a. Primer, yakni permohonan yang pertama khusus
KARENA PELANGGARAN TA’LIK TALAK
A. Proses Gugatan Cerai Karena Pelanggaran Ta’lik Talak
Proses dapat dikatakan sebagai tahapan kegiatan yang dilakukan mulai dari perkara hukum diajukan oleh para pihak yang berperkara di pengadilan dan pengadilan menerima, memeriksa, mengadili, serta menyelesaikan perkara sesuai dengan keinginan dan permintaan para pihak yang berperkara, seperti yang diuraikan dalam pasal 2 ayat (1) UU No. 14 tahun 1970, tugas pokok pengadilan adalah untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya.6
Peradilan Tangerang yang penulis ambil sebagai sample mempunyai tahap kegiatan sebagai berikut :
1. Menerima Gugatan Perceraian:
Pengadilan agama Tangerang dalam proses menerima gugatan perceraian berdasarkan kepada pola pembinaan dan pengendalian administrasi perkara pengadilan agama nomor: KMA/013/SK/II/1988, adalah sebagai berikut:
a. Meja Pertama
6
Wawancara Pribadi dengan Karso BC, (Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Tangerang), Tangerang 21 Oktober 2006
perkara.
- Membuat surat kuasa untuk membayar (SKUM) dalam rangkap tiga (tiga) dan menyerahkan SKUM tersebut kepada calon penggugat atau pemohon.
- Menyerahkan kembali surat gugatan/permohonan kepada calon penggugat atau pemohon.7
b. Kasir:
- Menerima pembayaran uang panjar biaya perkara (PBP) dari pihak calon penggugat atau pihak pemohon berdasarkan SKUM.
- Membukukan penerimaan uang panjar biaya perkara dalam jurnal penerimaan uang.
- Mengembalikan asli serta tindasan pertama SKUM kepada pihak calon pemohon setelah dibubuhi cap/tanda lunas.
- Menyerahkan biaya perkara yang diterima kepada kebendaharaan perkara. c. Meja kedua:
- Menerima surat gugatan dari calon penggugat dalam rangkap sebanyak jumlah tergugat ditambah sekurang-kurangnya 4 (empat) rangkap untuk keperluan masing-masing hakim.
- Menerima tindasan pertama SKUM dari calon penggugat.
- Mendaftar/mencatat surat gugatan dalam register yang bersangkutan serta pemberian nomor register pada surat gugatan tersebut.
- Menyerahkan kembali satu rangkap surat gugatan yang lebih diberi nomor register kepada penggugat.
- Asli surat gugatan dimasukan dalam sebuah map khusus dengan melampirkan tindasan pertama SKUM dan surat yang berhubungan dengan gugatan, disampaikan kepada wakil panitera, untuk selanjutnya berkas gugatan tersebut disampaikan kepada ketua pengadilan agama melalui panitera.8
2. Tahap Persiapan:
7
Mukti Arto,Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996, Cet. Ke-1, h, 56
8
penerimaan tentang perkara gugatan perceraian, kemudian menyampaikan panitera dengan melampirkan semua formulir yang berhubungan dengan pemeriksaan perkara. - Panitera sebelum meluruskan berkas perkara yang baru diterima itu kepada ketua
pengadilan agama, terlebih dulu menyuruh petugas yang bersangkutan untuk mencatatnya dalam buku register umum untuk perkara gugatan perceraian.
- Selambat-lambatnya pada hari kedua setelah surat-surat gugat diterima kepaniteraan, panitera harus sudah menyerahkan kepada ketua pengadilan agama mencatat dalam buku ekspedisi yang ada padanya dan mempelajarinya, kemudian menyampaikan kembali berkas perkara tersebut kepada panitera dengan disertai penetapan Penunjukan Majelis Hakim (PMH) yang sudah harus dilakukan dalam waktu 10 (sepuluh) hari sejak gugatan didaftarkan.
- Panitera menyiapkan berkas perkara yang diterima dari ketua pengadilan kepada ketua majelis/hakim yang bersangkutan.
- Panitera menunjuk seorang atau lebih panitera pengganti untuk diperbantukan pada majelis/hakim yang bersangkutan.9
B. Proses Pemeriksaan Gugatan Perceraian Karena Pelanggaran Ta’lik Talak dan Kaitannya Dengan Pasal 19 PP No. 9 Tahun 1975
Dalam pasal 10 Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 disebutkan yaitu:
(1) Pemeriksaan gugatan perceraian dilakukan oleh majelis hakim selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah berkas atau surat gugatan perceraian didaftarkan di kepaniteraan.
(2) Pemeriksaan gugatan perceraian dilakukan dalam sidang tertutup.
