BAB III
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS a. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian a. Letak Geografis
Kota Salatiga terletak di antara 110º . 27’.56,81” sampai dengan
110º.32’.4,64” bujur Timur dan 0070º.17’ sampai dengan 007º.17’.23”
lintang Selatan. Serta kota Salatiga secara morfologi terlatak di kaki
gunung Merbabu serta kota Salatiga terletak di antara Gunung-Gunung
kecil yaitu : Gunung Telomoyo, Gunung Gajah Mungkur dan Gunung
Payung Roro.
Topografi kota Salatiga berada pada ketinggian kurang lebih 450
meter sampai dengan 850 meter di atas permukaan laut. Dengan batas
wilayah: 085700057045
Utara : Kecamatan pabelan : desa pabelan, desa pajaten Kecamatan Tuntang: desa Kesongo, desa Watu Agung
Timur : Kecamatan Pabelan: Desa Ujung-Ujung, Desa Sukoharjo dan Kecamatan Tengaran: Desa Bener, Desa
Tegalwaton, Desa Nyamat.
Selatan : Kecamatan Getasan: Desa Sumogawe, Desa Sa-mirono, Desa Jetak dan Kecamatan Tengaran: Desa
Barat : Kecamatan Tuntang: Desa Candirejo, Desa Jombor, Desa sraten, Desa Gedangan dan Kecamatan
Getasan Desa Polobogo.
Kota Salatiga terdiri dari tiga bagian yaitu daerah bergelombang
65 % yang terletak di Kelurahan Dukuh, Ledok, Kutowinangun, Salatiga,
Sidorejo Lor, Bugel, Kumpulrejo, dan kauman kidul serta daerah miring
25 % yang terletak di Kelurahan Tegalrejo, Mangunsari, Sidorejo Lor,
Sidorejo Kidul, Tingkir Lor, Pulutan, Kecandran, Randuacir, Tingkir
Tengah dan Blotongan setelah itu daerah datar 10 % yang Terdapat di
Kelurahan Kalicacing, Noborejo, Kalibening, dan Blotongan
bagian-bagian tersebut adalah data Relief Kota Salatiga.
b. Pembagian Wilayah
Jumlah penduduk di wilayah Kota Salatiga kurang lebih seratus
ribu jiwa secara administratif Kota Salatiga terbagi menjadi 4 Kecamatan
dan 22 Kelurahan1 . Kecamatan meliputi
1. Kecamatan Sidorejo,
2. Kecamatan Tingkir,
3. Kecamatan Sidomukti,
4. Kecamatan Argomulyo.
Sedangkan wilayah kelurahan meliputi
1. Kelurahan Noborejo,
2. Kelurahan Cebongan,
3. Kelurahan Randuacir,
1
4. Kelurahan Ledok,
5. Kelurahan Tegalrejo,
6. Kelurahan Kumpulrejo,
7. Kelurahan Tingkir Tengah,
8. Kelurahan Tingkir Lor ,
9. Kelurahan Kalibening,
10.Kelurahan Sidorejo Lor,
11.Kelurahan Sidorejo Kidul ,
12.Kelurahan Kutowinangun,
13.Kelurahan Gendongan,
14.Kelurahan Kecandran,
15.Kelurahan Dukuh,
16.Kelurahan Mangunsari,
17.Kelurahan Kalicacing,
18.Kelurahan Pulutan
19.Kelurahan Blotongan,
20.Kelurahan Salatiga,
21.Kelurahan Bugel,
22.Kelurahan kauman kidul.
c. Luas Wilayah2
Luas wilayah kota Salatiga pada Tahun 2016 Tercatat Sebesar
5.678,110 hektar atau 56.781 km² . luas yang ada terdiri dari 802,298
hektar (14,13%) lahan Sawah dan 4.875,813 hektar atau 48.758 km²
(85,87%) bukan lahan sawah.
Luas wilayah kota salatiga terbagi dalam 4 Kecamatan dengan luas
lahan sebagai berikut3:
1. Kecamatan Argomulyo seluas 18,826 Km²
2. Kecamatan Tingkir seluas 10.549 Km²
3. Kecamatan Sidomukti seluas 11,459 Km²
4. Kecamatan Sidorejo seluas 16.247 Km²
2
Buku saku tahun 2015 dinas pertanian dan perikanan kota salatiga tahun anggaran
c. Luas Tanah pertanian
Luas tanah pertanian di wilayah kota Salatiga adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Sumber Daya Lahan (data tahun 2015)
NO JENIS DAYA LAHAN 2012 2013 2014 2015
Sumber : Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Salatiga
Luas sawah di wilayah kota Salatiga terdata dari tahun 2012 sampai
dengan 2015 adalah 619.632 Ha sehingga luas tanah tersebut terhitung stabil dari
kurun waktu 4 tahun.
lahan sawah lain yang terbagi di kelurahan yang terdapat di wilayah kota Salatiga
berikut tabel:
Tabel 2
Pembagian letak Sawah di Wilayah kota Salatiga
Menurut RTRW kota Salatiga tahun 2010-2030
JENIS SAWAH KELURAHAN
Sawah beririgasi teknis ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan yang terbagi di 8 (delapan) kelurahan yang berjumlah 274 Ha.
1. Kelurahan Ledok
8. Kelurahan Kauman Kidul
Sawah beririgasi setengah teknis 1. Kelurahan Tingkir Tengah 2. Kelurahan Sidorejo Kidul
Sawah beririgasi sederhana 1. Kelurahan Ledok
2. Kelurahan Pulutan 3. Kelurahan Blotongan 4. Kelurahan Kauman Kidul
Sumber :Buku Saku Dinas Perikanan dan Pertanian Tahun 2015 Tahun Anggaran 2016.
Jumlah Lahan pertanian terkhusus sawah di wilayah kota Salatiga yang
terdata dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 adalah sebagai berikut4:
Table 3:
Jumlah Sawah Per Tahun di Wilayah Kota Salatiga
TAHUN JUMLAH SAWAH PER TAHUN KETERANGAN
kota salatiga.
Sumber: kantor Pertanahan Kota Salatiga
Data di atas tersebut menunjukkan data luas tanah di kota Salatiga dari tahun
ke tahun terdata dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Data dia atas
menunjukkan penurunan jumlah sawah di wilayah kota Salatiga yang di sebabkan
2. Proses Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Non Pertanian di Wilayah Kota Salatiga berdasarkan hasil wawancara dengan pemohon alih fungsi lahan.
a. Wawancara dengan Bapak Nur Yanto.5
Beliau sebagai pelaku alih fungsi lahan pertanian menjadi non
pertanian di wilayah kota Salatiga beliau memilikki lahan sawah di
daerah Ngemplak Salatiga beliau melakukan alih fungsi lahan
pertanian melalui calo yaitu mas Indra.
Beliau memberikan sejumlah uang agar di uruskan proses
alih fungsi lahan sawah menjadi non sawah dalam hal ini lahan
tersebut akan digunakan sebagai tempat tinggal pada waktu itu luas
tanah yang di milikki oleh bapak Nur Yanto adalah seluas kurang
lebih 4000 m² tanah tersebut rencananya setelah di keringkan akan
di bagikan sebagai harta warisan untuk anak-anaknya, beliau
mengatakan pada saat itu beliau di minta untuk mengurus beberapa
hal yaitu :
1. surat ijin atau persetujuan kepada RT dan RW setempat
serta lingkungan sekitar lahan sawah yang di wakili tokoh
masyarakat membuat surat bahwa diijinkan untuk di alih
fungsikan
2. meminta surat persetujuan dari kelurahan dan kecamatan
yang di lampirri foto copy serifikat tanah dan lembar
persetujuan RT, RW
5
3. menyerahkan berkas kepada Indra selaku calo yang di
berikan adalah :
a. sertifikat hak milik tanah sawah
b. foto copy KTP
c. surat rekomendasi dari RT-RW serta kelurahan
kecamatan
4. Selanjutnya berkas diserahkan ke kantor pertanahan kota
Salatiga pada saat itu tidak dikenakan biaya apapun
sehingga proses berlangsung secara gratis,
5. setelah menunggu beberapa minggu yang bersangkutan
memperoleh kabar bahwa berkas pengajuan alih fungsi
lahan tersebut sudah di proses dan akan di kirim tim untuk
melakukan survey lokasi lahan sawah tersebut dan di
jelaskan bahwa yang akan hadir adalah:
a. kepala Dinas Perikanan dan Pertanian ,
b. Kepala Kantor Pertanahan kota Salatiga
c. serta dinas-dinas terkait lainnya
pada saat dilakukanya survey tidak ada sama sekali pejabat yang
hadir untuk melakukan survey tanah bapak Nur Yanto yang hadir hanyalah
perwakilan dari kantor pertanahan dan hanya menanyakan lokasinya
dimana dan akan di jadikan apa setelah itu para perwakilan dari Kantor
Pertanahan Kota Salatiga tersebut mengatakan prosesnya akan di ajukan
ke walikota sehingga tunggu sekitar 1 sampai 2 minggu dan dengan biaya
serta memberi uang saku bagi para kariawan yang datang untuk survey
tidak ada ² minggu alih fungsi sudah di ijinkan.
