penelitian:

F.1. Tahap Persiapan Penelitian

Langkah-langkah yang dilakuan dalam tahap persiapan ini adalah:

a. Penyusunan skala kecemasan

Skala kecemasan bertujuan untuk mengungkap tingkat kecemasan subjek yang diperlihatkan dari simptom-simptom kecemasan dari enam area kecemasan yaitu:

1. separation anxiety, Kecemasan yang berlebihan terhadap perpisahan dari orang-orang yang memiliki kedekatan emosional.

2. social anxiety, Ketakutan yang menetap dan bertahan dari situasi sosial yang dapat menimbulkan perasaan malu.

3. panic/agoraphobia, Panic yaitu periode dari ketakutan yang intens atau ketidaknyamanan yang disertai dengan simptom somatik dan kognitif, Agoraphobia yaitu kecemasan berada di tempat atau situasi yang sulit untuk melarikan diri.

4. obsessive compulsive, Kecemasan dimana pikiran dipenuhi oleh gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, menyebabkan seseorang melakukan tindakan tertentu berulang-ulang sehingga menimbulkan stres dan menggangu fungsi kehidupan sehari-hari.

5. fear of physical injury, ketakutan yang menetap dan bertahan terhadap sesuatu yang dapat dilihat dengan jelas, objek yang terbatas atau situasi tertentu.

6. general anxiety, kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan tentang sejumlah situasi atau aktivitas, dimana individu sulit untuk mengontrol kekhawatiran tersebut.

Skala dibuat dengan mengadaptasi dan memodifikasi Spence Children’s Anxiety Scale (SCAS). Distribusi aitem untuk skala kecemasan diuraikan dalam tabel 3.2.

berikut ini:

Tabel 3.2. Blue print skala kecemasan

No Tipe kecemasan Nomer aitem Jumlah

1. Separation anxiety 5, 8, 11, 14, 15, 38 6

2. Social phobia 6, 7, 9, 10, 26, 31 6

3. Obsessive compulsive 13, 17, 24, 35, 36, 37 6 4. Panic/agoraphobia 12, 19, 25, 27, 28, 30, 32,

33, 34 9

5. Fear of physical injury 2, 16, 21, 23, 29 5

6. General anxiety 1, 3, 4, 18, 20, 22 6

Jumlah 38

Berdasarkan tabel 3.2 di atas, jumlah aitem dalam skala kecemasan adalah 38 aitem. Pilihan jawaban terdiri dari tidak pernah, kadang-kadang, sering dan selalu.

Penilaian untuk setiap aitem adalah skor 0 untuk tidak pernah, skor 1 untuk kadang-kadang, skor 2 untuk sering dan skor 3 untuk selalu. Skor skala ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor jawaban maka semakin tinggi pula tingkat kecemasan. Sebaliknya, semakin rendah skor jawaban berarti semakin rendah tingkat kecemasan.

b. Uji coba skala kecemasan

Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk mengetahui sejauh mana alat ukur dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diukur dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan atau ketelitian pengukuran atau menunjukkan keadaan sebenarnya (Azwar, 2007). Uji coba skala kecemasan dilakukan dengan menyebarkan skala kecemasan kepada 52 orang anak dengan rentang usia 9-12 tahun yang mengalami bullying. Dari data yang terkumpul, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Daya beda aitem

Uji daya beda aitem dalam penelitian ini diperlukan karena melalui daya beda aitem dapat diketahui seberapa cermat suatu alat ukur melakukan fungsinya. Daya

kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Pengujian daya beda aitem menghendaki dilakukannya komputasi korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor itu sendiri.

Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total (rix) (Azwar. 2007).

Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total menggunakan batasan rix ≥ 0.30. Apabila aitem yang memiliki indeks daya beda sama dengan atau lebih besar daripada 0.30 jumlahnya melebihi jumlah aitem yang direncanakan untuk dijadikan skala, maka dapat memilih aitem-aitem yang memiliki indeks daya diskriminasi aitem tertinggi. Sebaliknya apabila aitem-aitem yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka dapat mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria 0.30 menjadi 0.25 atau 0.2 (Azwar. 2007).

