• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA BERFIKIR

2.2. Konsep dan Prosedur Penyaluran Kredit

2.2.2. Prosedur Penyaluran Kredit

Meminjam sejumlah uang kepada orang perorangan maupun kepada suatu lembaga perkreditan dengan besaran yang diperlukan tidaklah mudah. Dalam meminjamkan dana kepada penerima dana, maka pihak bank perlu melakukan perencanaan penyaluran kredit agar kredit dapat berfungsi dan mencapai tujuan. Menurut Hasibuan (2008), salah satu perencanaan penyaluran kredit yang harus dilakukan adalah dengan penyalurkan kredit sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Adapaun prosedur penyaluran kredit yang harus dipenuhi oleh peminjam dana (debitur), antara lain:

1. Calon debitur menulis nama, alamat, agunan, dan jumlah kredit yang diinginkan pada formulir aplikasi permohonan kredit,

3. Analisis kredit dengan cara mengikuti asas 5C, 7P, dan 3R dari permohonan kredit tersebut,

4. Karyawan analisis kredit menetapkan besarnya plafond kredit atau Legal Lending Limit (L3) atan BPMK-nya, dan

5. Jika BPMK disetujui nasabah, akad kredit (perjanjian kredit) ditandatangani oleh kedua belah pihak.

2.2.2.1. Persyaratan Umum Peminjaman Kredit

Meminjam sejumlah uang kepada orang perorangan maupun kepada suatu lembaga perkreditan dengan besaran yang diperlukan tidaklah mudah. Dalam memperlancar proses peminjaman dibutuhkan beberapa persyaratan peminjaman. Pada umumnya, bank membagi debiturnya ke dalam dua golongan besar, yaitu debitur perorangan dan debitur perusahaan (Akutansi Perbankan, 2012):

1. Persyaratan Pinjaman bagi Debitur Perorangan

Debitur perorangan terdiri tiap-tiap profesi yang oleh bank dibedakan lagi menjadi tiga golongan, yaitu wirausahawan, karyawan, dan professional. Persyaratan yang diminta untuk masing-masing debitur perorangan pada umumnya sama seperti: a. Fotokopi identitas diri (KTP , SIM, atau paspor),

b. Fotokopi akte nikah (bagi yang sudah menikah), c. Fotokopi kartu keluarga,

d. Fotokopi rekekening koran/rekening giro atau buku tabungan di bank manapun antara 6 s/d 3 bulan terakhir yang digunakan bank untuk melakukan analisa keuangan calon debiturnya, dan e. Fotokopi slip gaji dan surat keterangan bekerja dari perusahaan.

2. Persyaratan Pinjaman bagi Debitur Badan Usaha/Perusahaan Debitur yang berbentuk perusahaan meliputi bentuk badan usaha seperti CV, PT, firma, dan lain-lain. Persyaratan umum yang diminta antara lain:

a. Fotokopi identitas diri dari para pengurus perusahaan (direktur & komisaris),

b. Fotokopi NPWP (Nomor Pokok wajib pajak), c. Fotokopi SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan ), d. Fotokopi Akte Pendirian Perusahaan dari Notaris, dan e. Fotokopi TDP (Tanda Daftar Perusahaan).

Selain itu untuk melakukan berbagai analisa keuangan terhadap calon debiturnya dibutuhkan bukti berupa:

f. Fotokopi rekening koran/giro atau buku tabungan di bank manapun selama 6 s/d 3 bulan terakhir, dan

g. Data keuangan lainnya, seperti neraca keuangan, laporan rugi laba, catatan penjualan & pembelian harian, dan data pembukuan lainnya.

2.2.2.2. Kredit Berdasarkan Jenis Agunan

Agunan biasa disebut sebagai jaminan. Jaminan (collateral) adalah barang atau sesuatu yang dapat dijadikan jaminan pada saat seseorang akan melakukan pinjaman dana dalam bentuk kredit ke sebuah perbankan atau leasing. Tujuannya adalah untuk memperkecil resiko yang akan diterima dikemudian hari (future risk), maka guna meng hadging dana yang disalurkan, perbankan, leasing dan sejenisnya harus memperhatikan sekali berapa flatform pengajuan kredit yang digunakan dengan jumlah jaminan

yang tertera pada proposal. Bila flatform nya seharga dari angka pinjaman, jelas pihak kreditur akan menolaknya (Fahmi dan Yovi, 2010).

