• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI KAJIAN TEORI

4. Proses Komunikasi

Seperti yang telah diuraikan dalam definisi komunikasi, kiranya dapat disepakati bahwa komunikasi sebagai proses pertukaran pesan dengan hasil kebersamaan dalam makna merupakan sesuatu yang dihasilkan melalui suatu proses yang di dalamnya merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan

15 James G. Robbin Barbara S. Jones, Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Jaya 1986), h. 6

17

Proses komunikasi pada hakekatnya proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain. Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan perasaan disadari. Sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu-waktu dalam penyampaian/menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol. Proses komunikasi menurut Onong Uchjana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik dibagi dua (2), yaitu “Proses komunikasi secara primer dan proses komunikasi secara sekunder.

1. Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kiat, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menterjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang mampu menterjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain.16

Apakah itu berbentuk ide, informasi atau opini, baik mengenai hal yang kongkret maupun yang abstrak, bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang. Bahasa tubuh memang dapat menterjemahkan pikiran seseoranng sehingga terekspresikan secara fisik. Akan tetapi menggapaikan tangan, atau memainkan jari-jemari, mengedipkan mata, atau menggerakan anggota tubuh lainnya hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja.

Demikian isyarat dengan menggunakan alat seperti kentongan, beduk, sirine dan lain-lain amat terbatas kemampuannya dalam mentransmisikan pikiran seseorang kepada orang lain.

Gambar sebagai lambang yang banyak dipergunakan komunikasi yang melebihi kiat, isyarat dan warna dalam hal kemampuan menterjemahkan

6

dalam rambu-rambu lalu lintas.

2. Proses komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang atau media pertama.

Seseorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikasi sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telpon, teleteks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi17.

Pada umumnya kalau kita bicara dikalangan masyarakat , yang dinamakan media komunikasi yaitu adalah media kedua sebagai mana diterangkan diatas. Jarang sekali orang menganggap bahasa sebagai media komunikasi. Hal ini disebabkan oleh bahasa sebagai lambang (syimbol) beserta isi (Content) yakni pikiran atau perasaan yang dibawanya menjadi totalitas pesan (amaessage), yang tampak tidak terdapat dipisahkan. Tidak seperti media dalam bentuk surat, telepon, radio, dan lain-lainnya yang jelas tidak selalu dipergunakan. Tampaknya seolah-olah orang tidak mungkin berkomunikasi tanpa bahasa, tetapi orang mungkin dapat berkomunikasi tanpa surat, atau telepon, atau televisi, dan sebagainya.

Pentingnya peranan media, yakni media sekunder, dalam proses komunikasi, disebabkan oleh efesiensinya dalam mencapai komunikasi. Surat kabar, radio, televisi, misalnya merupakan suatu media yang efesien dalam mencapai komunikasi dalam jumlah yang amat banyak. Jelas efesien karena, dengan menyiarkan sebuah pesan satu kali saja, sudah dapat tersebar luas kepada khalayak yang begitu banyak jumlahnya, bukan saja jutaan, melainkan puluhan juta, bahkan ratusan juta, seperti misalnya pidato kepala negara disiarkan melalui radio atau televisi.

Akan tetapi oleh para ahli komunikasi diakui bahwa efektif dan efisiensi komunikasi bermedia hanya menyebarkan pesan-pesan yang bersifat

informatif, menurut mereka, yang efektif dan efesien dalam menyampaikan

17

19

pesan persuasif adalah komunikasi tatap muka karena kerangka acuan (Frame of refence) komunikan dapat diketahui oleh komunikator, sedangakan dalam proses komunikasinya, umpan balik berlangsung seketika dalam arti kata komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi komunikan pada saat itu juga.

Dengan demikian, proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat diklafikasikan sebagai media masa (massa media) dan media masa atau nonmassa (non media massa).

Dari pengertian komunikasi sebagai nama yang telah diutarakan di atas, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicangkup, yang merupakan persyaratan terjadinya proses komunikasi. Dalam bahasa komunikasi komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut:

Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan. Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang. Komunikan : Orang yang menerima pesan.

Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.

Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan.

Dari lima unsur dasar komunikasi itu para ahli komunikasi banyak mengembangkan unsur-unsur dalam proses komunikasi, diantaranya Onong Uchjana Effendy, mengembangkan unsur-unsur proses komunikasi menjadi sembilan unsur.

Sender Enconding Massage Media Decoding Noise Response Feedback Receiver

Penegasan tentang unsur-unsur dalam proses komunikasi itu adalah sebagai berikut:

1. Sender : Komunikasi yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

2. Encoding : Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran dalam

bentuk lambang.

3. Message : Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. 4. Media : Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan

dari komunikator ke komunikan. 5. Decoding : Pengawasandian, yaitu proses di mana

komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. 6. Receiver : Komunikan yang menerima pesan dari komunikator. 7. Response : Tanggapan seperangkat reaksi pada komunikan setelah

di terpa pesan.

8. Feedback : Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau di sampaikan kepada komunikator.

9. Noise : Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan komunikator ke komunikan.18

Tehnik berkomunikasi adalah cara atau seni penyampaian suatu pesan yang dilakukan seseorang komunikator sedemikian rupa, sehingga menimbulkan dampak tertentu pada komunikan. Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai panduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran, dan sebagainya.

18

21

Yang penting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklafikasikan menurut kadarnya yakni:

a. Dampak kognitif b. Dampak afektif c. Dampak behavioral

Dampak kognitif adalah yang ditimbulkan pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualisasinya, disini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran dari komunikan.

Dampak efektif lebih tinggi kadarnya dari pada dampak kognitif. Di sini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.

Yang paling tinggi kadarnya adalah dampak behavioral, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.

Untuk contoh ketiga jenis dampak diatas dapat diambil dari berita, surat kabar, pernah sebuah surat kabar membuat berita yang dilengkapi foto mengenai seseorang wanita yang menderita tumor yang menahun sehingga perutnya besar tidak terperikan. Peristiwa yang diberitakan lengkap dengan fotonya itu menarik perhatian banyak pembaca, berita tersebut dapat menimbulkan berbagai jenis efek, jika seorang pembaca hanya tertarik untuk membacanya saja dan kemudian ia menjadi tahu, maka dampaknya hanya sekedar kognitif saja. Apabila ia merasa iba atas penderitaan perempuan yang hidup tidak berkecukupan itu, berita tersebut menimbulkan dampak afektif. Tetapi kalau si pembaca yang tersentuh hatinya itu, kemudian pergi keredaksi surat kabar yang memberitakannya dan menyerahkannya sejumlah uang untuk disampaikan kepada si penderita, maka berita tadi menimbulkan dampak behavioral.

Dalam kegiatan komunikasi suatu organisasi dapat dibedakan menjadi komusikasi organisasi formal dan komunikasi organisasi informal.

Dalam organisasi formal, komunikasi diatur oleh hubungan yang diadakan berdasarkan struktur wewenang dan kekuasaan, pertanggung jawaban dan saluran-saluran organisasi lebih mengutamakan berdasarkan urutan kekuasaan. Tepatnya informasi mengurus dalam organisasi menurut pola-pola yang telah ditetapkan dan dibatasi. Pola-pola ditentukan berdasarkan peranan-peranan yang di tunjuk bagi setiap orang dan badan organisasi yang sementara itu memperlihatkan juga jalur-jalur wewenang, kekuasan, tanggung jawab dan menunjuk pula jaringan komunikasi formal. Dapat dikatakan bahwa komunikasi formal adalah komunikasi terbatas karena dalam bentuk ini komunikasi hanya dapat dilakukan antar personal tertentu berdasarkan kepangkatan atau posisi atau jabatan masing-masing di dalam organisasinya.

Jika seorang administrator pendidikan hendak bekerja dengan efektif hendaklah membangun sistem komunikasi formal yang baik. Struktur komunikasi harus menjamin bahwa informal dan pikiran-pikiran akan mengalir bebas kesemua arah ditentukan baik ke atas, ke bawah dan ke samping. Saluran-saluran itu hendaknya dipahami oleh setiap anggota organisasi. Garis-garis komunikasi hendaknya dibuat sependek dan sesingkat mungkin. Hendaknya sedapat mungkin bagi semua anggota bertindak sebagai sumber komunikasi maupun sebagai penerima.

Komunikasi organisasi informal ialah “Komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi, tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur organisasi.”19

Sistem komunikasi formal selalu dilengkapi dengan jaringan komunikasi yang informal. Informal cenderung pada tujuan pribadi dari pada tujuan-tujuan organisasi. Karena itu sistem informal mungkin sejalan dan mungkin tidak dengan sistem komunikasi formal. Keselarasan antara dua sistem tergantung pada betapa tujuan-tujuan organisasi selaras dengan tujuan-tujuan pribadi dan sikap

23

para anggotanya. Jika tujuan-tujuan organisasi dan pribadi itu sejalan, mungkin sekali informaasi informal digunakan. Apabila tidak, komunikasi informal bisa menghalang halangi bahkan menggantikan informasi formal.

Sistem informasi informal adalah sistem komunikasi yang paling menguntungkan. Sistem komunikasi informal dalam organisasi harus diakui kehadirannya dan sama pentingnya, yang kadang-kadang lebih efektif. Penyampaian informasi yang bersifat rahasia tidak diperkecil, artinya dipandang sebagai gambaran yang diharapkan suatu organisasi.

Sedangkan menurut Hadari Nawawi dalam bukunya Administrasi Pendidikan “Komunikasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni sebagai berikut: (1) komunikasi ke dalam, yakni proses penyampaian atau permintaan informasi antar personal dilingkungan satu organisasi. (2) komunikasi ke luar, yakni proses penyampaian atau permintaan informasi antar personal dalam suatu organisasi dengan personal atau badan diluar organisasi tersebut”.20

Kominikasi ke dalam terdiri dari beberapa bentuk, antara lain sebagai berikut:

1. Komunikasi Vertikal

Komunikasi vertikal yakni proses penyampaian informasi yang dilakukan antar pejabat yang tidak sama hirarki jabatannya dalam satu sub sistem, terdiri dari :

a. Komunikasi ke bawah

Yakni penyampaian informasi dari pejabat/personal yang kedudukannnya lebih tinggi kepada pejabat yang kedudukannya lebih rendah. Komunikasi ini antara lain dilakukan dengan memberikan perintah/intruksi, petunjuk-petunjuk, penjelasan-penjelasan, peringatan-peringatan dan keterangan-keterangan dalam rangka mewujudkan beban kerja suatu sub sistem dalam suatu organisasi.

b. Komunikasi ke atas

Yakni penyampaian informasi dari jabatan/personal yang kedudukannya lebih rendah kepada pejabat/personal yang kedudukannya lebih tinggi dalam satu sub sistem. Komunikasi ini antara lain dilakukan dalam bentuk

20

dan bahkan juga keluhan-keluhan. 2. Komunikasi Horizontal

Yakni proses penyampaian dan permintaan informasi antar pejabat/personal yang jabatannya setingkat dalam satu organisasi, yang dilakukan berupa rapat-rapat, diskusi, konsultasi dan lain-lain.

3. Komunikasi Diagonal

Menurut Hadari Nawawi dalam bukunya Administarasi pendidikan mengemukakan bahwa komunikasi diagonal “yakni proses penyampaian dan permintaan informasi antar pejabat/personal yang tidak sama tingkat jabatannya antar sub sistem yang berlainan dilingkungan organisasi”.21

Dokumen terkait