Pada penelitian ini, koefisien korelasi aitem total (rix) yang digunakan sebagai batas kriteria adalan rix ≥ 0.30, maka diperoleh hasil sebanyak 29 aitem memiliki rix

≥ 0.3 dan 9 aitem memiliki rix < 0.3. Berikut ini adalah distribusi aitem setelah dilakukan uji daya beda aitem:

Tabel 3.3. Distribusi aitem setelah uji daya beda aitem

No Tipe Kecemasan Nomer aitem

rix ≥ 0.3 rix < 0.3 1. Separation anxiety 5, 8, 11, 14, 15, 38

2. Social anxiety 6, 7, 10, 26, 31 9

3. Obsessive compulsive 13. 24. 36. 37 17, 35 4. Panic/agoraphobia 19, 25, 28, 30, 32,

34

12, 27, 33 5. Fear of physical injury 2, 16, 21, 23 29

6. General anxiety 1, 4, 20, 22 3, 18

Jumlah 29 9

2. Validitas dan reliabilitas

Validitas merupakan ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam menjalankan fungsi pengukuran. Suatu alat ukur dikatakan valid jika alat ukur tersebut dapat memberikan hasil pengukuran yang sesuai dengan maksud dan tujuan diadakannya pengukuran (Azwar, 2010). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu validitas content. Validitas content dilakukan melalui professional judgement dari dosen pembimbing dalam proses penyusunan dan telaah aitem sehingga aitem yang dikembangkan memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur (Suryabrata, 2000).

Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Koefisien reliabilitas berada dalam rentang dari 0 sampai 1. Semakin tinggi koefisien reliabilitas yaitu mendekati angka 1 berarti semakin tinggi reliabilitasnya, sebaliknya semakin rendah koefisien yaitu mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2010). Pada penelitian ini reliabilitas yang digunakan adalah reliabilitas skor komposit. Nilai reliabilitas skor skala kecemasan diperoleh dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

Wj = bobot relatif komponen j Wk = bobot relatif komponen k Sj = deviasi standar komponen j Sk = deviasi standar komponen k

rjk = koefisien reliabilitas antar dua komponen yan berbeda

Maka, nilai koefisien reliabilitas skala kecemasan pada penelitian ini adalah rix= 0.89.

c. Penyusunan modul terapi menulis ekspresif

Pedoman pelaksanaan intervensi disusun oleh peneliti berdasarkan tahapan proses terapi menulis ekspresif. Adapun topik yang akan dibahas dan tahapan proses pelaksanaan selama intervensi yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 3.4 dan tabel 3.5 di bawah ini:

Tabel 3.4. Topik terapi menulis ekspresif

Topik Tujuan kegiatan Tujuan

Terapeutik Pengalaman

dibully

a. Mengungkap bentuk bullying yang dialami.

b. Mengeksplor dan megekspresikan pikiran dan perasaan saat mengalami bullying.

c. Mengetahui perasaan dan pikiran yang menyebabkan munculnya kecemasan karena mengalami bullying.

Sarana Katarsis dan ekspresi emosi

bullying fisik a. Mengungkap bentuk bullying fisik yang dialami.

b. Mengeksplor dan megekspresikan pikiran dan perasaan saat mengalami bullying fisik.

c. Mengetahui perasaan dan pikiran yang menyebabkan munculnya kecemasan karena mengalami bully fisik.

Sarana Katarsis dan ekspresi emosi

bullying verbal a. Mengungkap bentuk bullying verbal yang dialami.

b. Mengeksplor dan megekspresikan pikiran dan perasaan saat mengalami bullying verbal.

c. Mengetahui perasaan dan pikiran yang menyebabkan munculnya kecemasan karena mengalami bully verbal

Sarana Katarsis dan ekspresi emosi

bullying relasi a. Mengungkap bentuk bullying relasi yang dialami.

