BAB IV. METODE PENELITIAN
B. Rancangan Pengembangan 1 Teknik Pengembangan
2. Prosedur Pengintegrasian
Penelitian pertama dimulai menyusun dan memodifikasi perangkat perkuliahan materi dan energi seperti Silabus, SAP, Bahan Ajar dan LKM. Penelitian kedua menyusun perangkat pembelajaran fisika SMA, yaitu Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, bahan ajar dalam bentuk Handout/Modul dan LKS yang terintegrasi materi energi geothermal, mikrohidro, angin, biomassa dan radiasi matahari. Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk pengembangan perangkat perkuliahan dan perangkat pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 3.
Model pengintegrasian menggunakan ceoncept fitting technique: Evaluation Analisis Tidak Ya Tidak
Gambar 4: Teknik Pengintegrasian Menggunakan concept fitting technique Integrating
Front End Analisis: Analisis kurikulum, siswa, konsep, dan potensi daerah Penetapan komponen integrasi • Konsep fisika • Energi terbarukan • Karakter hemat energi Integrasi Prototyping Stage Tidak Ya Prototype 1 Self Evaluation Kesingkronan, konsep-konsep integrasi, kelengkapan struktur perangkat dan sekuens ( urutan)
Prototype 2 Expert Review Valid? Revisi Uji Lapangan Praktis Revisi Asessment Revisi
Perangkat Pembelajaran yang Valid, Praktis dan Efektif
a. Integrating
1. Front-End Analysis
a) Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum bertujuan untuk memantau tingkat pencapaian tujuan pendidikan sesuai standar nasional. Kurikulum yang digunakan pada penelitian ini adalah kurikulum 2013. Analisis dilakukan terhadap KI dan KD yang didasarkan pada Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang kerangka Dasar dan struktur Kurikulum SMA/MA. Selanjutnya, untuk melihat keterkaitan SKL, KI dan KD digunakan Permendikbud No.54 Tahun 2013 tentang SKL. KI dan KD yang telah dipilih selanjutnya dijabarkan dalam bentuk indikator pencapaian kompetensi. indikator pencapaian kompetensi perlu dijabarkan untuk mengembangkan RPP untuk merumuskan kegiatan pembelajaran dan bentuk penilaian untuk mengukur capaian kompetensi. Selanjutnya, analisis juga dilakukan terhadap standar proses yang tercantum dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013. Standar proses berguna sebagai acuan untuk perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
b) Analisis Peserta Didik
Analisis kemampuan awal siswa merupakan kegiatan mengidentifikasi siswa darisegi kebutuhan dan karakteristik untuk menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku (tujuan dan materi) (Us dan Harmi, 2011: 58 ). Tujuan analisis siswa pada penelitian ini adalah untuk memudahkan guru dalam melakukan proses belajar dan menyimpulkan tentang hasil belajar yang cocok dengan keadaan siswa.
Alat analisis siswa ini dapat menggunakan AUM (Alat Ungkap Masalah). AUM (Alat Ungkap Masalah) adalah sebuah instrument standar yang dikembangkan oleh prayitno ,dkk dan dapat digunakan dalam rangka memahami dan memperkirakan (bukan memastikan) masalah-masalah yang dihadapi siswa. Prayitno (1997: 3) menyatakan, “Untuk mengungkapkan masalah-masalah belajar siswa dan mahasiswa secara menyeluruh, telah dikembangkan dua jenis alat ungkap masalah yaitu alat untuk mengungkapkan masalah-masalah umum yang dikenal dengan AUM Umum dan mengungkapkan masalah belajar lebih khusus dinamakan AUM PTSDL”.
Berdasarkan pendapat Prayitno diatas, diambil kesimpulan bahwa dalam menghadapi masalah belajar salah satunya dapat menggunakan AUM PTSDL. Prayitno (1997: 4) menjelaskan bahwa komposisi AUM PTSDL adalah memperhatikan ruang lingkup dan kondisi kehidupan siswa pada umumnya, maka AUM PTSDL meliputi jumlah item yang memuat berbagai masalah yang mungkin dialami oleh siswa yang semuanya dikelompokkan pada lima bidang, antara lain:
1) Prasyarat penguasaan materi (P)
Rendahnya penguasaan materi atau daya serap siswa dalam proses belajar mengajar seringkali bukan disebabkan karena kemampuan dasar atau kecerdasan siswa yang rendah tetapi juga disebabkan secara langsung terkait dengan materi pembelajaran itu sendiri, artinya mereka tidak menguasai materi-materi tertentu yang menjadi syarat untuk menguasai materi selanjutnya.
