• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIPLOMA III AKPER DEPKES Langsa-Aceh

BAB 5. PEMBAHASAN

5.1. Proses pelaksanaan Action Research

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan format dokumentasi asuhan

keperawatan anak di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Langsa.

Serangkaian kegiatan action research satu siklus dilakukan untuk menghasilkan

outcome dalam penelitian ini. Sebelum siklus action research dilaksanakan,

peneliti melakukan tahap reconnassaince.

Pada tahap reconnaissance pendekatan peneliti kepada lahan sangat

menentukan ditemukannya masalah penelitian yang tepat. Kepercayaan partisipan

dipertahankan peneliti teknik prolonged engangement yaitu peneliti melakukan

pendekatan dalam waktu sekitar 2 tahun dengan partisipan. Lamanya rentang

waktu melakukan pendekatan akan memperoleh kepercayaan yang tinggi antara

peneliti dan partisipan sehingga antara peneliti dan partisipan memiliki keterkaitan

Peneliti melakukan indepth interview terhadap tiga orang partisipan terkait

dengan pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan yang berjalan saat ini di

ruang perawatan anak, diperoleh hasil bahwa pendokumentasian asuhan

keperawatan belum optimal. Hal ini juga didukung dengan hasil observasi

terhadap 15 buah dokumentasi asuhan keperawatan didapatkan hasil kelengkapan

pengisian dokumentasi asuhan keperawatan sebanyak 22% serta pengukuran

kepuasan perawat terhadap dokumentasi asuhan keperawatan memperoleh hasil

47% kurang puas.

Perawat ruang perawatan anak membutuhkan suatu format dokumentasi

asuhan keperawatan dalam bentuk yang memudahkan perawat dalam melakukan

dokumentasi asuhan keperawatan dan upaya ini akan terfasilitasi dengan

dilaksanakannya penelitian action research.

Penelitian action research tepat dilakukan, karena merupakan suatu

metode penelitian siklus dalam mengeksplorasi dan menerapkan cara-cara baru

untuk memecahkan masalah yaitu kolaborasi partisipan peneliti untuk

mewujudkan langsung perbaikan, sehingga memberikan kontribusi bagi perawat.

Dengan pendekatan ini partisipan mengidentifikasi masalah, mencari solusi dan

memonitor proses dan hasil perubahan (Meyer, 2003).

Disamping itu action research dapat menjembatani kesenjangan

teori – praktik sehingga mendapat kesempatan untuk mempersempit kesenjangan

melalui kolaborasi peneliti dan praktisi (Greenwood, 1994; Rolfe, 1996 dalam

Pengembangan dokumentasi asuhan keperawatan di ruang perawatan

anak, peneliti selalu melibatkan secara aktif seluruh partisipan dan bersama-sama

saling kolaborasi, mencari solusi dalam setiap tahapan proses action research

sehingga mendapatkan hasil perubahan kearah yang lebih baik, dibuktikan dengan

adanya peningkatan kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan menjadi 62%,

pengetahuan perawat dan kepuasan perawat terhadap dokumentasi asuhan

keperawatan meningkat secara signifikan, ini menunjukkan bahwa pentingnya

dilakukan pendekatan manajemen yang baik dan pola kepemimpinan partisipatif.

Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Manurung (2013) yang menemukan

fenomena bahwa faktor kepemimpinan berpengaruh paling besar terhadap kinerja

perawat dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan.

Peningkatan kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan,

peningkatan pengetahuan dan kepuasan perawat terhadap dokumentasi asuhan

keperawatan terjadi, hal ini terkait dengan bimbingan dan diskusi yang dilakukan

peneliti dalam proses action research.

Pada tahapan planning, peneliti melakukan beberapa strategi dan kegiatan

diantaranya adalah memperkenalkan format dokumentasi asuhan keperawatan

anak tentatif dalam perumusan format dokumentasi asuhan keperawatan anak

yang dilakukan oleh peneliti dan partisipan.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Kemmis dan Taggart (1988) bahwa

tahapan planning (perencanaan) untuk tindakan harus selalu memiliki kualitas

tentatif dan sementara, prospektif, fleksibel dan selalu terbuka untuk perubahan.

berkolaborasi dalam diskusi untuk menganalisis dan meningkatkan pemahaman

dan tindakan yang dilakukan.

Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Holter dan Barcott (1993),

yaitu peneliti memasuki kolaborasi dengan masalah diidentifikasi dan intervensi

yang spesifik. Interaksi antara peneliti dan partisipan ditujukan untuk memperoleh

kepentingan partisipan dalam penelitian dan kesepakatan untuk memfasilitasi dan

membantu dengan implementasi.

Pada tahapan action, ditemukan banyak koreksi dari format dokumentasi

asuhan keperawatan anak tentatif yaitu format dokumentasi asuhan keperawatan

anak modifikasi dari Model Sistem Neuman, Pedoman Klinis Keperawatan

Pediatrik (Wong, 2003), Diagnosis Keperawatan North American Nursing

Diagnosis Association (NANDA), intervensi Nursing Intervention Classification

(NIC) dan kriteria hasil Nursing Outcome Classification (NOC) (Wilkinson &

Ahern, 2011).

Format dokumentasi asuhan keperawatan anak tentatif tersebut mengalami

perubahan pada beberapa bagian sebagai hasil dari tiga tahap perumusan format

dokumentasi asuhan keperawatan anak yang dilakukan oleh tim perumus format

dokumentasi asuhan keperawatan anak dan peneliti sampai mencapai finalisasi

yaitu melahirkan sebuah format dokumentasi asuhan keperawatan anak yang

paling sesuai dengan kondisi partisipan (perawat) yang bertugas di ruang

perawatan anak.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Kemmis dan Taggart (1988) bahwa

arti bahwa tindakan yang dilakukan terlihat dasar pemikirannya dalam

perencanaan. Tetapi tindakan tidak sepenuhnya dikendalikan oleh rencana, dapat

muncul hambatan/kendala secara tiba-tiba dan tak terduga sebagai konsekwensi

dari perubahan dalam tindakan.

Hal yang sama juga dinyatakan oleh Waterman (1998), yang menjelaskan

bahwa antara ide-ide abstrak tidak selalu jelas, tergantung pada masalah yang

diteliti. Hal ini muncul karena konsep dan teori yang telah dikembangkan

merupakan sintesis dari berbagai perspektif yang diperoleh selama periode waktu.

Tahapan observation dilakukan selama proses penelitian. Pada minggu

pertama implementasi format dokumentasi asuhan keperawatan anak di ruang

perawatan anak, peneliti mendapatkan hasil pengisian kelengkapan dokumentasi

asuhan keperawatan masih rendah, hal ini disebabkan partisipan masih belum

terbiasa menggunakan format dokumentasi asuhan keperawatan anak. Diskusi dan

bimbingan yang dilakukan peneliti membantu meningkatkan kemampuan

partisipan dalam mengisi format dokumentasi asuhan keperawatan anak dan

memperoleh hasil mengalami pengingkatan terhadap kelengkapan pengisian

format dokumentasi asuhan keperawatan anak.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Kemmis dan Taggart (1988) bahwa

tahapan observation mengamati proses action, efek dari action, keadaan dan

hambatan action dan masalah lain yang timbul. Observation harus direncanakan,

responsive, kritis dan harus peka terhadap hal-hal yang tidak terduga.

Tahapan reflection dilakukan peneliti pada akhir siklus penelitian action

melakukan evaluasi kegiatan penelitian terhadap enam orang partisipan terkait

kelemahan, kelebihan, manfaat dan kendala dari format dokumentasi asuhan

keperawatan anak dengan pendekatan FGD.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Kemmis dan Taggart (1988) bahwa

tahapan reflection berusaha memahami proses, masalah, issue dan hambatan yang

dimanifestasikan dalam tindakan strategis, memperhitungkan berbagai perspektif

situasi yang muncul. Reflection biasanya dibantu dengan diskusi peserta

kelompok penelitian dengan wacana mengarah ke rekonstruksi makna situasi dan

memberikan dasar bagi rencana revisi. Reflection memiliki asfek evaluatif untuk

mempertimbangkan pengalaman, menilai efek tindakan yang dilakukan.

Dokumen terkait