Sarana Katarsis dan ekspresi

dan perasaan saat mengalami bullying relasi.

c. Mengetahui perasaan dan pikiran yang menyebabkan munculnya kecemasan karena mengalami bully relasi.

Tabel 3.5. Blue print modul terapi menulis ekspresif

Pertemuan Sesi Kegiatan Tujuan Waktu

1 Bermain puzzle Memunculkan informasi tentang

dialami

bullying relasi yang

VI 1 Evaluasi Mengetahui kondisi

subjek setelah intervensi berakhir

30 menit

d. Uji coba modul terapi menulis ekspresif

Uji coba modul dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai waktu yang dibutuhkan untuk setiap sesinya serta mengetahui apakah subjek penelitian memahami materi dan instruksi yang disampaikan. Uji coba hanya bersifat kualitatif artinya tidak dengan kondisi sebenarnya. Berdasarkan evaluasi ada beberap hal yang diperbaiki untuk menyempurnakan modul, yaitu:

1. Penambahan sesi menulis untuk menstimulus subjek sebelum memulai menuliskan perasaan dan pikiran. Dari hasil try out, subjek kesulitan untuk memulai menulis, sehingga peneliti menambahkan sesi menulis dengan topik yang berbeda dari pertemuan selanjutnya, yaitu dengan topik kenaikan kelas pada pertemuan pertama.

F.2. Tahap Pelaksanaan

Prosedur pelaksaan pada penelitian ini, dibagi menjadi 2 tahapan. Diamana tahap awal adalah tahapan screening dan pemilihan subjek. Setelah ditetapkan siswa yang akan menjadi subjek penelitian, maka tahapan dilanjutkan ke proses pelaksanaan intervensi. Berikut uraian dari kedua tahapan tersebut.

a. Screening dan pemilihan subjek penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan screening terhadap siswa kelas 4,5 dan 6 dengan rentang usia 9-12 tahun di salah satu Sekolah Dasar (SD) di kota Pekanbaru. Proses screening dilakukan pada tanggal 21 November 2016 sampai 30 November 2016. Dari 75 orang siswa yang mengisi kuisoner bullying, diperoleh sebanyak 23 orang siswa terindiksi sebagai korban bullying. Selanjutnya kepada 23 orang siswa terebut akan mengisi skala kecemasan untuk mengetahui tingkat kecemasan siswa.

Skor kecemasan yang diperoleh setiap siswa akan dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan:

1. Penyusunan norma kategorisasi skala kecemasan

Penyusunan norma dimasksudkan untuk mempermudah peneliti dalam menginterpretasi skor kecemasan yang diperoleh subjek sehingga peneliti dapat mengkategorisasikan tingkat kecemasan pada subjek penelitian. Dari skor kecemasan siswa di peroleh gambaran skor kecemasan siswa korban bullying sebagai beriku:

Tabel 3.6. Gambaran skor kecemasan anak korban bullying tertinggi 94. Selanjutnya juga diperoleh gambaran skor kecemasan anak korban bullying berdasarkan skor hipotetik, sebagai berikut:

Tabel 3.7. Gambaran skor kecemasan anak korban bullying berdasarkan skor hipotetik

Varaibel N Minimum Maximum Mean Std. Deviasi

Kecemasan 23 0 114 57 19

Selanjutnya akan dilakukan pengelompokan skor kecemasan menjadi 3 kategari, yaitu:

Tabel 3.8. Norma kategori kecemasan

Rentang Nilai Kategori

X < -1SD + M rendah

-1SD + M ≤ X < 1SD + M sedang

X ≥ 1SD + M tinggi

Tabel 3.9. Kategori skor kecemasan

Variabel Kategori Frekuensi Persentase Kecemasan

Rendah 13 56.52%

Sedang 9 39.13%

Tinggi 1 4,35%

Total 23 100 %

Dari tabel 3.9 di atas, diketahui bahwa sebanya 1 orang siswa kecemasan tinggi, 9 orang siswa memiliki kecemasan yang sedang dan 13 siswa lainnya memiliki kecemasan yang rendah.

