• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAKAN TERKOORDINASI DAN SISTEMATIS

Dalam dokumen HAK HAK MASYARAKAT ADAT YANG BERLAKU (Halaman 35-39)

III. TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH

3.1. TINDAKAN TERKOORDINASI DAN SISTEMATIS

Kondisi masyarakat adat saat ini merupakan dampak dari proses diskriminasi historis yang telah memengaruhi seluruh aspek kehidupan mereka, lintas sektor dan batas administratif serta struktur kelembagaan. Hal ini tercermin dalam lingkup luas Konvensi No. 169 yang

mencakup seluruh masalah yang berkaitan dengan hak-hak dan kesejahteraan masyarakat adat. Wajar bila Konvensi No. 169 secara eksplisit kemudian menyerukan pemerintah untuk melakukan tindakan terkoordinasi dan sistematis agar dapat memastikan bahwa seluruh ketentuan tersebut sepenuhnya dilaksanakan. Hal ini tercermin dalam Pasal 2 dari Konvensi No. 169.

Konvensi ILO 169, Pasal 2

Pasal 2 ayat (1)

1. Pemerintah bertanggungjawab

mengembangkan, dengan mengikusertakan masyarakat yang berkepentingan,

mengkoordinasikan dan dengan tindakan sistematis untuk melindungi hak-hak masyarakat adat dan menjamin bahwa mereka dihargai integritasnya.

Pasal 2 ayat (2)

Tindakan tersebut meliputi langkah-langkah untuk:

(a) Menjamin anggota masyarakat adat untuk memperoleh manfaat secara merata atas hak dan kesempatan yang oleh peraturan perundang-undangan negara diberikan kepada penduduk lainnya.

(b) Meningkatkan terwujudnya pemenuhan atas hak-hak sosial, ekonomi dan budaya masyarakat adat sesuai dengan identitas sosial dan budaya, adat istiadat dan lembaga mereka.

(c) Membantu para anggota masyarakat yang berkepentingan untuk membatasi kesenjangan sosial-ekonomi dari masyarakat lain, dengan cara yang sesuai dengan aspirasi dan jalan hidup mereka.

Pasal 2 Konvensi PBB tersebut menyatakan, tujuan tindakan pemerintah adalah memastikan persamaan atas hak, kesempatan dan

mengurangi ketimpangan sosial-ekonomi antara masyarakat adat dan sektor masyarakat lain ketika mengakui hak-hak khusus, kebutuhan

dan aspirasi mereka sebagai masyarakat. Tindakan terkoordinasi dan sistematis di sini adalah melakukan kajian ulang dan melakukan revisi undang-undang, kebijakan, program dan proyek secara komprehensif untuk memastikan seluruhnya telah disesuaikan dengan ketentuan hak-hak masyarakat adat dan pembangunan mekanisme pemantauan yang memadai untuk secara terus-menerus menilai situasi masyarakat adat. Seluruh tindakan tersebut harus dilakukan dengan partisipasi masyarakat adat dengan tetap memperhitungkan identitas budaya dan sosial, kebiasaan, tradisi, kelembagaan, aspirasi dan gaya hidup mereka. Ketentuan tentang tindakan terkoordinasi dan sistematis ini pada dasarnya terkait dengan ketentuan tentang konsultasi dan partisipasi (lihat bagian 5).

adat adalah prasyarat bagi mereka untuk berpartisipasi dan mendapatkan manfaat atas dasar kesamaan di dalam masyarakat berbangsa dan instrumen ini mengurangi diskriminasi. Dua puluh tahun setelah diadopsinya Konvensi No. 169, dan kemudian diadopsi Deklarasi PBB tentang Hak-hak Masyarakat Adat pada 2007, harus diakui bahwa tantangannya adalah mengubah hak-hak ini menjadi kenyataan praktis—tentunya melalui langkah- langkah dan mekanisme pelaksanaan yang memadai. Konvensi No. 169 berisi serangkaian ketentuan khusus tentang pelaksanaan untuk mengarahkan proses itu. Pada tingkat umum ini, Badan Pengawas ILO acapkali menegaskan kebutuhan untuk membaca Pasal 2 tentang