Dari hasil wawancara tersebut maka dapat dimengerti bahwa proses alih
fungsi lahan sawah menjadi non sawah sebagai berikut:
1. Pelaku alih fungsi lahan di haruskan meminta ijin kepada pihak RT
dan RW setempat untuk melakukan proses alih fungsi lahan
pertanian
2. Pelaku alih fungsi di haruskan meminta ijin kepada masyarakat
sekitar tanah yang akan di alih fungsikan
3. Pelaku alih fungsi menyerahkan surat ijin yang dibeikan oleh RT
dan RW serta tokoh masyarakat untuk di ajukan ke tingkat
kelurahan
4. Setelah di tingkat kelurahan maka berkas tersebut di ajukan ke
tingkat kecamatan
5. Berkas yang telah lengkap di ajukan ke pihak kantor pertanahan
dengan di lampiri sertifikat hak milik serta Foto copy KTP
6. Setelah di ajukan maka pihak kantor pertanahan akan mengrim tim
survey untuk meninjau lokasi alih fungsi
7. Tim peninjau atau tim survey mengajukan ke walikota salatiga dan
selanjutnya ijin Di keluarkan oleh walikota.
Alih fungsi ini melalui perantara calo yang membantu Bapak Nur Yanto
sebagai pemilik lahan sawah untuk di alih fungsikan menjadi non pertanian biaya
calo dan segala biaya yang bersangkutan sampai proses alih fungsi lahan sawah
rupiah) dan lamanya proses ini sekitar 1 bulan. Bapak Nur Yanto tidak
mengetahui dengan jelas hal-hal apa yang di urus di pihak kantor pertanahan kota
Salatiga.
b. Wawancara dengan M. Slamet Riyadi selaku pelaku alih fungsi
lahan sawah menjadi tanah kering6 :
Bapak Slamet memilikki lahan sawah seluas 140 m² yang terletak
di daerah sidomukti Salatiga beliau menyatakan bahwa lahan
sawah yang dimilikkinya adalah lahan sawah yang sudah tidak
bisa menghasilkan jumlah panen seperti sebelumnya dalam kata
lain jumlah panen menurun sehingga beliau melakukan alih fungsi
lahan sawah tersebut beliau melakukan aih fungsi lahan sawah
dengan meminta ijin kepada kelurahan dan kecamatan setelah itu
beliau mengurus sendiri ke kantor pertanahan kota Salatiga dengan
membawa beberapa berkas yaitu formulir yang di berikan oleh
pihak kelurahan serta di tanda tangani oleh lurah dan camat , foto
copy KTP (kartu tanda penduduk) serta gambatr rencana peruahan
lahan pertanian menjadi non pertanian dan juga surat pernyataan
bahwa tanah tersebut adalah milik bapak M. Slamet Riyadi hal ini
dilakukan pada tahun 2013. Berikut data yang di milikki bapak
Slamet saat pengajuan di kantor pertanahn kota Salatiga.
1. mengenai diri pemohon
Nama : M.Slamet Riyadi
Tempat tanggal lahir : Salatiga 11 November 1961
6
Kewarganegaraan : WNI
Pekerjaan/jabatan : Petani dan Jualan
Alamat : Dukuh Sidomukti Salatiga
2. mengenai tanah yang dimohonkan perubahannya :
Kelurahan :Dukuh
Kecamatan :Sidomukti
Kota :Salatiga
Luas :140 m²
Batas – batas utara :jalan
Timur :HM No. 3200
Selatan :HM No. 3200
Barat :HM No. 3200
Pengunaan tanah Saat ini : Sawah
Akan dipergunakan untuk : Tempat Tinggal
3. surat yang dilampirkan :
a. salinan KTP (kartu tanda penduduk)
b. sertifikat HM
c. Gambar rencana pengunaan tanah
d. Surat pernyataan bahwa:
Nama :Suryanto
Pekerjaan :petani dan jualan
Alamat :Dukuh RT 06 RW 06
Dengan tujuan pengunaan tanah adalah sebagai tempat tinggal
a. Menjaga kualitas tanah sebaik-baiknya dengan sistem pengawetan
tanah dan air
b. Menjaga dan mencegah terjadinya pencemaran air, tanah dan udara
di sekitarnya yang disebabkan oleh sampah kotoran limbah industri
dan lainnya.
Apabila tidak melaksanakan atau menyimpang dari yang tertulis dalam
surat pernyataan , maka bersedia membongkar kembali atau
menyerahkan kembali hak atas tanah kepada pemerintah
Hal ini lah yang di jadikan salah satu syarat yang harus di penuhi oleh
bapak yanto selaku pelaku alih fungsi dan setelah itu bapak Slamet mendapat
surat bahwa telah di tunjuk tim untuk survey lapangan dan di dalam panitia
tersebut berisi beberapa pihak yaitu:
a. Kepala Kantor Pertanahan Kota Salatiga
b. Kepala Bagian Tata Pemerintahan Setda Kota Salatiga
c. Kepala Bappeda Kota Salatiga
d. Kepala Bagian Hukum Setda Kota Salatiga
e. Camat Sidomukti Kota Salatiga
f. Lurah Dukuh
g. Seksi pengaturan dan penataan pertanian Kota Salatiga
Itulah beberapa pihak yang tergabung di dalam panitia peninjau lapangan
dan pada hari pelaksanaan survey lapangan yang hadir bukanlah para pimpinan
yang tertera di dalam surat namun yang hadir hanyalah perwakilan dari kantor
Pertanahan Kota Salatiga dan bapak Slamet di beritahu bahwa setelah dilakukan
di sampaikan ke pihak walikota dan keputusan di kabulkan atau tidak yaitu
melalui sidang panitia serta masukan dari walikota Salatiga. berikut
pertimbangan-pertimbangan yang di berikan oleh panitia :
a. Hubungan pemohon dengan tanah tersebut adalah milik sendiri
b. Tanah yang diajukan perubahan pengunaan tanah tersebut kurang
produktif
c. Dengan perubahan tanah ini tidak menganggu produksi pangan
d. Perubahan pengunaan tanah tersebut tidak menganggu saluran air
e. Kemungkinan pencemaran tidak ada
f. Kemungkinan sumur di sekitarnya kering tidak ada
g. Kawasan yang dimohonkan terletak dikawasan pemukiman
kepadatan rendah
h. Lokasi yang di mohon mendukung terkait dengan peraturan Daerah
Kota Salatiga Nomor 4 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010-2030
i. Kepastian luas tanah yang diberikan pertimbangan untuk disetujui
ijin perubahan pengunaan tanahnya seluas 140 m²
Berdasarkan pertimbangan–pertimbangan tersebut panitia
berkesimpulan bahwa perubahan pengunaan tanah seperti yang
dimohonkan tidak terdapat keberatan, dan selanjutnya agar
a. Paling lambat 12 bulan setelah ijin perubahan pengunaan lahan
diterbitkan , pemohon harus sudah memulai kegiatan/
pembangunan sesuai dengan permohonan / rencana induk
b. Bagi pembangunan yang mengunakan tenaga kerja harus
mengunakan tenaga kerja setempat
c. Berita acara lebih lanjut akan ditetapkan dalam keputusan ijin
perubahan pengunaan tanah pertanian ke non pertanian yang
akan dikeluarkan oleh kepala kantor pertanahan Kota Salatiga.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut maka permohonan
perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian untuk
rumah tinggal atas nama M. Slamet Riyadi dapat dikabulkan.
Jika di urutkan proses alih fungsi dilakukan :
1. Pemohon mengisi formulir yang disediakan oleh kelurahan
2. Formulir di tanda tangani oleh lurah dan camat
3. Pemohon mengajukan formulir permohonan yang di sertai dengan :
a. Sertifikat hak milik
b. Foto copy kartu tanda penduduk
c. Surat pernyataan
d. Gambar rencana alih fungsi lahan
4. Setelah berkas lengkap pihak Kantor Pertanahan membentuk
panitia pertimbangan alih fungsi lahan pertanian
5. Panitia melakukan survey ke lapangan
6. Panitia membuat berita acara dan di berikan ke walikota serta di
7. Kantor pertanahan mengeluarkan ijin di kabulkan atau tidak
dikabulkan berdasarkan hasil sidang panitia.
