• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur-prosedur konsultas

Dalam dokumen HAK HAK MASYARAKAT ADAT YANG BERLAKU (Halaman 77-79)

V. PARTISIPASI, KONSULTASI DAN PERSETUJUAN

5.3. PENERAPAN PRAKTIS: KONSULTASI DAN PARTISIPAS

5.3.1. Prosedur-prosedur konsultas

Norwegia: Prosedur konsultasi

Pada Mei 2005, pemerintah Norwegia dan parlemen Sámi menyepakati prosedur untuk konsultasi, yang selanjutnya disetujui di

kabinet. Prosedur konsultasi dianggap sebagai pedoman normatif bagi Norwegia meratifi kasi Konvensi ILO 169 pada tahun 1990.

Kesepakatan itu mengakui bahwa masyarakat Sámi, sebagai masyarakat adat, berhak untuk diajak berkonsultasi dalam hal-hal yang secara langsung berdampak pada mereka. Kesepakatan itu bertujuan:

1. Negara berkewajiban memberi sumbangan nyata untuk berkonsultasi dengan masyarakat adat menurut hukum internasional.

2. Adanya kesepakatan antara pemerintah dan parlemen Sámi tentang langkah- langkah legislatif atau administratif yang dapat berdampak langsung pada kepentingan masyarakat Sámi.

3. Memfasilitasi pengembangan perspektif kemitraan antara pemerintah dan parlemen Sámi yang mampu memperkuat budaya dan masyarakat Sámi.

4. Mengembangkan pemahaman bersama tentang kondisi dan kebutuhan

pembangunan masyarakat Sámi.

Kesepakatan itu menetapkan bahwa prosedur ini berlaku bagi pemerintah dan para menteri, direktorat dan badan-badan negara lainnya termasuk kegiatan yang dapat berdampak langsung pada kepentingan masyarakat Sámi, termasuk peraturan perundang-undangan, keputusan khusus, pedoman, langkah-langkah dan keputusan. Kewajiban untuk berkonsultasi dengan parlemen Sámi meliputi semua bentuk material dan non-material menyangkut budaya, musik, teater, sastra, seni, media, bahasa, agama, warisan budaya, hak atas non-materi serta pengetahuan tradisional, nama tempat,

kesehatan dan kesejahteraan sosial, sarana penitipan anak, pendidikan, penelitian, hak milik atas tanah, hak pakai atas tanah, hal-hal yang menyangkut administrasi pertanahan serta persaingan pemanfaatan tanah, pengembangan usaha, peternakan rusa kutub, perikanan,

pertanian, eksplorasi dan ekstraksi mineral, tenaga angin, listrik tenaga air, pembangunan berkelanjutan, pelestarian warisan budaya, keragaman hayati dan pelestarian alam yang menyangkut masyarakat Sámi.

Hal-hal yang bersifat umum dan dianggap berdampak pada masyarakat umum, pada prinsipnya, tidak memerlukan konsultasi. Secara geografi s, prosedur konsultasi ini berlaku untuk daerah-daerah tradisional masyarakat Sámi. Dalam menanggapi masing-masing

ketentuan dalam kesepakatan itu, pemerintah memberitahu aparatnya bahwa:

Konsultasi harus berjalan dengan itikad baik, dengan tujuan untuk mencapai kesepakatan atas langkah-langkah yang diusulkan. Ini berarti bahwa proses konsultasi dengan parlemen Sámi tidak lebih dari suatu proses publik biasa. Badan-

badan yang berkepentingan diminta mempertimbangkan berbagai usulan (proses dengar pendapat), yang secara tulus ingin dicapai oleh para pihak. Ini juga berarti bahwa para pejabat pemerintah berkewajiban untuk mengusahakan konsultasi dengan parlemen Sámi dan menempuh semua upaya yang diperlukan untuk mencapai kesepakatan walaupun pemerintah melihat kecilnya kemungkinan untuk mencapai kesepakatan itu. Namun demikian, prosedur yang disepakati untuk konsultasi tidak mensyaratkan bahwa kesepakatan atau persetujuan atas langkah- langkah yang diusulkan selalu harus dicapai. Syarat terpenting, prosedur konsultasi yang diperlukan ditetapkan agar parlemen Sámi dapat berupaya untuk memengaruhi proses dan hasil akhir. Dengan demikian, suatu

pertemuan informasi yang sederhana biasanya tidak akan mewajibkan pemerintah untuk berkonsultasi dengan masyarakat adat sesuai dengan Konvensi ILO 169.

