a. Primer, yakni permohonan yang pertama khusus
KARENA PELANGGARAN TA’LIK TALAK
C. Putusnya Perkawinan Akibat Gugatan Perceraian Karena Pelanggaran Ta’lik TalakTalak
Perkawinan bisa putus salah satu penyebabnya adalah gugatan perceraian karena pelanggaran ta’lik talak. Sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 9 tahun
1975 pasal 19 huruf (a) sampai dengan huruf (f) jo pasal 116 huruf (g) dan (h) Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1991. hal ini dapat dilihat pada perkara, No. 528/PTS/04/05/PA/TNG sebagai berikut:
Penggugat bernama Irma Yanti binti Wito Sudarsono, umur 27 tahun agama Islam, pekerjaan karyawati, alamat di Batu Jaya Timur Rt. 002/05 Desa Neroktog, Kec. Pinang Kota Madya DT. II Tangerang.
14
Tangerang.15
Duduk Perkaranya
Penggugat berdasarkan surat gugatannya tanggal 28 Desember 2005 yang di daftarkan di kepaniteraan pengadilan agama Tangerang dengan nomor :528/PTS/04/05/TNG,
mengajukan hal-hal tersebut sebagai berikut:
Bahwa penggugat benar adalah suami tersebut yang telah melangsungkan pernikahannya dengan tergugat pada tanggal 20 Agustus 2003 di hadapan PPN KUA Kecamatan Pinang secara resmi dan sah sesuai dengan Akta Nikah No. 04/01/VIII/2003 dan
setelah akad nikah mengucapkan ta’lik talak.
Selama berumah tangga penggugat dan tergugat telah hidup rukun dan damai tanpa ada gangguan apapun sebagai mana suami istri bercampur dan belum dikaruniai seorang anak.
Akan tetapi akhir-akhir ini rumah tangga antara penggugat dan tergugat sudah tidak harmonis seperti yang di alaminya, akan tetapi sekarang sering cekcok disebabkan tergugat kawin lagi, tergugat kurang memberi nafkah dan tergugat tidak pulang kurang lebih tiga bulan lamanya.
Bahwa, adanya krisis rumah tangga antara penggugat dan tergugat penggugat telah berusaha meminta nasehat kepada saudara-saudaranya serta BP4 Kecamatan, namun tidak berhasil, yang akhirnya penggugat mengajukan gugatan cerai kepada pengadilan agama Tangerang.
15
Surat Putusan Pengadilan Agama Tangerang, No 266 / Pdt.G / 2006 / PA. TNG. Dan Buku Mukti Arto, h. 255-257
perkara ini diputus, tetap tidak hadir dan penggugat tetap pada pendiriannya.
Pertimbangan Hukum
Bahwa penggugat dan tergugat adalah suami istri yang sah dan masih terikat dalam perkawnan yang sah sesuai dengan Kutipan Akta Nikah Nomor: 04/01/2006 yang dikeluarkan oleh KUA Kecamatan Tangerang Banten tanggal 20 Agustus 2003. dan setelah akad nikah
penggugat telah mengucapakan sighat ta’lik talak sebagaimana tercantum dalam lampiran akta nikah tersebut.
Penggugat telah memberi keterangan secukupnya di muka persidangan dengan alasan-alasan sebagaimana diuraikan di atas. Dan majelis hakim telah berusaha mendamaikan para pihak berperkara agar rukun kembali membina rumah tangga akan tetapi tidak berhasil.
Dengan mendasarkan kepada keterangan/gugatan penggugat, majelis hakim berpendapat alasan perceraian yang didasarkan penggugat telah cukup sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 dan pasal 116 huruf (g) Intruksi Presiden RI Nomor 1 tahun 1991.
Dan tergugat dalam persidangan telah dipanggil dengan patut melalui juru sita pengadilan agama Tangerang, namun tidak pernah hadir, maka majelis hakim berpendapat perkara ini harus diputus dengan tanpa hadirnya tergugat (verstek).
