• Tidak ada hasil yang ditemukan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 disamping mengatur tentang penggunaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu

44

Siswanto Sunarso, Op.Cit , Hal.62

45

Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika (Study Kasus Reg. No.3142/Pid B/2006/PN.SBY, No. 256/Pid/2007/PT.SBY, No. 455K/PID,SUS/2007), 2008.

USU Repository © 2009

pengetahuan, juga menetapkan perbuatan-perbuatan yang dilarang berhubungan dengan psikotropika, yang bilamana dilakukan merupakan perbuatan penyalahgunaan psikotropika yang tergolong sebagai tindakan kejahatan.

Ketentuan pidana di dalam Undang-Undang nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika diatur dalam BAB XIV dimulai dari Pasal 59 sampai dengan Pasal 72, Sedangkan pasal yang mengatur tentang sanksi pidana atas pelanggaran psikotropika kepada produsen psikotropika diatur dalam pasal-pasal sebagai berikut:

Pasal 59

1. Barang siapa:

a. menggunakan psikotropika golongan I46

b. memproduksi

selain dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2); atau

47

c. mengedarkan psikotropika golongan I tidak memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (3); atau dan/atau menggunakan dalam proses produksi psikotropika golongan I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6; atau

d. mengimpor psikotropika golongan I selain kepentingan ilmu pengetahuan; atau

e. secara tanpa hak milik, menyimpan dan/ atau membawa psikotropika golongan I.dipidana dengan pidana penjara paling

46

Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat men gakibatkan sindroma ketergantungan.Lihat Pasal 2 ayat (2) Penjelasan atas UU RI No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika.

47

Memproduksi adalah kegiatan atau proses menyiapkan, mengolah, membuat, menghasilkan, mengemas, dan/atau mengubah bentuk psikotropika, Lihat Pasal 1 Undang-Undang No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika.

Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika (Study Kasus Reg. No.3142/Pid B/2006/PN.SBY, No. 256/Pid/2007/PT.SBY, No. 455K/PID,SUS/2007), 2008.

USU Repository © 2009

singkat 4 (empat) tahun, paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

2. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara terorganisasi dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama 20 (dua puluh) tahun dan denda sebesar Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

3. Jika tindak pidana dalam pasal ini dilakukan oleh korporasi48

1) Barangsiapa

, maka disamping dipidananya pelaku tindak pidana, kepada korporasi dikenakan pidana denda sebesar Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

Adapun unsur-unsur dalam pasal 59 adalah:

2) Secara tanpa hak

3) Memproduksi dan/atau menggunakan dalam proses produksi, mengedarkan, mengimpor, menyimpan, memiliki dan membawa 4) Psikotropika golongan I

Pidana yang dapat dijatuhkan kepada seseorang terdakwa, berdasarkan ketentuan umum KUHP adalah satu pidana pokok dan satu pidana tambahan. Dalam Pasal 59 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1997 ketentuan tersebut disimpangi karena dua pidana pokok sekaligus dapat dijatuhkan.49

Sanksi pidana yang digunakan dalam pasal 59 UU No. 5 Tahun 1997

48

Korporasi adalah kumpulan terorganisasi dari orang/atau kekayaan, baik merupakan badan hukum maupun tidak. Lihat Pasal 1 Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 Tentang Psokotropika.

49

Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika (Study Kasus Reg. No.3142/Pid B/2006/PN.SBY, No. 256/Pid/2007/PT.SBY, No. 455K/PID,SUS/2007), 2008.

USU Repository © 2009

disusun secara kumulatif, dimana sanksi pidana yang dapat dikenakan adalah pidana penjara dan denda.sanksi pidana kepada produsen psikotropika dinyatakan dengan jelas dalam pasl 59 ayat 2, yaitu memproduksi dan/atau menggunakan dalam proses produksi psikotropika golongan I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, maka apabila dilakukan secara terorganisasi dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama 20 (dua puluh) tahun dan denda sebesar Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah), dan apabila proses produksi ini dilakukan oleh korporasi maka dijatuhkan pidana denda tambahan.

Demikian juga terhadap lamanya pidana penjara diatur di dalam KUHP adalah seumur hidup atau sementara. Di dalam pidana sementara minimum lamanya 1 hari dan maksimum 15 tahun. Dalam UU No. 5 Tahun 1997 lamanya pidana sementara diatur minimal yang bisa dijatuhkan oleh hakim di samping maksimal lamanya pidana. Demikian juga terhadap pidana denda yang dapat dujatuhkan hakim juga diatur minimal besarnya denda.50

a. memproduksi psikotropika selain yang ditetapkan dalam ketentuan Pasal 5; atau

Pasal 60

1. Barang siapa:

b. memproduksi atau mengedarkan psikotropika dalam bentuk obat yang tidak memenuhi standar dan/ atau persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7; atau

c. memproduksi atau mengedarkan psikotropika yang berupa obat ayng tidak terdaftar pada departemen yang bertanggung jawab dibidang kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1); dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima

50

Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika (Study Kasus Reg. No.3142/Pid B/2006/PN.SBY, No. 256/Pid/2007/PT.SBY, No. 455K/PID,SUS/2007), 2008.

