• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS a. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian a. Letak Geografis - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaturan Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Non Pertanian di Kota Salatiga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS a. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian a. Letak Geografis - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaturan Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Non Pertanian di Kota Salatiga"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS a. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian a. Letak Geografis

Kota Salatiga terletak di antara 110º . 27’.56,81” sampai dengan

110º.32’.4,64” bujur Timur dan 0070º.17’ sampai dengan 007º.17’.23”

lintang Selatan. Serta kota Salatiga secara morfologi terlatak di kaki

gunung Merbabu serta kota Salatiga terletak di antara Gunung-Gunung

kecil yaitu : Gunung Telomoyo, Gunung Gajah Mungkur dan Gunung

Payung Roro.

Topografi kota Salatiga berada pada ketinggian kurang lebih 450

meter sampai dengan 850 meter di atas permukaan laut. Dengan batas

wilayah: 085700057045

Utara : Kecamatan pabelan : desa pabelan, desa pajaten Kecamatan Tuntang: desa Kesongo, desa Watu Agung

Timur : Kecamatan Pabelan: Desa Ujung-Ujung, Desa Sukoharjo dan Kecamatan Tengaran: Desa Bener, Desa

Tegalwaton, Desa Nyamat.

Selatan : Kecamatan Getasan: Desa Sumogawe, Desa Sa-mirono, Desa Jetak dan Kecamatan Tengaran: Desa

(2)

Barat : Kecamatan Tuntang: Desa Candirejo, Desa Jombor, Desa sraten, Desa Gedangan dan Kecamatan

Getasan Desa Polobogo.

Kota Salatiga terdiri dari tiga bagian yaitu daerah bergelombang

65 % yang terletak di Kelurahan Dukuh, Ledok, Kutowinangun, Salatiga,

Sidorejo Lor, Bugel, Kumpulrejo, dan kauman kidul serta daerah miring

25 % yang terletak di Kelurahan Tegalrejo, Mangunsari, Sidorejo Lor,

Sidorejo Kidul, Tingkir Lor, Pulutan, Kecandran, Randuacir, Tingkir

Tengah dan Blotongan setelah itu daerah datar 10 % yang Terdapat di

Kelurahan Kalicacing, Noborejo, Kalibening, dan Blotongan

bagian-bagian tersebut adalah data Relief Kota Salatiga.

b. Pembagian Wilayah

Jumlah penduduk di wilayah Kota Salatiga kurang lebih seratus

ribu jiwa secara administratif Kota Salatiga terbagi menjadi 4 Kecamatan

dan 22 Kelurahan1 . Kecamatan meliputi

1. Kecamatan Sidorejo,

2. Kecamatan Tingkir,

3. Kecamatan Sidomukti,

4. Kecamatan Argomulyo.

Sedangkan wilayah kelurahan meliputi

1. Kelurahan Noborejo,

2. Kelurahan Cebongan,

3. Kelurahan Randuacir,

1

(3)

4. Kelurahan Ledok,

5. Kelurahan Tegalrejo,

6. Kelurahan Kumpulrejo,

7. Kelurahan Tingkir Tengah,

8. Kelurahan Tingkir Lor ,

9. Kelurahan Kalibening,

10.Kelurahan Sidorejo Lor,

11.Kelurahan Sidorejo Kidul ,

12.Kelurahan Kutowinangun,

13.Kelurahan Gendongan,

14.Kelurahan Kecandran,

15.Kelurahan Dukuh,

16.Kelurahan Mangunsari,

17.Kelurahan Kalicacing,

18.Kelurahan Pulutan

19.Kelurahan Blotongan,

20.Kelurahan Salatiga,

21.Kelurahan Bugel,

22.Kelurahan kauman kidul.

(4)

c. Luas Wilayah2

Luas wilayah kota Salatiga pada Tahun 2016 Tercatat Sebesar

5.678,110 hektar atau 56.781 km² . luas yang ada terdiri dari 802,298

hektar (14,13%) lahan Sawah dan 4.875,813 hektar atau 48.758 km²

(85,87%) bukan lahan sawah.

Luas wilayah kota salatiga terbagi dalam 4 Kecamatan dengan luas

lahan sebagai berikut3:

1. Kecamatan Argomulyo seluas 18,826 Km²

2. Kecamatan Tingkir seluas 10.549 Km²

3. Kecamatan Sidomukti seluas 11,459 Km²

4. Kecamatan Sidorejo seluas 16.247 Km²

2

Buku saku tahun 2015 dinas pertanian dan perikanan kota salatiga tahun anggaran

(5)

c. Luas Tanah pertanian

Luas tanah pertanian di wilayah kota Salatiga adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Sumber Daya Lahan (data tahun 2015)

NO JENIS DAYA LAHAN 2012 2013 2014 2015

Sumber : Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Salatiga

Luas sawah di wilayah kota Salatiga terdata dari tahun 2012 sampai

dengan 2015 adalah 619.632 Ha sehingga luas tanah tersebut terhitung stabil dari

kurun waktu 4 tahun.

lahan sawah lain yang terbagi di kelurahan yang terdapat di wilayah kota Salatiga

berikut tabel:

Tabel 2

Pembagian letak Sawah di Wilayah kota Salatiga

Menurut RTRW kota Salatiga tahun 2010-2030

JENIS SAWAH KELURAHAN

Sawah beririgasi teknis ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan yang terbagi di 8 (delapan) kelurahan yang berjumlah 274 Ha.

1. Kelurahan Ledok

(6)

8. Kelurahan Kauman Kidul

Sawah beririgasi setengah teknis 1. Kelurahan Tingkir Tengah 2. Kelurahan Sidorejo Kidul

Sawah beririgasi sederhana 1. Kelurahan Ledok

2. Kelurahan Pulutan 3. Kelurahan Blotongan 4. Kelurahan Kauman Kidul

Sumber :Buku Saku Dinas Perikanan dan Pertanian Tahun 2015 Tahun Anggaran 2016.

Jumlah Lahan pertanian terkhusus sawah di wilayah kota Salatiga yang

terdata dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 adalah sebagai berikut4:

Table 3:

Jumlah Sawah Per Tahun di Wilayah Kota Salatiga

TAHUN JUMLAH SAWAH PER TAHUN KETERANGAN

(7)

kota salatiga.

Sumber: kantor Pertanahan Kota Salatiga

Data di atas tersebut menunjukkan data luas tanah di kota Salatiga dari tahun

ke tahun terdata dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Data dia atas

menunjukkan penurunan jumlah sawah di wilayah kota Salatiga yang di sebabkan

(8)

2. Proses Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Non Pertanian di Wilayah Kota Salatiga berdasarkan hasil wawancara dengan pemohon alih fungsi lahan.

a. Wawancara dengan Bapak Nur Yanto.5

Beliau sebagai pelaku alih fungsi lahan pertanian menjadi non

pertanian di wilayah kota Salatiga beliau memilikki lahan sawah di

daerah Ngemplak Salatiga beliau melakukan alih fungsi lahan

pertanian melalui calo yaitu mas Indra.

Beliau memberikan sejumlah uang agar di uruskan proses

alih fungsi lahan sawah menjadi non sawah dalam hal ini lahan

tersebut akan digunakan sebagai tempat tinggal pada waktu itu luas

tanah yang di milikki oleh bapak Nur Yanto adalah seluas kurang

lebih 4000 m² tanah tersebut rencananya setelah di keringkan akan

di bagikan sebagai harta warisan untuk anak-anaknya, beliau

mengatakan pada saat itu beliau di minta untuk mengurus beberapa

hal yaitu :

1. surat ijin atau persetujuan kepada RT dan RW setempat

serta lingkungan sekitar lahan sawah yang di wakili tokoh

masyarakat membuat surat bahwa diijinkan untuk di alih

fungsikan

2. meminta surat persetujuan dari kelurahan dan kecamatan

yang di lampirri foto copy serifikat tanah dan lembar

persetujuan RT, RW

5

(9)

3. menyerahkan berkas kepada Indra selaku calo yang di

berikan adalah :

a. sertifikat hak milik tanah sawah

b. foto copy KTP

c. surat rekomendasi dari RT-RW serta kelurahan

kecamatan

4. Selanjutnya berkas diserahkan ke kantor pertanahan kota

Salatiga pada saat itu tidak dikenakan biaya apapun

sehingga proses berlangsung secara gratis,

5. setelah menunggu beberapa minggu yang bersangkutan

memperoleh kabar bahwa berkas pengajuan alih fungsi

lahan tersebut sudah di proses dan akan di kirim tim untuk

melakukan survey lokasi lahan sawah tersebut dan di

jelaskan bahwa yang akan hadir adalah:

a. kepala Dinas Perikanan dan Pertanian ,

b. Kepala Kantor Pertanahan kota Salatiga

c. serta dinas-dinas terkait lainnya

pada saat dilakukanya survey tidak ada sama sekali pejabat yang

hadir untuk melakukan survey tanah bapak Nur Yanto yang hadir hanyalah

perwakilan dari kantor pertanahan dan hanya menanyakan lokasinya

dimana dan akan di jadikan apa setelah itu para perwakilan dari Kantor

Pertanahan Kota Salatiga tersebut mengatakan prosesnya akan di ajukan

ke walikota sehingga tunggu sekitar 1 sampai 2 minggu dan dengan biaya

(10)

serta memberi uang saku bagi para kariawan yang datang untuk survey

tidak ada ² minggu alih fungsi sudah di ijinkan.