Bahwa dengan terbuktinya tergugat melanggar ta’lik talak angka 2 dan penggugat
menyatakan tidak rela dengan mengajukan gugatan cerai ke pengadilan agama Tangerang
dengan jalan Khulu’ (talak tebus) makahal ini sesuai dengan Firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 229 yang berbunyi:
Artinya: “Dan jika kamu khawatir keduanya (suami istri) tidak menjalankan hukum-hukum Allah SWT maka tidak dosa keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri
untuk menebus dirinya”.(QS. 2/al-Baqarah: 229)17
Dan ta’lik talak tersebut pada hakekatnya adalah talak dari tergugat kepada penggugat telah jatuh sesuai dengan ibarat dari Kitab Syarqawi juz II halaman 302 yang berbunyi :
ﻆﻔﻠﻟا ﻲﻀﺘﻘﻤﺑ ﻼﻤﻋ ﺎھدﻮﺟﻮﺑ ﻊﻗو ﺔﻔﺼﺑ ﺎﻗ ﻼط ﻖﻠﻋ ﻦﻣو
.
Artinya : “Barang siapa yang menggantungkan talak atas sesuatu sifat jatuhlah talak itu dengan adanya sifat tadi menurut maksuducapan”
Berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas majelis hakim berpendapat bahwa penggugat telah berhasil membuktikan dalil-dalilnya dan gugatan penggugat telah memenuhi syarat untuk diterima dan dikabulkan.
Mengadili
Menyatakan penggugat telah dipanggil ke persidangan dengan patut dan ternyata tidak hadir. Mengabulkan gugatan penggugat denganverstek. Memutuskan jatuh talak satu khul’i
dengan iwadl Rp.1000 (seribu rupiah) dari tergugat Asep Maulana bin H. Marjuki atas penggugat Irma Yanti binti Wito Sudarsono yang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 20 Maret 2005 M, menyatakan perkawinan penggugat putus dengan tergugat. Membebankan kepada penggugat untuk membayar biaya perkara yang hingga selesai perkara dihitung sebesar Rp. 37500 (tiga puluh tujuh ribu lima ratus rupiah). Putusan mana pada waktu itu juga diucapkan pada persidangan yang terbuka untuk umum oleh majelis hakim yang dihadiri oleh panitera pengganti serta pihak penggugat dan tanpa hadirnya tergugat.
Analisa Hukum
17
ke pengadilan agama serta membayar uang iwadl sebagai tebusan atas dirinya pada hakim,
maka jatuhlah talak satu khuli’. Hal itu sebagaimana Peraturan Menteri Agama Nomor 3
tahun 1975 pasal 4 ayat (4) “pihak istri berhak menjatuhkan tuntutan kepada pengadilan agama atau pengadilan yang serupa dan sederajat dengan itu, agar persetujuan tentang ta’lik
talak ditepati pihak suami.
Juga berdasarkan ahli hukum Islam Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqih Sunnah juz
VIII menyatakan sebagai berikut: Imam Malik berpendapat “istri berhak menuntut kepada
pengadilan agama menjatuhkan talak jika ia beranggapan bahwa suaminya telah berbuat membahayakan dirinya, sehingga tak sanggup lagi melangsungkan pergaulan suami istri, seperti suka memukul, menyakiti dengan cara apapun yang tak dapat ia tanggungjawab deritanya, atau dengan memaki-makinya atau dengan mengucapkan perbuatan yang munkar (jahat).18
Jadi jika suami menyia-nyiakan istrinya sehingga ia sengsara maka istri dapat mengadukan kepada hakim supaya perkawinannya diputuskan. Hakim dapat mengajukan permohonannya sesudah terbukti kebenaran pengaduannya.
Maka setiap orang yang mempunyai kepentingan untuk mengajukan tuntutan hak semuanya ke pengadilan agama sebagaimana dikatakan Prof. DR. Sudikno Mertokusumo, SH yang mengatakan:
Kalau dibiarkan setiap orang akan mengajukan tuntutan hak (semuanya), dapat dibayangkan bahwa pengadilan akan kebanjiran tuntutan hak. Untuk mencegah agar setiap orang tidak asal saja mengajukan hak ke pengadilan yang akan menyulitkan pengadilan maka kepentingan yang cukup dan layak serta
18
Pelanggaran suami (tergugat) yang diajukan oleh penggugat lewat gugatan cerai melalui ta’lik talak, yang tidak memberi nafkah dan tidak pulang selama 3 bulan dengan tidak
memberikan kabar, selain itu juga tergugat kawin lagi, hal itu telah membuat penggugat menderita dan telah disia-siakan oleh tergugat yang pada akhirnya penggugat mengajukan gugatannya ke pengadilan agama.
Penggugat telah berhasil membuktikan dalil-dalilnya oleh karenanya gugatan penggugat telah memenuhi syarat diterima dan dikabulkan. Hal tersebut telah terbukti kebenarannya sekalipun tanpa adanya saksi, akan tetapi penggugat telah berhasil meyakinkan hakim. Ketidakhadiran tergugat dalam sidang majelis hakim sekalipun telah dipanggil secara patut dan sah namun tidak pernah hadir. Maka hakim mengabulkan syarat penggugat dengan verstek.
Jadi Berdasarkan tuntutan atau gugatan tersebut, perkawinan putus karena
pelanggaran ta’lik talak dengan disertai uang iwadl dan jatuh talak satu kul’i.
Oleh karena itu menurut tinjauan dan analisa penulis putusan pengadilan agama Tangerang adalah sangat tepat karena disamping itu memang terbukti melanggar isi ikrar
ta’lik talak Nomor 2, juga telah cukup sesuai dengan ketentuan pasal 19 huruf (f) PP No. 1 tahun 1974.
Akibat dari jatuhnya talak satu khul’i atau ba’in sugra jika suami ingin kembali
dengan bekas istrinya tidak boleh rujuk melainkan harus nikah baru, nikahnya boleh dalam masa iddah ataupun sesudah iddahnya habis. Hal ini sebagaimana Bakri A. Rahman dan Ahmad Sukarja dalam bukunya menerangkan: Talak bain sugra: talak yang dijatuhkan kepada istri yang belum dicampuri atau talak tebus. Dalam talak ba’in sugra
19
Sudikno Mertokusumo,Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 1982, Cet. Ke-1, h. 53
Adapun hitungan masa iddah sama dengan talak raj’i yaitu: kesatu, kedua, dan
ketiga. Jika talak yang ketiga bukan ba’in sugra lagi melainkan ba’in kubra. Dalam talak ba’in
kubro suami tidak boleh rujuk kembali dan nikah kembali dengan bukan istrinya, kecuali sudah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan Allah dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 230 yang berbunyi:
َحﺎَ ﻨُﺟ َﻼَﻓ ﺎ َﮭَﻘﱠﻠ َط نِﺈَﻓ ُهَ ﺮْﯿَﻏ ًﺎﺟْوَ ز َﺢِﻜﻨَﺗ ﻰﱠ ﺘَﺣ ُﺪْﻌَﺑ ﻦِﻣ ُﮫَ ﻟ ﱡ ﻞِﺤَﺗ َﻼَ ﻓ ﺎَﮭَﻘﱠﻠَ ط نِﺈَﻓ
ٍمْﻮَﻘِﻟ ﺎَﮭُﻨﱢﯿَﺒ ُﯾ ِﷲ ُدوُﺪُﺣ َﻚْﻠِﺗَو ِ ﷲ َد وُﺪُﺣ ﺎَ ﻤﯿِﻘُﯾ نَأ ﺎﱠﻨ َ نِإ ﺂَﻌَﺟاَ ﺮظ َﺘَ ﯾ نَأ ﺂَ ﻤِﮭْﯿَﻠَ ﻋ
ْﻌَﯾ
َن
ﻮُ ﻤَﻠ
.
Artinya: Kemudian jika si-suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga ia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu yang menceraikannya, maka dia tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan istri) untuk kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) memenuhi.20(QS. 2/al-Baqarah: 230).
Demikian putusnya perkawinan akibat gugatan yang dilakukan oleh istri terhadap
suami karena pelanggaran ta’lik talak dipengadilan agama Tangerang.
Hal itu banyak sekali terjadi karena belum mantapnya pelaksanaan Undang-undang Perkawinan di tengah-tengah masyarakat Tangerang antara lain akibat kurangnya penyuluhan kepada masyarakat dari petugas-petugas tentang Undang-undang No. 1 tahun 1974, disamping itu di Desa Curug Wetan Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang dari 8651 penduduk hanya 1, 02 % yang menyelesaikan perceraian melalui pengadilan agama. Padahal letak pengadilan agama Tangerang sangat strategis dan mudah dijangkau karena terletak di jantung Kota Tangerang selain itu gedungnya memadai dibandingkan dengan pengadilan agama yang lain.21
20
Sayyid Sabiq,Fiqh Sunnah, h. 62 21
Bakri A. Rahman dan Ahmad Sukarja,Hukum Perkawinan Menurut Islam.Undang-Undang
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu dalam hubungannya dengan skripsi ini, pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Tugas dan kewenangan pengadilan agama di Indonesia adalah memeriksa, menerima dan memutus perkara perselisihan hukum antara orang-orang Islam mengenai bidang hukum perdata, diantaranya:
a. nikah yang meliputi izin kawin, pembatalan perkawinan, pencegahan perkawinan, dispensasi perkawinan, izin poligami dan segala perkara perkawinan yang dilakukan oleh orang Islam.
b. Talak, yang meliputi perkara-perkara talak, seperti gugatan suami istri atas kelalaian kewajibannya masing-masing, pelanggaran ta’lik talak, penetuan
kekuasaan atas hak asuh anak, penentuan biaya penghidupan bagi bekas istri, dan lainnya.
c. Serta masalah-masalah wasiat, wakaf, hibah, shadaqah dan waris.
2. Faktor-faktor penyebab adanya pelanggaran ta’lik talak yang dilakukan suami dapat
penulis simpulkan sebagai berikut : a. Faktor moral, karena:
1). Poligami tidak sehat
b. Meninggalkan kewajiban, karena:
1). Ekonomi
2). Tidak ada tanggung jawab
c. Terus menerus berselisih, karena:
1). Gangguan pihak ketiga
2). Tidak ada keharmonisan
d. Penganiayaan.
3. Untuk mencapai keberhasilan dalam proses penyelesaian gugatan perceraian karena
pelanggaran ta’lik talak dan kaitannya dengan pasal 19 PP. No. 9 tahun 1975 sesuai
dengan azas yang ditentukan pada pasal 57 ayat 3 Undang-undang No. 7 tahun 1989, yaitu peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan, dan sesuai harapan para pihak secara umum belum begitu memuaskan. Hal ini terbukti dari jumlah perkara yang masuk pada tahun 2006 sebanyak 3071 perkara hanya 546 perkara (17,8 %) yang dapat diselesaikan, diantaranya perkara cerai gugat karena pelanggaran ta’lik talak yaitu
sebanyak 311 perkara (10,1 %) dan mendapat posisi pertama dari seluruh perkara yang terdapat di Pengadilan Agama Tangerang.
B. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang penulis kemukakan di atas, maka pada kesempatan ini penulis mengemukakan saran-saran berguna dalam menunjang pelaksanaan
proses gugatan perceraian, karena pelanggaran ta’lik talak di Pengadilan Agama Tangerang.
proses persidangan. Dan perlu juga meningkatkan keterampilan juru sita pengganti dalam pelaksanaan pemanggilan.
2. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di bidang administrasi perkara sarana dan prasarana perlu adanya penambahan yang menunjang, sehingga pekerjaan dapat cepat terlaksana. Juga diperlukan adanya inventaris kendaran motor beroda dua khusus untuk Juru Sita pengganti guna kelancaran pemanggilan.
3. Untuk memperkecil jumlah perkara khususnya cerai gugat karena pelanggaran ta’lik talak
oleh suami maka perlu diadakan penyuluhan kepada masyarakat oleh petugas-petugas tentang Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan agar pelaksanaannya lebih mantap.
Demikianlah kesimpulan dan saran-saran yang penulis ajukan sebagai suatu telaah dalam usaha menciptakan peningkatan proses gugatan perceraian karena pelanggaran ta’lik
talak dan kaitannya dengan pasal 19 PP. No. 9 tahun1975, sesuai azas sederhana, cepat dan biaya ringan di Pengadilan Agama Tangerang. Semoga saran-saran ini ada
Al-Qur’anul Karim,Terjemahan Departemen Agama RI, 1987.
Al-Marbawi, Muhamad Idris.Kamus al-Marbawi. Mesir: al-Mustafa Abdurrauf al-Babil Halaby, 1350 H.
An-Naisabury, al-Imam Abi Husein Muslim Ibnu Hujjah At-Qusyairi.Sahih Muslim.Daru Ahyai al-Qusyairi al-Arabi, Jilid Ke-3.
Arto, Mukti.Peraktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
Ash-Shiddiqey, Hasby.Peradilan dan Hukum Acara Islam, Al-Ma’rif.
Dally, Peunoh.Disertasi Provendus Doktor. Jakarta: IAIN Jakarta, 1983.
Departemen Agama Republik Indonesia.Buku Akta Nikah. Jakarta: Depag, 2005.
Harahap, M. Yahya.Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama. Jakarta: Pustaka Kartini, 1990.
Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991,Tentang Kompilasi Hukum Islam.
Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : KMA/031/SK/III/188/ Tentang Pola Pembina Dan Pengendalian Administrasi Perkara Perkara Peradilan Agama.
Latif, Djamil.Kedudukan dan Kekuasaan Peradilan Agama di Indonesia,cet.I. Jakarta: Bulan Bintang, 1983.
Mawardi.Hukum Perkawinan Dalam Islam.Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM, 1975. Mertokusumo, Sudikno.Hukum Acara Perdata Indonesia.Yogyakarta: Liberty, 1982. Noeh, Ahmad Zaini dan Adnan, Basit.Sejarah Singkat Peradilan Agama Islam di Indonesia.
Jakarta: PT. Bina Ilmu, 1983.
Saurah, Abu Isya Muhammad Ibnu Isya Ibnu,Sunah at-Turmuzi. Mesir:Matba’ Mustafa
Albaby Halaby Wa-Aulaaduhu, 1937 M/1356 H.
Pengadilan Agama Tangerang.Buku Kumpulan Kaidah untuk Hakim. Tangerang. Poerwardarinta.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta,1982.
Ramulyo, M. Idris. Tinjauan Beberapa Pasal Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Dari
segi Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Ind-Hill, 1990.
Rifa’i, Muhammad,Terjemah Khulashah Kifayatul Akhyar.Semarang: CV. Toha Putra. 1982.
Rofik, A. Hukum Islam di Indonesia, cet.IV. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2000.
Sabiq, Sayyid.Fiqih Sunnah. Bandung: Al-Ma’rifat, 1987.
Soemiati.Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan.Yogyakarta: Liberty, 1989.
Sostroatmodjo, Arso.Diktat Kuliah Hukum Acara Perdata. Jakarta:Fakultas Syari’ah, IAIN
Syarief Hidayatullah Jakarta, 1983.
Subekti.Kamus Hukum. Jakarta: Pradya Paramita, 1982.
Surat Putusan Pengadilan Agama Tangerang,No 266 / Pdt.G / 2006 / PA. TNG. Thalib, Sayuti.Hukum Keluarga Indonesia. Jakarta: UI Press, 1986.
Undang-Undang Nomor 14 tahun 1970,Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974,Tentang Perkawinan. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989,Tentang Peradilan Agama. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1974,Tentang Perkawinan.
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Fathoni (Ketua Pengadilan Agama Tangerang), 17 Oktober 2006.
Wawancara Pribadi dengan H. Rahmatullah Nur (Hakim Pengadilan Agama Tangerang) Tangerang 20 Okober 2006
Wawancara Pribadi dengan H. Uce Supriadi (Wakil Ketua Pengadilan Agama Tangerang), Tangerang 19 Oktober 2006
Wawancara Pribadi dengan Karso BC, (Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Tangerang), Tangerang 21 Oktober 2006
Wawancara Pribadi dengan Nadlroh Hasun (Panitera Muda Perkara Pengadilan Agama Tangerang), Tangerang 18 Oktober 2006.
Wawancara Pribadi dengan Sayuti, (Panitera/Sekertaris Pengadilan Agama Tangerang), Tangerang 18 Oktober 2006
Wawancara Pribadi dengan Ubed Sutisna (Wakil Panitera Pengadilan Agama Tangerang), Tangerang 21 Oktober 2006
Wawancara Pribadi dengan Ubed Sutisna (Wakil Panitera Pengadilan Agama Tangerang), Tangerang 21 Oktober 2006
Yunus, Mahmud.Hukum Perkawinan dalam Islam Menurut Empat Mazhab.Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990.
BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM