• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Proses Pembuatan Kayu Lapis

6. Proses Akhir (Finishing)

Pada section ini terdapat beberapa proses antara lain : a. Pemotongan sisi (Double Sizing)

Double sizing merupakan kegiatan pemotongan pada kedua sisi panjang dan lebar suatu plywood yang telah melalui proses pengempaan panas dengan menggunakan mesin double sizer. Adapun tujuan dari proses ini adalah untuk mendapatkan plywood dengan ukuran yang sesuai dengan yang ditentukan atau diinginkan. Mesin double sizer berjumlah tiga unit. Pada proses ini yang perlu diperhatikan adalah :

? Ketinggian mata gergaji harus sesuai dengan ketebalan plywood yang dipotong dan harus sesuai dengan standart yang berlaku atau yang ditetapkan.

Tabel 2. Standart ketinggian mata gergaji

No Tebal Veneer (mm) Tinggi Gergaji (mm)

1 2,4 – 5,2 8 – 10

2 10 – 15 16

3 18 Up 22

? Ketajaman mata gergaji harus selalu diperiksa agar hasil yang didapat benar-benar baik

? Penyetelan rolls sepatu harus benar-benar tepat agar dapat menghindari atau mencegah cacat/pecah sisi

b. Pendempulan (Putty)

Putty merupakan suatu proses melakukan kegiatan perbaikan terhadap permukaan plywood dari cacat alami maupun cacat teknis dengan menggunakan dempul. Jenis-jenis cacat yang didempul adalah sebagai berikut :

? Lubang gerek besar ? Lubang mata kayu ? Lubang paku ? Kasar

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan ini adalah : ? Pendempulan tidak boleh terlalu tipis dan cekung

? Warna dempul harus sama dengan warna panel yang akan didempul

? Pendempulan harus searah dengan arah serat kayu ? Dempul tidak boleh terlalu encer atau terlalu kental Untuk jenis dempul dibedakan menjadi dua yaitu :

? Water best (dempul campuran air) ? Solvent (dempul campuran tiner) c. Pengamplasan (Sanding)

Sanding adalah suatu proses penghalusan permukaan panel dengan menggunakan mesin sander, yang bertujuan untuk melicinkan atau menghaluskan permukaan plywood. Pada mesin sander terdapat :

1. Sander bottom; sering digunakan untuk plywood anti rayap 2. Sander top 1; mesh kasar

3. Sander top 2; mesh sedang 4. Sander top 3; mesh halus

Pada mesin sander ini yang harus diperhatikan adalah kecepatannya, ampere, serta amplas yang digunakan apakah sudah perlu diganti atau tidak agar hasil yang didapatkan baik dan memuaskan.

7. Penyeleksian (Inspection Section)

Inspection merupakan kegiatan peyeleksian plywood sesuai dengan gread. Untuk penyeleksian plywood yang baik (langsung di packing) atau rusak (riject) yang perlu didempul ulang atau disander ulang. Proses kerja ini Inspection adalah sebagai berikut :

a. Memeriksa (seleksi) apabila terdapat cacat maka harus didempul ulang diberi tanda dengan kapur. Untuk dempul ulang diberi tanda DU dan sander ulang diberi tanda SU.

b. Untuk plywood 3 ply up, plywood diangkat dan dikumpul dengan tongkat kayu untuk mengetahui lapisan dalam yang kosong.

Adapun standard plywood yang digunakan adalah : a. IHPA (Imported Hardwood Product Association) b. JPIC (Japanese Plywood Inspection Coorporation) c. JAS (Japanese Agricultural Standard)

d. BS (British Standard)

e. SNI (Standard National Indonesia) C. Pengujian di Laboratorium

Pengujian plywood in dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas plywood sehingga dapat digolongkan ke dalam suatu kelas atau tingkat mutu tertentu. DI PT. INTRACAWOOD MANUFACTURING system pengujian yang dilakukan berdasarkan dengan Jepenese Agricultural Standard (JAS). Dalam analisis plywood ini terdapat 4 pengujian yang dilakukan, yaitu: 1. Uji Geser Tarik (Bonding Strength)

Proses pengujian ini dilakukan dengan menggunakan mesin yang disebut Tensil Strength. Dalam pengujian ini ada beberapa tipe glue yang digunakan yaitu :

- T1 : Melamine

- T1,5 : Urea dan Melamine - T2 : Urea

- WBP : Phenol

Ukuran sampel uji tarik adalah 8,2 x 2,5 x cm dan pembuatabn takik 2/3 kali total thickness atau sedalam inti.

a. Metode pengujian untuk type glue T2 dan T 1,5 yaitu simple diikat dan kemudian direbus kedalam water bath dengan suhu 60°C selama 3 jam. Setelah itu diangkat dan kemudian dilakukan uji geser tarik

b. Metode pengujian untuk type glue T1 diawali dengan melakukan perebusan sample pada suhu 100oC selama 4 jam. Hal terakhir yang

dilakukan adalah mengangkat sample dan dilakukan pengujian.

c. Metode pengujian type glue WBP, sample direbus pada suhu 100oC

selama 72 jam kemudian langsung diuji.

Adapun cara menghitung kelulusan bonding strength adalah sebagai berikut : Bonding Strength = ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ??? ?? x Koefisien (kg/cm 2 ) Koefisien = ? ? ? ? ? ???? ? ? ? ? ? ? ??

Tabel 3. Koefisien Bonding Strength

No. Tebal Core Tebal F dan B Koefisien 1 2 3 4 < 1,5 1,5 – 2,0 2,0 – 2,5 2,5 – 3,0 1,0 1,1 1,2 1,3 dst

Dengan persentase kelulusan minimal 90 % dari total jumlah sampel, dan untuk kelulusan Bonding Strength dengan nilai minimal 7,0 kg/cm2.

