• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Penelitian Pengembangan

Dalam dokumen Oleh: MARGARETHA DEVI PUJI ASTUTI NIM : (Halaman 107-116)

KAJIAN PUSTAKA A. Kurikulum

G. Program QUEST

I. Prosedur Penelitian Pengembangan

Tes merupakan kumpulan pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik dalam jangka waktu tertentu. Ada beberapa kegunaan dari tes. Pertama adalah untuk mengukur sejauh mana peserta didik mampu menguasai materi yang telah diberikan oleh guru. Kedua, tes digunakan untuk mengevaluasi sebuah pembelajaran, karena guru dapat mengetahui berhasil tidaknya pembelajaran yang selama ini sudah berlangsung. Selian tes, hasil tes juga dapat digunakan oleh guru

untuk memberikan laporan kepada pihak tertentu mengenai kemajuan belajar peserta didik maupun keberhasilan guru dalam mengajar.

Ada sepuluh kriteria tes yang baik, yaitu: (a) tes harus relevan, (b) ada keseimbangan antara tujuan dan jumlah butir soal yang mewakilinya, (c) efisiensi waktu yang digunakan, (d) objektifitas dalam memberikan skor dan interpretasinya, (e) kekhususan tes yang mengukur materi pelajaran yang diajarkan, (f) tingkat kesukaran setiap butir soal, (g) kemampuan butir membedakan kelompok peserta didik yang memiliki kemampuan tingkat tinggi dan rendah, (h) reliabilitas, (i) kejujuran dan pemerataan kesempatan, dan (j) kecepatan menyelesaikan tes (Sudaryono & Rahayu, 2013).

Dalam penggolongannya, tes dibagi menjadi dua kelompok, yaitu tes subjektif dan tes objektif. Tes subjektif biasanya berbentuk soal uraian, sedangkan tes objektif biasanya berbentuk soal benar-salah, soal pilihan ganda, soal menjodohkan, soal isian, dan soal jawaban singkat. Pada penelitian ini, akan digunakan jenis soal pilihan ganda yang dapat dibedakan atas beberapa macam soal, di antaranya: (a) melengkapi lima pilihan, (b) asosiasi lima pilihan (empat pilihan), (c) hal kecuali, (d) analisis hubungan antara hal, (e) analisis khusus, (f) perbandingan kuantitatif, (g) hubungan dinamis, (h) melengkapi berganda, dan (i) pemakaian gambar, diagram, dan grafik. Dan disini menggunakan soal pilihan ganda berjenis melengkapi lima pilihan.

Selanjutnya pedoman utama dalam penyusunan butir soal berbentuk pilihan ganda adalah sebagai berikut.

1. Pokok soal harus jelas.

2. Pilihan jawaban harus sejenis dan memiliki arti isi yang sama. 3. Panjang dari kalimat jawaban relatif sama.

4. Tidak ada petunjuk pada jawaban yang benar.

5. Hindari menggunakan pilihan jawaban semua benar atau semua salah. 6. Jika menggunakan pilihan jawaban berbentuk angka, maka

penulisannya secara urut.

7. Semua pilihan jawaban dibuat secara logis.

8. Kalimat yang digunakan harus sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes.

9. Menggunakan bahasa Indonesia yang baku.

10. Letak pilihan jawaban yang benar ditentukan secara acak.

Untuk memahami pengembangan tes hasil belajar pada umumnya meliputi langkah-langkah sebagai berikut.

1. Pengembangan Spesifik Tes

Spesifik tes harus menyeluruh, lengkap, dan menunjuk pada karakteristik tes yang akan disusun, meliputi: (a) wilayah yang akan dikenai pengukuran, (b) subjek yang akan dites, (c) tujuan dari tes, (d) materi tes yang digunakan, (e) tipe soal yang digunakan, (f) jumlah soal untuk keseluruhan tes dan untuk masing-masing bagiannya, (g)

taraf kesukaran soal dan distribusinya, (h) kisi-kisi tes, (i) cara perakitan soal, dan (j) rancangan penugasan pada penulisan soal.

2. Penulisan Soal

Penulisan soal pada dasarnya adalah penciptaan kreasi karena menuntut kombinasi berbagai kemampuan khusus yang dapat dikembangkan melalui latihan dan pengalaman yang sesuai dengan teknis penulisan soal seperti: (a) menulis soal-soal dengan baik, (b) pustaka mengenai penulisan soal harus jelas, dan (c) gagasan-gagasan untuk soal tes harus jelas.