Kedua hasil wawancara ini yang dapat diperoleh dikarenakan sebagian
besar para pelaku alih fungsi lahan pertanian terkhusus sawah di wilayah Kota
Salatiga tidak mengurusnya sendiri dan hal tersebut dilakukan oleh calo sehingga
para pemohon alih fungsi lahan pertanian di wilayah Kota Salatiga tidak
mengetahui secara jelas bagaiman proses tersebut berlangsung namun sebagian
besar permohonan yang di ajukan oleh para pemohon selalu di kabulkan oleh
pemerintah Kota Salatiga hal inilah yang menyebabkan alih fungsi di wilayah
Kota Salatiga tidak terkendali, laju alih fungsi lahan yang semakin pesat serta
kebutuhan akan tempat tinggal yang menyebabkan alih fungsi terjadi tanpa secara
besar-besaran.
Alih fungsi lahan yang terjadi sering sekali disalah gunakan oleh
pihak-pihak yang tidak bertangung jawab untuk memperoleh keuntungan dari proses
alih fungsi tersebut, sehingga masyarakat memandang bahwa alih fungsi di Kota
Salatiga sangatlah mudah dilakukan asalkan dengan biaya yang tinggi dan
semakin tinggi uang yang diberikan maka alih fungsi lahan akan semakin mudah
dilakukan.
Berikut perbandingan proses alih fungsi lahan yang dilakukan oleh kedua
pemohon tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel : 4
Perbandingan Permohonan Alih Fungsi Lahan Pertanian
1. Meminta Surat Ijin Kepada RT dan
RW prihal akan dilakukannya Alih
Fungsi Lahan Pertanian.
Tidak meminta ijin Kepada pihak
RT dan RW namun mengisi
Formulir Permohonan Alih Fungsi
Yang diberikan oleh Pihak
Kelurahan
2. Meminta persetujun kelurahan dan
kecamatan
Menyerahkan formulir dan di tanda
tangani oleh lurah dan camat
3. Meminta persetujuan kepada
masyarakat sekitar
-
4. Menyerahkan Berkas ke kantor
Pertanahan yang di lampiri
syarat-syarat yaitu:
a. Sertifikat hak milik
b. Foto copy kartu tanda penduduk c. Surat pernyataan
d. Gambar rencana alih fungsi lahan
Menyerahkan Berkas ke kantor
Pertanahan yang di lampiri
syarat-syarat yaitu:
a. Sertifikat hak milik
b. Foto copy kartu tanda penduduk c. Surat pernyataan
d. Gambar rencana alih fungsi lahan
5. Memperoleh surat bahwa akan di
adakan survey lapangan oleh panitia
Pertimbangan alih fungsi
Memperoleh surat bahwa akan di
adakan survey lapangan oleh panitia
Pertimbangan alih fungsi
7. Ijin di keluarkan oleh kantor
Pertanahan Kota Salatiga
Ijin di keluarkan oleh Kantor
Pertanahan Kota Salatiga serta
Memperoleh Sk dari Walikota.
8. Dikenakan biaya proses dan calo Tidak dikenakan biaya
Kantor Pertanahan Kota Salatiga adalah salah satu pihak yang memilikki
wewenang untuk memberikan ijin dilakukannya alih fungsi lahan pertanian,
dalam memberikan ijin alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian kantor
pertanahan Kota Salatiga tidak bekerja sendiri namun dalam hal ini Kantor
Pertanahan Kota Salatiga bekerja sama dengan pihak-pihak terkait yang
bersangkut paud dengan alih fungsi lahan pertanian pihak-pihak yang di maksud
adalah :
1. Dinas Perikanan dan Pertanian Kota Salatiga
2. Bagian Tata Pemerintahan Setda Kota Salatiga
3. Bapedda Kota Salatiga
4. Bagian Hukum Setda Kota Salatiga
5. Camat
6. Lurah
7. Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan, Kantor Pertanahan
Kota Salatiga
Pihak –pihak inilah yang menjadi team untuk memberikan tangapan serta
masukan terhadap permohonan alih fungsi lahan Pertanian di wilayah Kota
Salatiga. serta pihak-pihak ini lah yang nantinya akan langsung turun ke lapangan
untuk melakukan peninjauan lapang di lokasi yang akan di alih fungsikan serta
para pihak ini akan membuat berita acara hasil peninjauan lapang yang akan di
Prosedur yang diterapkan oleh Kantor Pertanahan Kota Salatiga dalam hal
alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian memilikki beberapa tahapan
yaitu7:
1. Pemohon harus menyiapkan beberapa syarat yaitu :
a. Salinan Kartu Tanda Penduduk (EKTP)
b. Sertifikat Hak Milik
c. Gambar rencana penggunaan tanah
d. Surat permohonan untuk melakukan alih fungsi lahan
pertanian menjadi non pertanian
e. Surat pernyataan permohonan
2. Pemohon mengisi Formulir yang telah disediakan oleh pihak Kantor
Pertanahan Kota Salatiga serta di tanda tangani oleh Pemohon serta
Lurah dan Camat
3. Setelah berkas tersebut lengkap maka pemohon memberikan
berkas-berkas tersebut kepada Kantor Pertanahan Kota Salatiga.
4. Kantor Pertanahan Kota Salatiga membentuk panitia pertimbangan
alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian yang terdiri dari:
a. Kepala Kantor Pertanahan Kota Salatiga
b. Kepala bagian Tata Pemerintahan skertariat daerah Kota
Salatiga
c. Kepala Bappeda kota Salatiga
d. Kepala Bagian Hukum sekertariat daerah Kota Salatiga
e. Kepala Dinas Pertanian Kota Salatiga
7
f. Camat yang bersangkutan terhadap lokasi yang akan di alih
fungsikan dari lahan pertanian menjadi non pertanian
g. Lurah yang bersangkutan terhadap lokasi yang akan dialih
fungsikan dari lahan pertanian menjadi non pertanian
h. Kepala seksi pengaturan dan penataan pertanahan kantor
pertanahan Kota Salatiga.
5. Panitia yang telah terbentuk bertanggung jawab untuk :
a. Melakukan survey atau peninjauan lapangan terhadap lokasi
yang akan di alih fungsikan
b. Membuat berita acara hasil survey
c. Memberikan masukan dan pertimbangan sesuai dengan
bidang yang di kuasai
d. Melakukan sidang untuk memutuskan di ijinkan atau
tidaknya alih fungsi lahan dilakukan
6. Panitia pertimbangan melakukan survey di lapangan dengan melihat
beberapa hal yaitu:
a. Bahwa tanah tersebut adalah milik sendiri dan pemohon
adalah pemilik dari pada tanah pertanian yang akan dialih
fungsikan menjadi non pertanian
b. Apakah tanah pertanian yang diajukan oleh pemohon yang
dalam hal ini pemilik tanah sudah tidak produktif lagi untuk
di jadikan lahan pertanian sehingga atas dasar itu di alih
c. Apabila tanah pertanian tersebut dialih fungsikan apakah
akan berdampak pada pemenuhan kebutuhan pangan
d. Dampak saluran irigasi apabila di alih fungsikan menjadin
non pertanian
e. Alih fungsi yang dilakukan apakah akan memberikan dampak
pencemaran
f. Lokasi alih fungsi yang akan dilakukan berada di pemukiman
yang bersetatus kepadatan rendah penduduk
g. Apakah lokasi alih fungsi lahan pertanian menjadi non
pertanian tersebut sudah sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Salatiga.
7. Setelah itu panitia membuat berita acara hasil survey yang di
serahkan kepada Walikota dan bahas saat sidang
8. Walikota Salatiga menerbitkan Surat keputusan berdasarkan berita
acara dan hasil sidang panita pertimbangan
Dalam hal alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian di berikan
batasan jangka waktu proses perijinan alih fungsi lahan pertanian menjadi non
pertanian yaitu:
1. Pelaksanaan sidang dan peninjauan lapangan setelah menerima
permohonan alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian
adalah 7 (tujuh) hari sampai dengan 23 (dua puluh tiga) hari.
2. Pengajuan berita acara kepada walikota yaitu prihal hasil
pemeriksaan lapangan adalah 3 (tiga) hari sampai dengan 14
3. Penerbitan surat keputusan setelah berita acara diterima oleh
walikota mengenai di perbolehkan atau tidaknya alih fungsi lahan
pertanian di lakukan adalah 11(sebelas) hari.
Kantor Pertanahan memiliki beberapa aturan yang menjadi acuan untuk
mengatur mengenai alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian di wilayah
Kota Salatiga:
1. Undang –Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria
2. Undang –Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah
Daerah
3. Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
5. Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah
6. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Oktober 1984 tentang
Perubahan Tanah Pertanian ke Non Pertanian
7. Surat Menteri Agraria Nomor 410-1851 Tanggal 15 Juni 1994
tentang Pencegahan Penggunaan Tanah Sawah Beririgasi Teknis
Untuk Pengunaan Non Pertanian Melalui Penyusunan Rencana
Tata Ruang.
8. Surat Menteri Negara Perencanaan BAPPENAS Nomor 5334/1994
Tanggal 29 September 1994 tentang Perubahan Penggunaan Tanah
9. Surat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/
Ketua BAPPENAS Nomor 5335/MK/9/1994 Tanggal 29
September 1994 Tentang penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah tingkat Kabupaten/ Kota.