2. Menentukan subjek penelitian

Dari 23 orang siswa yang terindikasi sebagai subjek penelitian, selanjutnya berdasarkan skor kecemasan yang diperoleh setiap siswa akan dikelompokkan ke dalam

tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Maka diperoleh gambaran jumlah siswa pada setiap kategori yaitu 13 orang memiliki skor kecemasan berada pada kategori rendah, 9 orang memiliki skor kecemasan berada pada kategori sedang dan 1 orang memiliki kecemasan berada pada kategori tinggi. Kepada 10 orang siswa yang memiliki kecemasan sedang dan tinggi, dilakukan tes IQ menggunakan tes CPM. Diperoleh hasil bahwa kesepuluh siswa tersebut memiliki IQ yang tergolong normal (diatas grade III, berdasarkan norma CPM). Setelah meminta persetujuan siswa, maka kesepeluh siswa tersebut menjadi subjek dalam penelitian ini. Namun saat proses terapi berlangsung, 2 orang siswa tidak hadir, sehingga hanya 8 siswa yang mengikuti semua rangkaian intervensi.

Secara ringkas proses screening dalam pemilihan subjek penelitian dapat dilihat dari skema di bawah ini:

diberikan kuisoner bullying

diberikan skala stres

dilakukan tes IQ

2 subjek tidak mengikuti intervensi

b. Proses pelaksanaan intervensi

Intervensi dilakukan kepada 8 orang siswa yang terindikasi sebagai korban bullying memiliki tingkat kecemasan tinggi di salah satu Sekolah Dasar (SD) di kota Pekanbaru. 8 orang subjek tersebut dibagi ke dalam kelompok eksperimen sebanyak 4 orang dan kelompok kontrol sebanyak 4 orang. Pelakasanaan intervensi di lakukan di sekolah pada pukul 14.00 - 15.30 WIB dan berlangsung selama 6 kali pertemuan dari tanggal 4 Desember 2016 sampai tanggal 9 Desember 2016.. Penjelasan pada setiap pertemuan akan dibahas pada bab IV.

G. Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa statistika non parametrik dengan menggunakan uji Mann Whitney dan (Field, 2005). Analisis data dengan teknik Mann-Whitney digunakan untuk menguji perbedaan skor antara dua sampel yang independent (unrelated sample) yaitu untuk menguji apakah ada perbedaan kecemasan pada saat pretest, dan posttest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Analisis data dengan menggunakan teknik Wilcoxon digunakan untuk menguji beda skor dari dua sampel yang berpasangan (related sample) yaitu untuk melihat apakah ada perbedaan kecemasan antara pretest dengan posttest.

BAB IV

HASIL PENELITTIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini berjumlah 8 orang yang terbagi ke dalam kelompok eksperimen sebanyak 4 orang dan kelompok kontrol sebanyak 4 orang. Penempatan subjek dalam kedua kempok dilakukan secara random. Adapun gambaran umum subjek penelitian dapat dilihat dari hasil tabel-tabel di bawah ini:

Tabel 4.1. Karakteristik subjek penelitian Kelompok

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 6 kali pertemuan, dimana pertemuan pertemuan adalah pembukaan, pertemuan kedua sampai kelima adalah proses pelaksanaan intervensi yaitu terapi menulis ekspresif dan pada pertemuan keenam adalah evaluasi

terhadap proses terapi yang telah dilakukan, berlangsung dari tanggal 4 Desember 2016 sampai 9 Desember 2016. Pelaksanaan intervensi dilakukan di ruang kelas dimulai pukul 14.00 hingga 15.30 WIB. Sebelum dilakukan intervensi, peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada pihak sekolah, tentang rencana intervensi yang akan dilakukan.

