• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses komunikasi lintas budaya dengan keluarga angkat

a. Bisakah anda menggambarkan hubungan anda dengan keluarga angkat anda?

Jawab: Jadi aku dua kali ganti keluarga angkat selama menjadi au pair, masih sama-sama di daerah Marburg juga sih. Hubunganku dengan keluarga angkatku hanya bertahan selama tiga bulan, mereka adalah keluarga Jerman yang sangat pelit, Ayah angkatku sering tidak konsisten dengan perkataannya, bisa berubah-ubah, aku jarang dapat waktu di akhir pekan. Sebenarnya komunikasi kami lancarnya, cuman ya itu pelit kali keluarga mereka.

b. Bagaimana pengalaman anda di bulan-bulan pertama menjadi au pair?

Jawab: Hal pertama yang saya rasakan banggalah ya pastinya, karena bisa menginjakkan kaki di Jerman, karena belajar bahasa itu gak cukup hanya belajar bahasa di kampus, jadi Au pair juga merupakan pilihan yang tepat. Walaupun bahasaku itu aneh di awal-awal karena bahasa yang aku pelajari di Universitas itu beda sekali dengan bahasa yang dikomunikasikan sehari-hari, tetapi aku mengerti apa yang mereka bilang dan mereka kasih tahu kalau itu salah dan aku enaknya disitu, walaupun aku salah mereka gak meng-judge aku pertama kali. Di awal aku gak pernah segan-segan dengan keluarga angkat saya, karena aku orangnya to the point, tetapi setelah ada masalah baru aku segan.

c. Masalah seperti apa yang anda hadapi dengan keluarga angkat anda tersebut?

Jawab: Masalah yang mereka membohongi aku dan gak konsisten dengan perkataan mereka karena mereka gak ngasih aku kursus gratis ditambah anaknya juga anstrange (nakal) banget ya udah aku ganti keluarga aja.

d. Bagaimana anda mengkomunikasikan ingin berganti keluarga dengan keluarga angkat anda sebelumnya?

Jawab: Aku orangnya to the point kalau gak suka sama seseorang, jadi aku bilang sama mereka waktu sarapan pagi, aku mau keluar dan ganti keluarga, awalnya mereka shock dan bertanya kenapa? Terus aku bilang kalau aku stress di rumah ini, karena gak ada weekend (akhir pekan) untukku, aku kesini bukan cuman mau mengurus anak, aku juga kesini mau cari pengalaman dan belajar budayanya. Aku juga mengatakan tentang mereka berbohong tentang siapa yang membayar kursus bahasa dan aku gak tahan lagi dengan anak mereka. Sebenarnya ibu angkatku membujukku untuk membatalkan keputusanku, tetapi aku sudah terlanjur tanda tangan kontrak dengan keluarga angkatku yang kedua, jadi ya mau gimana lagi.

e. Bagaimana anda mendeskripsikan hubungan anda dengan keluarga angkat anda yang kedua?

Jawab: Di awal mereka menyambutku dengan bagus, tetapi sejak kakak dari ibu angkatku tinggal di rumah mulailah terjadi masalah, karena anaknya lebih sering bermain dengan anak yang ku asuh, jadi kan aku lebih sedikit kerjanya, palingan sama si baby lah. Aku gak tau apa masalah si ibu angkatku samaku, dia sering menatapku aneh saat makan. Aku masuk di keluarga itu kan bulan Maret, dan mulai bermasalah di bulan Agustus sejak aku pulang urlaub (liburan) dari Paris. Menurutku itu dimulai sebelum pergi ke Paris, saat memesan tiket perjalanan ke Paris, ibu angkatku menyarankanku untuk mengambil paket tur Eropa, di mana aku menolak dan mengatakan itu mahal,

sebagai pilihan yang tolol. Awalnya ku pikir itu cuman bercanda aja tapi lama-lama udah gak enak lagi, kami lebih sering diam. Sampai mereka bilang untuk tidak bekerja di keluarga mereka lagi dan memberiku pilihan untuk pulang ke Indonesia atau ganti keluarga lagi, ya aku malas lah kan cuman tiga bulan lagi untuk ganti keluarga yaudah ku bilang Ich habe keine lust mehr im Deutschland zu leben (Aku gak punya hasrat lagi untuk hidup di Jerman), terus aku tanya mengapa dan alasannya, aku bilang bagaimana bagusnya aku bekerja mengurus anak dan rumahnya, tetapi sampai sekarang itu masih menjadi misteri juga buatku, mereka gak mau bilang, gak ada komunikasi terbuka..

f. Bagaimana mereka memperlakukan anda dan bagaimana anda melihat diri anda sendiri di mata mereka?