10.Surat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan / Ketua
BAPPENAS Nomor 541/MK/10/1994 tanggal 4 Oktober 1994
Tentang Efisiensi Pemanfaatan Lahan Bagi Pembangunan
Perumahan.
11.Surat Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN Nomor 460-3346
Tanggal 31 Oktober 1994 tentang Perubahan Penggunaan
Tanah Sawah Beririgasi Teknis Untuk Penggunaan Tanah Non
Pertanian
12.Surat Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 460-1594
tanggal 5 Juni 1996 Tentang Pencegahan Konversi Tanah
Sawah Irigasi Teknis Menjadi Tanah Kering.
13.Instruksi Gubernur Jawa Tengah Nomor 590/107/1985 tanggal
25 Maret 1985 tentang Pencegahan Perubahan Tanah Pertanian
Ke Non Pertanian yang Tidak Terkendalikan.
14.Surat Keputusan Walikota Salatiga Nomor 591.05/23/2002
tanggal 1 Februari 2002 tentang Panitia Pertimbangan
Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian ke Non Pertanian.
15.Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2011 tentang
Berikut adalah bagan mengenai tata cara alih fungsi lahan pertanian
menjadi non pertanian di wilayah kota Salatiga sebelum pemindahan wewenang
dari Kantor Pertanahan Kota Salatiga kepada Pemerintah Kota Salatiga:
Pemohon alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian
Pemohon menyerahkan persyaratan kepada kantor pertanahan kota Salatiga berupa: salinan Elektronik Kartu Tanda Penduduk , sertifikat HM, gambar rencana pengunaan
tanah, surat permohonan , surat pernyataan permohonan
Kantor pertanahan membentuk panitia pertimbangan dengan anggota :
Kepala kantor pertanahan kota salatiga, kepala bagian TAPEM SETDA, kepala Bapedda, kepala bagian Hukum SETDA, kepala Dinas Pertanian , camat, lurah ,
kepala seksi pengaturan dan penataan pertanahan kantor pertanahan kota Salatiga.
Panita yang telah di bentuk tersebut melakukan tinjauan ke lapangan serta membuat berita acara hasil tinjauan lapangan dengan batasan waktu 7 sampai
dengan 23 hari
Panita mengajukan berita acara hasil tinjauan lapangan kepada walikota Salatiga
Dengan batasan waktu pemberian berita acara adalah 14 hari
4. Proses alih Fungsi Lahan Pertanian Setelah adanya pemindahan wewenang kepada Pemerintah Kota Salatiga
Badan pertanahan Kota Salatiga menyampaikan bahwa wewenang yang di
milikki oleh Kantor Pertanahan Kota Salatiga dalam hal alih fungsi lahan
pertanian menjadi non pertanian sudah tidak lagi menjadi wewenang dari pihak
badan pertanahan kota Salatiga melainkan sudah menjadi wewenang dari
Pemerintah Kota Salatiga. kantor Pertanahan Kota Salatiga hanya memilikki
wewenang untuk memberikan ijin Pertimbangan teknis Pertanahan dan setelah
menghasilkan Risalah berupa hasil peninjauan lapangan berikut adalah urutan
permohonan ijin Pertimbangan Teknis Pertanahan8:
1. Pemohon alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian
mengambil formulir permohonan ijin Pertimbangan Teknis
Pertanahan di kantor Pertanahan Kota Salatiga
2. Formulir tersebut di berikan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kota
Salatiga serta beberapa lampiran yang berisikan :
a. Keterangan tentang pemohon
b. Keterangan tentang tanah
c. Surat kuasa apabila di kuasakan
d. Foto copy identitas (ktp/KK) pemohon dan kuasa apabila
dikuasakan yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh
petugas loket
8
e. Foto copy NPWP , akta pendirian perusahaan dan
pengesahan badan hukum yang telah di cocokkan dengan
aslinya oleh petugas loket . bagi badan Hukum.
f. Proposal rencana kegiatan teknis pada lokasi yang akan di
bangun.
g. Sket lokasi yang dimohon
h. SPPT PBB tahun akhir
i. Foto copy sertifikat yang telah dicocokkan dengan aslinya
oleh petugas loket
3. Surat pernyataan yang berisikan bahwa tanah tersebut tidak berada
dalam sengketa atau perselisihan dengan pihak lain baik mengenai
haknya maupun batas-batasnya. Yang diberi materai 6000.
4. Berkas tersebut di terima dan di proses oleh Kantor Pertanahan Kota
Salatiga dan menunjuk 2 (dua) orang petugas lapang pertimbangan
Teknis Pertanahan
5. Kedua petugas tersebut membuat berita acara hasil peninjauan
lapang yang berisikan:
a. Letak tanah , lingkungan/jalan, Kelurahan, Kecamatan
b. Luas, Status tanah
c. Statuts penggunaan tanah
d. Penggunaan tanah saat dilakukan peninjauan
e. Rencana digunakan
f. Sesuai atau tidak dengan rencana tata ruang wilayah kota
6. Setelah peninjauan lapang oleh petugas lapang maka berita acara
peninjauan lapang di berikan kepada Tim penyusun Risalah
Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam hal alih fungsi lahan
Pertanian Tim tersebut berisikan :
a. Kepala Kantor Pertanahan Kota Salatiga
b. Kasi Penataan Pertanahan
c. Kasubsi PGT dan Kawasan Tertentu
d. Kasubsi Landreform dan Konsulidasi Tanah
e. Staf subsi PGT dan Kawasan Tertentu
7. Selanjutnya Tim tersebut akan membuat Risalah Pertimbangan
Teknis Pertanahan Dalam Rangka alih fungsi lahan pertanian
Berikut adalah contoh pengajuan ijin pertimbangan Teknis Pertanahan
yang dilakukan oleh Mulyani Purwaningsih pada Tanggal 23-08-2017
Salatiga 23 -8-2017
Nomor :
Lampiran :
Prihal : pertimbangan Teknis Pertanahan
Kepada :
Yth. Kepala Kantor Pertanahan Kota Salatiga
Cq : Kepala Seksi Pengaturan Dan Penataan Pertanahan
Yang bertanda tangan di bawah ini, kami MULYANI PURWANINGSIH alamat
ADIPURA No. 99 RT 06 RW 01 Kalicacing dalam hal ini bertindak untuk dan
atas nama………….. dengan ini mengajukan pertimbangan teknis pertanahan
dalam rangka untuk ijin perubahan status penggunaan tanah dengan keterangan
sebagai berikut:
A. KETERANGAN TENTANG PEMOHON
a. Nama Pemohon :MULYANI PURWANINGSIH
b. Alamat :Adipurnan No 99 RT 06 RW 01 Kalicacing
c. No KTP :3373045308670002
B. KETERANGAN TENTANG TANAH
a. Luas :361 M²
b. Letak : Blotongan
i. Kelurahan :Sidorejo
iii. Kota :Salatiga
c. Status Tanah : SAWAH
d. Penggunaan tanah sekarang :Bangunan Non pertanian
e. Rencana penggunaan tanah :USAHA Bengkel sepeda Motor
Untuk melengkapi permohonan ini, bersama kami Lampirkan:
1. Surat kuasa apabila dikuasakan
2. Foto Copy Identitas (KTP,KK) pemohon dan kuasa apabila dikuasakan
yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket
3. Foto Copy NPWP, Akta pendirian perusahaan dan pengesahan badan
Hukum, yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket bagi
badan hukum.
4. Proposal Rencana Kegiatan Teknis Pada lokasi yang akan di bangun
5. Sket lokasi yang dimohon
6. SPPT PBB tahun terakhir
7. Foto Copy sertifikat yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas
loket
Atas perhatiannya disampaikan terimakasih.
