• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013

KAJIAN TEORITIK

A. Tinjauan Teoritik

3. Proses Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013

a. Pengertian Pembelajaran

Istilah pembelajaran menurut Suyono dan Hariyanto berasal dari kata belajar, yaitu suatu aktivitas atau suatu proses untuk

memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,

memperbaiki sikap dan mengukuhkan kepribadian. Pengertian ini lebih diarahkan kepada perubahan individu, baik menyangkut ilmu pengetahuan maupun berkaitan dengan sikap dan kepribadian dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pembelajaran diharapkan

ilmu akan bertambah, keterampilan meningkat dan dapat membentuk akhlak mulia (Fadlilah, 2014:172).

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan

prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

pembelajaran (Hamalik, 2007: 57). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran di maknai sebagai proses, cara, perbuatan menjadikan makhluk hidup belajar. Artinya, dengan kegiatan pembelajaran seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan tentang materi yang dipelajari. Sementara menurut Hamzah pembelajaran adalah suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi serta berbagai strategi pembelajaran, baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran. Kemudian dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pembelajaran ialah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan balajar. (dalam Fadlilah, 2014: 172).

Dari beberapa pengertian pembelajaran diatas pada intinya pembelajaran adalah proses interaksi pendidikan dengan peserta didik dalam suatu kegiatan belajar yang terintegrasi dengan

memperhitungkan berbagai faktor, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi, dan strategi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Karakteristik Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013

Berdasarkan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, mengatakan bahwa karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi.

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan.

Tabel 2.1

Rincian Gradasi Sikap, Pengetahuan, Dan Keterampilan

Sikap Pengetahuan Keterampilan

Menerima Mengingat Mengamati

Menjalankan Memahami Menanya

Menghargai Menerapkan Mencoba

Menghayati Menganalisis Menalar

Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji

- Mencipta

Karakteristik proses pembelajaran di SMA/ MA/ SMALB/ SMK/ MAK/ Paket C/ Paket C Kejuruan secara keseluruhan berbasis mata pelajaran, meskipun pendekatan tematik masih dipertahankan.

Secara umum pendekatan belajar yang dipilih berbasis pada teori tentang taksonomi tujuan pendidikan yang dalam lima dasawarsa terakhir yang secara umum sudah dikenal luas. Berdasarkan teori taksonomi tersebut capaian pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga ranah yakni: ranah kognitif, affektif dan psikomotor. Penerapan teori taksonomi dalam tujuan pendidikan di berbagai negara dilakukan secara adaptif sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi dalam bentuk rumusan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

c. Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013

Hosnan (2014:193-309) menjelaskan mengenai berbagai model pembelajaran yang diterapkan dalam Kurikulum 2013. Model-model pembelajaran yang dimaksud ialah: 1) student centered learning, 2) active learning, 3) cooperative learning, 4) contextual teaching and learning, 5) discovery learning, 6) problem-based learning, 7) collaborative learning.

Perkembangan teknologi informasi telah menimbulkan perubahan-perubahan yang sangat cepat di segala bidang. Pendidilan yang menekankan hanya pada proses transfer ilmu yang menguasai ilmu pengetahuan masa lampau, tanpa dapat mengadaptasinya dengan kebutuhan masa kini dan masa depan. Student centered learning ( pembelajaran berpusat pada siswa ) yang menekankan pada minat, kebutuhan, dan kemampuan individu, menjanjikan model belajar yang menggali motivasi intrinsik untuk membangun masyarakat yang suka dan selalu belajar. Student centered learning (SCL) adalah proses pembelajaran yang tadinya berfokus pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku.

Active Learning adalah proses kegiatan mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional sehingga ia betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Salah satu cara agar peserta didik aktif adalah dengan membuat kelompok, dengan begitu peserta didik akan terpancing untuk turut serta dalam segi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Active Learning mengharuskan peserta didik berpartisipasi dalam proses pembelajaran dengan melibatkan diri dalam berbagai jenis kegiatan di mana secara fisik mereka merupakan bagian dari pembelajaran tersebut. Active Learning mendasarkan pada proses bukan pada hasil.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, rendah) dan memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar

dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya. Sehingga CTL dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu dalam proses belajar mengajar di sekolah. CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran efektif (Nurhadi:2005).

Penemuan (discovey) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pengertian discovery learning menurut Joreme Bruner adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman.

Pembelajaran penemuan merupakan salah satu model

pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivis modern. Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan

konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.

Model Problem Based Learning (PBL) adalah model

pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir krisis dan pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting, di mana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berbasis masalah, penggunaannya di dalam tingkat berpikir yang lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar.

Collaborative Learning atau pembelajaran kolaboratif menurut Smmith & MacGregor (1992) adalah satu istilah untuk suatu jenis pendekatan pendidikan yang meliputi penggabungan karya/ usaha intelektual siswa, atau siswa bersama dengan guru. Biasanya,

siswa bekerja dalam 2 atau lebih kelompok, saling mencari pemahaman, penyelesaian atau arti, atau membentuk suatu produk/ hasil. Collaborative learning menggambarkan suatu perubahan yang signifikan dari pembelajarn yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam collaborative learning, penekanannya adalah pada diskusi siswa dan keaktifan dalam bekerja dengan materi yang telah disediakan. Belajar kolaborasi adalah suatu strategi pembelajaran di mana para siswa dengan variasi yang bertingkat bekerja sama dalam kelompok kecil ke arah satu tujuan. Dalam kelompok ini, para siswa saling membantu antara satu sama lain. Jadi, situasi belajar kolaboratif ada unsur ketergantungan yang positif untuk mencapai kesuksesan. ;.

Dokumen terkait