• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II MEDIASI DALAM LINGKUP PERADILAN AGAMA

C. Proses Mediasi di Pengadilan Agama

Tahapan mediasi yang dilakukan dilakukan oleh pengadilan sesuai dengan PERMA No. 1 Tahun 2008, proses mediasi dibagi kedalam tiga tahap, yaitu tahap pramediasi, tahap pelaksanaan mediasi,17tahap akhir implementasi hasil mediasi, ketiga tahap ini merupakan jalan yang akan ditempuh oleh mediator dan para pihak dalam menyelesaikan sengketa mereka.

1. Tahap Pramediasi

Tahap pramediasi adalah tahap awal dimana mediator menyusun sejumlah langkah dan persiapan sebelum mediasi benar-benar dimulai. Tahap ini menentukan berjalan atau tidaknya proses mediasi selanjutnya. Mediator melakukan beberapa langkah antara lain : membangun kepercayaan diri, menghubungi para pihak, menggali dan memberikan informasi awal mediasi, mengkordinasikan pihak bertikai, mewaspadai perbedaan budaya, menentukan siapa yang hadir, menentukan tujuan pertemuan, kesepakatan waktu dan

17

Syahrizal Abbas,Mediasi Dalam Persfektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 36.

tempat, dan menciptakan rasa aman bagi kedua belah pihak untuk bertemu dan membicarakan permasalahan mereka.18

Tahap pra mediasi menurut PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang prosedur mediasi di Pengadilan pasal 7 ayat (1) bahwa: “pada hari sidang yang telah ditentukan yang dihadiri kedua belah pihak, hakim mewajibkan para pihak untuk menempuh mediasi”, pada hari itu juga paling lama 2 hari kerja, berikutnya para pihak ataupun kuasa hukum mereka wajib memilih mediator dengan alternative pilihan sebagaimana pada pasal 8 PERMA ini lalu menyampaikannya kepada Ketua Majlis.19

2. Tahap Pelaksanaan Mediasi

Tahap pelaksanaan mediasi adalah tahap dimana pihak-pihak bersengketa sudah berhadapan satu sama lain dan memulai proses mediasi. Tahap mediasi didalam pasal 13 ayat (1) PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang proses mediasi di Pengadilan: Dalam waktu paling lama 5 hari kerja setelah para pihak menunjuk mediator yang disepakati, para pihak dapat menyerahkan resume perkara kepada satu sama lain dan mediator. Selanjutnya mediator menunjukan jadwal pertemuan, dimana para pihak dapat didampingi kuasa hukumnya. Pada dasarnya proses mediasi bersifat rahasia dan berlangsung

18

Syahrizal Abbas,Mediasi Dalam Persfektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, h. 37.

19

Nuraningsih Amriani,Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengket Perdata di Pengadilan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h.73.

paling lama 40 hari kerja sejak pemilihan atau penetapan penunjukan mediator sebagaimana pada ayat (3) pasal yang sama.20

Dalam proses ini terdapat beberapa langkah, diantaranya sambutan mediator, presentasi dan pemaparan kisah para pihak, mengurutkan dan menjernihkan permasalahan, berdiskusi dan bernegosiasi masalah yang disepakati, menciptakan opsi-opsi, menemukan butir kesepakatan, merumuskan keputusan, mencatat dan menuturkan kembali keputusan dan penutup mediasi. Jika tercapai kesepakatan, para pihak dengan bantuan mediator wajib merumuskan secara tertulis kesepakatan yang telah dicapai dan ditanda tangani oleh para pihak dan mediator (pasal 17 ayat 1).21

Dalam menyusun dan mengurutkan permasalahan, mediator harus selalu mengklarifikasikan dan menanyakan kepada para pihak, apakah persoalan itu penting bagi mereka, dan apakah kebutuhan-kebutuhan khusus yang berkaitan dengan tiap-tiap masalah yang telah diurutkan satu persatu. Jika mediator telah mengurutkan permasalahan dan menemukan kebutuhan-kebutuhan khusus para pihak, maka ia dapat menuliskan atau menggambarkan pada kertas, setelah mendapatkan persetujuan masing-masing pihak yang menyatakan kebutuhan tersebut.22

20

Muslih MZ, “Pengantar Mediasi: Teori dan Praktik”, dalam M. Mukhsin Jamil (ed.),

Mengelola Konflik Membangun Damai; Teori, Strategi dan Implementasi Resolusi Konflik, (Semarang: Walisongo Mediation Centre, 2007), h. 120.