Jawab: Mereka memperlakukanku sangat baik, di sini bisalah aku mengumpul uang kan, gajiku bisa sampai 500 Euro per bulan, mereka loyal kali lah, gak pelit, aku di beliin sepatu fitness dan biaya anggota memberku di Gym, wifi lancar gak kayak di rumah keluarga angkatku yang sebelumnya tiap malam dimatikan wifi.

g. Au pair dianggap sebagai anggota keluarga. Apakah anda merasa sudah

dianggap sebagai anggota keluarga di mata anda oleh keluarga angkat anda?

Jawab: Di keluarga angkat pertama, aku merasa jadi anggota keluarga mereka, aku kan orangnya gak vacum, aku bukan orang yang nunggu orang biar bicarai aku duluan, kami nonton tv bareng sambil makan kacang. aku merasa udah dianggap sebagai anggota keluarga mereka, meskipun ayah angkatku pernah mengatakan kepadaku ―Du bist au pair, du arbeitest hier.‖

(Kamu itu cuman Au pair disini, kamu bekerja disini), hal itu kan gak seharusnya dibilang sama ayah angkat seorang au pair. Di keluarga angkat yang kedua, aku betul-betul merasa menjadi anggota keluarga, aku, Opa dan Oma pergi ke gereja bareng. Aku betul-betul dirangkul lah di keluarga itu, menghadiri acara pernikahan saudaranya pokoknya mereka sangat baik, bahkan Omanya mengenalkanku sebagai Enkelin (cucu) kepada orang-orang.

h. Apakah anda menghadiri sekolah bahasa Jerman dan bagaimana perasaan anda menghadiri sekolah bahasa jerman selama masa tinggal anda di Jerman?

Jawab: Ya, di keluarga angkat pertama aku harus membayar sendiri kursus bahasaku yang terbilang tidak murah karena keluarga angkatku berbohong. Untungnya di keluarga angkatku yang kedua aku diberikan fasilitas online learning dari ibu angkatku..

3. Pengetahuan akan nilai-nilai budaya Jerman

a. Apakah anda sudah menemukan dan menggali pengetahuan tentang budaya dan bahasa Jerman, dan seperti apa anda memposisikannya sebagai hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan?

Jawab: Ya, di keluarga pertama yang banyak aku pelajari adalah tentang masakan Jerman, kebetulan mereka gak suka masakan Indonesia, jadi ya aku pun harus belajar masak masakan Jerman dan acara Festival seperti Fasching Umzug (salah satu festival di Jerman yang berlangsung di bulan Februari), budaya bersihnya, teknologinya. Yang gak patut ditiru adalah budaya telanjangnya, aduh mereka gak risih berjalan di rumah cuman pakai dalaman.

alam kebetulan Gast familieku adalah keluarga Vegan, jadi aku belajar untuk hidup lebih ke nature, hal yang gak aku suka adalah cara mereka memutuskan kontrakku sebagai Au pair tanpa alasan sama sekali.

b. Apakah yang anda lakukan setelah menyelesaikan kontrak sebagai au pair?

Jawab: Masih mencari pekerjaan disini.

c. Menurut anda apakah program Au pair merupakan hal yang bagus untuk belajar mengenai kebudayaan lain? Berikan alasan anda!

Jawab: sangat bagus untuk orang yang mau belajar bahasa dan budaya bahasa jerman, karena kita bisa bertanya langsung kalau kita ingin tahu tentang budaya mereka, terlebih untuk belajar bahasanya.