Bagan Pengawas ILO telah menegaskan, tindakan terkoordinasi dan sistematis ini

merupakan kunci untuk mengatasi ketimpangan yang telah mengakar dan memengaruhi

masyarakat adat. (Badan Pelaksana, Sesi 289, Maret 2004, Representasi di bawah Pasal 24 Anggaran Dasar ILO, Meksiko, GB.289/17/3: para.133).

Ini tentunya bisa menjadi sebuah pesan penting karena hak-hak masyarakat adat terkadang secara salah ditafsirkan sebagai memberikan lebih banyak keistimewaan dan keuntungan bagi masyarakat adat ketimbang sektor masyarakat lainnya. Pengakuan hak-hak masyarakat

tindakan terkoordinasi dan sistematis bersama dengan Pasal 33 tentang pembangunan lembaga dan mekanisme yang sesuai. Selain itu, Konvensi menyatakan, partisipasi masyarakat adat dalam proses perencanaan, koordinasi, eksekusi, pengawasan dan evaluasi atas

lembaga-lembaga ini dan mekanismenya sangat penting karena menjadi ketentuan

tentang sumber daya yang memadai.

III. TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH 37

Konvensi ILO 169, Pasal 33 1. Lembaga pemerintah yang

bertanggungjawab atas hal-hal yang dicakup dalam Konvensi ini harus memastikan adanya instansi atau mekanisme lain yang sesuai untuk menyelenggarakan program-program yang menyangkut masyarakat yang bersangkutan dan harus memastikan bahwa mereka juga memiliki sarana yang diperlukan atas fungsi-fungsi yang ditugaskan pada mereka.

2. Program-program ini meliputi:

(a) Perencanaan, koordinasi, pelaksanaan dan evaluasi, bekerja sama dengan masyarakat yang bersangkutan, atas langkah-langkah yang ditentukan dalam Konvensi ini.

(b) Mengusulkan langkah-langkah legislatif atau langkah-langkah lain kepada lembaga pemerintah yang berkepentingan dan pengawasan atas penerapan dari langkah-langkah yang ditempuh, melalui kerja sama dengan masyarakat yang bersangkutan.

Komite Pakar: Observasi umum 2008, diterbitkan 2009

Pasal 2 dan Pasal 33 Konvensi menegaskan bahwa pemerintah memunyai kewajiban untuk melakukan pembangunan, partisipasi dengan masyarakat adat, tindakan

terkoordinasi dan sistematis untuk

melindungi hak-hak tersebut dan menjamin integrasi masyarakat ini. Badan yang sesuai dengan mekanisme akan dibangun untuk melaksanakan program-program, bekerja sama dengan masyarakat adat yang

mencakup seluruh tahapan dari perencanaan hingga evaluasi langkah-langkah yang diusulkan dalam Konvensi ini.

Deklarasi PBB tentang Hak-hak Masyarakat Adat

Pasal 8 ayat (2)

Negara akan menyediakan mekanisme yang efektif untuk mencegah dan mengganti kerugian atas:

(a) Setiap tindakan yang memunyai tujuan atau berakibat pada hilangnya keutuhan mereka sebagai kelompok masyarakat yang berbeda, hilang dari nilai-nilai budaya atau identitas etnik mereka. (b) Setiap tindakan yang memunyai tujuan

atau berakibat pada tercerabutnya mereka dari tanah, wilayah atau sumber daya mereka.

(c) Setiap bentuk pemindahan penduduk yang memunyai tujuan atau berakibat melanggar atau mengurangi hak mereka.

(d) Setiap bentuk pemaksaan pencampuran budaya atau penggabungan dengan budaya lain.