2) Keterampilan belajar (T)
Seorang siswa harus dapat menguasai seperangkat keterampilan belajar agar siswa tersebut dapat sukses dalam menjalani pembelajaran di sekolah dengan menguasai materi yang telah dipelajari. Keterampilan belajar itu diantaranya: (a) mengatur pelajaran dengan efektif, (b) membaca dan mengingat dengan efektif, (c) mengatur waktu belajar secara efektif, (d) mengakui pelajaran di kelas secara efektif, (e) menggunakan kepustakaan dan sumber- sumber belajar dengan efektif, (f) menulis karya tulis dengan baik dan efektif, (g) mempersiapkan diri untuk ujian dengan efektif.
3) Sarana dan Prasarana (S)
Ketersediaan sarana belajar merupakan salah satu aspek penting dalam menunjang kesuksesan siswa dan bagaimana keadaan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Siswa seharusnya memiliki sarana dan prasarana yang cukup dan memadai sehingga siswa dapat memanfaatkan sarana tersebut untuk kegiatan belajar. Sarana yang dimaksudkan adalah perlengkapan dan peralatan yang dapat digunakan oleh siswa dalam kegiatan belajar dikelas maupun diluar kelas. Menurut Prayitno (1997: 15) menjelaskan bahwa sarana belajar yang diharapkan tersedia dan dimanfaat secara baik oleh
siswa dalam kegiatan belajar meliputi: (a) dana, (b) perlengkapan, (c) buku- buku sumber, (d) buku dan alat tulis, (e) alat-alat praktek, (f) ruang belajar di rumah beserta perlengkapannya.
4) Diri pribadi (D)
Penguasaan materi yang telah diberikan guru tidak akan terkuasai dengan baik jika kondisi diri pribadi siswa baik secara psikis maupun fisik mengalami hambatan. Kondisi diri siswa akan mempengaruhi bagaimana menerima materi pelajaran dalam proses belajar mengajar. Keadaan pribadi yang dimaksud adalah seperti yang diungkapkan oleh Prayitno (1997: 16) yaitu: (a) kondisi kesehatan fisik pada umumnya, (b) minat, bakat dan kemampuan, (c) rasa percaya diri, kemauan dan semangat, (d) persepsi dan keyakinan pentingnya kesuksesan belajar, dan (e) aspirasi terhadap pendidikan.
5) Lingkungan Sosio Emosional (L)
Kondisi lingkungan sosio-emosional mempengaruhi siswa dalam proses belajar. Proses belajar siswa di kelas tidak terlepas dari pengaruh- pengaruh di sekitar siswa. Lingkungan sosio emosional dari siswa yang dapat mengganggu kelancaran belajar siswa meliputi: (a) hubungan dengan siswa dan sesama siswa, (b) hubungan dan perlakuan anggota keluarga, (c) suasana lingkungan belajar (di rumah dan di sekolah), (d) pergaulan dengan teman-teman di luar sekolah, (e) kondisi geografis tempat tinggal dan sekolah.
c) Analisis Materi
Analisis materi bertujuan untuk mengetahui konsep materi yang berkaitan dengan tuntutan kurikulum sehingga digunakan suatu strategi pembelajaran yang cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bentuk analisis pengintegrasiannya menggunakan Consept Fitting Technique,yaitu mencocokkan antara konsep fisika dengan konsep hemat energi (Hamdi, 2014).
d) Analisis Kebutuhan (potensi daerah)
Analisis kebutuhan bertujuan untuk memunculkan masalah dasar yang dibutuhkan dalam pengembangan perangkat pembelajaran. Analisis kebutuhan telah peneliti lakukan pada saat mendeskripsikan latar belakang masalah. Satu hal sangat diperhatikan dan menjadi dasar pertimbangan menganalisis potensi
daerah adalah kurikulum SMA yang harus memperhatikan karakteristik daerah setempat yang sesuai dengan amanat UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003.