Informan V

Nama : Desty Rifiyanti Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 23 tahun

Agama : Islam

Alamat di Indonesia : Karawang, Jawa barat

Pendidikan terakhir : Sarjana Pendidikan Bahasa Jerman dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Tempat tinggal di Jerman, lokasi Spesifik, masa tinggal sebagai Au pair (contohnya: Berlin, Agustus 2010-Agustus 2011): Berlin, April 2014- April 2015 Tingkat kemampuan bahasa asing sebelum menjadi Au pair di Jerman (Baik, Menengah, Dasar)

Bahasa Jerman : Menengah Bahasa Inggris : Menengah, aktif Bahasa Asing Lainnya : Jepang, Dasar

Tingkat kemampuan bahasa asing setelah menjalani masa tinggal sebagai Au pair (Baik sekali, Menengah, Dasar)

Bahasa Jerman : C1 Baik sekali Bahasa Inggris : Menengah, aktif Bahasa Asing lainnya : Jepang, Dasar

Pekerjaan sekarang : Freiwillige Sozial Jahr (pekerja sosial) di Hamburg, Jerman

1. Pertanyaan Personal

a. Bagaimana anda mendeskripsikan kehidupan anda sebelum menjadi Au pair di Jerman?

Jawab: kehidupaan aku ya kuliah, nyusun skripsi, wisuda dan jarak dari aku kerja sebelum berangkat ke Jerman, aku bekerja sebagai daily worker (pekerja harian) di luxury hotel (hotel mewah) di Bandung..

b. Bagaimana anda tahu tentang program Au pair di Jerman?

Jawab: udah tahu dari bangku kuliah, dari cerita-cerita teman sekampus, senior sama internet.

c. Bisakah anda menceritakan tentang perjalanan anda sehingga bisa menjadi Au

pair di Jerman?

Jawab: Jadi kan aku sebenarnya dapat 3 kontrak au pair, yang satu tinggal di Hannover, Baden Wutemburg dan Berlin. Ya aku memilih penawaran yang paling menguntungkan lah, di mana keluarga yang di Berlin yang paling menguntungkan. Mereka bersedia mendahulukan tiket pesawatku kan.

d. Apakah yang memutuskan anda untuk menjadi Au pair di Jerman? Adakah dorongan teman atau keluarga?

Jawab: Sebelumnya aku gak pernah berpikiran untuk menjadi au pair, hal itu dimulai sejak mantan pacarku memutuskan untuk melanjutkan studi Master di Perancis, aku juga pengen, aku gak mau ditinggal, aku juga ingin ke Jerman tapi dengan jalur yang berbeda, aku ingin tetap dekat sama dia. Au pair ini juga sebagai batu loncatan aku untuk studi ke Jerman, aku sadar kalau aku memiliki keterbatasan, aku gak kaya, gak pintar untuk mendapatkan beasiswa, jadi aku merasa Au pair merupakan hal yang tepat untuk ku jalani di Jerman.

e. Apakah anda pernah tinggal di luar negeri sebelumnya atau sekedar berwisata ke negara asing sebelumnya?

Jawab: Tidak pernah

f. Apakah anda datang ke Jerman sebagai Au pair untuk pertukaran budaya dan memperlajari bahasa Jerman ataukah untuk menghasilkan uang?

Jawab: Tujuan utamaku adalah untuk belajar bahasa Jerman dan belajar kebudayaan Jerman. Au pair ini merupakan batu loncatan buat aku untuk studi ke Jerman.

g. Bagaimana anda mempersiapkan diri anda untuk bekerja sebagai Au pair di Jerman, Misalnya apakah anda mendaftar di agensi berbayar atau website Au

pair gratis, atau rujukan dari teman anda atau tanpa persiapan sama sekali? Jawab: Aku udah mendaftar di situs aupairworld.com, lewat jejaring sosial di facebook, kebetulan ada senior aku yang menginformasikan kalau salah satu dari kerabat keluarga angkatnya sedang mencari au pair, dia lalu nawarin aku, kasih email keluarga angkat ini, jadilah aku email dia, terus kita skype-an sampai dua kali dan tanda tangan kontrak. Kami berkomunikasi dalam bahasa Jerman. Sekitar dua bulan sejak aku apply visa ke kedutaan, visaku kemudian keluar dan aku berangkat ke Jerman dengan kesepakatan tiket pesawat dibagi dua, tetapi tetap ibu angkatku yang mendahulukan, nanti kemudian gajiku dipotong per bulan.

h. Bagaimana anda mendeskripsikan kehidupan anda setelah menjadi Au pair di Jerman?

membuat pilhanku sendiri dan apa yang aku mau dan berusaha gimana mendapatkan yang aku mau.

