• Tidak ada hasil yang ditemukan

Apabila lahan pertanian yang akan di alih fungsikan adalah lahan pertanian pangan berkelanjutan terdapat beberapa syarat yang berbeda dengan alih fungsi lahan pertanian bukan berkelanjutan9 :

a. Persyaratan Alih Fungsi Lahan Pertanian Untuk Kepentingan Umum a. Adanya latar belakang dilakukannya alih fungsi lahan pertanian

pangan berkelanjutan

9 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 81/permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Teknis

b. Adanya maksud dan tujuan di alih fungsikan

c. Rencana pengembangan lahan dan peruntukannya, termasuk kajian lingkungan hidup strategis, AMDAL dan pengelolaan lingkungan d. Adanya rencana alih fungsi lahan pangan berkelanjutan yang

meliputi: luasan, lokasi serta pelepasan hak atas tanah petani melalui ganti rugi tanah dan berbagai imoditas serta infrastruktur di atasnya dan menyiapkan lahan penganti baik yang berada di dalam satu kabupaten ataupun lintas kabupaten di dalam satu Provinsi, atau lintas provinsi sesuai dengan luasan lahan penganti yang diminta dan telah mendapatkan persetujuan dari pemerintah di wilayah tersebut dan pengantiannya disediakan oleh pemohon alih fungsi.

e. Alih fungsi dapat dilakukan setelah adanya jaminan lahan penganti dan dana yang tersedia dikabupaten atau kota dari pemerintah atau pemerintah daerah serta perencanaan pembukaan lahan baru. b. Persyaratan alih fungsi lahan apabila terjadi bencana10

a. Alih fungsi lahan karena terjadi bencana, maka laporan kelayakan strategis dan rencana alih fungsi lahan tidak diperlukan, tetapi pembebasan dan ganti rugi kepemilikan hak atas tanah bagi pemilik tanah termasuk komoditas serta infrastruktur lain tetap diselesaikan dengan pemiliknya terutama masyarakat dan petani.

10

b. Apabila lahan yang dialih fungsikan berupa lahan beririgasi maka lahan pengantiannya dialokasikan di daerah irigasi dengan luasan minimal 3 kali luas lahan yang di alih fungsikan.

c. Apabila lahan yang dialih fungsikan berupa lahan beririgasi dan lahan pengantinya dialokasikan di lahan rawa pasang surut dan/atau lebak dengan luasan minimal 6 kali luas lahan yang di alih fungsikan.

d. Apabila lahan yang dialih fungsikan berupa lahan beririgasi dan lahan pengantinya dialokasikan di lahan yang tidak beririgasi maka luasan lahan pengantinya adalah 9 kali luas lahan yang di alih fungsikan.

e. Apabila lahan yang di alihfungsikan adalah lahan rawa pasang surut dan atau lebak maka luasan lahan penganti adalah 2 kali luas lahan yang di alih fungsikan.

f. Lahan yang dialihfungsikan adalah lahan rawa pasang surut dan atau lebak dan lahan pengantinya dialokasikan pada daerah tidak beririgasi maka lahan penganti adalah 4 kali luas lahan yang di alih fungsikan.

g. Apabila lahan yang dialihfungsikan berupa lahan tidak beririgasi maka lahan pengantinya di alokasikan di daerah tidak beririgasi dengan luasan minimal 1 kali luas lahan yang dialihfungsikan. h. Lahan penganti ini dapat berada di satu kabupaten kota, atau dapat

berada di dalam satu provinsi atau lintas provinsi dengan lahan yang dialihfungsikan.

i. Alih fungsi lahan dapat dilakukan setelah ada jaminan lahan penganti dan dana yang tersedia di kabupaten atau kota dari pemerintah atau pemerintah daerah serta rencana pembukaan lahan baru.