Dari hasil screening diperoleh 10 orang siswa yang memenuhi karakteristik subjek penelitiaan. 10 subjek tersebut kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Akan tetapi 2 diantaranya tidak dapat mengikuti proses intervensi dikarenakan orangtua tidak dapat menjemput setelah pelaksanaan intevensi berakhir. Berikut uraian tentang proses pelaksanaan intervensi yaiut terapi menulis ekspresif.

1. Pertemuan pertama

Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 4 Desember 2016, dimulai setelah jam pulang sekolah pada pukul 14.00 – 15.30 WIB, dilakukan di salah satu ruang kelas dengan posisi duduk subjek membentuk lingkaran. Uraian pelaksanaan dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Proses pelaksanaan pertemuan pertema Kegiatan Hasil pelaksanaan Observasi 1. Perkenalan Terbentuknya rapport

antara peneliti dan subjek

1. Subjek dapat mengikuti instruksi permainan perkenalan yang peneliti berikan.

2. Tidak terlihat sikap canggung atau malu-malu antara subjek satu dengan yang lainnya.

3. Subjek C terlihat lebih dominan dibandingkan dengan subjek yang

1. Subjek tidak ragu-ragu menjawab bahwa sering merasa cemas.

2. Beberapa subjek menjelaskan reaksi yang dirasakan saat cemas, seperti

berkeringat, jantung berdetak kencang dan merasa gugup

jantungnya berdetak cepat. Subjek A merasa takut bertemu dengan orang yang mengganggunya.

1. Subjek D tiba-tiba merasa tidak enak badan, dan tidak menuliskan perasaan dan pikirannya ketika naik kelas.

2. Subjek B dan C terlihat cukup akrab, mereka terkadang menulis sambil sesekali mengobrol. Berbeda dengan subjek A yang lebih banyak diam selama mengikuti kegiatan.

2. Hari kedua

Pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 5 Desember 2016 setelah jam pulang sekolah, yaitu pukul 14.00 – 15.30 WIB dilaksanakan di salah satu ruang kelas. Subjek duduk melingkar, namun ketika masuk ke sesi menulis subjek diberi kebebasan untuk memilih tempat duduk. Uraian proses pelaksanaan intervensi dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut:

Tabel 4.3. Proses pelaksanaan pertemnuan kedua Kegiatan Hasil Pelaksanaan Observasi Menonton perasaan saat mereka dibully sambil memperlihatkan

1. Saat menulis subjek A memilih untuk menjauh dari subjek lainnya dan

mengatakan tidak mengalami

2. Subjek B: mengatakan bahwa ia akan

mengatakan kepada dirinya “tidak usah takut, anggap saja angin lalu yang akan pergi”. Jika ia bertemu dengan teman dan D. ia lebih banyak diam, dan ikut berbicara ketika peneliti memberinya

kesempatan. Subjek B cukup aktif selama proses

intervensi.

3. Hari Ketiga

Pertemuan dilakukan pada tanggal 6 Desember 2016. Dilaksanakan di salah satu ruang kelas. Pertemuan dimulai pada pukul 14.00 – 15.30 WIB setelah jam pulang sekolah yang diikuti oleh semua subjek penelitian. Uraian proses pelaksanaan penelitian dapat dilihat di bawahh ini.

Tabel 4.4. Proses pelaksanaan pertemuan ketiga

Kegiatan Hasil pelaksanaan Obsevasi

Bermain puzzle Subjek mampu menjelaskan mengenai gambar-gambar pada dari subjek lain saat menulis dan terlihat fokus saat menulis.

Selama proses intervesi nyaman dengan sikap subjek C yaitu mengkritik apa yang dikatakan oleh subjek B.