2. Proses komunikasi lintas budaya dengan keluarga angkat

a. Bisakah anda menggambarkan hubungan anda dengan keluarga angkat anda?

Jawab: Hubunganku dengan keluarga angkatku bisa dibilang baik meskipun dari awal aku udah sadar ada keterbatasan sendiri sih. Aku masih dianggap orang asing, aku disana ya dianggap sebagai au pair, ngobrol ya ngobrol, dia bantuin aku kalau menyiapkan makan malam, sarapan juga bareng-bareng. Cuman ya ada keterbatasan tersendiri deh. Kita gak bicara banyak tentang kehidupan masing-masing, kebetulan ibu angkatku single parent, kerja dari pagi sampai sore, mau sampai jam enam sore baru nyampe rumah, nah pas makan malam yan giliran dia sama anak-anaknya aja cerita-cerita. Jadi kita gak ada waktu banyak untuk berinteraksi. Aku cuman dianggap sebagai orang yang digaji aja.

b. Bagaimana pengalaman anda di bulan-bulan pertama menjadi au pair?

Jawab: Di awal-awal ya sering buat kesalahan sih, Emakku (ibu angkat) sering marah-marah cuman aku diam aja, iya-iya aja, aku gak tahu gak masukin ke hati, karena keterbatasan bahasa, karena aku memang gak ngerti-ngerti banget apa yang dia bilang. Ini ngomong apa sih, aku gak ngerti-ngerti. Udahlah keluarga angkatku keluarga ningrat ya kan, ngomong bahasa Jerman mesti dengan kesempurnaan grammar. Tapi itu udah bisa diatasi kok setelah aku ikut kursus di VHS (Volks Hoch Schule) terus juga buat cari aman aja, biar gak ada masalah.

c. Bagaimana anda mulai membuka diri dengan keluarga angkat anda?

Jawab: Apa yang ada di depan mata aku aku hajar aja, gak pernah ngeluh meski makan schwarze broetchen (roti keras khas Jerman) dan salat hampir tiap hari, keluarga aku lebih ke nature dan bio. Di awal-awal sih kalau aku sih dimarahi ya diam aja, gak ngomong gak masukin ke hati karena buat cari aman juga. Di awal juga aku udah sadar kalau mereka cuman nganggap aku sebagai Au pair yang cuman digaji, jadi aku gak terlalu mau membuka diri juga sama mereka.

d. Bagaimana mereka memperlakukan anda dan bagaimana anda melihat diri anda sendiri di mata mereka?

Jawab: Mereka memperlakukanku baik sih, cuman ya gitu aku melihat diriku di mata mereka itu cuman sebatas Au pair yang digaji.

e. Au pair dianggap sebagai anggota keluarga. Apakah anda merasa sudah

dianggap sebagai anggota keluarga di mata anda oleh keluarga angkat anda?

Jawab: Tidak, aku merasa masih ada keterbatasan sebagai anggota keluarga mereka, ya sekedar Au pair aja, kerja aku begini, aku merasa biasa aja sih keluargaku kan keluarga bangsawan gitu sih di Jerman, jadi mereka udah terbiasa dan ketergantungan sama au pair, contohnya itu waktu mereka pulang urlaub (liburan) dan aku gak ada di rumah, ibu angkatku marah-marah, tetapi dia gak ngomong dan ngasih kejelasan duluan kalau aku harus ada di rumah saat dia pulang, dia lalu ngomong masalah duit kalau aku itu sebenarnya dibayar, terus aku bilang kalau memang dia merasa dirugikan, aku bisa balekin duit dia beberapa euro atas kerugiannya. Mereka support sih dan

membantu tentang rencana masa depanku, tapi cuman sebagai penasehat aja, gak lebih dari itu.

f. Apakah anda menghadiri sekolah bahasa Jerman dan bagaimana perasaan anda menghadiri sekolah bahasa jerman selama masa tinggal anda di Jerman?