Berikut adalah kriteria alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan yang di ijinkan oleh Peraturan Menteri Pertanian Nomor 81/permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Teknis Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan wilayah kota Salatiga mengikuti aturan ini sebagai pedoman11:

1. Pengadaan tanah untuk jalan umum meliputi pembangunan jalan negara, jalan provinsi, jalan kabupaten/ Kota, dan jalan desa serta lingkungan sebagaimana di atur di dalam peraturan perundang-undangan serta pembangunan jalan usaha tani dikawasan peruntukan pertanian pangan berkelanjutan yang berfungsi untuk menunjang peningkatan produksi yang mengakibatkan alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan tidak melanggar ketentuan yang berlaku.

2. Pengadaan tanah untuk pembangunan waduk , bendungan , bangunan pengairan dan irigasi pada kawasan pertanian berkelanjutan meliputi: pembangunan jaringan irigasi sampai dengan di tingkat tersier, embung, situ, dan parit, rorak yang berfungsi untuk penyediaan dan konservasi air dalam rangka menunjang keberlangsungan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan.

11 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 81/permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Teknis

3. Pengadaan tanah untuk pembangunan saluran air minum atau air bersih ,drainase dan sanitasi pada kawasan pertanian pangan berkelanjutan meliputi : pembangunan jaringan air minum atau air bersih baik di permukaan maupun dibawah tanah bangunan drainase dan sanitasi dalam rangka memenuhi kebutuhan masayarakat di pedesaan dan perkotaan. 4. Pengadaan tanah untuk pelabuhan, bandar udara, stasiun dan jalan kereta

api serta terminal sebagai bagian dari struktur ruang yang mengunakan kawasan pertanian pangan berkelanjutan meliputi: pembangunan perluasan dan atau rehabilitasinya dan fasilitas pendukung seperti pelataran parkir , gudang, landasan pacu, perkantoran, rel kereta api ganda, dan lain –lain yang berfungsi untuk menunjang prasarana perhubungan di atas

5. Pengadaan tanah untuk fasilitas keselamatan umum pada peruntukan kawasan pertanian pangan berkelanjutan meliputi : pembangunan perluasan dan atau rehabilitasi fasilitas keselamatan umum berupa bangunan transit untuk evakuasi masyarakat yang memerlukan bantuan kesehatan akibat ganguan bencana buatan manusia.

6. Pengadaan tanah untuk cagar alam pada kawasan peruntukan pertanian pangan berkelanjutan meliputi: penyediaan dan pengalokasian kawasan yang diketahui merupakan sifat cagar alam baik berupa flora dan fauna maupun bentang alam yang menjadi atau dialokasikan untuk warisan dunia dan diklasifikasi sebgai cagar alam.

7. Pengadaan tanah untuk pembangkit dan jaringan listrik pada kawasan peruntukan pertanian pangan berkelanjutan meliputi: pembangunan, perluasan dan atau rehabilitasi pembangkit dan jaringan listrik baik berupa

tenaga surya, angin, air maupun tenaga mesin dan lain-lain yang bersifat menunjang infrastruktur pelistrikan yang melintas maupun yang berada di wilayah pedesaan dan perkotaan yang dibutuhkan masayarakat setempat Proses alih fungsi lahan baik yang lahan pertanian biasa maupun lahan pertanian yang bersetatus lahan pangan berkelanjutan di wilayah kota Salatiga memilikki beberapa prosedur yang di terapkan oleh pemerintah kota Salatiga dalam hal alih fungsi lahan pertanian terkhusus sawah. Namun pengaturan yang lebih komplek mengenai alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian di wilayah kota salatiga belum ada pertauran tersendiri dan yang di atur sangat ketat hanyalah lahan pertanian pangan berkeanjutan dan untuk lahan sawah biasa tidak di atur secara ketat oleh pemerintah kota Salatiga apalagi setelah adanya pemindahan wewenang mengenai pemberian ijin alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian dari kantor pertanahan Ke Pemerintah Daerah Kota Salatiga per Tangga 26 Juli 2017.

b. Analisis

1. Proses Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Non Pertanian

Dokumen terkait