9
Wawancara Pribadi dengan Sayuti, (Panitera/Sekertaris Pengadilan Agama Tangerang), Tangerang 18 Oktober 2006
(1) Semua pengadilan memeriksa dan memutus dengan sekurang-kurangnya tiga orang hakim, kecuali apabila undang-undang menentukan lain.
(2) Diantara para hakim tersebut dalam ayat (1) seorang bertindak sebagai ketua, dan lainnya sebagai anggota sidang.
(3) Sidang dibantu oleh seorang panitera atau seorang yang ditugaskan pekerjaan panitera.
Majelis hakim sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang hakim dan dibantu oleh seorang panitera, hal ini dimaksudkan oleh pasal tersebut untuk menjamin pemeriksaan yang obyektif, terang-terangan guna memberi perlindungan hukum dan keadilan kepada para pihak.5
Pasal 80 ayat (1) tentang lamanya pemeriksaan yaitu 30 (tiga puluh) hari dari
pendaftaran gugatan, dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan azas yang ditentukan pada pasal 5 ayat (2) UU No. 14 tahun 1970 yakni peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan. Langkah-langkah proses persidangannya sebagai berikut:6
a. Pemanggilan
Pemanggilan para pihak dilakukan sesuai dengan Penetapan Hari Sidang (PHS) oleh ketua majelis/hakim yang bersangkutan dengan memperhatikan:
1) Jauh/dekatnya tempat tinggal para pihak yang berperkara dengan pengadilan agama (SK. Menag No. 162 tahun 1988) dan lamanya tenggang waktu antara pemanggilan
5
Mukti Arto,Praktek PerkaraPerdata, h. 11 6
2) Pemanggilan pihak-pihak yang berperkara dilakukan oleh juru sita pengganti (pasal 40 ayat (2) Undang-undang No. 7/1989).
3) Relas pemanggilan harus menyebutkan antara lain: kepada pihak tergugat boleh ia mengajukan jawaban tertulis pada waktu persidangan penggugat dan tergugat boleh membawa surat-surat serta saksi-saksi yang dianggap perlu.
4) Surat panggilan harus diserahkan langsung kepada pribadi orang yang dipanggil di tempat tinggalnya dan jika tidak bertemu dirumahnya diserahkan kepada kepala desa/lurah yang bersangkutan dan orang yang menerima panggilan harus menanda-tangani relas panggilan tersebut.
5) Jika yang dipanggil tidak diketahui tempat tinggalnya, maka panggilan dilakukan dengan cara menempel surat panggilan pada papan pengumuman di pengadilan agama dan mengumumkan melalui media massa (surat kabar, radio dan media lainnya) pasal 27 ayat (1) PP No. 9/1975.
6) Jika orang tersebut meninggal dunia, maka diberitahukan kepada ahli warisnya dan bila ahli warisnya tidak dikenal, maka pakai ketentuan seperti No. 5 diatas.7
Masalah pemanggilan pada kenyataannya di pengadilan agama Tangerang tidak semudah gambaran No. 1 s/d 6 diatas, dikarenakan para pihak yang berperkara di antaranya pada siang hari umumnya tidak ada dirumah/tempat tinggalnya, mereka sebagian besar sebagai karyawan dan karyawati (buruh) diperusahaan-perusahaan yang berada di Tangerang. Dan disamping itu Tangerang juga sebagai Kota penyanggah Ibukota Banten dan daerah industri, masing-masing orang sibuk dengan profesinya karena dampak kemajuan perkembangan penduduk dan industri tersebut, maka hal ini juru sita pengganti dalam pemanggilan para pihak berperkara jarang sekali bertemu pemanggilan berikutnya demikian,
7
b. Persidangan
Pemeriksaan gugatan perceraian dilakukan dalam sidang tertutup (pasal 80 ayat (2) UU No. 7/1989 karena masalah perceraian masalah kepentingan kerahasiaan atau aib rumah tangga dan pribadi suami istri, agar jangan luas diketahui umum rahasia atau aib dan
kebobrokan suami istri melalui sidang pengadilan, maka satu-satunya cara untuk menutup kebocoran melalui sidang tertutup.9
Persidangan untuk memeriksa gugatan perceraian harus dilakukan oleh pengadilan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah berkas atau surat gugatan didaftarkan di kepaniteraan pengadilan agama (pasal 80 ayat 1 UU No. 7/1989). Dan pengadilan agama memanggil para pihak melalui juru sita pengganti untuk datang ke persidangan, guna pemeriksaan gugatan perceraian, yang telah didaftarkan itu adalah sebagai berikut:
- Para pihak yang berperkara dapat menghadiri sidang untuk didampingi kuasanya atau menyerahkan kepada kuasanya dengan membawa bukti-bukti atau keterangan yang diperlukan.
- Apabila tergugat telah dipanggil yang kedua kalinya namun tidak hadir, maka berlakulah acara istimewa, dimana gugatannya harus digugurkan (pasal 124 HIR). Berbeda dengan tergugat telah dipanggil dengan sah dan patut namun tidak hadir dipersidangan, maka ketidakhadirannya tergugat, gugatan dapat diterima dan diputus denganverstek(pasal 125 HIR).
8
Wawancara Pribadi dengan Sayuti. 9
Wawancara Pribadi dengan Kasidi, (Juru Sita Pengganti Pengadilan Agama Tangerang), Tangerang 17 Oktober 2006
memanggil kedua belah pihak kembali (pasal 126 HIR).
- Dalam hal penggugat/tergugat lebih dari satu orang dan salah seorang tidak hadir pada sidang pertama, sidang diundur paling lama 7 (tujuh) hari, agar pihak yang tidak hadir dipanggil lagi. Penundaan itu diberitahukan kepada pihak yang hadir dalam persidangan. Pemberitahuan itu sama dengan panggilan baginya. (pasal 127 HIR). - Jika kedua belah pihak berperkara hadir pada hari sidang pertama, ketua majelis
mengusahakan agar pihak-pihak berperkara dapat didamaikan. Usaha hakim untuk mendamaikan tidak terbatas pada hari sidang pertama saja, tetapi terbuka sepanjang pemeriksaan di persidangan.
Apabila terjadi perdamaian, dibuatkan akte perdamaian di atas kertas bermaterai, berdasarkan perdamaian tersebut hakim menjatuhkan putusan yang isinya
menghukum kedua belah pihak untuk memenuhi isi perdamaian. Kekuatan putusan sama dengan putusan biasa dan dapat dilaksanakan seperti putusan-putusan lainnya. Oleh karena itu disyaratkan isi perdamaian harus konkrit dan dapat dilaksanakan (dieksekusi), perdamaian tidak dapat dibanding (pasal 130 HIR).10
- Jika majelis hakim untuk mendamaikan pihak-pihak berperkara tidak berhasil, ketua Majelis akan memeriksa perkaranya, sebagai berikut:
1. Tahap pembacaan surat gugatan, apabila penggugat mau merubah gugatannya dapat dilakukan pada saat itu sepanjang tidak jauh menyimpang dari kejadian materil yang menyebabkan dasar pokok gugatan menjadi lain, sedangkan mengenai petitum dari suatu gugatan tidak boleh diubah. Perubahan
10
Wawancara Pribadi dengan Sonhaji, (Hakim Pengadilan Agama Tangerang), Tangerang 16 Okober 2006
2. Tahap jawaban terbuka mengenai tangkisan/bantahan atas gugatan penggugat yang tidak langsung mengenai pokok-pokok perkara, yang berisi tuntutan batalnya gugatan itu atau disebut eksepsi. Atau jawaban mengenai pokok perkara benar tidaknya kejadian-kejadian yang dikemukakan dalam gugatan itu.
3. Tahap jawaban gugatan balasan yaitu setelah tergugat memberi jawaban atas gugatan penggugat diberi kesempatan untuk menanggapi langsung tanggapan atau jawaban, tanggapan atau jawaban itu sendiri disebut reflik.
4. Tahap duplik, yaitu jawaban tergugat atas reflik penggugat yang disampaikan dalam persidangan.
5. Tahap pembuktian, yaitu segala sesuatu/alat-alat bukti yang dapat menampakan kebenaran dimuka sidang peradilan dalam suatu perkara yang bersangkutan. Dalam pasal 165 HIR, pembuktian dapat berupa: surat, saksi, persangkaan, pengakuan dan sumpah.
6. Tahap terakhir konklusi/kesimpulan, yaitu: kedua belah pihak diberi kesempatan untuk mengajukan kesimpulan terakhirnya. Yang dimulai dengan penggugat kemudian trgugat. Setelah itu sidang diundur paling lama 3 (tiga) minggu untuk membacakan putusan.
7. Sidang tahap putusan:
- Ketua majelis/hakim sebelum membacakan putusan membuat konsep putusan dahulu selama tiga minggu tersebut. Hal ini di pengadilan agama Tangerang pun demikian.
tersebut, dengan memperhatikan cara-cara sebagai berikut:11
a. Kepala konsepan tertulis “PUTUSAN dengan nomor: 266/Pts.G/ 2005/PA.TNG Urutan seterusnya :
- Bismillahirrahmannirrahim, diikuti dengan
- Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. - Identitas penggugat dan tergugat dengan jelas.
b. Tentang duduk perkaranya, isinya:
- Posita, yaitu uraian isi pokok perkara tentang tidak harmonisnya rumah
tangga disebabkan pelanggaran ta’lik talak dan alasan pasal 19 PP No. 9 tahun 1975, yang dilakukan pihak tergugat.
- Petitum, yaitu permintaan penggugat mohon dikabulkan gugatannya,
menyatakan jatuh satu khul’i dengan uang iwadl Rp. ,-dan menyatakan putus perkawinan penggugat dengan tergugat, dan seterusnya permintaan bila ada.
- Usaha mendamaikan para pihak.
- Jawaban tergugat, reflik, duplik, pembuktian dn kesimpulan. c. Tentang hukumnya, isinya:
- Wewenag relatif dan absolut pengadilan agama Tangerang.
- Pertimbangan hukum sesuai dengan duduk perkara di atas, misalnya
“tergugat telah pisah rumah dengan penggugat selama 3 bulan tanpa
memberikan nafkah lahir dan bathin serta rumah tangga cekcok terus
menerus“. Maka hakim harus membuat pertimbangan hukum yaitu bahwa kasus rumah tangga tersebut sudah tidak bisa didamaikan lagi dan
tergugat telah melanggar ta’lik talak serta terbukti berdasarkan pengakuannya telah mengucapkan ikrar ta’lik talak setelah akad nikah.
Majelis hakim selanjutnya dalam pertimbangan hukum berpendapat bahwa alasan perceraian yang didasarkan gugatan penggugat telah cukup sesuai dengan ketentuan pasal 19 huruf (f) No. 9 Tahun 1975 yaitu:
11
dan pasal 16 huruf (g) Inpres No. 1 tahun 1991 yaitu: “suami melanggar
ta’lik talak” angka (2) sewaktu-waktu saya tidak memberikan nafkah wajib kepadanya tiga bulan lamanya”.
Bahwa dengan terbuktimya tergugat melanggar ta’lik talak dan penggugat menyatakan tidak rela dengan mengajukan gugatan cerai ke pengadilan agamaTangerang dengan jalan khulu’(talak tebus), maka hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 229 yaitu
ِﮫِﺑ ْتَﺪَﺘْﻓا ﺎَﻤﯿِﻓ ﺎَﻤِ ﮭْﯿَﻠَﻋ َحﺎَﻨُﺟ َﻼَﻓ ِﷲ َدوُ ﺪُﺣ ﺎَﻤﯿِﻘُﯾ ﱠﻻَأ ﺂَﻓ
Artinya : “Jika kamu khawatir keduanya (suami istri) tidak menjalankan
hukum-hukum Allah maka tidak dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya”.
(QS. 2/Al-Baqarah: 229)
Inilah kaitannya gugatan perceraian karena pelanggaran ta’lik talak dan pasal
19 PP No. 9 tahun 1975 dan sebagaimana contoh kasus putusan pengadilan agama tangerang terlampir, pada lampiran II.
d. Mengadili, isinya:
- Mengabulkan gugatan sesuai petitum dan memutuskan pokok perkara sesuai dengan duduknya perkara dan tentang hukumnya serta menghukum kepada pihak perkara untuk melaksanakan amar putusan.
12
belah pihak.13 Dan penulis gambarkan proses persidangan sebagai kesimpulan tersebut diatas yaitu:
13
Wawancara Pribadi dengan Rahmatullah Nur, (Hakim Pengadilan Agama Tangerang), Tangerang 18 Oktober 2006 GUGATAN JAWABAN REFLIK DUPLIK PEMBUKTIAN KONKLUSI/ KESIMPULAN PUTUSAN AKHIR
pihak karena banyaknya hambatan-hambatan yang sering di alami oleh para petugas seperti masalah pemanggilan para pihak yang berperkara sebagaimana yang telah diuraikan di atas. Disamping itu pula mesin tulis yang sudah ada banyak yang rusak dan jumlahnya pun kurang akibatnya pengerjaan pengetikan sering mengalami keterlambatan. Mesin stensil juga belum memadahi sehingga mengalami kesulitan dalam mengadakan formulir-formulir yang diperlukan. Dari pihak yang berperkara sendiri pun banyak yang tidak memenuhi persyaratannya ketika mengajukan permohonan ke pengadilan agama. Itulah hambatan-hambatan yang dialami oleh pengadilan agama Tangerang dalam proses perceraian
khususnya, gugatan karena pelanggaran ta’lik talak yang merupakan perkara terbesar
jumlahnya dibandingkan dengan perkara yang lain.14
C. Putusnya Perkawinan Akibat Gugatan Perceraian Karena Pelanggaran Ta’lik