Jawab: Ya, perasaanku menghadiri sekolah bahasa pertama senang luar biasa, karena aku mengikuti kegiatan yang formal lagi, ada buku, ada guru. Meskipun uang kursus aku sendiri yang full yang bayar. Aku menghadiri sekolah bahasa di VHS sampai aku dapat sertifikat C1.

3. Pengetahuan akan nilai-nilai budaya Jerman

a. Apakah anda sudah menemukan dan menggali pengetahuan tentang budaya dan bahasa Jerman, dan seperti apa anda memposisikannya sebagai hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan?

Jawab: Ya, aku sudah menggali, aku gali sampai manapun, perbedaan budayanya, aku mengikuti apa yang ada di depan aku, aku terima. Aku belajar sesuatu yang baru entah itu dari segi makanan, kultur, budaya dari cara mereka makan, menjalani kehidupan sehari-hari, aku hajar semua dan aku ikuti semua. Setelah setahun menjadi Au pair aku belajar tentang budaya mereka yang efektif, dari segi waktu dan gimana menghabiskan waktu dan menerapkannya dalam diri aku.

b. Apakah yang anda lakukan setelah menyelesaikan kontrak sebagai au pair?

Jawab: Aku sekarang kerja FSJ (Freiwillige Sozial Jahr) di Hamburg sembari cari-cari Ausbildung di Berlin.

c. Menurut anda apakah program Au pair merupakan hal yang bagus untuk belajar mengenai kebudayaan lain? Berikan alasan anda!

Jawab: Bagus, karena disini itu membantu karakter kita untuk bisa konsisten dan membuat pilihan sama hidup kita sendiri.

Informan VI

Nama : Nelly Aswati Manurung Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 19 tahun

Agama : Islam

Alamat di Indonesia : Berastagi, Sumatera Utara

Pendidikan terakhir : SMK N 2 Pariwisata Jurusan Perhotelan

Tempat tinggal di Jerman, lokasi Spesifik, masa tinggal sebagai Au pair (contohnya: Berlin, Agustus 2010-Agustus 2011): Kassel, November 2014- November 2015

Tingkat kemampuan bahasa asing sebelum menjadi Au pair di Jerman (Baik, Menengah, Dasar)

Bahasa Jerman : Dasar Bahasa Inggris : Pasif

Bahasa Asing Lainnya : Korea, Dasar

Tingkat kemampuan bahasa asing setelah menjalani masa tinggal sebagai Au pair (Baik sekali, Menengah, Dasar)

Bahasa Jerman : B1 Baik Bahasa Inggris : Pasif

Bahasa Asing lainnya : Korea, Dasar

1. Pertanyaan Personal

a. Bagaimana anda mendeskripsikan kehidupan anda sebelum menjadi Au pair di Jerman?

Jawab: Kehidupanku biasa saja, tamat SMK masih casual di Mickey holiday atau di Taman Simale di Berastagi, kadang sebagai waitress atau housekeeper, kalau gak kerja ya ikut bapak ke ladang.

b. Bagaimana anda tahu tentang program Au pair di Jerman?

Jawab: Jadi kakak temanku lagi liburan ke Berastagi, dia itu seorang Au pair di Swiss dan sudah menjadi Au pair di beberapa negara,seperti di Jerman, Austria, Belanda dan terakhir di Swiss, dia bilang sama temanku ―coba ajak teman-temanmu siapa tau mau ikut au pair‖ jadi aku diajak sama temanku ke rumahnya, dan wow aku sangat tertarik untuk menjadi Au pair setelah melihat foto-foto kakak itu keliling Eropa, fotonya di Paris, Berlin dan di banyak kota cantik lainnya, jadi aku tau program Au pair setelah dijelasin sama kakak itu.

c. Bisakah anda menceritakan tentang perjalanan anda sehingga bisa menjadi Au

pair di Jerman?