3. Penelaahan Soal

Penelaahan soal dilakukan setelah soal-soal selseai ditulis dengan cara pengujian kualitas secara teoritis. Dalam penelaahan ini diperlukan tiga kemampuan (keahlian), yaitu: (a) keahlian dalam bidang studi yang diuji, (b) keahlian dalam bidang pengukuran, dan (c) keahlian dalam pembahasan gagasan.

4. Perakitan Soal (untuk tujuan uji coba)

Perakitan soal adalah penataaan kumpulan soal yang sudah selesai ditelaah denga cara-cara tertentu, seperti: (a) pengelompokan berdasarkan isi, (b) pengelompokan berdasarkan format, dan (c) pengelompokan berdasarkan taraf kesukaran. Kemudian perakitan soal ini menghasilkan tes yang secara teori baik dan siap untuk diuji-cobakan untuk mengetahui kebaikan secara empiris.

5. Uji Coba Tes

Pengembangan tes adalah pengumpulan data secara empiris melalui uji coba yang dijadikan dasar untuk memperbaiki soal-soal dan memilih soal-soal terbaik untuk dijadikan susunan tes dalam bentuk akhir yang sesuai dengan tujuan pengembangan tes yang sedang dilakukan.

6. Analisis Butir Soal

Tujuan utama dari uji coba adalah mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal mampu membedakan kemampuan seseorang. Dengan cara ini, soal-soal yang lemah akan disisihkan sehingga tes bentuk akhir benar-benar mengukur apa yang dimaksud untuk diukur oleh tes yang sedang diuji.

Untuk mengetahui karakteristik setiap soal maka soal-soal tersebut dikualifikasikan ke dalam indeks-indeks statistik. Ada dua indeks statistik yang paling banyak digunakan yaitu taraf kesukaran soal dan daya pembeda soal (indeks diskriminasi). a. Taraf kesukaran soal

Taraf kesukaran soal yaitu banyaknya soal untuk masing-masing taraf kesukaran, dan berapa rata-rata taraf kesukaran yang diinginkan. Taraf kesukaran pada tes disusun berdasarkan tujuan tes yang sedang disusun itu, misalnya tes yang diujikan bertujuan untuk membedakan taraf kemampuan peserta didik dari yang rendah sampai yang tinggi. Oleh Karena itu, sebaran taraf kesukaran soal yang disusun lebih luas agar peserta didik

yang pandai tertantang (karena ada soal yang sukar) dan peserta didik yang bodoh masih ada kesempatan untuk mengerjakan (karena ada soal yang mudah).

b. Daya pembeda soal

Daya pembeda soal diukur dari kesesuaian soal dengan keseluruhan tes dalam membedakan peserta didik yang tinggi kemampuannya dan peserta didikyang rendah kemampuannya yang diukur dalam tes yang bersangkutan. Seleksi dan perakitan soal (bentuk akhir)

7. Seleksi dan Perakitan Soal (bentuk akhir)

Pemilihan atau seleksi soal adalah memilih soal-soal yang akan dimasukkan ke dalam perangkat tes bentuk akhir.

Setelah statistik soal selesai dihitung maka tahap selanjutnya adalah seleksi soal, yaitu memilih soal-soal mana saja yang akan digunakan dalam perangkat tes bentuk akhir, dan soal mana yang terpaksa disisihkan. Menurut model klasik pemilihan soal ini bisa menggunakan dua parameter, yaitu taraf kesukaran (p) dan indeks diskriminatif ( ). Selain dua parameter tersebut bisa juga menggunakan prosedur yang lain, yaitu:

a. Penggunaan kelompok 27% teratas dan 27% terbawah

Banyak pengembangan tes yang menggunakan metode analisis soal yang didasarkan hanya pada sebagian dari subjek uji coba, misalnya kelompok atas (27% tertinggi) dan

kelompok bawah (27% terendah) dan kelompok tengah/sedang (46%) tidak dianalisis. Dalam metode 27% teratas dan 27% terbawah dibuat perbandingan antara kelompok atas dan kelompok bawah dalam pemilihan berbagai kemungkinan jawaban.

b. Galat baku indeks diskriminasi

Indeks diskriminasi soal dipengaruhi oleh variasi sampel. Oleh karena itu, sangat penting pengembangan tes mengetahui besarnya fluktuasi agar dapat menentukan besarnya sampel yang diperlukan agar diperoleh stabilitas sampel dalam kaitan dengan indeks diskriminasi itu.

