BAB III METODOLOGI PENELITIAN
G. Prosedur Penelitian
Peneliti menyusun rencana pelaksanaan tindakan sebanyak 2 siklus. Rancangan
siklus penelitian ini mengacu pada prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas
menurut Kemmis dan McTaggart (1990). Penelitian tindakan pada hakikatnya berupa
rangkaian kegiatan yang terdiri dari empat langkah, yaitu perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi (Hidayat dan Badrujaman, 2012: 12).
1. Pra Penelitian Tindakan Bimbingan
Pada prosedur pra penelitian tindakan bimbingan berisi tentang perencanaan,
pelaksanaa, pengamatan dan refleksi. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah
untuk menggali lebih dalam mengenai tingkat kematangan karier siswa sebelum
menggunakan metode sosiodrama. Berikut ini adalah penjabaran dari kegiatan
yang akan dilakukan pada tahap pra penelitian tindakan bimbingan:
a. Tahap Perencanaan
1) Penyusunan Perangkat Bimbingan
a) Menyusun Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB), topik bimbingan
yaitu mengenai informasi pekerjaan.
b) Menyiapkan materi bimbingan yang bersumber dari buku Winkel.
c) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS).
2) Penyusunan Instrumen Penelitian
a) Menyiapkan panduan observasi siswa dan peneliti.
b) Menyiapkan angket kematangan karier yang sudah diuji coba
validitasnya.
c) Menyiapkan pedoman wawancara untuk siswa.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Berdoa sebelum memulai kegiatan bimbingan.
2) Peneliti sedikit berbasa-basi dengan mengucapkan salam dan
menanyakan kabar siswa.
3) Peneliti menyampaikan maksud dan tujuan melaksanakan penelitian di
51
4) Peneliti menyampaikan topik bimbingan yang akan disampaikan pada
pertemuan kali ini.
5) Peneliti menyampaikan materi bimbingan.
6) Peneliti membagikan LKS.
7) Evaluasi dan refleksi kegiatan.
8) Penutup berupa pengisian angket kematangan karier.
c. Tahap Pengamatan
Tahap pengamatan terhadap siswa dilakukan oleh peneliti dan mitra
kolaboratif berdasarkan panduan observasi siswa, sedangkan pengamatan
terhadap peneliti dilakukan oleh mitra kolaboratif berdasarkan panduan
observasi peneliti.
d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan diskusi dengan mitra kolaboratif untuk
melengkapi data yang didapatkan oleh peneliti, karena pada saat proses
kegiatan bimbingan yang dapat melakukan observasi dari awal hingga akhir
adalah mitra kolaboratif. Peneliti tidak dapat melakukan hal itu, karena
peneliti harus memberikan layanan bimbingan secara optimal kepada siswa.
2. Siklus I
Pada prosedur penelitian siklus I berisi tentang perencanaan, pelaksanaa,
pengamatan dan refleksi. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah meningkatkan
kematangan karier siswa melalui bimbingan karier dengan menggunakan metode
sosiodrama. Berikut ini adalah penjabaran dari kegiatan yang akan dilakukan pada
siklus I:
a. Tahap Perencanaan
1) Penyusunan Perangkat Bimbingan
a) Menyusun Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB), topik bimbingan
yaitu mengenai hambatan dan cara mengatasinya.
b) Menyiapkan materi bimbingan yang bersumber dari buku paket IV
Bimbingan Karier.
c) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS).
d) Membuat cerita drama yang sesuai dengan topik bimbingan yang
akan diberikan.
2) Penyusunan Instrumen Penelitian
a) Menyiapkan panduan observasi siswa dan peneliti.
b) Menyiapkan angket kematangan karier yang sudah diuji coba
validitasnya.
c) Menyiapkan pedoman wawancara untuk siswa.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Berdoa sebelum memulai kegiatan bimbingan.
2) Peneliti sedikit berbasa-basi dengan mengucapkan salam dan
menanyakan kabar siswa.
3) Peneliti menyampaikan maksud dan tujuan melaksanakan penelitian di
kelas XI SMK Piri 1 Yogyakarta.
4) Peneliti menyampaikan topik bimbingan yang akan disampaikan pada
pertemuan kali ini.
53
6) Peneliti menyampaikan sedikit materi dan menghubungkan materi
tersebut dengan simulasi drama yang telah dimainkan.
7) Peneliti membagikan LKS.
8) Evaluasi dan refleksi kegiatan.
9) Penutup berupa pengisian angket kematangan karier.
c. Tahap Pengamatan
Tahap pengamatan terhadap siswa dilakukan oleh peneliti dan mitra
kolaboratif berdasarkan panduan observasi siswa, sedangkan pengamatan
terhadap peneliti dilakukan oleh mitra kolaboratif berdasarkan panduan
observasi peneliti.
d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan diskusi dengan mitra kolaboratif untuk
melengkapi data yang didapatkan oleh peneliti, karena pada saat proses
kegiatan bimbingan yang dapat melakukan observasi dari awal hingga akhir
adalah mitra kolaboratif. Peneliti tidak dapat melakukan hal itu, karena
peneliti harus memberikan layanan bimbingan secara optimal kepada siswa.
3. Siklus II
Pada prosedur penelitian siklus II berisi tentang perencanaan, pelaksanaa,
pengamatan dan refleksi. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah meningkatkan
kematangan karier siswa melalui bimbingan karier dengan menggunakan
metode sosiodrama dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada
kegiatan siklus I. Berikut ini adalah penjabaran dari kegiatan yang akan
dilakukan pada siklus II:
a. Tahap Perencanaan
1) Penyusunan Perangkat Bimbingan
a) Menyusun Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB), topik bimbingan
yaitu mengenai merencanakan masa depan.
b) Menyiapkan materi bimbingan yang bersumber dari buku paket IV
Bimbingan Karier.
c) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS).
d) Membuat cerita drama yang sesuai dengan topik bimbingan yang
akan diberikan.
2) Penyusunan Instrumen Penelitian
a) Menyiapkan panduan observasi siswa dan peneliti.
b) Menyiapkan angket kematangan karier yang sudah diuji coba
validitasnya.
c) Menyiapkan pedoman wawancara untuk siswa.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Berdoa sebelum memulai kegiatan bimbingan.
2) Peneliti sedikit berbasa-basi dengan mengucapkan salam dan
menanyakan kabar siswa.
3) Peneliti menyampaikan maksud dan tujuan melaksanakan penelitian di
55
4) Peneliti menyampaikan topik bimbingan yang akan disampaikan pada
pertemuan kali ini.
5) Peneliti mengajak siswa bermain drama.
6) Peneliti menyampaikan sedikit materi dan menghubungkan materi
tersebut dengan simulasi drama yang telah dimainkan.
7) Peneliti membagikan LKS.
8) Evaluasi dan refleksi kegiatan.
9) Penutup berupa pengisian angket kematangan karier.
c. Tahap Pengamatan
Tahap pengamatan terhadap siswa dilakukan oleh peneliti dan mitra
kolaboratif berdasarkan panduan observasi siswa, sedangkan pengamatan
terhadap peneliti dilakukan oleh mitra kolaboratif berdasarkan panduan
observasi peneliti.
d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan diskusi dengan mitra kolaboratif untuk
melengkapi data yang didapatkan oleh peneliti, karena pada saat proses
kegiatan bimbingan yang dapat melakukan observasi dari awal hingga akhir
adalah mitra kolaboratif. Peneliti tidak dapat melakukan hal itu, karena
peneliti harus memberikan layanan bimbingan secara optimal kepada siswa.