(e) Setiap bentuk propaganda yang mendukung atau menghasut diskriminasi rasial atau diskriminasi etnis yang ditujukan langsung terhadap mereka.

Pasal 15 ayat (2)

Negara akan mengambil langkah-langkah yang efektif dalam konsultasi dengan masyarakat adat yang bersangkutan untuk melawan prasangka dan menghapus

diskriminasi dan untuk memajukan toleransi, saling pengertian dan hubungan yang baik antara masyarakat adat dengan semua unsur masyarakat yang lain.

Pasal 38

Negara-negara dalam konsultasi dan kerjasama dengan masyarakat adat akan mengambil langkah-langkah yang tepat, termasuk pengakuan hukum, untuk mencapai tujuan akhir dari Deklarasi ini.

Deklarasi PBB tentang Hak-hak Masyarakat Adat memunyai ketentuan yang sama tentang tanggung jawab negara.

Menurut UN Special Rapporteur, hak asasi dan kebebasan mendasar dari masyarakat adat, yang melaksanakan Deklarasi PBB pada umumnya akan menghendaki atau dapat difasilitasi melalui diadopsinya hukum atau amandemen perundang-undangan yang ada di tingkat lokal seperti digambarkan pada Pasal 38 tentang Deklarasi yang menyebutkan adanya “langkah-langkah legislatif” yang memadai. Kerangka kerja kebijakan pada umumnya juga akan dikehendaki karena kerangka yang ada di sebagian besar negara masih kurang memadai. Special Rapporteur menegaskan, transformasi hukum dan kelembagaan yang dikehendaki oleh Deklarasi ini biasanya tidak memadai. Karena itu biasanya akan disiasati dengan mengundang- undangkan “hukum masyarakat adat” spesifi k. Kendati banyak negara telah melakukan, tetapi pada umumnya juga akan melibatkan struktur hukum yang lebih luas di bidang-bidang utama itu. (Dokumen PBB A/HRC/9/9 2008: para. 50)

Koordinasi tentang masalah-masalah masyarakat adat di dalam sistem PBB Pada 2001, Forum Permanen PBB tentang Masalah-masalah Masyarakat Adat (UNPFII) dibentuk. Forum terdiri dari delapan

perwakilan pemerintah dan delapan perwakilan masyarakat adat. UNPFII

bertemu setiap tahun, dan ribuan perwakilan masyarakat adat dari seluruh dunia

menggunakan peluang ini hingga sekarang untuk membahas masalah-masalah dan pengalaman mereka. Dengan dibentuknya Forum Permanen ini, masyarakat adat telah memperoleh pengakuan penting di dalam PBB. Dalam hal ini mereka memperoleh masukan agar dapat memastikan bahwa masalah-masalah masyarakat adat

dipertimbangkan dalam seluruh kegiatan sistem PBB.

Mandat UNPFII adalah memberikan saran dan rekomendasi pakar kepada Dewan Ekonomi dan Sosial PBB (ECOSOC) dan sistem PBB pada umumnya tentang berbagai masalah atas kedudukan masyarakat adat. Rekomendasi ini dapat membahas hampir setiap aspek kehidupan masyarakat adat mulai dari pembangunan ekonomi dan sosial, budaya, lingkungan, pendidikan, kesehatan dan HAM. Kemudian, forum akan meningkatkan kesadaran dan mempromosikan integrasi dan koordinasi kegiatan yang terkait dengan masalah- masalah masyarakat adat di dalam sistem

PBB termasuk mempersiapkan dan menyosialisasi informasi yang ada.

Selain itu juga ada lebih dari 30 badan, dana dan program PBB yang telah membentuk Kelompok Dukungan Antar Agensi (IASG). Tujuan IASG adalah mendukung UNPFII untuk melakukan koordinasi di antara anggota-anggotanya guna mempromosikan hak-hak masyarakat adat dengan lebih

III. TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH 39

Dalam dokumen HAK HAK MASYARAKAT ADAT YANG BERLAKU (Halaman 35-39)