USU Repository © 2009

belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

2. Barangsiapa menyalurkan psikotropika selain yang ditetapkan dalam Pasal 12 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

3. Barangsiapa menerima penyaluran psikotropika selain ditetapkan dalam Pasal 12 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

4. Barangsiapa menyerahkan psikotropika selain yang ditetapkan dalam Pasal 14 ayat (1), pasal 14 ayat (2), pasal 14 ayat (3), Pasal 14 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan dipidana denda paling banyak Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

5. Barangsiapa menerima penyerahan psikotropika yang ditetapkan dalam Pasal 14 ayat (3), Pasal 14 ayat (4) , dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

Apabila yang menerima penyerahan itu pengguna, maka dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) bulan.

Adapun unsur-unsur pasal 60 adalah: 1) Barangsiapa

2) Memproduksi, mengedarkan, menyalurkan, menyerahkan 3) Psikotropika

Sanksi pidana yang digunakan dalam pasal 60 disusun secara kumulatif, dimana pidana yang dapat dikenakan adalah pidana penjara dan denda.

Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika (Study Kasus Reg. No.3142/Pid B/2006/PN.SBY, No. 256/Pid/2007/PT.SBY, No. 455K/PID,SUS/2007), 2008.

USU Repository © 2009

khususnya ekonomi, dan adanya kecnderungan korporasi melakukan kejahatan dalam mencapai tujuannya, maka kini telah terjadi pergeseran pandangan bahwa korporasi juga merupakan subjek hukum pidana di samping manusia alamiah.51

Kedua, penentuan kejahatan psikotropika yang dilakukan oleh korporasi dalam pasal tersendiri, seperti pasal 60, 61, 62 dan pasal 64 memuat umusan tindak pidana yang berlaku bagi pelaku tindak pidana manusia alamiah.

Sama halnya dengan beberapa undang-undang lainnya di Indonesia seperti UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengolaan Lingkungan Hidup, UU No.8 Tahun 1998 tentang Perlindungan Konsumen, UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, UU No.5 tahun 1997 tentang Pesikotropika juga menyatakan bahwa korporasi dapat menjadi subjek tindak pidana.

Secara normatif kejahatan psikotropika bisa dilakukan korporasi,sehingga korporasi itu harus bertanggungjawab. Perumusan kejahatan psikotropika yang dilakukan korporasi dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua bagian.

Pertama, penentuan kejahatan yang dilakukan korporasi dalam ayat tersendiri dari pasal-pasal yang bersangkutan (pasal-pasal yang memuat rumusan tindak pidana yang dapat dilakukan korporasi). Seperti ayat 3 dari pasal 59 Undang-Undang Psikotropika yang dengan jelas menyatakan apabila tindak pidana dalam pasal 59 dilakukan oleh korporasi maka akan dikenakan juga pidana dendan sebesar Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

51

H. Setioyono, Kejahatan Korporasi Analisis victimologis dan

Pertanggunjawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana Indonesia, Malang, Bayumedia Publishing,

Meyranda Lista Purba : Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika (Study Kasus Reg. No.3142/Pid B/2006/PN.SBY, No. 256/Pid/2007/PT.SBY, No. 455K/PID,SUS/2007), 2008.

USU Repository © 2009

Kemudian pasal 70 undang-undang tersebut menentukan: Pasal 70

Jika tindak pidana psikotropika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62, Pasal 63, dan Pasal 64 dilakukan oleh korporasi, maka disamping dipidananya pelaku tindak pidana tersebut dan dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa pencabutan ijin usaha.

Kejahatan psikotropika seperti memproduksi, menggunakan dalam proses produksi, mengedarkan, mengimpor, mengekspor, menyimpan tanpa hak, menyalurkan, menerima, menyerahkan, menganggkut, mengemas psikotopika yang tidak menurut undang-undang dapat dilakukan korporasi, seperti pabrik obat, pedagng besar farmasi, rumah sakit, balai pengobatan, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, atau korporasi-korporasi yang tidak ada hubungannya dengan obat-obatan.52

Kegiatan penyelidikan dan penyidikan merupakan salah satu bentuk pelayanan penegakan hukum kepada masyarakat. Penegakan hukum terhadap tindak pidan psikotropika harus dilaksanakan tanpa melihat status sosial para pelaku kejahata. Hal ini sesuai dengan prinsip equality before the law, bahwa semua warga negara bersamaan kedudukannya di depan hukum.

C. Proses Hukum Produsen Psikotropika Menurut UU No. 5 Tahun 1997

Dokumen terkait