Hormat kami
Pemohon
MULYANI PURWANINGSIH
Surat pengajuan permohonan ijin pertimbangan Teknis Pertanahan Tersebut
selanjutnya di ajukan Ke pihak Kantor Pertanahan Kota Salatiga. Dan selanjutnya
kantor pertanahan akan mengirim 2 petugas peninjau lapangan dan berikut adalah
contoh berita acara peninjuan lokasi Pertimbangan Teknis Pertanahan
BERITA ACARA PENINJAUAN LOKASI PERTIMBANGAN TEKNIS
PERTANAHAN DALAM RANGKA IZIN PERUBAHAN PENGGUNAAN
TANAH PERTANIAN KE NON PERTANIAN
Nomor : 15/400.9/BA.PL/VIII/2017
Pada hari ini, tanggal 30 Agustus 2017, Kami yang bertanda tangan di bawah
ini , petugas lapang Pertimbangan Teknis Pertanahan yang telah ditunjuk:
1. Nama :Sislani, S.IP
NIP :19601010 198603 1 005
2. Nama :Sukirna
NIP :19630710 198903 1 006
Telah melaksanakan peninjauan lokasi untuk keperluan pertimbangan teknis
pertanahan dalam rangka penerbitan izin perubahan penggunaan tanah pertanian
ke non pertanian dengan hasil sebagai berikut:
1. Hari/tanggal : 28 Agustus 2017
2. Identitas pemohon
Alamat : Gg. Adipuran No 99, RT 06 RW 01,
Kelurahan Kalicacing, Kecamatan
Sidomukti, Kota Salatiga
3. Status Penggunaan Tanah : Bekas C No.478 Persil 32 Klas IV S
(sawah)
4. Bukti Hak : HM 3772
5. Letak Tanah yang dimohon
a. Jalan , Nomor , RT RW :
b. Kelurahan :
c. Kecamatan :
DK.Brajan/ Jalan Lingkar Salatiga
Blotongan
Sidorejo
6. Luas Tanah yang dimohon : 361 m²
7. Koordinat Lokasi : X=307830 Y=692233
8. Arahan Fungsi : Kawasan perdagangan dan jasa
Salatiga, 30 Agustus 2017
Petugas Lapang,
1. Sislani, S.IP
NIP. 19601010 198603 1 005 (………)
2. Sukirna
berita acara yang di buat oleh petugas lapang yang selanjutnya akan
diberikan kepada tim koordinasi pertimbangan teknis lapang dan tim
pertimbangan akan membuat berita acara sebelum di buatnya Risalah berikut
adalah contoh berita acara yang di hasilkan oleh Tim koordinasi Pertimbangan
Teknis pertanahan :
BERITA ACARA
RAPAT KOORDINASI TIM PERTIMBANGAN TEKNIS PERTANAHAN
DALAM RANGKA PENERBITAN IJIN PERUBAHAN PENGGUNAAN
TANAH PERTANIAN KE NON PERTANIAN
Nomor :15/400.9/BA.RK/IX/2017,tanggal 04 September 2017
Pada hari ini, senin tanggal empat bulan september tahun dua ribu tujuh
belas (04-09-2017),kami yang bertanda tangan di bawah ini, anggota Tim
Pertimbangan Teknis Pertanahan yang ditunjuk berdasarkan surat Keputusan
Kepala Kantor Pertanahan Kota Salatiga Nomor 55.1/KEP.400.9/33.73/VI/2017
tanggal 19 Juni 2017:
1. Nama :NURAKHMI SURYANDARI , A.Ptnh, M.H.
NIP :19620609 198303 2 001
Jabatan :Kepala Seksi Penataan Pertanahan Kantor Pertanahan Kota
salatiga Selaku Ketua merangkap Anggota
2. Nama :WARSA, A.Ptnh
NIP :19650404 198603 1 004
Jabatan :Kepala Sub Seksi Landreform dan Konsolidasi Tanah
3. Nama :SUKIRNA
NIP :19630710 198903 1 006
Jabatan :Staf Sub Seksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan
Tertentu Kantor Pertanahan Kota Salatiga , Selaku
Anggota
4. Nama :SISLANI, S.IP.
NIP :19601010 198603 1 001
Jabatan :Kepala Sub Seksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan
Tertentu Kantor Pertanahan Kota Salatiga , Selaku
anggota.
Telah melaksanakan rapat koordinasi membahas permohonan pertimbangan
teknis pertanahan dalam rangka ijin perubahan tanah pertanian ke non pertanian ,
dengan hasil sebagai berikut:
I. KETERANGAN MENGANAI SUBYEK
1. Identitas pemohon
Nama :
Alamat :
MULYANI PURWANINGSIH
Gg. Adipuran No 99, RT 06 RW 01,
Kelurahan Kalicacing, Kecamatan
Sidomukti, Kota Salatiga
2. Status Penggunaan Tanah : Bekas C No.478 Persil 32 Klas IV S
(sawah)
3. Bukti Hak : HM 3772
a. Jalan , Nomor , RT RW :
b. Kelurahan :
c. Kecamatan :
DK.Brajan/ Jalan Lingkar Salatiga
Blotongan
Sidorejo
5. Luas Tanah yang dimohon : 361 m²
6. Status penggunaan tanah : Bekas C No.478 persil 32 Klas IV s
(SAWAH)
7. Rencana penggunaan tanah : Tempat usaha bengkel sepeda motor
8. Arahan Fungsi Kawasan : Sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah kota Salatiga tahaun
2010-2030 , lokasi yang dimohon berada
pada kawasan perdagangan dan jasa.
9. Peninjauan lokasi
a. Hari /Tanggal :
b. Berita Acara :
Senin ,28 Agustus 2017
15/400.9/BA.PL/VIII/2017,tanggal 30
Agustus 2017
II. KETERANGAN MENGENAI OBYEK DAN LINGKUNGAN SEKITAR
1. Penggunaan Tanah Saat ini
b. Sawah :
lingkungan perdagangan dan jasa
3. Pengguasaan tanah : Sertifikat Hak Milik Nomor
3772/Blotongan seluas 361 m² , atas
Nama Mulyani Purwaningsih, pada
saat ini Tanah yang dimohon dikuasai
oleh Mulyani Purwaningsih.
4. Gambaran umum Penguasaan :
tanah sekitar
Penguasaan tanah sekitar lokasi yang
dimohon merupakan tanah Hak Milik
Sertifikat dan Hak Milik Adat/Belum
sertifikat
5. Kesesuaian penggunaan tanah :
Yang dimohon dengan RTRW
Sesuai : 361 m² (100,00%) peruntukan
kawasan perdagangan dan jasa
6. Kemampuan tanah A3bT :
a. lereng :
A. kedalam efektif > 90 cm
3. tekstur tanah sedang
b. tidak pernah tergenang
T. tidak ada erosi
Lokasi yang dimohon berada pada
b. Drainase : Lokasi yang dimohon tidak tergenang
seluas 361 m² (100,00%)
7. Keserasian dengan lingkungan
sekitar :
Baik ,serasi dengan lingkungan sekitar
8. Ketersediaan tanah untuk kegiatan
yang dimohon :
Tersedia seluas 361 m² (100,00%)
III. PERTIMBANGAN TIM
Tim pertimbangan teknis pertanahan menyimpulkan bahwa terhadap terhadap
tanah yang dimohon untuk kegiatan pembangunan tempat usaha (bengkel sepeda
motor) seluas 361 m² dapat dipertimbangkan untuk disetujui /ditolak/disetujui
bagian yaitu:
a. Disetujui :361 m² (100,00%)
b. Tidak disetujui : -
c. Disetujui bersyarat : -
Sebagaimana peta terlampir
Ketentuan dan syarat-syarat dalam penggunaan tanah tersebut adalah:
1. Dalam rangka memanfaatkan dan meggunakan tanah, pemohon tidak
boleh mengorbankan kepentingan umum, antara lain:
a. Tidak menutup akses jalan masyarakat yang berada di
belakang
b. Tidak menutup saluran irigasi yang sudah ada dan
c. Dalam melaksanakan pembangunan pemohon wajib
memperhatikan perbandingan antara ruang terbangun dan
ruang terbuka hijau (open space) sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku dengan perbandingan 60 : 40
d. Melaksanakan konservasi tanah dan air, seperti menyediakan
sumur resapan , biopori, sengkedan / terasering dan lain-lain.
2. Penggunaan dan pemanfaatan tanah tidak boleh saling menggangu
atau bertentangan dengan penggunaan dan pemanfaatan tanah
sekitarnya, seperti melanggar norma sosial, budaya, agama dan
keyakinan yang dianut oleh masyarakat sekitar.
3. Dalam rangka memanfaatkan dan menggunakan tanah, harus
memenuhi azas penggunaan tanah yaitu untuk di perkotaan azas
ASRI,TERTIB, LESTARI (ATLAS) dengan memperhatikan
pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan
4. Dalam rangka penggunaan dan pemanfaatan tanah harus memenuhi
ketentuan peraturan/ perundang-undangan yang berlaku, sebagaimana
diatur dalam rencana tata ruang wilayah Kota Salatiga tahun
2010-2030 (peraturan daerah nomor 4 tahun 2011)
5. Pemohon segera mengajukan permohonan ijin perubahan penggunaan
tanah pertanian ke non pertanian kepada pemerintah kota Salatiga.
Salatiga , 04 September 2017
1. Ketua
NURAKHMI SURYANDARI, A.Ptnh.,M.H.
2. Sekertaris
SISLANI, S.IP.