Analisis potensi daerah mencakup rona fisik dan dan rona sosial ekonomi. Rona fisik daerah mencakup lokasi wilayah baik relatif maupun absolute, luasan wilayah, bentuk lahan, kondisi topografi, kondisi lereng, kondisi tanah, kondisi iklim, kondisi hidrologi, kondisi geologi, penggunaan lahan, dan kondisi fisik lainnya. Selain rona fisik daerah, juga terdapat kondisi sosial ekonomi wilayah. Hal ini karena potensi wilayah secara utuh merupakan perpaduan antara rona fisik dan rona sosial ekonomi dari suatu wilayah. Setelah mengetahui rona fisik dan rona sosial ekonomi suatu daerah, maka kita dapat menganalisis suatu daerah dan potensinya dengan menggunakan analisis SWOT suatu daerah, yaitu dengan melihat kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threaths) suatu daerah.
Schuler (1986) menjelaskan bahwa analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Jadi dapat disimpulkan bahwa analisa SWOT adalah sebuah alat analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi dalam hal ini oleh suatu daerah. Analisa SWOT ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu:
1) S (Strength) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari analisis kebutuhan (potensi daerah).
2) W (Weakness) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari dari analisis kebutuhan (potensi daerah).
3) O (Opportunity) adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang di luar analisis kebutuhan (potensi daerah) dan memberikan peluang berkembang dari analisis kebutuhan (potensi daerah).
4) T (Threat) adalah situasi yang merupakan ancaman dari analisis kebutuhan (potensi daerah) yang datang dari luar dan dapat mengancam eksistensi daerah di masa depan.
Pada tahap ini hal yang perlu dilakukan adalah konsep fisika, energi terbarukan dan karakter hemat energi.
3. Integrasi
Pada tahap ini dilakukan pentegrasian materi energi terbarukan ke dalam materi fisika dalam membentuk karakter hemat energi.
b. Prototyping Stage 1) Prototyping 1
Setelah perangkat pembelajaran dirancang, maka dilanjutkan dengan melakukan prototype 1, yaitu melakukan self evaluation. Hal yang perlu diperhatikan pada tahap self evaluation adalah kesinkronan, konsep integrasi, kelangkapan struktur dan urutan dari perangkat yang dikembangkan
Berdasarkan hasil validasi tersebut akan dilakukan analisis, kemudian berdasarkan hasil analisis akan dilakukan revisi.
2) Prototyping 2,
Setelah dilakukan revisi pada prototype 1 maka dilanjutkan kelangkah selanjutnya, yaitu prototype 2. Hal yang perlu dilakukan pada tahap prototype 2 mengkonsultasikan dan mendiskusikan perangkat pembelajaran yang telah dirancang kepada pakar fisika (Expert Review). Adapun komponen yang akan dinilai atai divalidasi oleh para ahli adalah kelayakan isi, kelayakan konstruksi, layout dan bahasa yang digunakan dalam perangkat pembelajaran yang dikembangkan
c. Evaluation 1) Uji Lapangan
Setelah dilakukan revisi berdasarkan masukan dari ahli maka perlu dilakukan uji lapangan (field test). Uji lapangan dilakukan pada kondisi yang mirip dengan kondisi yang sebenarnya. Evaluasi orang per orang, evaluasi kelompok kecil dan uji lapangan dilakukan untuk melihat tingkat praktikalitas produk yang telah dirancang. Praktikalitas suatu produk adalah tingkat keterpakaian suatu produk tersebut oleh pengguna. Produk dikatakan mempunyai nilai praktikalitas yang tinggi jika praktis dan mudah digunakan. Perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika pengguna tidak kesulitan memahami materi yang disajikan, mudah memeriksanya serta lengkapmdengan petunjuk yang jelas. Jika hasilnya
belum praktis, dilakukan perbaikan lagi terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan sehingga diperoleh perangkat pembelajaran fisika yang valid dan praktis. 2) Assesment Stage
Pada tahap assessment, akan diuji efektifitas produk yang dihasilkan. Efektifitas produk artinya ukuran yang menyatakan ada atau tidaknya efek atau pengaruh dari produk yang dikembangkan terhadap pengguna. Aspek efektifitas yang diamati dalam proses pembelajaran yang menggunakan perangkat pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving yang berkarakter hemat energi ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa. Pada tahap ini dilakukan evaluasi untuk mengetahui apakah perangkat pembelajaran yang dirancang efektif untuk mmbentuk arakter hemat energi dalam diri siswa.
C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen