• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Teknik Penyelidikan dan Penyidikan

53

52

Ibid, Hal. 82

53

Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika (Study Kasus Reg. No.3142/Pid B/2006/PN.SBY, No. 256/Pid/2007/PT.SBY, No. 455K/PID,SUS/2007), 2008.

USU Repository © 2009

Hal ini perlu mendapat perhartian karena pada dasarnya orang-orang yang terlibat dalam tindak pidana psikotropika terutama produsen psikotropika adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan ekonomi, artinya mereka yang tertangkap sebagai produsen psikotropika adalah orang-orang yang memiliki uang banyak,hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa setiap kali ada penangkapan produsen psikotropika selalu terdapat uang sebagai alat bukti yang jumlahnya terkadang sampai ratusan juta rupiah dan tidak jarang pula mereka sudah memiliki hubungan dengan para penegak hukum.

Secara umum proses penyidikan perkara produsen psikotropika tidak memiliki perbedaan dengan penyidikan perkara psikotropika lainnya baik seperti pemakai dan penyalur, dimana penyelidikan perkara psikotropika dilakukan oleh Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia (Polri) dan Penyidik Pegai Negeri Sipil (PPNS) tertentu yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik, hal ini sesuai dengan isi dari Pasal 6 ayat (1) KUHAP, akan tetapi selain yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, juga diatur beberapa wewenang khusus bagi Polri maupun PPNS dalam melakukan proses penelidikan dan penyidikan yang diatur mulai dari Pasal 55 sampai dengan Pasal 58 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997.

Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan tidak terjadi penyidikan psikotropika yang tumpang tindih,maka PPNS dalam melaksanakan tugasnya tidak berjalan sendiri tetapi kedudukan di bawah kordinator dan pengawasan Polri.

Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika (Study Kasus Reg. No.3142/Pid B/2006/PN.SBY, No. 256/Pid/2007/PT.SBY, No. 455K/PID,SUS/2007), 2008.

USU Repository © 2009

Berdasarkan pasal 7 ayat (1) KUHAP Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia mempunyai beberpa wewenang, yaitu:

1) Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana.

2) Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian.

3) Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka.

4) Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penitaan. 5) Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.

6) Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.

7) Memangil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersngka atau saksi. 8) Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara.

9) Mengadakan penghentian penyidikan.

10)Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang betanggung jawab.

Mengingat masalah psikotropika sangat berbahaya bagi individu, masyarakat dan negara maka wewenang penyidik POLRI diperluas. Perluasan wewenang tersebut sangat diperlukan sekali untuk menguak terjadinya tindak pidana di bidang psikotropika. Wewenang tersebut bisa dikatakan sangat istimewa dan tidak terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang lain, kecuali dalam UU No.22 Tahun 1997 Tentang Narkotika.54

Beberapa wewenang khusus bagi Polri untuk melakukan penyidikan

54

Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika (Study Kasus Reg. No.3142/Pid B/2006/PN.SBY, No. 256/Pid/2007/PT.SBY, No. 455K/PID,SUS/2007), 2008.

USU Repository © 2009

menurut Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang psikotropika, adalah:

1) Melakukan teknik penyidikan penyerahan yang diawasi dan teknik pembelian terselubung

2) Membuka atau memeriksa setiap barang kiriman melalui pos atau alat- alat perhubungan yang diduga mempunyai hubungan dengan perkara yan g menyangkut psikotropika yang sedang dalam penyalidikan. 3) Menyadap pembicaraan melalui telepon dan/atau alat telekomunikasi

elektronika lainnya yang dilakukan oleh orang yang dicurigai atau diduga keras melakukan pembicaraan mengenai masalah yang berhubungan dengan tindak pidana psikotropika. Jangka waktu penyadapan berlangsung paling lama 30 hari.55

Ketentuan jangka waktu 30 hari untuk penyadapan berlangsung, apabila ditinjau secara substansi masalah tersebut tidak jelas apa yang dikehendaki oleh pembuat undang-undang. Aturan ini harus diperjelas maknanya dengan tetap melindungi Hak Asasi Manusia, dengan menetapkan sejumlah sarana control social. Kenyataan di lapangan, jangka waktu untuk penyadapan tidak dapat dibatasi dengan waktu, kadang-kaang kurang dari waktu yang telah ditentukan. Permasalahannya adalah bagaimana apabila waktu yang dibutuhkan untuk penyadapan melebihi waktu 30 hari, namun tidak ada penjelasan maupun dirumuskan secara tegas di dalam undang-undang.56

Bekaitan dengan kegiatan penyidikan, selain penyidik pejabat Polisi Negara RI, kepada pejabat pegawai negeri sipil tertentu diberi wewenang khusus sebagai penyidik sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, untuk melakukan penyidikan tindak pidana psikotropika yang diatur dalam Pasal 56 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997. Pasal ini mengatur

55

Siswanto Sunarso, Op. Cit, Hal.137

56

Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika (Study Kasus Reg. No.3142/Pid B/2006/PN.SBY, No. 256/Pid/2007/PT.SBY, No. 455K/PID,SUS/2007), 2008.

USU Repository © 2009

tentang kewajiban dan wewenang Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu,sebagai beikut:

1) Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang tindak pidana di bidang psikotropika.

2) Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana di bidang psikotropika.

3) Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana di bidang psikotropika.

4) Melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti yang disita dalam perkara tindak pidana di bidang pikotropika.

5) Melakukan penyimpangan dan pengamanan terhadap barang bukti yang disita dalam perkara tindak pidana di bidang psikotropika.

6) Melakukan pemeriksaan atas surat dan/atau dokumen lain tentang tindak pidana di bidang psikotropika.

7) Membuka atau memeriksa setiap barang kiriman melalui pos atau alat- alat perhubungan lainnya yang diduga mempunyai hubungan dengan perkara yang menyangkut psikotropika yang sedang dalam penyidikan. 8) Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan

tindak pidana di bidang psikotropika.

9) Menetapkan saat dimulainnya dan dihentikannya penyidikan.

Terhadap Pasal 55 Undang Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropka ini telah tersirat maupun tersurat tidak merumuskan tentang kewajiban dan wewenang penyelidikan. Di samping itu, apa yang dimaksud dengan penggunaan

Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika (Study Kasus Reg. No.3142/Pid B/2006/PN.SBY, No. 256/Pid/2007/PT.SBY, No. 455K/PID,SUS/2007), 2008.

USU Repository © 2009

istilah teknik penyidikan, penyerhan yang diawasi dan teknik pembelian terselubung tidak secara jelas kandungan maksudnya. Dalam penjelasan pasal, hanya merumuskan bahwa pelaksanaan teknik penyidikan penyerahan yang diawasi, dan teknik pembelian terselubung, hanya dapat dilakukan atas perintah tertulis dari Kepala Kepolisian Republik Indonesia.

Pengertian penyerahan yang diawasi, menurut pendapat Dr. Siswanto Sunarso, S.H.,M.H. dalam suatu kegiatan yang dikategorikan sebagai taktik, sebagai bagian dari teknik. Di sisi lain, kegiatan penyidikan adalah berawal dari kegiatan penyelidikan yang bertujuan untuk mengumpulkan barang bukti. Sedangkam fase kegiatan penyidikan ialah menganalisis tentang membuat terang suatu perkara dengan adanya kelegkapan dan kesesuaian antar pelaku, barang bukti dengan saksai-saksi/korban.

Kegiatan taktik penyerahan yang diawasi ada dua kemungkinan untuk dilakukan. Pertama, dilakukan oleh pihak penyidik sendiri atas perintah penyidikuntuk melihat penyerahan bahan psikotropika; Kedua, dapat dilakukan oleh penyidik sendiri untuk melihat penyerahan bahan psikotropika tersebut.

Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu,meliputi:

1) Penyidik Penyidik PPNS yang bertangung jawab di bidang kesehatan. 2) Penyidik PPNS Departemen Keuangan, dalam hal ini Direktoral Jenderal

Bea dan Cukai.

3) Penyidik PPNS departemen terkait lainnya, dan kewenangan penyidik PPNS departemen tersebut diberikan oleh undang-undang sesuai bidang

Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika (Study Kasus Reg. No.3142/Pid B/2006/PN.SBY, No. 256/Pid/2007/PT.SBY, No. 455K/PID,SUS/2007), 2008.

USU Repository © 2009

tugasnya masing-masing.57

Pengaturan hukum terhadap segala tindakan para penyelidik dan penyidik ialah sangat mutlak diperlukan. Hal ini untuk mencegah penyalahgunaan wewenang yang dapat merugikan hak-hak pribadi dari tersangka pelaku kejahatan di bidang psikotropikamaupun Negara dalam mewakili seliuruh masyarakat Indonesia.

2. Penuntutan dan Pemeriksaan Sidang Perkara Psikotropika

Pemeriksaan perkara psikotropika ini termasuk kedalam perkara yang didahulukan dari perkara lain untuk diajukan ke pengadilan guna pemeriksaan dan penyelesaian secepatnya, keputusan ini diambil kerana beberapa alasan dan alasan utamanya kerena kejahatan psikotropika dalah suatu tindak pidana yang dapat menimbulkan ketidakstabilan Negara dan dapat menghancurkan generasi penerus bangsa.58

Persidangan perkara psikotropika yang diajukan pada pengadilan negeri Penuntutan perkara psikotropika tidak diatur khusus dalam undang-undang psikotropika. Oleh karena tidak ada aturannya maka berlaku ketentuan dalam Kitap Undang-Undang Hukum Acara Pidana mengenai penuntutan.Penuntutan perkara psikotropika dilakukan seperti menangani perkara biasa.Namun seperti yang telah diuraikan diatas penuntut umum perlu memperhatikan ketentuan undang-undang psikotropika tentang asas mendahulukan penyelesaian perkara psikotropika.

57

Ibid, Hal. 139

58

Lihat Ketentuan Pasal 58 Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika

Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika (Study Kasus Reg. No.3142/Pid B/2006/PN.SBY, No. 256/Pid/2007/PT.SBY, No. 455K/PID,SUS/2007), 2008.

USU Repository © 2009

disidangkan dengan cara pemeriksaan biasa karena pembuktian dan penerapan hukumnya tidak mudah. Bagi terdakwa perkara psikotropika yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara 15 (lima belas) tahun keatas atau bagi yang tidak mampu diancam pidana penjara 5 (lima) tahun ke atas, maka hakim wajib menunjuk penasehat hukum untuk mendampingi terdakwa di persidangan. Dalam persidangan hakim dapat memerintahkan terdakwa yang mengalami sindroma ketergantungan untuk menjalani pegobatan dan/atau perawatan.59

59

Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika (Study Kasus Reg. No.3142/Pid B/2006/PN.SBY, No. 256/Pid/2007/PT.SBY, No. 455K/PID,SUS/2007), 2008.

USU Repository © 2009

Dokumen terkait