IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 MENURUT PERSEPSI SISWA
Studi Kasus Pembelajaran Akuntansi Pada SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi Se- Kabupaten Sleman
Resa Puspitasari Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan baik di SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Akuntansi se- Kebupaten Sleman Yogayakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean dan SMK N 1 Tempel pada tanggal 27 November 2014 sampai dengan 27 Februari 2015.
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas X, XI dan XII bidang keahlian akuntansi di SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi se- Kebupaten Sleman yang berjumlah 858 orang. Jumlah sampel sebanyak 280 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa Kelas XI SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean dan SMK N 1 Tempel dengan pertimbangan bahwa kelas XI sudah mengalami penyesuaian dan tidak sedang menyiapkan ujian. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Data dianalisis secara kuantitatif dan diinterpretasikan secara kualitatif dengan tabulasi mean, median, modus dan persentase.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) proses pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 menurut persepsi siswa sudah diimplementasikan dengan baik (sebagian besar siswa (63,2%) berada pada rentang skor 122-<144). Hal tersebut diperkuat dengan nilai statistik dengan mean 125,83, median 125 dan modus 122 yang juga berkategori baik. Jika dilihat dari setiap dimensi proses pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 juga dapat dikatakan sudah diimplementasikan dengan baik. (2) Pada dimensi pengelolaan kelas 154 siswa (55%) memiliki rentang skor antara 57-<65 dengan kategori baik. Diperkuat dengan nilai statistik dengan mean
57,83, median dengan skor 57 dan modus dengan skor 57 yang juga berkategori baik. (3) Pada dimensi langkah-langkah pembelajaran 153 siswa (54,6%) memiliki skor pada rentang 66-75 dengan kategori baik. Hal ini diperkuat dengan nilai statistik yang juga berada pada rentang 66-<75 yaitu dengan mean sebesar 68, median 67 dan
THE IMPLEMENTATION OF LEARNING PROCESS BASED ON STUDENTS PERCEPTION IN THE CURRICULUM OF 2013
A Case Study on Learning Accounting in State Vocational Senior High School on Business and Management Expertise, Accounting Program, in Sleman Regency
Resa Puspitasari Sanata Dharma University
2015
The aim of this research is to know that the learning process that based on Curriculum of 2013 has been well-implemented in The State Vocational Senior High School on Business and Management Expertise, Accounting Program, in Sleman Regency, Yogyakarta. This research is a descriptive analysis. The research was conducted from November, 27th 2014 to February, 27th 2015.
The population of this research were 858 students from the tenth, eleventh and twelfth grade in accounting program of State Vocational Senior High School of Business and Management Expertise in Sleman regency. 280 students were taken as the samples. The technique of taking sample of this research was purposive sampling. The samples were the eleventh grade students of 1 Depok State Vocational Senior High School, 1 Godean State Vocational Senior High School, and 1 Tempel State Vocational Senior High School with a consideration that the eleventh grade students have been accustomed to the school learning activity and are not preparing for final examination. The technique of taking samples was questionaire. The data were analyzed quantitatively and interpreted qualitatively by using mean, median, modus, and presentation tabulation.
BERDASARKAN KURIKULUM 2013 MENURUT PERSEPSI
SISWA
Studi Kasus Pembelajaran Akuntansi Pada SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi Se-Kabupaten Sleman
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh: Resa Puspitasari NIM: 111334028
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
BERDASARKAN KURIKULUM 2013 MENURUT PERSEPSI
SISWA
Studi Kasus Pembelajaran Akuntansi Pada SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi Se-Kabupaten Sleman
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh: Resa Puspitasari NIM: 111334028
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv PERSEMBAHAN
Perjuangan dalam suatu usaha yang paling terpenting adalah proses untuk mencapai tujuan. Proses dimana canda tawa bahagia harus bisa beriringan dengan
kerja keras, melawan malas, keyakinan hati, keraguan dan ambisi yang harus tercapai. Proses selama empat tahun ini untuk menyandang gelar Sarjana Pendidikan bukan lah hal mudah untuk dilalui, tanpa adanya semangat, dukungan,
cinta kasih, perhatian dari semua orang yang terkasih. Kini tiba saatnya karya ini kupersembahkan untuk:
Allah Swt
Kedua Orang Tua Ku Bapak Reja Mulya dan Ibu Sumirah
Adik Ku Tercinta Resa Briliana Sari
Keluarga, Teman, Sahabat serta
Almamater Ku
v
“Perbuatlah apa yang dapat diperbuat selagi bermanfaat
dan kegagalan merupakan pengalaman yang perlu
pembenahan demi sukses dimasa datang”
“Manusia yang bijaksana adalah manusia yang mau
meneliti setiap jejak langkah yang diayunkannya” (Reja Mulya)
“There Is No pive Up Words Before I Try My Best” (Penulis)
“My Strength Is Not For Beating You But For Making You Better”
(Aprilia Wittaningsih)
vi
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 26 Juni 2015 Penulis
vii
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Resa Puspitasari
Nomor Mahasiswa : 111334028
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 MENURUT PERSEPSI SISWA
Studi Kasus Pembelajaran Akuntansi Pada SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis Dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi Se- Kabupaten Sleman
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya salama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyaan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 26 Juni 2015
Yang Menyatakan
viii
IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 MENURUT PERSEPSI SISWA
Studi Kasus Pembelajaran Akuntansi Pada SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi Se- Kabupaten Sleman
Resa Puspitasari Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan baik di SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Akuntansi se- Kebupaten Sleman Yogayakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean dan SMK N 1 Tempel pada tanggal 27 November 2014 sampai dengan 27 Februari 2015.
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas X, XI dan XII bidang keahlian akuntansi di SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi se- Kebupaten Sleman yang berjumlah 858 orang. Jumlah sampel sebanyak 280 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa Kelas XI SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean dan SMK N 1 Tempel dengan pertimbangan bahwa kelas XI sudah mengalami penyesuaian dan tidak sedang menyiapkan ujian. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Data dianalisis secara kuantitatif dan diinterpretasikan secara kualitatif dengan tabulasi mean, median, modus dan persentase.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) proses pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 menurut persepsi siswa sudah diimplementasikan dengan baik (sebagian besar siswa (63,2%) berada pada rentang skor 122-<144). Hal tersebut diperkuat dengan nilai statistik dengan mean 125,83, median 125 dan
modus 122 yang juga berkategori baik. Jika dilihat dari setiap dimensi proses pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 juga dapat dikatakan sudah diimplementasikan dengan baik. (2) Pada dimensi pengelolaan kelas 154 siswa (55%) memiliki rentang skor antara 57-<65 dengan kategori baik. Diperkuat dengan nilai statistik dengan mean 57,83, median dengan skor 57 dan modus
ix
THE IMPLEMENTATION OF LEARNING PROCESS BASED ON STUDENTS PERCEPTION IN THE CURRICULUM OF 2013
A Case Study on Learning Accounting in State Vocational Senior High School on Business and Management Expertise, Accounting Program, in Sleman Regency
Resa Puspitasari Sanata Dharma University
2015
The aim of this research is to know that the learning process that based on Curriculum of 2013 has been well-implemented in The State Vocational Senior High School on Business and Management Expertise, Accounting Program, in Sleman Regency, Yogyakarta. This research is a descriptive analysis. The research was conducted from November, 27th 2014 to February, 27th 2015.
The population of this research were 858 students from the tenth, eleventh and twelfth grade in accounting program of State Vocational Senior High School of Business and Management Expertise in Sleman regency. 280 students were taken as the samples. The technique of taking sample of this research was purposive sampling. The samples were the eleventh grade students of 1 Depok State Vocational Senior High School, 1 Godean State Vocational Senior High School, and 1 Tempel State Vocational Senior High School with a consideration that the eleventh grade students have been accustomed to the school learning activity and are not preparing for final examination. The technique of taking samples was questionaire. The data were analyzed quantitatively and interpreted qualitatively by using mean, median, modus, and presentation tabulation.