Dari hasil wawancara tersebut maka dapat dimengerti bahwa proses alih

fungsi lahan sawah menjadi non sawah sebagai berikut:

1. Pelaku alih fungsi lahan di haruskan meminta ijin kepada pihak RT

dan RW setempat untuk melakukan proses alih fungsi lahan

pertanian

2. Pelaku alih fungsi di haruskan meminta ijin kepada masyarakat

sekitar tanah yang akan di alih fungsikan

3. Pelaku alih fungsi menyerahkan surat ijin yang dibeikan oleh RT

dan RW serta tokoh masyarakat untuk di ajukan ke tingkat

kelurahan

4. Setelah di tingkat kelurahan maka berkas tersebut di ajukan ke

tingkat kecamatan

5. Berkas yang telah lengkap di ajukan ke pihak kantor pertanahan

dengan di lampiri sertifikat hak milik serta Foto copy KTP

6. Setelah di ajukan maka pihak kantor pertanahan akan mengrim tim

survey untuk meninjau lokasi alih fungsi

7. Tim peninjau atau tim survey mengajukan ke walikota salatiga dan

selanjutnya ijin Di keluarkan oleh walikota.

Alih fungsi ini melalui perantara calo yang membantu Bapak Nur Yanto

sebagai pemilik lahan sawah untuk di alih fungsikan menjadi non pertanian biaya

calo dan segala biaya yang bersangkutan sampai proses alih fungsi lahan sawah

(11)

rupiah) dan lamanya proses ini sekitar 1 bulan. Bapak Nur Yanto tidak

mengetahui dengan jelas hal-hal apa yang di urus di pihak kantor pertanahan kota

Salatiga.

b. Wawancara dengan M. Slamet Riyadi selaku pelaku alih fungsi

lahan sawah menjadi tanah kering6 :

Bapak Slamet memilikki lahan sawah seluas 140 m² yang terletak

di daerah sidomukti Salatiga beliau menyatakan bahwa lahan

sawah yang dimilikkinya adalah lahan sawah yang sudah tidak

bisa menghasilkan jumlah panen seperti sebelumnya dalam kata

lain jumlah panen menurun sehingga beliau melakukan alih fungsi

lahan sawah tersebut beliau melakukan aih fungsi lahan sawah

dengan meminta ijin kepada kelurahan dan kecamatan setelah itu

beliau mengurus sendiri ke kantor pertanahan kota Salatiga dengan

membawa beberapa berkas yaitu formulir yang di berikan oleh

pihak kelurahan serta di tanda tangani oleh lurah dan camat , foto

copy KTP (kartu tanda penduduk) serta gambatr rencana peruahan

lahan pertanian menjadi non pertanian dan juga surat pernyataan

bahwa tanah tersebut adalah milik bapak M. Slamet Riyadi hal ini

dilakukan pada tahun 2013. Berikut data yang di milikki bapak

Slamet saat pengajuan di kantor pertanahn kota Salatiga.

1. mengenai diri pemohon

Nama : M.Slamet Riyadi

Tempat tanggal lahir : Salatiga 11 November 1961

6

(12)

Kewarganegaraan : WNI

Pekerjaan/jabatan : Petani dan Jualan

Alamat : Dukuh Sidomukti Salatiga

2. mengenai tanah yang dimohonkan perubahannya :

Kelurahan :Dukuh

Kecamatan :Sidomukti

Kota :Salatiga

Luas :140 m²

Batas – batas utara :jalan

Timur :HM No. 3200

Selatan :HM No. 3200

Barat :HM No. 3200

Pengunaan tanah Saat ini : Sawah

Akan dipergunakan untuk : Tempat Tinggal

3. surat yang dilampirkan :

a. salinan KTP (kartu tanda penduduk)

b. sertifikat HM

c. Gambar rencana pengunaan tanah

d. Surat pernyataan bahwa:

Nama :Suryanto

Pekerjaan :petani dan jualan

Alamat :Dukuh RT 06 RW 06

Dengan tujuan pengunaan tanah adalah sebagai tempat tinggal

(13)

a. Menjaga kualitas tanah sebaik-baiknya dengan sistem pengawetan

tanah dan air

b. Menjaga dan mencegah terjadinya pencemaran air, tanah dan udara

di sekitarnya yang disebabkan oleh sampah kotoran limbah industri

dan lainnya.

Apabila tidak melaksanakan atau menyimpang dari yang tertulis dalam

surat pernyataan , maka bersedia membongkar kembali atau

menyerahkan kembali hak atas tanah kepada pemerintah

Hal ini lah yang di jadikan salah satu syarat yang harus di penuhi oleh

bapak yanto selaku pelaku alih fungsi dan setelah itu bapak Slamet mendapat

surat bahwa telah di tunjuk tim untuk survey lapangan dan di dalam panitia

tersebut berisi beberapa pihak yaitu:

a. Kepala Kantor Pertanahan Kota Salatiga

b. Kepala Bagian Tata Pemerintahan Setda Kota Salatiga

c. Kepala Bappeda Kota Salatiga

d. Kepala Bagian Hukum Setda Kota Salatiga

e. Camat Sidomukti Kota Salatiga

f. Lurah Dukuh

g. Seksi pengaturan dan penataan pertanian Kota Salatiga

Itulah beberapa pihak yang tergabung di dalam panitia peninjau lapangan

dan pada hari pelaksanaan survey lapangan yang hadir bukanlah para pimpinan

yang tertera di dalam surat namun yang hadir hanyalah perwakilan dari kantor

Pertanahan Kota Salatiga dan bapak Slamet di beritahu bahwa setelah dilakukan

(14)

di sampaikan ke pihak walikota dan keputusan di kabulkan atau tidak yaitu

melalui sidang panitia serta masukan dari walikota Salatiga. berikut

pertimbangan-pertimbangan yang di berikan oleh panitia :

a. Hubungan pemohon dengan tanah tersebut adalah milik sendiri

b. Tanah yang diajukan perubahan pengunaan tanah tersebut kurang

produktif

c. Dengan perubahan tanah ini tidak menganggu produksi pangan

d. Perubahan pengunaan tanah tersebut tidak menganggu saluran air

e. Kemungkinan pencemaran tidak ada

f. Kemungkinan sumur di sekitarnya kering tidak ada

g. Kawasan yang dimohonkan terletak dikawasan pemukiman

kepadatan rendah

h. Lokasi yang di mohon mendukung terkait dengan peraturan Daerah

Kota Salatiga Nomor 4 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010-2030

i. Kepastian luas tanah yang diberikan pertimbangan untuk disetujui

ijin perubahan pengunaan tanahnya seluas 140 m²

Berdasarkan pertimbangan–pertimbangan tersebut panitia

berkesimpulan bahwa perubahan pengunaan tanah seperti yang

dimohonkan tidak terdapat keberatan, dan selanjutnya agar

(15)

a. Paling lambat 12 bulan setelah ijin perubahan pengunaan lahan

diterbitkan , pemohon harus sudah memulai kegiatan/

pembangunan sesuai dengan permohonan / rencana induk

b. Bagi pembangunan yang mengunakan tenaga kerja harus

mengunakan tenaga kerja setempat

c. Berita acara lebih lanjut akan ditetapkan dalam keputusan ijin

perubahan pengunaan tanah pertanian ke non pertanian yang

akan dikeluarkan oleh kepala kantor pertanahan Kota Salatiga.

Pertimbangan-pertimbangan tersebut maka permohonan

perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian untuk

rumah tinggal atas nama M. Slamet Riyadi dapat dikabulkan.

Jika di urutkan proses alih fungsi dilakukan :

1. Pemohon mengisi formulir yang disediakan oleh kelurahan

2. Formulir di tanda tangani oleh lurah dan camat

3. Pemohon mengajukan formulir permohonan yang di sertai dengan :

a. Sertifikat hak milik

b. Foto copy kartu tanda penduduk

c. Surat pernyataan

d. Gambar rencana alih fungsi lahan

4. Setelah berkas lengkap pihak Kantor Pertanahan membentuk

panitia pertimbangan alih fungsi lahan pertanian

5. Panitia melakukan survey ke lapangan

6. Panitia membuat berita acara dan di berikan ke walikota serta di

(16)

7. Kantor pertanahan mengeluarkan ijin di kabulkan atau tidak

dikabulkan berdasarkan hasil sidang panitia.

Kedua hasil wawancara ini yang dapat diperoleh dikarenakan sebagian

besar para pelaku alih fungsi lahan pertanian terkhusus sawah di wilayah Kota

Salatiga tidak mengurusnya sendiri dan hal tersebut dilakukan oleh calo sehingga

para pemohon alih fungsi lahan pertanian di wilayah Kota Salatiga tidak

mengetahui secara jelas bagaiman proses tersebut berlangsung namun sebagian

besar permohonan yang di ajukan oleh para pemohon selalu di kabulkan oleh

pemerintah Kota Salatiga hal inilah yang menyebabkan alih fungsi di wilayah

Kota Salatiga tidak terkendali, laju alih fungsi lahan yang semakin pesat serta

kebutuhan akan tempat tinggal yang menyebabkan alih fungsi terjadi tanpa secara

besar-besaran.

Alih fungsi lahan yang terjadi sering sekali disalah gunakan oleh

pihak-pihak yang tidak bertangung jawab untuk memperoleh keuntungan dari proses

alih fungsi tersebut, sehingga masyarakat memandang bahwa alih fungsi di Kota

Salatiga sangatlah mudah dilakukan asalkan dengan biaya yang tinggi dan

semakin tinggi uang yang diberikan maka alih fungsi lahan akan semakin mudah

dilakukan.

Berikut perbandingan proses alih fungsi lahan yang dilakukan oleh kedua

pemohon tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel : 4

Perbandingan Permohonan Alih Fungsi Lahan Pertanian

(17)

1. Meminta Surat Ijin Kepada RT dan

RW prihal akan dilakukannya Alih

Fungsi Lahan Pertanian.

Tidak meminta ijin Kepada pihak

RT dan RW namun mengisi

Formulir Permohonan Alih Fungsi

Yang diberikan oleh Pihak

Kelurahan

2. Meminta persetujun kelurahan dan

kecamatan

Menyerahkan formulir dan di tanda

tangani oleh lurah dan camat

3. Meminta persetujuan kepada

masyarakat sekitar

-

4. Menyerahkan Berkas ke kantor

Pertanahan yang di lampiri

syarat-syarat yaitu:

a. Sertifikat hak milik

b. Foto copy kartu tanda penduduk c. Surat pernyataan

d. Gambar rencana alih fungsi lahan

Menyerahkan Berkas ke kantor

Pertanahan yang di lampiri

syarat-syarat yaitu:

a. Sertifikat hak milik

b. Foto copy kartu tanda penduduk c. Surat pernyataan

d. Gambar rencana alih fungsi lahan

5. Memperoleh surat bahwa akan di

adakan survey lapangan oleh panitia

Pertimbangan alih fungsi

Memperoleh surat bahwa akan di

adakan survey lapangan oleh panitia

Pertimbangan alih fungsi

7. Ijin di keluarkan oleh kantor

Pertanahan Kota Salatiga

Ijin di keluarkan oleh Kantor

Pertanahan Kota Salatiga serta

Memperoleh Sk dari Walikota.

8. Dikenakan biaya proses dan calo Tidak dikenakan biaya

(18)

Kantor Pertanahan Kota Salatiga adalah salah satu pihak yang memilikki

wewenang untuk memberikan ijin dilakukannya alih fungsi lahan pertanian,

dalam memberikan ijin alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian kantor

pertanahan Kota Salatiga tidak bekerja sendiri namun dalam hal ini Kantor

Pertanahan Kota Salatiga bekerja sama dengan pihak-pihak terkait yang

bersangkut paud dengan alih fungsi lahan pertanian pihak-pihak yang di maksud

adalah :

1. Dinas Perikanan dan Pertanian Kota Salatiga

2. Bagian Tata Pemerintahan Setda Kota Salatiga

3. Bapedda Kota Salatiga

4. Bagian Hukum Setda Kota Salatiga

5. Camat

6. Lurah

7. Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan, Kantor Pertanahan

Kota Salatiga

Pihak –pihak inilah yang menjadi team untuk memberikan tangapan serta

masukan terhadap permohonan alih fungsi lahan Pertanian di wilayah Kota

Salatiga. serta pihak-pihak ini lah yang nantinya akan langsung turun ke lapangan

untuk melakukan peninjauan lapang di lokasi yang akan di alih fungsikan serta

para pihak ini akan membuat berita acara hasil peninjauan lapang yang akan di

(19)

Prosedur yang diterapkan oleh Kantor Pertanahan Kota Salatiga dalam hal

alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian memilikki beberapa tahapan

yaitu7:

1. Pemohon harus menyiapkan beberapa syarat yaitu :

a. Salinan Kartu Tanda Penduduk (EKTP)

b. Sertifikat Hak Milik

c. Gambar rencana penggunaan tanah

d. Surat permohonan untuk melakukan alih fungsi lahan

pertanian menjadi non pertanian

e. Surat pernyataan permohonan

2. Pemohon mengisi Formulir yang telah disediakan oleh pihak Kantor

Pertanahan Kota Salatiga serta di tanda tangani oleh Pemohon serta

Lurah dan Camat

3. Setelah berkas tersebut lengkap maka pemohon memberikan

berkas-berkas tersebut kepada Kantor Pertanahan Kota Salatiga.

4. Kantor Pertanahan Kota Salatiga membentuk panitia pertimbangan

alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian yang terdiri dari:

a. Kepala Kantor Pertanahan Kota Salatiga

b. Kepala bagian Tata Pemerintahan skertariat daerah Kota

Salatiga

c. Kepala Bappeda kota Salatiga

d. Kepala Bagian Hukum sekertariat daerah Kota Salatiga

e. Kepala Dinas Pertanian Kota Salatiga

7

(20)

f. Camat yang bersangkutan terhadap lokasi yang akan di alih

fungsikan dari lahan pertanian menjadi non pertanian

g. Lurah yang bersangkutan terhadap lokasi yang akan dialih

fungsikan dari lahan pertanian menjadi non pertanian

h. Kepala seksi pengaturan dan penataan pertanahan kantor

pertanahan Kota Salatiga.

5. Panitia yang telah terbentuk bertanggung jawab untuk :

a. Melakukan survey atau peninjauan lapangan terhadap lokasi

yang akan di alih fungsikan

b. Membuat berita acara hasil survey

c. Memberikan masukan dan pertimbangan sesuai dengan

bidang yang di kuasai

d. Melakukan sidang untuk memutuskan di ijinkan atau

tidaknya alih fungsi lahan dilakukan

6. Panitia pertimbangan melakukan survey di lapangan dengan melihat

beberapa hal yaitu:

a. Bahwa tanah tersebut adalah milik sendiri dan pemohon

adalah pemilik dari pada tanah pertanian yang akan dialih

fungsikan menjadi non pertanian

b. Apakah tanah pertanian yang diajukan oleh pemohon yang

dalam hal ini pemilik tanah sudah tidak produktif lagi untuk

di jadikan lahan pertanian sehingga atas dasar itu di alih

(21)

c. Apabila tanah pertanian tersebut dialih fungsikan apakah

akan berdampak pada pemenuhan kebutuhan pangan

d. Dampak saluran irigasi apabila di alih fungsikan menjadin

non pertanian

e. Alih fungsi yang dilakukan apakah akan memberikan dampak

pencemaran

f. Lokasi alih fungsi yang akan dilakukan berada di pemukiman

yang bersetatus kepadatan rendah penduduk

g. Apakah lokasi alih fungsi lahan pertanian menjadi non

pertanian tersebut sudah sesuai dengan Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Salatiga.

7. Setelah itu panitia membuat berita acara hasil survey yang di

serahkan kepada Walikota dan bahas saat sidang

8. Walikota Salatiga menerbitkan Surat keputusan berdasarkan berita

acara dan hasil sidang panita pertimbangan

Dalam hal alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian di berikan

batasan jangka waktu proses perijinan alih fungsi lahan pertanian menjadi non

pertanian yaitu:

1. Pelaksanaan sidang dan peninjauan lapangan setelah menerima

permohonan alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian

adalah 7 (tujuh) hari sampai dengan 23 (dua puluh tiga) hari.

2. Pengajuan berita acara kepada walikota yaitu prihal hasil

pemeriksaan lapangan adalah 3 (tiga) hari sampai dengan 14

(22)

3. Penerbitan surat keputusan setelah berita acara diterima oleh

walikota mengenai di perbolehkan atau tidaknya alih fungsi lahan

pertanian di lakukan adalah 11(sebelas) hari.

Kantor Pertanahan memiliki beberapa aturan yang menjadi acuan untuk

mengatur mengenai alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian di wilayah

Kota Salatiga:

1. Undang –Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar

Pokok-pokok Agraria

2. Undang –Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah

Daerah

3. Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

5. Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan

Tanah

6. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Oktober 1984 tentang

Perubahan Tanah Pertanian ke Non Pertanian

7. Surat Menteri Agraria Nomor 410-1851 Tanggal 15 Juni 1994

tentang Pencegahan Penggunaan Tanah Sawah Beririgasi Teknis

Untuk Pengunaan Non Pertanian Melalui Penyusunan Rencana

Tata Ruang.

8. Surat Menteri Negara Perencanaan BAPPENAS Nomor 5334/1994

Tanggal 29 September 1994 tentang Perubahan Penggunaan Tanah

(23)

9. Surat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/

Ketua BAPPENAS Nomor 5335/MK/9/1994 Tanggal 29

September 1994 Tentang penyusunan Rencana Tata Ruang

Wilayah tingkat Kabupaten/ Kota.

10.Surat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan / Ketua

BAPPENAS Nomor 541/MK/10/1994 tanggal 4 Oktober 1994

Tentang Efisiensi Pemanfaatan Lahan Bagi Pembangunan

Perumahan.