Subjek D sudah lebih aktif dibandingkan dari pertemuan

akan menghiraukan teman yang membullyinya, ia akan diam saja ketika dipanggil oleh temannya tersebut.

2. Ketika akan berangkat sekolah subjek B akan

3. Subjek C juga mengatakan hal yang sama seperti subjek A dan B, ia akan mengatakan kepada dirinya ketika akan berangkat ke sekolah, bahwa ia tidak perlu takut jika bertemu teman yang

4. Subjek D, mengatakan ia akan bersikap cuek saat bertemu

Pertemuan keempat dilakukan pada tanggal 7 Desember 2016. Sama seperti pada tiga pertemuan sebelumnya, pertemuan keempat juga dimulai pada pukul 14.00 -15.30 WIB di salah satu ruang kelas. Uraian kegiatan yang dilakukan pada pertemuan keempat dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.5. Proses pelaksanaan pertemuan keempat Kegiatan Hasil pelaksanaan Observasi Memilih

Subjek B dan C bekerjasama menyelesaikan permainan, selain itu jua terlihat bahwa subjek B jua membantu subje A dan D untuk menyelesaikan bully verbal yang dialami.

Subjek A dan D secara spontan mengangkat tangan sambil berkata pernah mengalami bully verbal. Subjek C terlihat

membutuhkan waktu untuk mengingat, ia terlihat diam beberapa saat sebelum menulis dan saat menulis.

Subjek A dan B memilih menjauh dari subjek lain saat menulis. sedangkan subjek C dan subjek D tidak berpindah tempat duduk. Berbeda dari pertemuan sebelumnya, subjek C tidak langsung menulis, ia terlihat diam beberapa saat seperti sedang mengingat sesuatu sebelum mulai menulis.

Menemukan pikiran positif

Subjek C mengatakan ia akan menganggap apa yang

dilakukan teman terhadap dirinya seperti angin yang lewat, sehingga tidak perlu dihiraukan.

Subjek B dan D memberikan jawaban yang sama dengan subjek C.

5. Hari kelima

Pertemuan kelima dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2016. Berbededa dari pertemuan sebelumnya, pertemuan kelima dilakukan pada pukul 09.00 – 10.30 WIB.

Tabel 4.6. Proses pelaksanaan pertemuan kelima Kegiatan Hasil pelaksanaan Observasi Membaca

Subjek B mengatakan bahwa ia pernah difitnah mencuri uang teman sekelas.

Subjek C dan D spontan mengatakan mereka pernah

mengalaminya. Begitu pula dengan subjek B, ia bahkan menjelaskan bully relasi yang dialami. Mereka terlihat tidak senang dan kesal dengan kejadian terebut. Sedangkan subjek A hanya diam sambil

mendengarkan subjek lain yang ia pikirkan saat itu.

Sedangkan pada subjek A

Subjek terlihat itdak nyaman saat mengikuti proses intervensi ketika

Subjek A hanya diam, saat peneliti menanyakan mengenai pikirannya ketika ia merasa cemas karena dibully.

6. Hari keenam

Pada pertemuan keenam, peneliti melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan intervensi yang telah dilakukan dan mengukur kecemasan subjek setelah intervensi.

WIB. Peneliti meminta setiap subjek untuk mengisi lembar evaluasi, setelah itu dilanjutkan dengan mengisi skala kecemasan. Pada pertemuan ini diketahui bahwa subjek, masih mengalami bullying saat intervensi dilakukan. Selain itu, juga diketahui bahwa tidak semua subjek mencoba untuk mempraktekkan pikiran positif yang dikatakannya saat intervensi berlangsung.