x
Puji Syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan rahmat dan berkah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul
Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013: Studi Kasus
Pembeleajaran Akuntansi Pada SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan
Manajemen Program Keahlian Akuntansi se-Kabupaten Sleman dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma;
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta;
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta;
4. Bapak Drs. FX. Muhadi, M.pd. Selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;
5. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. dan Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji:
xi membantu kelancaran proses belajar;
8. Orang tuaku Bapak Reja Mulya dan Ibu Sumirah yang selalu mendukung, mendoakan, dan sangat memperhatikan selama proses skripsi;
9. Adikku Resa Briliana Sari yang selalu memberi semangat;
10. Teman dan sahabat satu perjuangan Pendidikan Akuntansi 2011 yang telah membantu dan memberi dukungan selama proses skripsi;
11. Teman- teman satu dosen bimbingan Mega, Elin, Alfon, Dina, Vriska dan Sirillus yang saling berproses, saling mengingatkan dan saling member dukungan;
12. Teman-teman Grisadha dan para sahabatku Witta, Riri, Lina, yang selalu mendukungku untuk berjuang terus maju dan pantang menyerah;
13. Sahabat yang selalu ada untukku selama setahun ini berproses, selalu memberi semangat, selalu memberi perhatian dan selalu mengingatkan untuk selesai tepat waktu;
14. Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk bantuan dan dukungannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan dan kekurangannya, maka penulis sangat membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhirnya penulis mengucapkan selamat membaca semoga bermanfaat bagi kita semua.
xii
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
xiii
BAB II KAJIAN TEORITIK ... 9
A. Tinjauan Teoritik ... 9
1. Tinjauan Umum Kurikulum ... 9
a. Pengertian Kurikulum ... 8
b. Komponen Kurikulum ... 13
c. Perkembangan Kurikulum di Indonesia ... 16
d. Peranan Kurikulum ... 22
e. Fungsi Kurikulum ... 24
2. Kurikulum 2013 ... 27
a. Konsep Dasar Kurikulum 2013 ... 27
b. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013 ... 29
c. Karakteristik Kurikulum 2013 ... 33
d. Tujuan Kurikulum 2013 ... 34
e. Keunggulan Kurikulum 2013 ... 35
3. Proses Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013 ... 36
a. Pengertian Pembelajaran ... 36
b. Krakteristik Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013 ... 38
c. Model Pembelajaran Dalam Kurikulum ... 40
xiv
6. Persepsi ... 54
BAB III METODE PENELITIAN ... 58
A. Jenis Penelitian ... 58
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 58
1. Tempat Penelitian ... 58
2. Waktu Penelitian ... 59
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 59
1. Subjek Penelitian ... 59
2. Objek Penelitian ... 59
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 59
1. Populasi Penelitian ... 59
2. Sampel Penelitian ... 60
3. Teknik Penarikan Sampel ... 62
E. Teknik Pengumpulan Data ... 66
1. Kuesioner ... 66
2. Penyusunan Kuesioner ... 67
F. Validitas dan Reliabilitas ... 69
1. Validitas ... 69
xv
1. Proses Pembelajaran ... 74
2. Dimensi Pengelolaan Kelas ... 75
3. Dimensi Langkah- Langkah Pembelajaran ... 76
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 78
A. Deskripsi Responden ... 79
1. Deskripsi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 79
2. Deskripsi Berdasarkan Sekolah ... 79
B. Deskripsi Proses Pembelajaran ... 80
1. Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 ... 80
a.Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Dimensi Pengelolaan Kelas... 90
b.Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Dimensi Langkah-Langkah Pembelajaran ... 99
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 107
1. ImplementasiProses Pembelajran Berdasarkan Kurikulum 2013 ... 107
xvi
Dimensi Langkah- Langkah Pembelajaran ... 115
BAB V PENUTUP ... 127
A. Kesimpulan ... 127
B. Keterbatasan Penelitian ... 128
C. Saran ... 129
DAFTAR PUSTAKA ... 131
xvii
Tabel 2.1 Rincian Gradasi Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan ... 38 Tabel 3.1 Tempat Penelitian SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan
Manajemen Program Keahlian Akuntansi Se- Kabupaten Sleman ... 59 Tabel 3.2 Data Populasi SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen
Program Keahlian Akuntansi Se- Kabupaten Sleman... 61 Tabel 3.3 Daftar SMK sebagai Sampel Penelitian ... 63 Tabel 3.4 Daftar Siswa/i Kelas XI SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan
Manajemen Program Keahlian Akuntansi Se- Kabupaten Sleman ... 64 Tabel 3.5 Perhitungan Sampel Siswa Kelas XI Bidang Keahlian Akuntansi
SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi Se- Kabupaten Sleman ... 65 Tabel 3.6 Daftar Kisi- Kisi Kuesioner ... 68 Tabel 3.7 Ringkasan Hasil Pengujian Validitas Proses Pembelajaran
Berdasarkan Kurikulum 2013 (Pertama) ... 71 Tabel 3.8 Reliability Statistics ... 73 Tabel 3.9 Rentang Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum
2013 ... 75 Tabel 3.10 Rentang Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum
xviii
2013 Dimensi Langkah- Langkah Pembelajaran ... 77
Tabel 4.1 Data Responden Penelitian ... 78
Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 79
Tabel 4.3 Data Responden Berdasarkan Nama Sekolah ... 80
Tabel 4.4 Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 ... 83
Tabel 4.5 Nilai- Nilai Statitistik Implementasi Proses Pembelajaran di SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen SE- Kab Sleman ... 84
Tabel 4.6 Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 SMK N 1 Depok ... 85
Tabel 4.7 Nilai- Nilai Statitistik Implementasi Proses Pembelajaran di SMK N 1 Depok ... 86
Tabel 4.8 Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 SMK N 1 Godean ... 87
Tabel 4.9 Nilai- Nilai Statitistik Implementasi Proses Pembelajaran di SMK N 1 Godean ... 88
Tabel 4.10 Deskripsi Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 SMK N 1 Tempel ... 89
xix
Kurikulum 2013 ... 91 Tabel 4.13 Nilai- Nilai Statitistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi
Pengelolaan Kelas di SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen SE- Kab Sleman ... 92 Tabel 4.14 Deskripsi Pembelajaran Dimensi Pengelolan Kelas Berdasarkan
Kurikulum 2013 di SMK N 1 Depok ... 94 Tabel 4.15 Nilai- Nilai Statitistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi
Pengelolaan Kelas di SMK N 1 Depok ... 95 Tabel 4.16 Deskripsi Pembelajaran Dimensi Pengelolan Kelas Berdasarkan
Kurikulum 2013 di SMK N 1 Godean ... 96 Tabel 4.17 Nilai- Nilai Statitistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi
Pengelolaan Kelas di SMK N 1 Godean ... 97 Tabel 4.18 Deskripsi Pembelajaran Dimensi Pengelolan Kelas Berdasarkan
Kurikulum 2013 di SMK N 1 Tempel ... 98 Tabel 4.19 Nilai- Nilai Statitistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi
Pengelolaan Kelas di SMK N 1 Tempel ... 98 Tabel 4.20 Deskripsi Pembelajaran Dimensi Langkah- Langkah Pembelajaran
Berdasarkan Kurikulum 2013 ... 99 Tabel 4.21 Nilai- Nilai Statitistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi
Langkah- Langkah Pembelajaran di SMK Negeri Bidang Keahlian
xx
Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Depok ... 102 Tabel 4. 23 Nilai- Nilai Statitistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi
Langkah- Langkah Pembelajaran di SMK N 1 Depok ... 103 Tabel 4.24 Deskripsi Pembelajaran Dimensi Langkah- Langkah Pembelajaran
Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Godean ... 104 Tabel 4.25 Nilai- Nilai Statitistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi
Pengelolaan Kelas di SMK N 1 Depok ... 105 Tabel 4.26 Deskripsi Pembelajaran Dimensi Langkah- Langkah Pembelajaran
Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK N 1 Tempel ... 106 Tabel 4.27 Nilai- Nilai Statitistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi
Langkah- Langkah Pembelajaran di SMK N 1 Tempel ... 106 Tabel 4.28 Data Hasil Pengeloaan Kelas Berdasarkan Implementasi Proses
Pembelajaran Kurikulum 2013 Menurut Persepsi Siswa Kelas XI SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi Se- Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta ... 107 Tabel 4.29 Data Hasil Langkah- Langkah Pembelajaran Berdasarkan
Implementasi Proses Pembelajaran Kurikulum 2013 Menurut Persepsi Siswa Kelas XI SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi Se- Kabupaten Sleman,
xxi
Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 135
Lampiran II Data Induk Penelititan ... 143
Lampiran III Uji Validitas dan Reliabilitas ... 166
Lampiran IV PAP II dan Deskripsi Data ... 172
Lampiran V Deskripsi Responden ... 188
Lampiran VI Deskripsi Butir Pernyataan ... 190
Lampiran VII Tabel r Pearson ... 205
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi ini, banyak sekali perubahan dimana semua
bidang menuntut sumber daya manusia yang lebih berkualitas dan
memiliki skill yang tinggi. Pendidikan memiliki peran yang penting untuk peningkatan kualitas dan skill sumber daya manusia. Oleh karena itu kualitas pendidikan harus memiliki kualitas dan mutu yang baik. Upaya
peningkatan kualitas dan mutu pendidikan salah satunya dengan
perkembangan kurikulum sesuai dengan tuntutan perubahan jaman.
Pengertian kurikulum itu sendiri secara perspektif berdasarkan kebijakan
pendidikan nasional pengertian kurikulum dapat dilihat dalam
undang-undang No. 20 Tahun 2001 (SISDIKNAS) pasal 1 ayat (9), ialah
“seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”
(Hidayat, 2013:22).
Dari Indonesia merdeka hingga saat ini, kurikulum telah mengalami
perubahan yaitu pada tahun 1947, tahun 1952, tahun 1964, tahun 1968,
tahun 1975, tahun 1984, tahun 1994, tahun 2004, dan tahun 2006, serta
kurikulum menunjukkan bahwa sistem pendidikan itu dinamis. Kurikulum
2013 berorientasi pada peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi
sikap, ketrampilan dan pengetahuan. Sejalan dengan UU No. 20 Tahun
2003, bagian umum: antara lain ditegaskan bahwa salah satu strategi
pembangunan pendidikan nasional adalah pengembangan dan pelaksanaan
kurikulum berbasis kompetensi. Secara konseptual kurikulum 2013
dicita-citakan untuk menghasilkan generasi masa depan yang cerdas
komprehensif yakni tidak hanya cerdas intelektualnya, tetapi juga cerdas
emosi, sosial, dan spiritualnya.
Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) yang diuji cobakan pada tahun 2002 hingga 2006.
Kurikulum 2013 mulai diterapkan pada bulan Juli 2013 di 6221 sekolah
sasaran dan baru diterapkan di seluruh sekolah pada Juli 2014 (Seputar
Keputusan Mendikbud Tentang Penghentian Kurikulum 2013,
www.kemendikbud.co.id).
Dalam beberapa literatur, sering kali istilah “kurikulum” dan
“pembelajaran” diartikan sama. Padahal, kedua istilah tersebut
mempunyai arti yang berbeda, baik secara konseptual maupun praktiknya.
Kurikulum merupakan pengalaman belajar yang terorganisasi dalam
bentuk tertentu di bawah bimbingan dan pengawasan sekolah, sedangkan
pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk
sehingga memperoleh pengalaman belajar (Arifin, 2011:23). Jika
kurikulum adalah programnya, maka pembelajaran adalah
implementasinya. Hidayat (2013:118) juga menegaskan bahwa dalam
proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang
tidak dapat dipisahkan. Dalam dua komponen itu harus terdapat sebuah
interaksi yang akan menunjang hasil belajar dari siswa itu tersebut guna
mencapai tujuan pendidikan.
Dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran menuntut siswa untuk
lebih aktif karena proses pembelajaran berpusat pada siswa. Dalam
kegiatan inti ada langkah- langkah pembelajaran yang harus dijalankan
yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Didalam
kegiatan inti itu sendiri terdapat pendekatan saintifik yang berisi 5
pengalaman belajar yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
menalar/ mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
Namun pada bulan Desember 2014 Menteri Pendidikan Kebudayaan
Anies Baswedan resmi menghentikan kurikulum 2013 dan kembali ke
kurikulum 2006 KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Sekolah-sekolah yang baru melaksanakan kurikulum 2013 selama 1 semester tidak
akan menerapkan kurikulum 2013 lagi. Proses penyempurnaan kurikulum
2013 tidak berhenti, namun akan diperbaiki dan dikembangkan, serta
dilaksanakan melalui sekolah-sekolah percontohan yang selama ini telah
(cardiacku.blogspot.com, 2014). Keputusan penghentian pelaksanaan
kurikulum 2013 diambil berdasarkan fakta bahwa sebagian sekolah belum
siap melaksanakannya dan faktor lain yaitu masalah kesiapan buku, sistem
penilaian, penataran guru, pendampingan guru dan pelatihan kepala
sekolah.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa proses
pembelajaran dan kurikulum tidak dapat dipisahkan dan berjalan
beriringan. Penggantian kurikulum sangat mempengaruhi begaimana
proses pembelajaran terjadi. Penggantian kurikulum dari KTSP ke
kurikulum 2013 merupakan hal yang controversial didunia pendidikan,
karena prosesnya yang cepat dan dihentikan secara tiba- tiba dengan
berbagai pertimbangan. Penulis menduga bahwa implementasi proses
pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 belum berjalan dengan baik.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN BERDASARKAN
KURIKULUM 2013 MENURUT PERSEPSI SISWA: Studi Kasus
Pembelajaran Akuntansi Pada SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis
Dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri
B. Batasan Masalah
Ada banyak hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran dan