Jawab: Setelah kakak itu jelasin dan kami tertarik, jadi aku dan dua temanku pun belajar bahasa Jerman sama kakak itu selama dua bulan, dia juga yang buatin profil kami di website aupairworld.com bantuin kami cari keluarga angkat sama membalas email dari keluarga angkat dalam bahasa Jerman. Sebenarnya aku udah ngajuin visa di bulan april, namun kata kedutaan visaku ditolak karena aku gak lulus di interviewnya, padahal di kontrak aku seharusnya udah bekerja bulan Juni. Jadi aku ngajuin visa banding dan

alhamdulillah diterima, jadilah aku berangkat ke Jerman di awal bulan November, semua tiket dibayar sama Gast familieku.

d. Apakah yang memutuskan anda untuk menjadi Au pair di Jerman? Adakah dorongan teman atau keluarga?

Jawab: Setelah mendengar cerita-cerita kakak itu dan melihat foto-fotonya, aku sangat tertarik untuk menjadi au pair, aku pun berpikir bahwa program ini sangat bagus untuk dijadikan pekerjaan, ini merupakan kesempatan besar dan pengalaman bagus untuk hidup, aku memang sangat ingin untuk berkeliling dan pergi ke Eropa, dari yang tadinya mustahil ternyata masih ada jalan untuk orang miskin kayak aku ini. Selain tertarik karena aku bisa jalan-jalan, mendengar gaji yang dirupiahkan dari Euro juga membuat aku tertarik.

e. Apakah anda pernah tinggal di luar negeri sebelumnya atau sekedar berwisata ke negara asing sebelumnya?

Jawab: Tidak pernah

f. Apakah anda datang ke Jerman sebagai Au pair untuk pertukaran budaya dan memperlajari bahasa Jerman ataukah untuk menghasilkan uang?

Jawab: Tujuan utamaku adalah untuk belajar kebudayaan Jerman dan berkeliling Eropa, mengunjungi kota-kota cantik di Eropa, pokoknya di Eropa lah. Uangnya juga iya hahahaha.

g. Bagaimana anda mempersiapkan diri anda untuk bekerja sebagai Au pair di Jerman, Misalnya apakah anda mendaftar di agensi berbayar atau website Au

pair gratis, atau rujukan dari teman anda atau tanpa persiapan sama sekali? Jawab: Aku membayar kakak itu satu juta rupiah karena ngajari kami bahasa Jerman selama dua bulan dan bantuin kami buat profil untuk mendapatkan

keluarga angkat di Jerman. Setelah itu aku pergi ke Jakarta untuk tes A1 di Goethe, meskipun nilainya 67 aja yang penting lulus. Meskipun visa sempat ditolak satu kali, tapi untungnya keluarga angkatku baik dan mau nungguin aku meskipun mereka mesti nunggu ada lima bulanan gitu sampai aku dapat visa dan pergi ke Jerman. Aku pokoknya ke Jerman ini modal nekat aja lah.

h. Bagaimana anda mendeskripsikan kehidupan anda setelah menjadi Au pair di Jerman?

Jawab: Hidupku semakin baik, tapi gak seperti yang ku bayangkan. Mungkin semua orang beda-bedalah ya pikirannya, ini gak seindah yang ku impi-impikan, ternyata Au pair itu gak sebebas yang ku pikirkanlah karena tinggal dengan keluarga angkat. Mungkin karena aku dominitasnya dulu kerja kesini itu cuman mau kerja keliling Eropa ternyata aku harus kerja, mengerjakan pekerjaan rumah yang sangat banyak.

2. Proses komunikasi lintas budaya dengan keluarga angkat

a. Bisakah anda menggambarkan hubungan anda dengan keluarga angkat anda?

Jawab: Hubunganku dengan keluarga angkatku sangat baik, mungkin karena sangking baiknya lah makanya aku mengalami konflik batin sama diriku sendiri. Saranku untuk orang yang mau jadi au pair, kita gak perlu takut untuk ngobrol dengan gast familie, apa yang ada di hati ini gak apa-apa diungkapkan.. Kesalahanku adalah aku terlalu menjaga perasaan mereka, dan apa yang aku rasakan terlalu ditutupi di hati, misalnya terlalu banyak bekerja,