8. Pencetakan Tes

Pengembangan tes secara substantif telah selesai apabila soal-soal selesai diseleksi atas dasar hasil analisis butir soal yang kemudian disusun atau dirakit berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Langkah selanjutnya adalah menampilkan tes tersebut dengan cara yang baik dan menjamin mutunya dengan mencetaknya.

9. Administrasi Tes Bentuk Akhir

Pada hakikatnya penyelenggaraan tes dilakkan perbandingan antara pengambil tes satu sama lain untuk diukur oleh tes yang bersangkutan supaya bersumber pada hal yang dimaksudkan untuk diukur, tidak dari sumber-sumber atau faktor lain. Untuk mencapai keadaan tersebut, maka tes dan kondisi penyelenggaraan testing perlu dibakukan.

Pembakuan tes menyangkut bahan tes yang digunakan (kertas dan huruf, gambar-gambar atau tabel, dan kualitas cetakan) dan isi tesnya (petunjuk pengerjaan, waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes). 10. Penyusunan Skala dan Norma

a. Penyusunan skala

Dalam penyusunan skala terdapat beberapa metode, yaitu 1) Skala skor mentah

Skala skor mentah adalah skala yang tidak mempunyai makna inheren dan tidak dapat diinterpretasikan tanpa bantuan data pendukung.

2) Skala persentase penguasaan

Skor yang dilaporkan dalam skala persentase penguasaan ini merupakan pendapat absolut (tidak relatif) bahwa subjek menguasai sekian persen dari bahan ajar yang dipersoalkan. Misalnya peserta didik mendapat skor penguasaan 90, maka ini berarti peserta didik tersebut telah menguasai 90% dari bahan yang diujikan.

3) Skala jenjang persentil

Skala jenjang persentil menunjukkan berapa persen individu-individu dari kelompok individu yang mempunyai skor dibawah titik tengah dari setiap skor atau interval skor.

b. Penyusunan norma

Syarat yang kedua untuk menerjemahkan skor adalah penyusunan norma. Pedoman umum dalam penyusunan norma ialah:

1) Karakteristik yang diukur oleh tes hendaknya memungkinkan penentuan urutan para pengambil tes dalam suatu continium dari rendah ke tinggi.

2) Tes yang digunakan harus mencerminkan definisi operasional karakteristik yang dipersoalkan.

3) Sebaran skor yang dihasilkan oleh tes, dari yang terendah sampai ke yang tertinggi, hendaknya mengevaluasi karakteristik psikologis yang sama.

4) Kelompok yang digunakan sebagai dasar penyusunan statistikdeskriptif harus sesuai dengan tesnya dan tujuan tes. 5) Data hendaknya tersedia untuk kelompok-kelompok yang

relevan. J. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS yang akan dilakukan memiliki kesamaan dengan penelitian terdahulu yang dapat menunjukkan bahwa penelitian ini masih relevan untuk dilaksanakan.

1. Hasil penelitian Agustina Fini Widya (2012), yang berjudul “Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran Menyimak secara

Integratif peserta didik Kelas X Semester 2 SMA Regina Pacis Surakarta”.

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengembangkan instrumen kemampuan berpikir tingkat tinggi mata pelajaran Bahasa Indonesia. 2. Hasil penelitian Umi Pratiwi dan Eka Farida Fasha (2015), yang

berjudul “Pengembangan Instrumen Penilaian HOTS Berbasis Kurikulum 2013 Terhadap Sikap Disiplin”.

3. Hasil penelitian Nur Aisyah, Lilik Sabdaningtyas, dan Alben Ambarta (2017), yang berjudul “Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis HOTS Untuk Peserta Didik di Sekolah Dasar Kota Metro”.

Persamaan penelitian diatas dengan penelitian penulis adalah sama-sama tentang pengembangan isntrumen penilaian pembelajaran. Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah pengembangan penilaian istrumen berbasis HOTS pada pembelajaran akuntansi.

Dalam dokumen Oleh: MARGARETHA DEVI PUJI ASTUTI NIM : (Halaman 107-116)

Dokumen terkait