C. Hasil Analisa Data

Data yang diperoleh akan dianalisa dengan uji analisis secara nonparametrik menggunaan uji Mann-Whitney untuk menguji apakah ada perbedaan skor kecemasan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Selain itu juga dilakukan uji analisa dengan mennggunakan uji Wilcoxon untuk melihat apakah ada perbedaan skor kecemasan antara kondisi pretest dengan posttest pada masing-masing kelompok. Urain hasil analisis data dibagi menjadi dua bagian, yaitu hasil analis data kelompok dan hasil analisa data individual.

C.1. Hasil analisis data kelompok

Dari hasil pemberian skala kecemasan pada saat sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) dilkukannya intervensi kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka skor yang diperoleh setiap subjek sebagai berikut:

Tabel 4.7. Distribusi skor kecemasan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Kelompok eksperimen Kelompok kontrol

Subjek skor

Subjek skor

Pretest Postets Pretest Postets

A 51 55 E 50 65

B 94 97 F 38 40

C 61 61 G 57 93

D 58 52 H 38 45

Berdasarkan statistik deskriptif dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada tabel 4.7, terlihat bahwa terdapat perbedaan rerata (mean) pretest dan posttest baik pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa skor kecemasan masing-masing kelompok dalam setiap tes berbeda.

Tabel 4.8. Statistik deskriptf kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Kondisi pengukuran Kelompok N Mean SD Max Min

Pretest Eksperimen 4 66 19.131 94 51

Kontrol 4 45.75 9.394 57 38

Posttest Eksperimen 4 66,50 20.761 97 52

Kontrol 4 60.75 24.061 93 40

Selanjutnya dilakukan uji komparatif (Mann Whitney) terhadap data penelitian kecemasan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah dilakukan terapi menulis ekspresif. Selain itu juga dilakukan uji komporatif (Wilcoxon) antara kondisi sebelum (pretest) dan (posttest) pada masing-masing kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil uji analisa dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.9. Hasil uji komporatif skor kecemasan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Dari tabel di atas menunjukkan adanya perbedaan signifikan kecemasan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum diberikan terapi menulis ekspresif (p < 0.05). Sementara itu, tidak ada perbedaan kecemasan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah diberikan terapi menulis ekspresif

(p > 0.05). Sedangkan dari uji Wilcoxon diperoleh hasil bahwa pada kelompok eksperimen tidak terdapat perbedaan kecemasan yang signifikan antara kondisi sebelum dan sesudah dilakukan terapi menulis ekspreif (p > 0.05). Hal yang sama juga terlihat pada kelompok kontrol, yaitu tidak ada perbedaan kecemasan yang signifikan antara kondisi sebelum dan sesudah dilakukan terapi menulis ekspresif (p > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa terapi menulis ekspresif tidak efektif menurunkan kecemasan pada anak korban bullying.

C.2. Hasil analisa data individual

Analisa individual dilakukan dengan membandingkan skor kecemasan yang diperoleh setiap subjek dengan skor rata-rata kelompok terapi menulis ekspreif pada saat pretest dan posttest. Hasil analisis ini akan disajikan dalam bentuk grafik. Selain itu hasil analisa individual juga dilengkapi dengan data yang diperoleh dari lembar kerja subjek. Setiap subjek diberi inisial huruf abjad secara berurutan, yaitu subjek A, B, C dan D. Berikut adalah gambaran perbandingan skor kecemasan setiap subjek dengan rata-rata kelompok.

Gambar 4.1. Perbandingan skor kecemasan subjek dengan skor rata-rata kelompok Dari grafik di atas terlihat bahwa pada kondisi pretest skor kecemasan 3 orang subjek yaitu subjek A, C dan D berada di bawa rata-rata skor kecemasan kelompok.

Begitu pula pada kondisi posttest subjek A, C dan juga memiliki skor kecemasan di bawah rata-rata skor kecemasan kelompok. Namun bila melihat skor kecemasan

Begitu pula pada kondisi posttest subjek A, C dan juga memiliki skor kecemasan di bawah rata-rata skor kecemasan kelompok. Namun bila melihat skor kecemasan