NIP. 19601010 198603 1 005
3. Anggota
W ARSA, A.Ptnh
NIP. 19650404 198603 1 004
4. SUKIRNA
NIP. 19630710 198903 1 006
Di atas adalah contoh berita acara yang di hasilkan dari rapat koordinasi
oleh tim pertimbangan teknis pertanahan prihal alih fungsi lahan pertanian
menjadi non pertanian yang di lakukan di wilayah kota salatiga dan pemohon
adalah ibu MULYANI PURWANINGSIH dan selanjutnya dari berita acara ini di
hasilkan juga RISALAH , RISALAH ini adalah hasil akhir dari pertimbangan
teknis pertanahan yang selanjutnya pemohon harus menyerahkan RISALAH
tersebut kepada pihak pemerintah Kota Salatiga berikut adalah contoh RISALAH
yang di hasilkan oleh tim pertimbangan teknis tanah dalam hal ijin alih fungsi
lahan pertanian ke non pertanian diwilayah kota Salatiga:
RISALAH
PERTIMBANGAN TEKNIS PERTANAHAN DALAM RANGKA
PENERBITAN IJIN PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH PERTANIAN KE
NON PERTANIAN
Nomor : 15/400.9/PTP/IX/2017,tanggal 06 September 2017
1. Formulir permohonan tertanggal 23-08-2017 yang diajukan pemohon dan berkas lengkap diterima pada tanggal 25-08-2017:
a. Nama :Mulyani Purwaningsih
b. Alamat :Gg Adipuran No99 RT 06 RW 01
c. Bertindak atas nama : diri sendiri
2. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010-2030.
3. Berita Acara Peninjauan Lokasi Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Rangka penrbitan ijin perubahan penggunaan tanah pertanian
ke non pertanian, Nomor 15/400.9/BA.PL/VIII/2017, tanggal 30
Agustus 2017
4. Berita Acara Rapat Koordinasi Tim Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Penerbitan Ijin perubahan penggunaan Tanah Pertanian
ke Non Pertanian , Nomor 15/400.9/BA.RK/IX/2017, tanggal 04
September 2017.
II. KETERANGAN MENGENAI TANAH YANG DIMOHON
1. Status Penggunaan Tanah : Bekas C No.478 Persil 32 Klas IV S
(sawah)
2. Bukti Hak : HM 3772
3. Letak Tanah yang dimohon
a. Jalan , Nomor , RT RW :
b. Kelurahan :
DK.Brajan/ Jalan Lingkar Salatiga
c. Kecamatan : Sidorejo
4. Luas Tanah yang dimohon : 361 m²
5. Status penggunaan tanah : Bekas C No.478 persil 32 Klas IV s
(SAWAH)
6. Rencana penggunaan tanah : Tempat usaha bengkel sepeda motor
7. Arahan Fungsi Kawasan : Sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah kota Salatiga tahaun
2010-2030 , lokasi yang dimohon berada
pada kawasan perdagangan dan jasa.
III. KESIMPULAN
1. Permohonan pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka penerbitan Ijin
perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian dapat disetujui
seluas 361 m² dengan rincian sebagai berikut:
a. Untuk kegiatan pembangunan tempat usaha (bengkel sepeda
motor) 361 m² (100,00%)
2. Ketentuan dan syarat-syarat penggunaan tanah adalah sebagai berikut:
a. Dalam rangka memanfaatkan dan menggunakan tanah pemohon
tidak boleh mengorbankan kepentingan umum , antara lain
i. Tidak menutup akses jalan masyarakat yang berada di
belakang
ii. Tidak menutup saluran irigasi yang sudah ada dan
iii. Dalam melaksanakan pembangunan pemohon wajib
memperhatikan perbandingan antara ruang terbangun dan
ruang terbuka hijau dengan perbandingan 60 : 40
iv. Melaksanakan konversi tanah dan air seperti menyediakan
sumur serapan , biopori, sengkedan / terasering dan
lain-lain.
b. Penggunaan dan pemanfaatan tanah tidak boleh saling menggangu
atau bertentangan penggunaan dan pemanfaatan tanah sekitarnya
seperti melanggar norma sosial, budaya, agama dan keyakinan
yang dianut oleh masyarakat sekitar.
c. Dalam rangka memanfaatkan dan menggunakan tanah , harus
memenuhi azas penggunaan tanah yaitu untuk di perkotaan Azas
Asri, Tertib, Lestari (ATLAS) dengan memperhatikan
pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
d. Dalam rangka penggunaan dan pemanfaatan tanah haruslah
memenuhi ketentuan peraturan/perundang-undangan yang berlaku,
antara lain penggunaan dan pemanfaatan tanah harus sesuai dengan
fungsi kawasan sebagaimana di atur dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010-2030 (peraturan Daerah No 4
tahun 2011 Tentang RTRW Kota Salatiga)
e. Pemohon segera mengajukan permohonan ijin perubahan
penggunaan tanah pertanian ke non pertanian kepada pemerintah
3. Keterangan lebih rinci mengenai ketentuan dan syarat-syarat penggunaan
tanah, letak dan luas tanah yang disetujui, dapat dilihat pada peta
pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka penerbitan ijin perubahan
penggunaan tanah pertanian ke non pertanian sebagaimana terlampir, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari pertimbangan teknis pertanahan
dalam rangka penerbitan ijin perubahan penggunaan tanah pertanian ke
non pertanian . apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan atau
kesalahan akan diadakan perbaikan seperlunya.
Salatiga ,06 September 2017
KEPALA KANTOR PERTANAHAN
KOTA SALATIGA
MANGPUL. S.H.
NIP 19630223 199003 1 001
Tembusan disampaikan kepada Yth: Walikota Salatiga di Salatiga
Dari penjabaran di atas mengenai tata cara Kantor pertanahan kota
Salatiga menerbitkan ijin mengenai pertimbangan teknis pertanahan yang
selanjutnya akan menjadi pertimbangan bagi pemerintah kota Salatiga dalam hal
alih Fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian dan wewenang yang dahulu
menjadi wewenang Kantor pertanahan kota Salatiga semenjak 26 juni 2016 sudah
beralih menjadi hak dari pemerintah kota dalam memberikan ijin alih fungsi lahan
pertanian menjadi non pertanian di wilayah kota Salatiga.
Namun yang menjadi maslah adalah sampai saat ini pemerintah kota
mengenai alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian hal ini seperti
terdapat kekosongan sehingga belum ada kesiapan dari pihak pemerintah kota
Salatiga. ijin alih fungsi saat ini tidak diketahui pasti siapa yang mengurus hal
tersebut dikarenakan alih fungsi yang telah memperoleh ijin pertimbangan dari
BPN dan selanjutnya diserahkan ke pemerintah daerah, pemerintah daerah
menunjuk orang secara dadakan sebagai pengurus alih fungsi tersebut dengan
alasan bahwa bidang di pemerintah kota yang mengurusi mengenai alih fungsi
lahan pertanian menjadi non pertanian tersebut dalam masih dalam proses
pembentukan, hal ini di sampaikan oleh Kepala Bidang Tata Pemerintahan Kota
Salatiga.
5. Proses Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di kota Salatiga.
Apabila lahan pertanian yang akan di alih fungsikan adalah lahan
pertanian pangan berkelanjutan terdapat beberapa syarat yang berbeda dengan alih
fungsi lahan pertanian bukan berkelanjutan9 :
a. Persyaratan Alih Fungsi Lahan Pertanian Untuk Kepentingan Umum
a. Adanya latar belakang dilakukannya alih fungsi lahan pertanian
pangan berkelanjutan
9 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 81/permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Teknis
b. Adanya maksud dan tujuan di alih fungsikan
c. Rencana pengembangan lahan dan peruntukannya, termasuk kajian
lingkungan hidup strategis, AMDAL dan pengelolaan lingkungan
d. Adanya rencana alih fungsi lahan pangan berkelanjutan yang
meliputi: luasan, lokasi serta pelepasan hak atas tanah petani
melalui ganti rugi tanah dan berbagai imoditas serta infrastruktur di
atasnya dan menyiapkan lahan penganti baik yang berada di dalam
satu kabupaten ataupun lintas kabupaten di dalam satu Provinsi,
atau lintas provinsi sesuai dengan luasan lahan penganti yang
diminta dan telah mendapatkan persetujuan dari pemerintah di
wilayah tersebut dan pengantiannya disediakan oleh pemohon alih
fungsi.
e. Alih fungsi dapat dilakukan setelah adanya jaminan lahan penganti
dan dana yang tersedia dikabupaten atau kota dari pemerintah atau
pemerintah daerah serta perencanaan pembukaan lahan baru.
b. Persyaratan alih fungsi lahan apabila terjadi bencana10
a. Alih fungsi lahan karena terjadi bencana, maka laporan kelayakan
strategis dan rencana alih fungsi lahan tidak diperlukan, tetapi
pembebasan dan ganti rugi kepemilikan hak atas tanah bagi
pemilik tanah termasuk komoditas serta infrastruktur lain tetap
diselesaikan dengan pemiliknya terutama masyarakat dan petani.