11.Surat Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN Nomor 460-3346

Tanggal 31 Oktober 1994 tentang Perubahan Penggunaan

Tanah Sawah Beririgasi Teknis Untuk Penggunaan Tanah Non

Pertanian

12.Surat Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 460-1594

tanggal 5 Juni 1996 Tentang Pencegahan Konversi Tanah

Sawah Irigasi Teknis Menjadi Tanah Kering.

13.Instruksi Gubernur Jawa Tengah Nomor 590/107/1985 tanggal

25 Maret 1985 tentang Pencegahan Perubahan Tanah Pertanian

Ke Non Pertanian yang Tidak Terkendalikan.

14.Surat Keputusan Walikota Salatiga Nomor 591.05/23/2002

tanggal 1 Februari 2002 tentang Panitia Pertimbangan

Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian ke Non Pertanian.

15.Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2011 tentang

(24)

Berikut adalah bagan mengenai tata cara alih fungsi lahan pertanian

menjadi non pertanian di wilayah kota Salatiga sebelum pemindahan wewenang

dari Kantor Pertanahan Kota Salatiga kepada Pemerintah Kota Salatiga:

Pemohon alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian

Pemohon menyerahkan persyaratan kepada kantor pertanahan kota Salatiga berupa: salinan Elektronik Kartu Tanda Penduduk , sertifikat HM, gambar rencana pengunaan

tanah, surat permohonan , surat pernyataan permohonan

Kantor pertanahan membentuk panitia pertimbangan dengan anggota :

Kepala kantor pertanahan kota salatiga, kepala bagian TAPEM SETDA, kepala Bapedda, kepala bagian Hukum SETDA, kepala Dinas Pertanian , camat, lurah ,

kepala seksi pengaturan dan penataan pertanahan kantor pertanahan kota Salatiga.

Panita yang telah di bentuk tersebut melakukan tinjauan ke lapangan serta membuat berita acara hasil tinjauan lapangan dengan batasan waktu 7 sampai

dengan 23 hari

Panita mengajukan berita acara hasil tinjauan lapangan kepada walikota Salatiga

Dengan batasan waktu pemberian berita acara adalah 14 hari

(25)

4. Proses alih Fungsi Lahan Pertanian Setelah adanya pemindahan wewenang kepada Pemerintah Kota Salatiga

Badan pertanahan Kota Salatiga menyampaikan bahwa wewenang yang di

milikki oleh Kantor Pertanahan Kota Salatiga dalam hal alih fungsi lahan

pertanian menjadi non pertanian sudah tidak lagi menjadi wewenang dari pihak

badan pertanahan kota Salatiga melainkan sudah menjadi wewenang dari

Pemerintah Kota Salatiga. kantor Pertanahan Kota Salatiga hanya memilikki

wewenang untuk memberikan ijin Pertimbangan teknis Pertanahan dan setelah

menghasilkan Risalah berupa hasil peninjauan lapangan berikut adalah urutan

permohonan ijin Pertimbangan Teknis Pertanahan8:

1. Pemohon alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian

mengambil formulir permohonan ijin Pertimbangan Teknis

Pertanahan di kantor Pertanahan Kota Salatiga

2. Formulir tersebut di berikan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kota

Salatiga serta beberapa lampiran yang berisikan :

a. Keterangan tentang pemohon

b. Keterangan tentang tanah

c. Surat kuasa apabila di kuasakan

d. Foto copy identitas (ktp/KK) pemohon dan kuasa apabila

dikuasakan yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh

petugas loket

8

(26)

e. Foto copy NPWP , akta pendirian perusahaan dan

pengesahan badan hukum yang telah di cocokkan dengan

aslinya oleh petugas loket . bagi badan Hukum.

f. Proposal rencana kegiatan teknis pada lokasi yang akan di

bangun.

g. Sket lokasi yang dimohon

h. SPPT PBB tahun akhir

i. Foto copy sertifikat yang telah dicocokkan dengan aslinya

oleh petugas loket

3. Surat pernyataan yang berisikan bahwa tanah tersebut tidak berada

dalam sengketa atau perselisihan dengan pihak lain baik mengenai

haknya maupun batas-batasnya. Yang diberi materai 6000.

4. Berkas tersebut di terima dan di proses oleh Kantor Pertanahan Kota

Salatiga dan menunjuk 2 (dua) orang petugas lapang pertimbangan

Teknis Pertanahan

5. Kedua petugas tersebut membuat berita acara hasil peninjauan

lapang yang berisikan:

a. Letak tanah , lingkungan/jalan, Kelurahan, Kecamatan

b. Luas, Status tanah

c. Statuts penggunaan tanah

d. Penggunaan tanah saat dilakukan peninjauan

e. Rencana digunakan

f. Sesuai atau tidak dengan rencana tata ruang wilayah kota

(27)

6. Setelah peninjauan lapang oleh petugas lapang maka berita acara

peninjauan lapang di berikan kepada Tim penyusun Risalah

Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam hal alih fungsi lahan

Pertanian Tim tersebut berisikan :

a. Kepala Kantor Pertanahan Kota Salatiga

b. Kasi Penataan Pertanahan

c. Kasubsi PGT dan Kawasan Tertentu

d. Kasubsi Landreform dan Konsulidasi Tanah

e. Staf subsi PGT dan Kawasan Tertentu

7. Selanjutnya Tim tersebut akan membuat Risalah Pertimbangan

Teknis Pertanahan Dalam Rangka alih fungsi lahan pertanian

(28)

Berikut adalah contoh pengajuan ijin pertimbangan Teknis Pertanahan

yang dilakukan oleh Mulyani Purwaningsih pada Tanggal 23-08-2017

Salatiga 23 -8-2017

Nomor :

Lampiran :

Prihal : pertimbangan Teknis Pertanahan

Kepada :

Yth. Kepala Kantor Pertanahan Kota Salatiga

Cq : Kepala Seksi Pengaturan Dan Penataan Pertanahan

Yang bertanda tangan di bawah ini, kami MULYANI PURWANINGSIH alamat

ADIPURA No. 99 RT 06 RW 01 Kalicacing dalam hal ini bertindak untuk dan

atas nama………….. dengan ini mengajukan pertimbangan teknis pertanahan

dalam rangka untuk ijin perubahan status penggunaan tanah dengan keterangan

sebagai berikut:

A. KETERANGAN TENTANG PEMOHON

a. Nama Pemohon :MULYANI PURWANINGSIH

b. Alamat :Adipurnan No 99 RT 06 RW 01 Kalicacing

c. No KTP :3373045308670002

B. KETERANGAN TENTANG TANAH

a. Luas :361 M²

b. Letak : Blotongan

i. Kelurahan :Sidorejo

(29)

iii. Kota :Salatiga

c. Status Tanah : SAWAH

d. Penggunaan tanah sekarang :Bangunan Non pertanian

e. Rencana penggunaan tanah :USAHA Bengkel sepeda Motor

Untuk melengkapi permohonan ini, bersama kami Lampirkan:

1. Surat kuasa apabila dikuasakan

2. Foto Copy Identitas (KTP,KK) pemohon dan kuasa apabila dikuasakan

yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket

3. Foto Copy NPWP, Akta pendirian perusahaan dan pengesahan badan

Hukum, yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket bagi

badan hukum.

4. Proposal Rencana Kegiatan Teknis Pada lokasi yang akan di bangun

5. Sket lokasi yang dimohon

6. SPPT PBB tahun terakhir

7. Foto Copy sertifikat yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas

loket

Atas perhatiannya disampaikan terimakasih.

Hormat kami

Pemohon

MULYANI PURWANINGSIH

(30)

Surat pengajuan permohonan ijin pertimbangan Teknis Pertanahan Tersebut

selanjutnya di ajukan Ke pihak Kantor Pertanahan Kota Salatiga. Dan selanjutnya

kantor pertanahan akan mengirim 2 petugas peninjau lapangan dan berikut adalah

contoh berita acara peninjuan lokasi Pertimbangan Teknis Pertanahan

BERITA ACARA PENINJAUAN LOKASI PERTIMBANGAN TEKNIS

PERTANAHAN DALAM RANGKA IZIN PERUBAHAN PENGGUNAAN

TANAH PERTANIAN KE NON PERTANIAN

Nomor : 15/400.9/BA.PL/VIII/2017

Pada hari ini, tanggal 30 Agustus 2017, Kami yang bertanda tangan di bawah

ini , petugas lapang Pertimbangan Teknis Pertanahan yang telah ditunjuk:

1. Nama :Sislani, S.IP

NIP :19601010 198603 1 005

2. Nama :Sukirna

NIP :19630710 198903 1 006

Telah melaksanakan peninjauan lokasi untuk keperluan pertimbangan teknis

pertanahan dalam rangka penerbitan izin perubahan penggunaan tanah pertanian

ke non pertanian dengan hasil sebagai berikut:

1. Hari/tanggal : 28 Agustus 2017

2. Identitas pemohon

(31)

Alamat : Gg. Adipuran No 99, RT 06 RW 01,

Kelurahan Kalicacing, Kecamatan

Sidomukti, Kota Salatiga

3. Status Penggunaan Tanah : Bekas C No.478 Persil 32 Klas IV S

(sawah)

4. Bukti Hak : HM 3772

5. Letak Tanah yang dimohon

a. Jalan , Nomor , RT RW :

b. Kelurahan :

c. Kecamatan :

DK.Brajan/ Jalan Lingkar Salatiga

Blotongan

Sidorejo

6. Luas Tanah yang dimohon : 361 m²

7. Koordinat Lokasi : X=307830 Y=692233

8. Arahan Fungsi : Kawasan perdagangan dan jasa

Salatiga, 30 Agustus 2017

Petugas Lapang,

1. Sislani, S.IP

NIP. 19601010 198603 1 005 (………)

2. Sukirna

(32)

berita acara yang di buat oleh petugas lapang yang selanjutnya akan

diberikan kepada tim koordinasi pertimbangan teknis lapang dan tim

pertimbangan akan membuat berita acara sebelum di buatnya Risalah berikut

adalah contoh berita acara yang di hasilkan oleh Tim koordinasi Pertimbangan

Teknis pertanahan :

BERITA ACARA

RAPAT KOORDINASI TIM PERTIMBANGAN TEKNIS PERTANAHAN

DALAM RANGKA PENERBITAN IJIN PERUBAHAN PENGGUNAAN

TANAH PERTANIAN KE NON PERTANIAN

Nomor :15/400.9/BA.RK/IX/2017,tanggal 04 September 2017

Pada hari ini, senin tanggal empat bulan september tahun dua ribu tujuh

belas (04-09-2017),kami yang bertanda tangan di bawah ini, anggota Tim

Pertimbangan Teknis Pertanahan yang ditunjuk berdasarkan surat Keputusan

Kepala Kantor Pertanahan Kota Salatiga Nomor 55.1/KEP.400.9/33.73/VI/2017

tanggal 19 Juni 2017:

1. Nama :NURAKHMI SURYANDARI , A.Ptnh, M.H.

NIP :19620609 198303 2 001

Jabatan :Kepala Seksi Penataan Pertanahan Kantor Pertanahan Kota

salatiga Selaku Ketua merangkap Anggota

2. Nama :WARSA, A.Ptnh

NIP :19650404 198603 1 004

Jabatan :Kepala Sub Seksi Landreform dan Konsolidasi Tanah

(33)

3. Nama :SUKIRNA

NIP :19630710 198903 1 006

Jabatan :Staf Sub Seksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan

Tertentu Kantor Pertanahan Kota Salatiga , Selaku

Anggota

4. Nama :SISLANI, S.IP.

NIP :19601010 198603 1 001

Jabatan :Kepala Sub Seksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan

Tertentu Kantor Pertanahan Kota Salatiga , Selaku

anggota.

Telah melaksanakan rapat koordinasi membahas permohonan pertimbangan

teknis pertanahan dalam rangka ijin perubahan tanah pertanian ke non pertanian ,

dengan hasil sebagai berikut:

I. KETERANGAN MENGANAI SUBYEK

1. Identitas pemohon

Nama :

Alamat :

MULYANI PURWANINGSIH

Gg. Adipuran No 99, RT 06 RW 01,

Kelurahan Kalicacing, Kecamatan

Sidomukti, Kota Salatiga

2. Status Penggunaan Tanah : Bekas C No.478 Persil 32 Klas IV S

(sawah)

3. Bukti Hak : HM 3772

(34)

a. Jalan , Nomor , RT RW :

b. Kelurahan :

c. Kecamatan :

DK.Brajan/ Jalan Lingkar Salatiga

Blotongan

Sidorejo

5. Luas Tanah yang dimohon : 361 m²

6. Status penggunaan tanah : Bekas C No.478 persil 32 Klas IV s

(SAWAH)

7. Rencana penggunaan tanah : Tempat usaha bengkel sepeda motor

8. Arahan Fungsi Kawasan : Sesuai dengan rencana tata ruang

wilayah kota Salatiga tahaun

2010-2030 , lokasi yang dimohon berada

pada kawasan perdagangan dan jasa.

9. Peninjauan lokasi

a. Hari /Tanggal :

b. Berita Acara :

Senin ,28 Agustus 2017

15/400.9/BA.PL/VIII/2017,tanggal 30

Agustus 2017

II. KETERANGAN MENGENAI OBYEK DAN LINGKUNGAN SEKITAR

1. Penggunaan Tanah Saat ini

(35)

b. Sawah :

lingkungan perdagangan dan jasa

3. Pengguasaan tanah : Sertifikat Hak Milik Nomor

3772/Blotongan seluas 361 m² , atas

Nama Mulyani Purwaningsih, pada

saat ini Tanah yang dimohon dikuasai

oleh Mulyani Purwaningsih.

4. Gambaran umum Penguasaan :

tanah sekitar

Penguasaan tanah sekitar lokasi yang

dimohon merupakan tanah Hak Milik

Sertifikat dan Hak Milik Adat/Belum

sertifikat

5. Kesesuaian penggunaan tanah :

Yang dimohon dengan RTRW

Sesuai : 361 m² (100,00%) peruntukan

kawasan perdagangan dan jasa

6. Kemampuan tanah A3bT :

a. lereng :

A. kedalam efektif > 90 cm

3. tekstur tanah sedang

b. tidak pernah tergenang

T. tidak ada erosi

Lokasi yang dimohon berada pada

(36)

b. Drainase : Lokasi yang dimohon tidak tergenang

seluas 361 m² (100,00%)

7. Keserasian dengan lingkungan

sekitar :

Baik ,serasi dengan lingkungan sekitar

8. Ketersediaan tanah untuk kegiatan

yang dimohon :

Tersedia seluas 361 m² (100,00%)

III. PERTIMBANGAN TIM

Tim pertimbangan teknis pertanahan menyimpulkan bahwa terhadap terhadap

tanah yang dimohon untuk kegiatan pembangunan tempat usaha (bengkel sepeda

motor) seluas 361 m² dapat dipertimbangkan untuk disetujui /ditolak/disetujui

bagian yaitu:

a. Disetujui :361 m² (100,00%)

b. Tidak disetujui : -

c. Disetujui bersyarat : -

Sebagaimana peta terlampir

Ketentuan dan syarat-syarat dalam penggunaan tanah tersebut adalah:

1. Dalam rangka memanfaatkan dan meggunakan tanah, pemohon tidak

boleh mengorbankan kepentingan umum, antara lain:

a. Tidak menutup akses jalan masyarakat yang berada di

belakang

b. Tidak menutup saluran irigasi yang sudah ada dan

(37)

c. Dalam melaksanakan pembangunan pemohon wajib

memperhatikan perbandingan antara ruang terbangun dan

ruang terbuka hijau (open space) sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku dengan perbandingan 60 : 40

d. Melaksanakan konservasi tanah dan air, seperti menyediakan

sumur resapan , biopori, sengkedan / terasering dan lain-lain.

2. Penggunaan dan pemanfaatan tanah tidak boleh saling menggangu

atau bertentangan dengan penggunaan dan pemanfaatan tanah

sekitarnya, seperti melanggar norma sosial, budaya, agama dan

keyakinan yang dianut oleh masyarakat sekitar.

3. Dalam rangka memanfaatkan dan menggunakan tanah, harus

memenuhi azas penggunaan tanah yaitu untuk di perkotaan azas

ASRI,TERTIB, LESTARI (ATLAS) dengan memperhatikan

pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan

4. Dalam rangka penggunaan dan pemanfaatan tanah harus memenuhi

ketentuan peraturan/ perundang-undangan yang berlaku, sebagaimana

diatur dalam rencana tata ruang wilayah Kota Salatiga tahun

2010-2030 (peraturan daerah nomor 4 tahun 2011)

5. Pemohon segera mengajukan permohonan ijin perubahan penggunaan

tanah pertanian ke non pertanian kepada pemerintah kota Salatiga.

Salatiga , 04 September 2017

1. Ketua

NURAKHMI SURYANDARI, A.Ptnh.,M.H.

(38)

2. Sekertaris

SISLANI, S.IP.

NIP. 19601010 198603 1 005

3. Anggota

W ARSA, A.Ptnh

NIP. 19650404 198603 1 004

4. SUKIRNA

NIP. 19630710 198903 1 006

Di atas adalah contoh berita acara yang di hasilkan dari rapat koordinasi

oleh tim pertimbangan teknis pertanahan prihal alih fungsi lahan pertanian

menjadi non pertanian yang di lakukan di wilayah kota salatiga dan pemohon

adalah ibu MULYANI PURWANINGSIH dan selanjutnya dari berita acara ini di

hasilkan juga RISALAH , RISALAH ini adalah hasil akhir dari pertimbangan

teknis pertanahan yang selanjutnya pemohon harus menyerahkan RISALAH

tersebut kepada pihak pemerintah Kota Salatiga berikut adalah contoh RISALAH

yang di hasilkan oleh tim pertimbangan teknis tanah dalam hal ijin alih fungsi

lahan pertanian ke non pertanian diwilayah kota Salatiga:

RISALAH

PERTIMBANGAN TEKNIS PERTANAHAN DALAM RANGKA

PENERBITAN IJIN PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH PERTANIAN KE

NON PERTANIAN

Nomor : 15/400.9/PTP/IX/2017,tanggal 06 September 2017

(39)

1. Formulir permohonan tertanggal 23-08-2017 yang diajukan pemohon dan berkas lengkap diterima pada tanggal 25-08-2017:

a. Nama :Mulyani Purwaningsih

b. Alamat :Gg Adipuran No99 RT 06 RW 01

c. Bertindak atas nama : diri sendiri

2. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010-2030.