2. Uji Delaminasi (Soaking)

Uji Delaminasi merupakan proses pengujian kerekatan dengan cara pengoven. Jumlah specimen adalah 15 pcs dengan ukuran sampel 7,5 x 7,5 cm.

a. Untuk type glue T2 dan T1,5 sampel direbus dalam waterbath pada temperature 70oC selama 2 jam, kemudian dioven dengan suhu 60oC

selama 3 jam setelah itu dianalisa.

b. Untuk type glue T1 sampel direbus pada temperatur 100oC selama 4

jam kemudian dioven pada suhu 60oC selama 20 jam setelah itu direbus

lagi pada temperatur 100oC selama 4 jam dan dioven lagi pada suhu

60oC selama 3 jam kemudian dianalisa.

c. Untuk type glue WBP sampel direbus pada temperature 100oC selama

72 jamkemudian dioven selama 3 jam dengan suhu 60oC dan kemudian

dianalisa.

Persentase kelulusan delaminasi minimal 90% dari total jumlah sampel, yang terdelaminasi maksimal 2,5 cm tiap garis kerekatan.

% delaminasi (Soaking) = ????? ? ? ? ? ? ????? ???????? ?? ? ? ? ? ? ? ?

3. Uji Kadar Air

Dalam uji ini ukuran sampel yang digunakan 10 x 10 cm sebanyak 5 pcs. Kadar air dapat dihitung dengan rumus :

% Kadar air = ? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ??

Metode perhitungan Kadar air adalah sebagai berikut :

a. Timbang berat sampel (berat awal)

b. Oven sampel sampai berat konstan

c. Kemudian masukkan kedalam desikator selama ± 30 menit

d. Timbang kembali sampel (berat akhir)

4. Uji Kandungan Emisi Formaldehide ( Low Formaldehide Emission)

Langkah pengujian yang biasa digunakan dalam uji emisi adalah dengan menggunakan cara desikator. Langkah pengujian emisi ini adalah dengan mempersiapkan sampel sebanyak 10 pcs dengan ukuran 5 x 15 cm. Selama 24 jam sampel dimasukkan kedalam desikator dengan disertai air aquades didalam christalizing dish sebanyak 300 ml sebagai media penyerap kandungan formaldehyde dari sampel yang diuji. Setelah itu air yang mengandung formaldehyde dianalisa dengan cara mengambil air sampel sebanyak 5 ml lalu diberi larutan pereaksi (Acetyl Acetone Ammonium Acetate) sebanyak 5 ml.

Setelah itu dipanaskan dalam waterbath dengan temperature 60oC

selama 10 menit. Kemudian didinginkan dengan suhu kamar dan diuji dengan menggunakan spektrofotometer hingga diketahui berapa penyerapan (Absorbansi) air terhadap kandungan formaldehyde dalam sampel kayu lapis.

Perhitungan LFE = ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ????? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Dimana Slope larutan standart untuk uji LFE adalah :

a. F1 rata-rata 0,5 mg/ltr dengan batasan maksimal 0,7 mg/ltr b. F2 rata-rata 5 mg/ltr dengan batasan maksimal 7 mg/ltr c. F3 rata-rata 10 mg/ltr dengan batasan maksimal 12 mg/ltr

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil Praktek kerja Lapang, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Target produksi yang direncanakan dapat tercapai apabila ketersediaan dan suplai bahan baku mencukupi, kondisi mesin prima dan sumber daya manusianya.

2. Dalam tahapan TPTI di HPH sekatak terbagi dalam beberapa seksi, yaitu Perencanaan, pemanenan, TUK, rehabilitasi.

3. Ketersediaan bahan baku dapat diperoleh tidak hanya dari HPH yang ada di dua camp (Bengalun Sekatak), melainkan dapat diperoleh dari HPH lain.

4. Pada proses produksi, bahan baku yang ada harus dapat dimaksimalkan sehingga limbah yang terbuang dapat dikurangi sedikit mungkin.

5. Dalam kegiatan produksi kayu lapis PT. Intracawood Mfg. terbagi dalam beberapa seksi, yaitu : log pond section, grain veneer section, drying

section,veneer preparation section, assembly section, finishing and inspection section, packing and FGWH section.

6. Dalam analisa plywood terdapat 4 pengujian yang dilakukan yaitu :

- Uji tarik (bonding strength) dengan menggunakan mesin yang disebut tensilstrength.

- Uji delaminasi (soaking), merupakan proses pengujian perekatan dengan cara oven.

- Uji kadar air (moisture content), dengan melakukan penimbangan dan kemudian di oeven sampai beratnya konstan.

- LFE (Low Formaldehyde emission), merupakan pengujian dengan menggunakan desikator. Desikator ini berfungsi untuk mengikat formaldehyde yang keluar dari kayu lapis.

B. Saran

Setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Intracawood Manufacturing Tarakan, maka penulis dapat menyarankan hal- hal sebagai berikut :

1. Disiplin kerja karyawan hendaknya lebih ditingkatkan lagi guna tercapainya tujuan perusahaan

2. Sebaiknya tetap memupuk kerjasama yang baik antara pimpinan dan karyawan sehingga kesulitan-kesulitan yang dihadapi dapat teratasi dengan baik.

FOTO – FOTO

Hoist 15 ton Pengukuran di log cutting

Kolam penampungan

Pengukuran volume log Plat log

Rotary Short Core

Roll Dryer

Roll Dryer Continous Dryer

1.

Dokumen terkait