10
b. Apabila lahan yang dialih fungsikan berupa lahan beririgasi maka
lahan pengantiannya dialokasikan di daerah irigasi dengan luasan
minimal 3 kali luas lahan yang di alih fungsikan.
c. Apabila lahan yang dialih fungsikan berupa lahan beririgasi dan
lahan pengantinya dialokasikan di lahan rawa pasang surut
dan/atau lebak dengan luasan minimal 6 kali luas lahan yang di
alih fungsikan.
d. Apabila lahan yang dialih fungsikan berupa lahan beririgasi dan
lahan pengantinya dialokasikan di lahan yang tidak beririgasi maka
luasan lahan pengantinya adalah 9 kali luas lahan yang di alih
fungsikan.
e. Apabila lahan yang di alihfungsikan adalah lahan rawa pasang
surut dan atau lebak maka luasan lahan penganti adalah 2 kali luas
lahan yang di alih fungsikan.
f. Lahan yang dialihfungsikan adalah lahan rawa pasang surut dan
atau lebak dan lahan pengantinya dialokasikan pada daerah tidak
beririgasi maka lahan penganti adalah 4 kali luas lahan yang di alih
fungsikan.
g. Apabila lahan yang dialihfungsikan berupa lahan tidak beririgasi
maka lahan pengantinya di alokasikan di daerah tidak beririgasi
dengan luasan minimal 1 kali luas lahan yang dialihfungsikan.
h. Lahan penganti ini dapat berada di satu kabupaten kota, atau dapat
berada di dalam satu provinsi atau lintas provinsi dengan lahan
i. Alih fungsi lahan dapat dilakukan setelah ada jaminan lahan
penganti dan dana yang tersedia di kabupaten atau kota dari
pemerintah atau pemerintah daerah serta rencana pembukaan lahan
baru.
Berikut adalah kriteria alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan
yang di ijinkan oleh Peraturan Menteri Pertanian Nomor
81/permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Teknis Alih Fungsi Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan dan wilayah kota Salatiga mengikuti aturan ini
sebagai pedoman11:
1. Pengadaan tanah untuk jalan umum meliputi pembangunan jalan negara,
jalan provinsi, jalan kabupaten/ Kota, dan jalan desa serta lingkungan
sebagaimana di atur di dalam peraturan perundang-undangan serta
pembangunan jalan usaha tani dikawasan peruntukan pertanian pangan
berkelanjutan yang berfungsi untuk menunjang peningkatan produksi yang
mengakibatkan alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan tidak
melanggar ketentuan yang berlaku.
2. Pengadaan tanah untuk pembangunan waduk , bendungan , bangunan
pengairan dan irigasi pada kawasan pertanian berkelanjutan meliputi:
pembangunan jaringan irigasi sampai dengan di tingkat tersier, embung,
situ, dan parit, rorak yang berfungsi untuk penyediaan dan konservasi air
dalam rangka menunjang keberlangsungan perlindungan lahan pertanian
pangan berkelanjutan.
11 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 81/permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Teknis
3. Pengadaan tanah untuk pembangunan saluran air minum atau air bersih
,drainase dan sanitasi pada kawasan pertanian pangan berkelanjutan
meliputi : pembangunan jaringan air minum atau air bersih baik di
permukaan maupun dibawah tanah bangunan drainase dan sanitasi dalam
rangka memenuhi kebutuhan masayarakat di pedesaan dan perkotaan.
4. Pengadaan tanah untuk pelabuhan, bandar udara, stasiun dan jalan kereta
api serta terminal sebagai bagian dari struktur ruang yang mengunakan
kawasan pertanian pangan berkelanjutan meliputi: pembangunan perluasan
dan atau rehabilitasinya dan fasilitas pendukung seperti pelataran parkir ,
gudang, landasan pacu, perkantoran, rel kereta api ganda, dan lain –lain
yang berfungsi untuk menunjang prasarana perhubungan di atas
5. Pengadaan tanah untuk fasilitas keselamatan umum pada peruntukan
kawasan pertanian pangan berkelanjutan meliputi : pembangunan
perluasan dan atau rehabilitasi fasilitas keselamatan umum berupa
bangunan transit untuk evakuasi masyarakat yang memerlukan bantuan
kesehatan akibat ganguan bencana buatan manusia.
6. Pengadaan tanah untuk cagar alam pada kawasan peruntukan pertanian
pangan berkelanjutan meliputi: penyediaan dan pengalokasian kawasan
yang diketahui merupakan sifat cagar alam baik berupa flora dan fauna
maupun bentang alam yang menjadi atau dialokasikan untuk warisan
dunia dan diklasifikasi sebgai cagar alam.
7. Pengadaan tanah untuk pembangkit dan jaringan listrik pada kawasan
peruntukan pertanian pangan berkelanjutan meliputi: pembangunan,
tenaga surya, angin, air maupun tenaga mesin dan lain-lain yang bersifat
menunjang infrastruktur pelistrikan yang melintas maupun yang berada di
wilayah pedesaan dan perkotaan yang dibutuhkan masayarakat setempat
Proses alih fungsi lahan baik yang lahan pertanian biasa maupun lahan
pertanian yang bersetatus lahan pangan berkelanjutan di wilayah kota Salatiga
memilikki beberapa prosedur yang di terapkan oleh pemerintah kota Salatiga
dalam hal alih fungsi lahan pertanian terkhusus sawah. Namun pengaturan yang
lebih komplek mengenai alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian di
wilayah kota salatiga belum ada pertauran tersendiri dan yang di atur sangat ketat
hanyalah lahan pertanian pangan berkeanjutan dan untuk lahan sawah biasa tidak
di atur secara ketat oleh pemerintah kota Salatiga apalagi setelah adanya
pemindahan wewenang mengenai pemberian ijin alih fungsi lahan pertanian
menjadi non pertanian dari kantor pertanahan Ke Pemerintah Daerah Kota
Salatiga per Tangga 26 Juli 2017.
b. Analisis
1. Proses Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Non Pertanian a. Dari tahun 2011 sampai dengan 26 juni2016
Proses alih fungsi di wilayah Kota Salatiga dari tahun 2011 setelah
dikeluarkannya peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga tahun 2011-2030 segala
bentuk proses alih fungsi lahan pertanian di kelola oleh Kantor
melaksanakan beberapa hal yang berkaitan dengan proses alih fungsi
lahan pertanian menjadi non pertanian yang pertama adalah proses
perizinan yang dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu:
i. Pemohon alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian menyerahkan beberapa syarat seperti Salinan EKTP,
sertifikat Hak Milik, Gambar Rencana Penggunaan Tanah,
Surat Permohonan, Surat Pernyataan Permohonan syarat-
syarat ini diberikan.
ii. Selanjutnya kantor Pertanahan Kota Salatiga membentuk panitia pertimbangan dengan beranggotakan beberapa
pihak terkait dengan alih fungsi lahan pertanian menjadi
non pertanian yang di pimpin oleh Kepala Kantor
Pertanahan Kota Salatiga.
iii. Panitia yang telah dibentuk tersebut memilikki beberapa tanggung jawab yaitu untuk melakukan peninjauan ke
lapangan serta membuat berita acara hasil peninjauan
lapang yang selanjutnya diserahkan oleh Walikota Salatiga.
iv. Surat Keputusan boleh atau tidaknya alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian dilakukan di keluarkan
oleh Walikota Salatiga setelah diterimanya berita acara
Proses alih fungsi ini ditata secara rapi oleh Kantor
Pertanahan Kota Salatiga dengan melibatkan pihak- pihak yang
berkaitan dengan alih fungsi lahan pertanian tersebut.
Walaupun proses alih fungsi yang di atur sebegitu rupa
namun tetap memilikki beberapa permasalahan yang
mengakibatkan proses tersebut tidak sesuai dengan tata cara yang
ada. terlihat pada hasil penelitian yang di peroleh melalui hasil
wawancara dengan pelaku alih fungsi lahan pertanian menjadi non
pertanian di wilayah Kota Salatiga beliau bapak Nur Yanto beliau
menyampaikan bahwa proses alih fungsi yang beliau jalani melalui
perantara calo serta biaya yang dikeluarkan guna mempercepat
proses alih fungsi lahan pertanian tersebut hal inilah yang
menjadikan proses alih fungsi lahan pertanian tidak lagi baik dan
teratur seperti apa yang telah ditetapkan oleh Kantor Pertanahan
Kota Salatiga.
Alih fungsi yang seharusnya diawasi oleh pihak-pihak yang
disebutkan didalam panitia pertimbangan seperti Kepala Kantor
Pertanahan Kota Salatiga, Kepala Bagian Tata Pemerintahan Kota
Salatiga, Kepala Bapedda, Kepala Bagian Hukum SETDA, Kepala
Dinas Perikanan dan Pertanian Kota Salatiga, Camat, Lurah.
Beberapa pihak inilah yang seharusnya bertanggung jawab dalam
hal perizinan alih fungsi lahan pertanian serta melihat langsung
dengan melakukan peninjuan lapangan. Namun yang terjadi pada
lapangan serta bertanggung jawab untuk meneliti secara detail
malah tidak hadir dan tidak melakukan peninjauan lapangan hal ini
sudah jelas bahwa pemerintah kota Salatiga kurang begitu peduli
mengenai alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian
padahal hal ini sangatlah penting.
Namun pada dasarnya Kantor Pertanahan memilikki tahapan
yang jelas mengenai proses yang harus dilalui mengenai izin alih
fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian di Wilayah Kota
Salatiga. ijin alih fungsi yang dikeluarkan bukan berasal dari
Kantor Pertanahn Kota Salatiga namun yang berhak mengeluarkan
Ijin alih fungsi lahan adalah Walikota Salatiga Sebagai Kepala
Daerah di wilayah Kota Salatiga. Walikota Salatiga hanya berperan
sebagai proses akhir setelah proses awal dikerjakan oleh Kantor
Pertanahan Kota Salatiga. sehingga bisa dikatakan bahwa Kantor
Pertanahan Kota Salatiga sangat berperan penting dalam mengatur
serta melaksanakan proses perizinan alih fungsi lahan pertanian
menjadi non pertanian di wilayah kota Salatiga.
Walaupun sudah diatur sedemikian rupa alih fungsi lahan
pertanian menjadi non pertanian diwilayah Kota Salatiga tetap
masih tinggi hal ini disebabkan adanya pihak-pihak yang
memanfaatkan momen ini sebagai ladang untuk mencari
keuntungan tanpa melihat dampak yang terjadi nantinya.
Proses alih fungsi lahan pertanian setalah dilakukannya
pemindahan wewenang dari Kantor Pertanahan Kota Salatiga ke
Pemerintah Daerah Kota Salatiga pemindahan wewenang ini tidak
di awali dengan persiapan terlebih dahulu oleh pemerintah Kota
Salatiga. pemerintah Kota Salatiga sampai saat ini tidak memilikki
badan tersendiri didalam struktur pemerintahannya yang mengurus
mengenai alih fungsi lahan pertanian di wilayah Kota Salatiga
padahal wewenang mengenai proses alih fungsi lahan pertanian
sudah di serahkan kepada pemerintah Kota Salatiga pada tanggal
26 Juni 2016.
Peran Kantor Pertanahan yang sebelumnya sangat komplek
saat ini Kantor Pertanahan hanya seagai Pertimbangan teknis tanah
dan pertimbangan teknis tanah tersebut hanyalah sebagai syarat
untuk megajukan ijin alih fungsi lahan pertanian ke Pemerintah
Kota Salatiga. keterlibatan pihak-pihak yang berkaitan dengan alih
fungsipun saat ini sudah tidak ada lagi dikarenakan pertimbangan
teknis pertanahan dilakukan oleh kantor pertanahan sendiri tanpa
melibatkan pihak lain seperti sebelum pemindahan wewenang ke
Pemerintah Kota Salatiga.
Tidak adanya kesiapan dari pemerintah Kota Salatiga
menyebabkan proses alih fungsi lahan pertanian tidak lagi teratur
seperti pada saat proses alih fungsi diproses oleh Kantor
Pertanahan Kota Salatiga. hal ini juga menyebabkan proses alih
tidak adanya kesiapan dari pemrintah untuk melaksanakan segala
hal yang berkaitan dengan alih fungsi lahan pertanian menjadi non
pertanian di wilayahnya.
Pemohon alih fungsi yang awalnya bekerja satu kali saat ini
pemohon alih fungsi lahan bekerja dua kali dengan melewati dua
proses yaitu proses untuk penerbitan risalah yang dikeluarkan oleh
Kantor Pertanahan Kota Salatiga dan proses kedua adalah proses
ijin alih fungsi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Salatiga.
setelah pemindahan wewenang tersebut proses alih fungsi lahan
pertanian menjadi non pertanian dipandang lemah dan mudah
untuk disalah gunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab dikarenakan pemerintah kota Salatiga membentuk tim ijin
alih fungsi secara dadakan yang dipimpin oleh Walikota Salatiga
karena tidak adanya bidang tersendiri yang menangani mengenai
alih fungsi di pemerintah kota Salatiga.
Menurut keterangan yang dikeluarkan oleh Kantor
Pertanahan Kota Salatiga Proses alih fungsi lahan ini walaupun
dilakukan secara dua tahap namun dipandang lebih mudah dalam
memperoleh ijin alih fungsi dikarenakan pemerintah kota Salatiga
tidak memilikki kesiapan yang matang untuk menangani proses
alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian.
a. Sebelum pemindahan wewenang dari Kantor Pertanahan ke Pemrintah Kota Salatiga.
Pengaturan alih fungsi lahan pertanian menjadi non
pertanian diwilayah kota Salatiga dari tahun 2011 sampai dengan
26 juni 2016 masih mengunakan aturan yang diterapkan oleh
Kantor Pertanahan Kota Salatiga yaitu:
Undang –Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan
Dasar Pokok-pokok Agraria
Undang –Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintah Daerah
Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Oktober 1984 tentang
Perubahan Tanah Pertanian ke Non Pertanian
Surat Menteri Agraria Nomor 410-1851 Tanggal 15 Juni
1994 tentang Pencegahan Penggunaan Tanah Sawah
Beririgasi Teknis Untuk Pengunaan Non Pertanian Melalui
Penyusunan Rencana Tata Ruang.
Surat Menteri Negara Perencanaan BAPPENAS Nomor
Penggunaan Tanah Sawah Beririgasi Teknis Untuk
Penggunaan Tanah Non pertanian
Surat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/
Ketua BAPPENAS Nomor 5335/MK/9/1994 Tanggal 29
September 1994 Tentang penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah tingkat Kabupaten/ Kota.
Surat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan / Ketua
BAPPENAS Nomor 541/MK/10/1994 tanggal 4 Oktober
1994 Tentang Efisiensi Pemanfaatan Lahan Bagi
Pembangunan Perumahan.
Surat Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN Nomor
460-3346 Tanggal 31 Oktober 1994 tentang Perubahan
Penggunaan Tanah Sawah Beririgasi Teknis Untuk
Penggunaan Tanah Non Pertanian
Surat Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor
460-1594 tanggal 5 Juni 1996 Tentang Pencegahan Konversi
Tanah Sawah Irigasi Teknis Menjadi Tanah Kering.
Instruksi Gubernur Jawa Tengah Nomor 590/107/1985
tanggal 25 Maret 1985 tentang Pencegahan Perubahan
Tanah Pertanian Ke Non Pertanian yang Tidak
Terkendalikan.
Surat Keputusan Walikota Salatiga Nomor 591.05/23/2002
tanggal 1 Februari 2002 tentang Panitia Pertimbangan
Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun
2011-2030
Pengaturan alih fungsi lahan pertanian menjadi non
pertanian dimasa penguasaan Kantor Pertanahan sudah
memilikki aturan yang jelas sehingga proses alih fungsi dapat
dilakukan dengan tahapan-tahapan yang pasti.
Walaupun Wilayah kota Salatiga Tidak memilkki Peraturan
yang secara khusus mengatur mengenai alih fungsi lahan
pertanian menjadi non pertanian hingga saat ini namun dengan
dikeluarkannya beberapa aturan dari Kantor Pertanahan Kota
Salatiga Sudah cukup Memilikki Peran yang baik untuk
mengatur laju alih fungsi lahan pertanian menjadi non
pertanian diwilayah Kota Salatiga.
b. Pengaturan Alih Fungsi Lahan Pertanian Setelah tanggal 26 Juni 2016
Pengaturan alih fungsi lahan pertanian setelah pemindahan
wewenang tidak memilikki kejelasan mengenai aturan mana yang
menjadi pedoman pemerintah Kota Salatiga dalam hal pelaksanaan
alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian. pemerintah kota
Salatiga hanya berpacu pada Peraturan Daerah Kota Salatiga
Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Salatiga tahun 2011 sampai dengan 2030 , aturan inilah yang
lahan pertanian menjadi non pertanian. Dengan tidak adanya aturan
yang jelas maka proses alih fungsi saat ini sangat tidak terkendali
hal ini disebabkan tidak siapnya pemerintah kota Salatiga dalam
melaksanakan pemeberian ijin alih fungsi lahan pertanian menjadi
non pertanian di wilayah Kota Salatiga.
3. Perbandingan Proses Alih Fungsi Lahan Pertanian sebelum pemindahan wewenang dan sesudah pemindahan wewenang:
NO Proses dikelola oleh kantor pertanian menjadi non pertanian
Pemohon mengisi formulir ijin pertimbangan teknis pertanahan yang telah di sediakan oleh BPN
2. Pemohon mengajukan berkas serta syarat-syarat yang telah di tentukan oleh BPN yaitu: salinan EKTP, sertifikat HM, gambar rencana
pengunaan tanah, surat
permohonan , surat pernyataan permohonan