Berdasarkan jenis jaminannya, kredit dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu kredit dengan jaminan (secured loans) dan kredit tanpa jaminan (insecured loans). Kredit dengan jaminan adalah kredit yang kepemilikan dananya berasal dari bank dan debitur bertugas untuk menjamin resiko yang akan timbul kedepan nantinya. Jaminan yang digunakan dapat berupa kebendaan seperti mesin, otomotive (motor/mobil), tanah (loan), bangunan (bilding), surat berharga (commercial paper), slip gaji bagi seorang karyawan dengan disertai KTP, KK, dan surat lainnya. Sedangkan jaminan tanpa jaminan sering disebut sebagai blanko adalah kredit yang diberikan kepada debitur tanpa adanya jaminan tapi atas dasar kepercayaan saja karena debitur dianggap mampu untuk mengembalikan pinjaman tersebut (Fahmi dan Yovi, 2010).

2.2.2.3. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit

Setelah debitur menentukan jenis kredit yang akan diperoleh, maka pihak bank perlu melakukan analisa debitur itu sendiri untuk menentukan layak atau tidaknya debitur untuk memperoleh kredit. Menurut Hasibuan (2008), dalam menganalisis kredit harus mengikuti asas 5C, 7P, dan 3R yang dilihat dari permohonan kredit tersebut. Adapun asas 5C, yaitu:

1. Character (watak) pemohon kredit dapat diperoleh dengan mengumpukan informasi dari referensi nasabah dan bank-bank lain tentang perilaku, pergaulan, perkataannya.

2. Capacity (kemampuan) untuk melihat apakah calon debitur mampu memimpin perusahaan dengan baik dan benar.

3. Capital (modal) dari calon debitur harus dianalisis mengenai besar dan struktur modal yang terlihat dari neraca lajur perusahaan yang memberikan gambaran dan petunjuk sehat atau tidaknya perusahaan.

4. Condition of Economic (kondisi ekonomi) untuk melihat kondisi usaha calon debitur, jika baik dan memiliki prospek yang baik maka prospek permohonannya akan disetujui.

5. Collateral (jaminan) merupakan syarat utama yang menentukan disetujui atau ditolaknya permohonan kredit.

Sedangkan asas 7P terdiri dari personality, party, purpose, prospect, payment, profitability, dan protection.

a. Personality (kepribadian) yaitu menilai sifat dan perilaku calon debitur yang digunakan sebagai dasar pertimbangan pemberian kredit dengan informasi melalui keturunan, pekerjaan, pendidikan, dan pergaulannya.

b. Party yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, karakter, dan loyalitas serta akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda dari bank.

c. Purpose (tujuan) yaitu mengetahui tujuan dan penggunaan kredit oleh calon debitur apakah untuk konsumtif (tidak diterima) atau sebagai modal kerja (diterima).

d. Prospect yaitu prospek perusahaan di masa datang, apakah akan menguntungkan atau merugikan.

e. Payment merupakan ukuran untuk mengetahui bagaimana pembayaran kembali kredit yang diberikan.

f. Profitability untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam memperoleh laba yang diukur per periode.

g. Protection bertujuan agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan.

Sementara itu, analisi 3R terdiri dari return, repayment, dan risk bearing ability.

1. Return adalah penilaian atas hasil yang akan dicapai perusahaan calon debitur setelah memperoleh kredit.

2. Repayment adalah memperhitungkan kemampuan, jadwal, dan jangka waktu pembayaran kredit oleh calon debitur, tetapi perusahaannya tetap berjalan.

3. Risk Bearing Ability adalah memperhitungkan besarnya kemampuan perusahaan calon debitur untuk menghadapi resiko, apakah resiko tersebut besar atau kecil.

Dokumen terkait