21

Muslih MZ, “Pengantar Mediasi: Teori dan Praktik”, dalam M. Mukhsin Jamil (ed.),

Mengelola Konflik Membangun Damai; Teori, Strategi dan Implementasi Resolusi Konflik, h. 121.

22

Muslih MZ, “Pengantar Mediasi: Teori dan Praktik”, dalam M. Mukhsin Jamil (ed.),

Mengelola Konflik Membangun Damai; Teori, Strategi dan Implementasi Resolusi Konflik, h. 123.

Hakim kemudian mengukuhkan kesepakatan tersebut sebagai suatu akta perdamaian, jika tidak mencapai kesepakatan, maka mediator menyampaikan secara tertulis bahwa proses mediasi gagal, dan memberitahukannya kepada Hakim (pasal 18 ayat 1) yang kemudian akan melanjutkan pemeriksaan pokok perkara tersebut.

3. Tahap Akhir Implementasi Hasil Mediasi

Tahap ini merupakan tahap dimana para pihak hanyalah menjalankan hasil-hasil kesepakatan yang telah mereka tuangkan bersama dalam suatu perjanjian tertulis tersebut berdasarkan komitmen yang telah mereka tunjukan selama dalam proses mediasi.23

Dengan mediasi diharapkan dapat menyelesaikan sengketa secara cepat dan relative murah dan dapat memberikan akses yang lebih besar kepada para pihak, selain itu akan memfokuskan perhatian para pihak pada kepentingan mereka secara nyata, juga memberikan kesempatan para pihak untuk berpartisipasi secara langsung dalam menyelesaikan perselisihan.24

Adapun manfaat dalam gugatan perdata jika perdamaian berhasil dilaksanakan dari para pihak yang berperkara dengan dibuatnya akta perdamaian yang dibuat dalam bentuk putusan perdamaian yang dibuat oleh Hakim yaitu:25

23

Muslih MZ, “Pengantar Mediasi: Teori dan Praktik”, dalam M. Mukhsin Jamil (ed.),

Mengelola Konflik Membangun Damai; Teori, Strategi dan Implementasi Resolusi Konflik,h. 155.

24

Syahrizal Abbas,Mediasi Dalam Persfektif Hukum Syari’ah, Hukum Adat dan Hukum

Nasional,(Jakarta : Kencana, 2009), h. 26.

25

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Pengadilan Agama,

1. Mempunyai Kekuatan Hukum

Pada pasal 1851 KUHP Perdata dikemukakan bahwa semua putusan perdamaian yang dibuat sidang Majlis Hakim mempunyai kekuatan hukum tetap seperti putusan pengadilan lain. Putusan perdamaian itu tidak bisa dibantah dengan alasan kekhilafan mengenai hukum atau dengan alasan salah satu pihak telah dirugikan oleh putusan perdamaian itu. Begitu juga dalam pasal 130 ayat (2) HIR.26

2. Tertutup Upaya Banding dan Kasasi

Putusan perdamaian sama nilainya dengan putusan pengadilan lainnya yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Hal ini berarti terhadap putusan perdamaian itu tertutup upaya banding dan kasasi. Ketentuan ini mengandung bahwa pengertian putusan perdamaian itu sejak ditetapkan oleh hakim menjadi putusan perdamaian itu adalah pasti dan tidak ada penafsiran lagi.27

3. Memiliki Kekuatan Ekseskutorial

Putusan perdamaian yang dibuat dalam persidangan Majlis Hakim mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, mempunyai kekuatan hukum eksekusi dan mempunyai hukum pembuktian. Dalam artian apabila para pihak tetap ingin mengambil putusan perceraian maka surat kesepakatan perdamaian tersebut tidak berlaku lagi dan dapat dijadikan bukti dipersidangan bahwa sebelum berlanjut kepersidangan kedua para pihak sudah melakukan mediasi

26

Bahwa jika perdamaian dapat dicapai, maka pada waktu itu pula dalam persidangan dibuatputusan perdamaian dengan menghukum para pihak untuk mematuhi persetujuan damai yang mereka buat.

27

Abdul Manan,Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Pengadilan Agama,h. 161.

dan membuat surat kesepakatan perdamaian akan tetapi dipertengahan jalan salah satu pihak melanggar kesepakatan tersebut maka pihak yang dirugikan bisa mencabut kesepakatan tersebut.

D. Faktor Yang Menjadi Penghambat dan Pendukung Mediasi

Dokumen terkait