3. Berita Acara Peninjauan Lokasi Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Rangka penrbitan ijin perubahan penggunaan tanah pertanian

ke non pertanian, Nomor 15/400.9/BA.PL/VIII/2017, tanggal 30

Agustus 2017

4. Berita Acara Rapat Koordinasi Tim Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Penerbitan Ijin perubahan penggunaan Tanah Pertanian

ke Non Pertanian , Nomor 15/400.9/BA.RK/IX/2017, tanggal 04

September 2017.

II. KETERANGAN MENGENAI TANAH YANG DIMOHON

1. Status Penggunaan Tanah : Bekas C No.478 Persil 32 Klas IV S

(sawah)

2. Bukti Hak : HM 3772

3. Letak Tanah yang dimohon

a. Jalan , Nomor , RT RW :

b. Kelurahan :

DK.Brajan/ Jalan Lingkar Salatiga

(40)

c. Kecamatan : Sidorejo

4. Luas Tanah yang dimohon : 361 m²

5. Status penggunaan tanah : Bekas C No.478 persil 32 Klas IV s

(SAWAH)

6. Rencana penggunaan tanah : Tempat usaha bengkel sepeda motor

7. Arahan Fungsi Kawasan : Sesuai dengan rencana tata ruang

wilayah kota Salatiga tahaun

2010-2030 , lokasi yang dimohon berada

pada kawasan perdagangan dan jasa.

III. KESIMPULAN

1. Permohonan pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka penerbitan Ijin

perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian dapat disetujui

seluas 361 m² dengan rincian sebagai berikut:

a. Untuk kegiatan pembangunan tempat usaha (bengkel sepeda

motor) 361 m² (100,00%)

2. Ketentuan dan syarat-syarat penggunaan tanah adalah sebagai berikut:

a. Dalam rangka memanfaatkan dan menggunakan tanah pemohon

tidak boleh mengorbankan kepentingan umum , antara lain

i. Tidak menutup akses jalan masyarakat yang berada di

belakang

ii. Tidak menutup saluran irigasi yang sudah ada dan

(41)

iii. Dalam melaksanakan pembangunan pemohon wajib

memperhatikan perbandingan antara ruang terbangun dan

ruang terbuka hijau dengan perbandingan 60 : 40

iv. Melaksanakan konversi tanah dan air seperti menyediakan

sumur serapan , biopori, sengkedan / terasering dan

lain-lain.

b. Penggunaan dan pemanfaatan tanah tidak boleh saling menggangu

atau bertentangan penggunaan dan pemanfaatan tanah sekitarnya

seperti melanggar norma sosial, budaya, agama dan keyakinan

yang dianut oleh masyarakat sekitar.

c. Dalam rangka memanfaatkan dan menggunakan tanah , harus

memenuhi azas penggunaan tanah yaitu untuk di perkotaan Azas

Asri, Tertib, Lestari (ATLAS) dengan memperhatikan

pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

d. Dalam rangka penggunaan dan pemanfaatan tanah haruslah

memenuhi ketentuan peraturan/perundang-undangan yang berlaku,

antara lain penggunaan dan pemanfaatan tanah harus sesuai dengan

fungsi kawasan sebagaimana di atur dalam Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010-2030 (peraturan Daerah No 4

tahun 2011 Tentang RTRW Kota Salatiga)

e. Pemohon segera mengajukan permohonan ijin perubahan

penggunaan tanah pertanian ke non pertanian kepada pemerintah

(42)

3. Keterangan lebih rinci mengenai ketentuan dan syarat-syarat penggunaan

tanah, letak dan luas tanah yang disetujui, dapat dilihat pada peta

pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka penerbitan ijin perubahan

penggunaan tanah pertanian ke non pertanian sebagaimana terlampir, yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari pertimbangan teknis pertanahan

dalam rangka penerbitan ijin perubahan penggunaan tanah pertanian ke

non pertanian . apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan atau

kesalahan akan diadakan perbaikan seperlunya.

Salatiga ,06 September 2017

KEPALA KANTOR PERTANAHAN

KOTA SALATIGA

MANGPUL. S.H.

NIP 19630223 199003 1 001

Tembusan disampaikan kepada Yth: Walikota Salatiga di Salatiga

Dari penjabaran di atas mengenai tata cara Kantor pertanahan kota

Salatiga menerbitkan ijin mengenai pertimbangan teknis pertanahan yang

selanjutnya akan menjadi pertimbangan bagi pemerintah kota Salatiga dalam hal

alih Fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian dan wewenang yang dahulu

menjadi wewenang Kantor pertanahan kota Salatiga semenjak 26 juni 2016 sudah

beralih menjadi hak dari pemerintah kota dalam memberikan ijin alih fungsi lahan

pertanian menjadi non pertanian di wilayah kota Salatiga.

Namun yang menjadi maslah adalah sampai saat ini pemerintah kota

(43)

mengenai alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian hal ini seperti

terdapat kekosongan sehingga belum ada kesiapan dari pihak pemerintah kota

Salatiga. ijin alih fungsi saat ini tidak diketahui pasti siapa yang mengurus hal

tersebut dikarenakan alih fungsi yang telah memperoleh ijin pertimbangan dari

BPN dan selanjutnya diserahkan ke pemerintah daerah, pemerintah daerah

menunjuk orang secara dadakan sebagai pengurus alih fungsi tersebut dengan

alasan bahwa bidang di pemerintah kota yang mengurusi mengenai alih fungsi

lahan pertanian menjadi non pertanian tersebut dalam masih dalam proses

pembentukan, hal ini di sampaikan oleh Kepala Bidang Tata Pemerintahan Kota

Salatiga.

5. Proses Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di kota Salatiga.

Apabila lahan pertanian yang akan di alih fungsikan adalah lahan

pertanian pangan berkelanjutan terdapat beberapa syarat yang berbeda dengan alih

fungsi lahan pertanian bukan berkelanjutan9 :

a. Persyaratan Alih Fungsi Lahan Pertanian Untuk Kepentingan Umum

a. Adanya latar belakang dilakukannya alih fungsi lahan pertanian

pangan berkelanjutan

9 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 81/permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Teknis

(44)

b. Adanya maksud dan tujuan di alih fungsikan

c. Rencana pengembangan lahan dan peruntukannya, termasuk kajian

lingkungan hidup strategis, AMDAL dan pengelolaan lingkungan

d. Adanya rencana alih fungsi lahan pangan berkelanjutan yang

meliputi: luasan, lokasi serta pelepasan hak atas tanah petani

melalui ganti rugi tanah dan berbagai imoditas serta infrastruktur di

atasnya dan menyiapkan lahan penganti baik yang berada di dalam

satu kabupaten ataupun lintas kabupaten di dalam satu Provinsi,

atau lintas provinsi sesuai dengan luasan lahan penganti yang

diminta dan telah mendapatkan persetujuan dari pemerintah di

wilayah tersebut dan pengantiannya disediakan oleh pemohon alih

fungsi.

e. Alih fungsi dapat dilakukan setelah adanya jaminan lahan penganti

dan dana yang tersedia dikabupaten atau kota dari pemerintah atau

pemerintah daerah serta perencanaan pembukaan lahan baru.

b. Persyaratan alih fungsi lahan apabila terjadi bencana10

a. Alih fungsi lahan karena terjadi bencana, maka laporan kelayakan

strategis dan rencana alih fungsi lahan tidak diperlukan, tetapi

pembebasan dan ganti rugi kepemilikan hak atas tanah bagi

pemilik tanah termasuk komoditas serta infrastruktur lain tetap

diselesaikan dengan pemiliknya terutama masyarakat dan petani.

10

(45)

b. Apabila lahan yang dialih fungsikan berupa lahan beririgasi maka

lahan pengantiannya dialokasikan di daerah irigasi dengan luasan

minimal 3 kali luas lahan yang di alih fungsikan.

c. Apabila lahan yang dialih fungsikan berupa lahan beririgasi dan

lahan pengantinya dialokasikan di lahan rawa pasang surut

dan/atau lebak dengan luasan minimal 6 kali luas lahan yang di

alih fungsikan.

d. Apabila lahan yang dialih fungsikan berupa lahan beririgasi dan

lahan pengantinya dialokasikan di lahan yang tidak beririgasi maka

luasan lahan pengantinya adalah 9 kali luas lahan yang di alih

fungsikan.

e. Apabila lahan yang di alihfungsikan adalah lahan rawa pasang

surut dan atau lebak maka luasan lahan penganti adalah 2 kali luas

lahan yang di alih fungsikan.

f. Lahan yang dialihfungsikan adalah lahan rawa pasang surut dan

atau lebak dan lahan pengantinya dialokasikan pada daerah tidak

beririgasi maka lahan penganti adalah 4 kali luas lahan yang di alih

fungsikan.

g. Apabila lahan yang dialihfungsikan berupa lahan tidak beririgasi

maka lahan pengantinya di alokasikan di daerah tidak beririgasi

dengan luasan minimal 1 kali luas lahan yang dialihfungsikan.

h. Lahan penganti ini dapat berada di satu kabupaten kota, atau dapat

berada di dalam satu provinsi atau lintas provinsi dengan lahan

(46)

i. Alih fungsi lahan dapat dilakukan setelah ada jaminan lahan

penganti dan dana yang tersedia di kabupaten atau kota dari

pemerintah atau pemerintah daerah serta rencana pembukaan lahan

baru.

Berikut adalah kriteria alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan

yang di ijinkan oleh Peraturan Menteri Pertanian Nomor

81/permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Teknis Alih Fungsi Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan dan wilayah kota Salatiga mengikuti aturan ini

sebagai pedoman11:

1. Pengadaan tanah untuk jalan umum meliputi pembangunan jalan negara,

jalan provinsi, jalan kabupaten/ Kota, dan jalan desa serta lingkungan

sebagaimana di atur di dalam peraturan perundang-undangan serta

pembangunan jalan usaha tani dikawasan peruntukan pertanian pangan

berkelanjutan yang berfungsi untuk menunjang peningkatan produksi yang

mengakibatkan alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan tidak

melanggar ketentuan yang berlaku.

2. Pengadaan tanah untuk pembangunan waduk , bendungan , bangunan

pengairan dan irigasi pada kawasan pertanian berkelanjutan meliputi:

pembangunan jaringan irigasi sampai dengan di tingkat tersier, embung,

situ, dan parit, rorak yang berfungsi untuk penyediaan dan konservasi air

dalam rangka menunjang keberlangsungan perlindungan lahan pertanian

pangan berkelanjutan.

11 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 81/permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Teknis

(47)

3. Pengadaan tanah untuk pembangunan saluran air minum atau air bersih

,drainase dan sanitasi pada kawasan pertanian pangan berkelanjutan

meliputi : pembangunan jaringan air minum atau air bersih baik di

permukaan maupun dibawah tanah bangunan drainase dan sanitasi dalam

rangka memenuhi kebutuhan masayarakat di pedesaan dan perkotaan.

4. Pengadaan tanah untuk pelabuhan, bandar udara, stasiun dan jalan kereta

api serta terminal sebagai bagian dari struktur ruang yang mengunakan

kawasan pertanian pangan berkelanjutan meliputi: pembangunan perluasan

dan atau rehabilitasinya dan fasilitas pendukung seperti pelataran parkir ,

gudang, landasan pacu, perkantoran, rel kereta api ganda, dan lain –lain

yang berfungsi untuk menunjang prasarana perhubungan di atas

5. Pengadaan tanah untuk fasilitas keselamatan umum pada peruntukan

kawasan pertanian pangan berkelanjutan meliputi : pembangunan

perluasan dan atau rehabilitasi fasilitas keselamatan umum berupa

bangunan transit untuk evakuasi masyarakat yang memerlukan bantuan

kesehatan akibat ganguan bencana buatan manusia.

6. Pengadaan tanah untuk cagar alam pada kawasan peruntukan pertanian

pangan berkelanjutan meliputi: penyediaan dan pengalokasian kawasan

yang diketahui merupakan sifat cagar alam baik berupa flora dan fauna

maupun bentang alam yang menjadi atau dialokasikan untuk warisan

dunia dan diklasifikasi sebgai cagar alam.

7. Pengadaan tanah untuk pembangkit dan jaringan listrik pada kawasan

peruntukan pertanian pangan berkelanjutan meliputi: pembangunan,

(48)

tenaga surya, angin, air maupun tenaga mesin dan lain-lain yang bersifat

menunjang infrastruktur pelistrikan yang melintas maupun yang berada di

wilayah pedesaan dan perkotaan yang dibutuhkan masayarakat setempat

Proses alih fungsi lahan baik yang lahan pertanian biasa maupun lahan

pertanian yang bersetatus lahan pangan berkelanjutan di wilayah kota Salatiga

memilikki beberapa prosedur yang di terapkan oleh pemerintah kota Salatiga

dalam hal alih fungsi lahan pertanian terkhusus sawah. Namun pengaturan yang

lebih komplek mengenai alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian di

wilayah kota salatiga belum ada pertauran tersendiri dan yang di atur sangat ketat

hanyalah lahan pertanian pangan berkeanjutan dan untuk lahan sawah biasa tidak

di atur secara ketat oleh pemerintah kota Salatiga apalagi setelah adanya

pemindahan wewenang mengenai pemberian ijin alih fungsi lahan pertanian

menjadi non pertanian dari kantor pertanahan Ke Pemerintah Daerah Kota

Salatiga per Tangga 26 Juli 2017.

b. Analisis

1. Proses Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Non Pertanian a. Dari tahun 2011 sampai dengan 26 juni2016

Proses alih fungsi di wilayah Kota Salatiga dari tahun 2011 setelah

dikeluarkannya peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga tahun 2011-2030 segala

bentuk proses alih fungsi lahan pertanian di kelola oleh Kantor

(49)

melaksanakan beberapa hal yang berkaitan dengan proses alih fungsi

lahan pertanian menjadi non pertanian yang pertama adalah proses

perizinan yang dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu:

i. Pemohon alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian menyerahkan beberapa syarat seperti Salinan EKTP,

sertifikat Hak Milik, Gambar Rencana Penggunaan Tanah,

Surat Permohonan, Surat Pernyataan Permohonan syarat-

syarat ini diberikan.

ii. Selanjutnya kantor Pertanahan Kota Salatiga membentuk panitia pertimbangan dengan beranggotakan beberapa

pihak terkait dengan alih fungsi lahan pertanian menjadi

non pertanian yang di pimpin oleh Kepala Kantor

Pertanahan Kota Salatiga.

iii. Panitia yang telah dibentuk tersebut memilikki beberapa tanggung jawab yaitu untuk melakukan peninjauan ke

lapangan serta membuat berita acara hasil peninjauan

lapang yang selanjutnya diserahkan oleh Walikota Salatiga.

iv. Surat Keputusan boleh atau tidaknya alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian dilakukan di keluarkan

oleh Walikota Salatiga setelah diterimanya berita acara

(50)

Proses alih fungsi ini ditata secara rapi oleh Kantor

Pertanahan Kota Salatiga dengan melibatkan pihak- pihak yang

berkaitan dengan alih fungsi lahan pertanian tersebut.

Walaupun proses alih fungsi yang di atur sebegitu rupa

namun tetap memilikki beberapa permasalahan yang

mengakibatkan proses tersebut tidak sesuai dengan tata cara yang

ada. terlihat pada hasil penelitian yang di peroleh melalui hasil

wawancara dengan pelaku alih fungsi lahan pertanian menjadi non

pertanian di wilayah Kota Salatiga beliau bapak Nur Yanto beliau

menyampaikan bahwa proses alih fungsi yang beliau jalani melalui

perantara calo serta biaya yang dikeluarkan guna mempercepat

proses alih fungsi lahan pertanian tersebut hal inilah yang

menjadikan proses alih fungsi lahan pertanian tidak lagi baik dan

teratur seperti apa yang telah ditetapkan oleh Kantor Pertanahan

Kota Salatiga.

Alih fungsi yang seharusnya diawasi oleh pihak-pihak yang

disebutkan didalam panitia pertimbangan seperti Kepala Kantor

Pertanahan Kota Salatiga, Kepala Bagian Tata Pemerintahan Kota

Salatiga, Kepala Bapedda, Kepala Bagian Hukum SETDA, Kepala

Dinas Perikanan dan Pertanian Kota Salatiga, Camat, Lurah.

Beberapa pihak inilah yang seharusnya bertanggung jawab dalam

hal perizinan alih fungsi lahan pertanian serta melihat langsung

dengan melakukan peninjuan lapangan. Namun yang terjadi pada

(51)

lapangan serta bertanggung jawab untuk meneliti secara detail

malah tidak hadir dan tidak melakukan peninjauan lapangan hal ini

sudah jelas bahwa pemerintah kota Salatiga kurang begitu peduli

mengenai alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian

padahal hal ini sangatlah penting.

Namun pada dasarnya Kantor Pertanahan memilikki tahapan

yang jelas mengenai proses yang harus dilalui mengenai izin alih

fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian di Wilayah Kota

Salatiga. ijin alih fungsi yang dikeluarkan bukan berasal dari

Kantor Pertanahn Kota Salatiga namun yang berhak mengeluarkan

Ijin alih fungsi lahan adalah Walikota Salatiga Sebagai Kepala

Daerah di wilayah Kota Salatiga. Walikota Salatiga hanya berperan

sebagai proses akhir setelah proses awal dikerjakan oleh Kantor

Pertanahan Kota Salatiga. sehingga bisa dikatakan bahwa Kantor

Pertanahan Kota Salatiga sangat berperan penting dalam mengatur

serta melaksanakan proses perizinan alih fungsi lahan pertanian

menjadi non pertanian di wilayah kota Salatiga.

Walaupun sudah diatur sedemikian rupa alih fungsi lahan

pertanian menjadi non pertanian diwilayah Kota Salatiga tetap

masih tinggi hal ini disebabkan adanya pihak-pihak yang

memanfaatkan momen ini sebagai ladang untuk mencari

keuntungan tanpa melihat dampak yang terjadi nantinya.

(52)

Proses alih fungsi lahan pertanian setalah dilakukannya

pemindahan wewenang dari Kantor Pertanahan Kota Salatiga ke

Pemerintah Daerah Kota Salatiga pemindahan wewenang ini tidak

di awali dengan persiapan terlebih dahulu oleh pemerintah Kota

Salatiga. pemerintah Kota Salatiga sampai saat ini tidak memilikki

badan tersendiri didalam struktur pemerintahannya yang mengurus

mengenai alih fungsi lahan pertanian di wilayah Kota Salatiga

padahal wewenang mengenai proses alih fungsi lahan pertanian

sudah di serahkan kepada pemerintah Kota Salatiga pada tanggal

26 Juni 2016.

Peran Kantor Pertanahan yang sebelumnya sangat komplek

saat ini Kantor Pertanahan hanya seagai Pertimbangan teknis tanah

dan pertimbangan teknis tanah tersebut hanyalah sebagai syarat

untuk megajukan ijin alih fungsi lahan pertanian ke Pemerintah

Kota Salatiga. keterlibatan pihak-pihak yang berkaitan dengan alih

fungsipun saat ini sudah tidak ada lagi dikarenakan pertimbangan

teknis pertanahan dilakukan oleh kantor pertanahan sendiri tanpa

melibatkan pihak lain seperti sebelum pemindahan wewenang ke

Pemerintah Kota Salatiga.

Tidak adanya kesiapan dari pemerintah Kota Salatiga

menyebabkan proses alih fungsi lahan pertanian tidak lagi teratur

seperti pada saat proses alih fungsi diproses oleh Kantor

Pertanahan Kota Salatiga. hal ini juga menyebabkan proses alih

(53)

tidak adanya kesiapan dari pemrintah untuk melaksanakan segala

hal yang berkaitan dengan alih fungsi lahan pertanian menjadi non

pertanian di wilayahnya.

Pemohon alih fungsi yang awalnya bekerja satu kali saat ini

pemohon alih fungsi lahan bekerja dua kali dengan melewati dua

proses yaitu proses untuk penerbitan risalah yang dikeluarkan oleh

Kantor Pertanahan Kota Salatiga dan proses kedua adalah proses

ijin alih fungsi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Salatiga.

setelah pemindahan wewenang tersebut proses alih fungsi lahan

pertanian menjadi non pertanian dipandang lemah dan mudah

untuk disalah gunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung

jawab dikarenakan pemerintah kota Salatiga membentuk tim ijin

alih fungsi secara dadakan yang dipimpin oleh Walikota Salatiga

karena tidak adanya bidang tersendiri yang menangani mengenai

alih fungsi di pemerintah kota Salatiga.

Menurut keterangan yang dikeluarkan oleh Kantor

Pertanahan Kota Salatiga Proses alih fungsi lahan ini walaupun

dilakukan secara dua tahap namun dipandang lebih mudah dalam

memperoleh ijin alih fungsi dikarenakan pemerintah kota Salatiga

tidak memilikki kesiapan yang matang untuk menangani proses

alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian.

(54)

a. Sebelum pemindahan wewenang dari Kantor Pertanahan ke Pemrintah Kota Salatiga.

Pengaturan alih fungsi lahan pertanian menjadi non

pertanian diwilayah kota Salatiga dari tahun 2011 sampai dengan

26 juni 2016 masih mengunakan aturan yang diterapkan oleh

Kantor Pertanahan Kota Salatiga yaitu:

 Undang –Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan

Dasar Pokok-pokok Agraria

 Undang –Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintah Daerah

 Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan

Ruang

 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2004 tentang

Penatagunaan Tanah

 Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Oktober 1984 tentang

Perubahan Tanah Pertanian ke Non Pertanian

 Surat Menteri Agraria Nomor 410-1851 Tanggal 15 Juni

1994 tentang Pencegahan Penggunaan Tanah Sawah

Beririgasi Teknis Untuk Pengunaan Non Pertanian Melalui

Penyusunan Rencana Tata Ruang.

 Surat Menteri Negara Perencanaan BAPPENAS Nomor

(55)

Penggunaan Tanah Sawah Beririgasi Teknis Untuk

Penggunaan Tanah Non pertanian

 Surat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/

Ketua BAPPENAS Nomor 5335/MK/9/1994 Tanggal 29

September 1994 Tentang penyusunan Rencana Tata Ruang

Wilayah tingkat Kabupaten/ Kota.

 Surat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan / Ketua

BAPPENAS Nomor 541/MK/10/1994 tanggal 4 Oktober

1994 Tentang Efisiensi Pemanfaatan Lahan Bagi

Pembangunan Perumahan.

 Surat Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN Nomor

460-3346 Tanggal 31 Oktober 1994 tentang Perubahan

Penggunaan Tanah Sawah Beririgasi Teknis Untuk

Penggunaan Tanah Non Pertanian

 Surat Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor

460-1594 tanggal 5 Juni 1996 Tentang Pencegahan Konversi

Tanah Sawah Irigasi Teknis Menjadi Tanah Kering.

 Instruksi Gubernur Jawa Tengah Nomor 590/107/1985

tanggal 25 Maret 1985 tentang Pencegahan Perubahan

Tanah Pertanian Ke Non Pertanian yang Tidak

Terkendalikan.

 Surat Keputusan Walikota Salatiga Nomor 591.05/23/2002

tanggal 1 Februari 2002 tentang Panitia Pertimbangan

(56)

 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2011

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun

2011-2030

Pengaturan alih fungsi lahan pertanian menjadi non

pertanian dimasa penguasaan Kantor Pertanahan sudah

memilikki aturan yang jelas sehingga proses alih fungsi dapat

dilakukan dengan tahapan-tahapan yang pasti.

Walaupun Wilayah kota Salatiga Tidak memilkki Peraturan

yang secara khusus mengatur mengenai alih fungsi lahan

pertanian menjadi non pertanian hingga saat ini namun dengan

dikeluarkannya beberapa aturan dari Kantor Pertanahan Kota

Salatiga Sudah cukup Memilikki Peran yang baik untuk

mengatur laju alih fungsi lahan pertanian menjadi non

pertanian diwilayah Kota Salatiga.

b. Pengaturan Alih Fungsi Lahan Pertanian Setelah tanggal 26 Juni 2016

Pengaturan alih fungsi lahan pertanian setelah pemindahan

wewenang tidak memilikki kejelasan mengenai aturan mana yang

menjadi pedoman pemerintah Kota Salatiga dalam hal pelaksanaan

alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian. pemerintah kota

Salatiga hanya berpacu pada Peraturan Daerah Kota Salatiga

Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Salatiga tahun 2011 sampai dengan 2030 , aturan inilah yang

(57)

lahan pertanian menjadi non pertanian. Dengan tidak adanya aturan

yang jelas maka proses alih fungsi saat ini sangat tidak terkendali

hal ini disebabkan tidak siapnya pemerintah kota Salatiga dalam

melaksanakan pemeberian ijin alih fungsi lahan pertanian menjadi

non pertanian di wilayah Kota Salatiga.

3. Perbandingan Proses Alih Fungsi Lahan Pertanian sebelum pemindahan wewenang dan sesudah pemindahan wewenang:

NO Proses dikelola oleh kantor pertanian menjadi non pertanian

Pemohon mengisi formulir ijin pertimbangan teknis pertanahan yang telah di sediakan oleh BPN

2. Pemohon mengajukan berkas serta syarat-syarat yang telah di tentukan oleh BPN yaitu: salinan EKTP, sertifikat HM, gambar rencana

pengunaan tanah, surat

permohonan , surat pernyataan permohonan

Gambar

Tabel 2 Pembagian letak Sawah di Wilayah kota Salatiga
Table 3: Jumlah Sawah Per Tahun di Wilayah Kota Salatiga
Tabel : 4
Gambar rencana penggunaan tanah
+2

Referensi

Dokumen terkait

“Hubungan Antara Semangat Kerja Dengan Disiplin Penerapan K3 Pada Karyawan PLN Rayon Magelang ” skripsi ini sebagai tugas akhir dari Fakultas Psikologi

 Yang pertama saya sangat berterima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan saya kesehatan, kelancaran berfikir dan selalu mendengarkan doa-doa saya yang menjadikan

Pada tanaman kacang hijau, volume curah hujan bulan Mei sangat mempengaruhi produktivitas kacang hijau yang ditanam pada musim tanam ke dua (MT) di

1. Memiliki rasa ingin tahu, teliti dan peduli lingkungan melalui diskusi atau kerja kelompok dan melakukan pengamatan tentang mahluk hidup dan benda tak hidup

dengan permukaan kertas yang tidak rata, bisa terjadi permukaan cetak. seperti bergelombang kecil-kecil namun warna tinta cetak

Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa Standar Operasional Prosedur (SOP) Audit Internal dalam manajemen risiko pembiayaan pada BMT Taruna Sejahtera yakni mengenai

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa curah hujan pemicu longsor yang paling berpengaruh adalah curah hujan sebesar 50 mm/hari dikarenakan kategori curah hujan pemicu longsor

Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) pada perusahaan jasa restoran