Tanggapan itu memberi penjelasan lebih jauh tentang kriteria kewajiban konsultasi, bahwa

V. PARTISIPASI, KONSULTASI DAN PERSETUJUAN 79

Pemenuhan kewajiban konsultasi

mensyaratkan kedua pihak diberi informasi tentang kedudukan dan penilaian tentang lawan bicaranya. Negara juga harus

memastikan bahwa semua kepentingan dan pandangan dikomunikasikan dan dimengerti oleh parlemen Sámi, dan pihak negara pun memahami kedudukan Parlemen Sámi. Parlemen Sámi sebaliknya bertanggungjawab untuk mengomunikasikan pandangannya tentang hal-hal yang dikonsultasikan itu. Bila kedua pihak tidak mencapai kesepakatan, mereka diminta untuk berkompromi agar memperkecil kesenjangan diantarakeduanya. Bila perlu, ketentuan dapat dibuat untuk konsultasi lebih lanjut.

John Henriksen: Key Principles in

Implementing ILO Convention No. 169, ILO, 2008, Prosedyrer for konsultasjoner mellom statlige myndigheter og Sametinget, 2005

Moroko: Pembentukan IRCAM

Pada 17 Oktober 2001, suatu badan penasihat bernama Institute Kerajaan untuk Budaya Amazigh (IRCAM) didirikan di Moroko dengan mandat untuk memberi masukan atau nasihat atas langkah-langkah yang dirancang untuk melestarikan dan mengembangkan bahasa serta budaya Amazigh dalam semua bentuk dan ekspresinya. Badan ini juga bertujuan untuk mendukung kegiatan lembaga-lembaga lain yang ditugaskan untuk melaksanakan kebijakan untuk memperkenalkan pengajaran bahasa Amazigh dalam sistem pendidikan dan untuk menjamin kehadirannya di tengah kehidupan sosial dan budaya negeri serta dalam media baik di tingkat nasional, wilayah dan lokal.

Amazigh adalah masyarakat adat yang mewakili lebih 60 persen penduduk Moroko. Dengan asumsi bahwa budaya mereka menjadi bagian integral dari identitas dan mewakili strata yang tidak dapat dibantah, Raja Mohamed VI memutuskan untuk mendirikan lembaga yang mampu mengangkat warisan budaya masyarakat Amazigh. Konsultasi tentang berbagai masalah dilaksanakan dengan berbagai asosiasi dan pakar dari masyarakat Amazigh di Moroko untuk memperoleh kesepakatan yang luas tentang

keanggotaan Lembaga Kerajaan, sesuai Pasal 6 (konsultasi dan partisipasi) Konvensi ILO 169. Lembaga ini bertugas untuk melakukan dialog dengan masyarakat Amazigh, melalui pendekatan terbuka untuk melakukan konsultasi dan partisipasi dalam pengembangan berbagai kebijakan dan langkah-langkah yang dapat melestarikan warisan budaya dan bahasa Amazigh. Langkah ini lalu berkembang menjadi refl eksi nasional tentang suara dan cara

yang diperlukan untuk melestarikan identitas masyarakat Amazigh serta dalam perencanaan langkah-langkah yang bertujuan untuk

menghidupkan kembali kehidupan seni budaya masyarakat Amazigh.

Penilaian atas kerja yang dilaksanakan oleh IRCAM tersebut adalah, Konvensi ILO 169 di mana ketentuan-ketentuannya dapat menjadi instrumen untuk konsolidasi dan kohesi budaya. Dengan demikian, ketentuan-ketentuan pasal 6 (konsultasi dan partisipasi), pasal 27 dan 28 (pendidikan) telah terwujud melalui lembaga ini, yang menjadi bagian penting dari masyarakat Amazigh Moroko dalam merefl eksi dirinya.

Tamaynut association: The policy to address the Amazigh case in Morocco in light of ILO Convention No. 169, ILO, 2008

Dalam dokumen HAK HAK MASYARAKAT ADAT YANG BERLAKU (Halaman 77-79)