kurikulum yang sedang diterapkan. Maka penelitian ini membatasi ruang
lingkup masalah tentang proses pembelajaran yang diimplementasikan
pada sekolah SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen
Program Keahlian Akuntansi Se-Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini ditujukan untuk mengevaluasi proses
pembelajaran di SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen
Program Keahlian Akuntansi Se-Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta berdasarkan kurikulum 2013.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah diatas, peneliti
merumuskan adalah sebagai berikut:
Umum:
1. Apakah proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 sudah
dapat diimplementasikan dengan baik di SMK Negeri Bidang
Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi Se-
Kabupaten Sleman?
Khusus:
1. Apakah pengelolaan kelas berdasarkan kurikulum 2013 sudah
Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi Se-
Kabupaten Sleman?
2. Apakah langkah- langkah pembelajaran berdasarkan kurikulum
2013 sudah dapat diimplementasikan dengan baik di SMK Negeri
Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian
Akuntansi Se-Kabupaten Sleman?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, dapat
dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:
Umum
1. Untuk dapat mengetahui apakah proses pelaksanaan proses
pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat
diimplementasikan dengan baikdi SMK Negeri Bidang Keahlian
Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi
Se-Kabupaten Sleman.
Khusus
1. Untuk mengetahui apakah pengelolaan kelas berdasarkan
Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan baik di
SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program
2. Untuk mengetahui apakah langkah- langkah pembelajaran
berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan
dengan baik di SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan
Manajemen Program Keahlian Akuntansi Se Kabupaten Sleman.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai evaluasi oleh guru
tentang pelaksanaan proses pembelajaran. Hasil penelitian dapat
memberikan gambaran yang nyata sejauh mana proses
pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 telah dilaksanakan. Hal
ini dapat digunakan sebagai refleksi untuk perbaikan pelaksanaan
proses pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013.
2. Bagi sekolah
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
bagi sekolah untuk merumuskan bahan kebijakan sekolah yang
berkaitan atau berhubungan dengan upaya mengoptimalkan kinerja
guru, khususnya dalam proses pembelajaran berdasarkan
Kurikulum 2013.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan tambahan
kepustakaan yang berguna bagi mahasiswa atau pihak lain yang
membutuhkan.
4. Bagi Instansi Pemerintah (DIKPORA Kab. Sleman)
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan
9 BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Tinjauan Teoritik
1. Tinjauan Umum Kurikulum
a. Pengertian Kurikulum
Menurut para ahli kurikulum memiliki tafsiran yang
berbeda-beda tergantung dari pandangan dari masing- masing ahli. Arifin
(2011:2-3) menyatakan bahwa secara etimologis istilah kurikulum
(curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga, terutama dalam bidang
atletik pada zaman Romawi Kuno di Yunani. Dalam bahasa
Prancis, istilah kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan garis finish
untuk memperolah medali atau penghargaan. Jarak yang harus
ditempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan
semua orang yang terlibat didalamnya. Curriculum is the entire
tahun), SMP/MTs (tiga tahun), SMA/SMK/MA (tiga tahun) dan
seterusnya. Dengan demikian, secara terminologis istilah
kurikulum (dalam pendidikan) adalah sejumlah mata pelajaran
yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah
untuk memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya
merupakan suatu bukti bahwa siswa telah menempuh kurikulum
yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari
telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ke tempat lain dan
akhir nya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum
dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai
titik akhir dari suatu pelajaran dan ditandai oleh perolehan suatu
ijazah tertentu (Hamalik, 2007:16).
Dari penelusuran konsep, pada dasarnya kurikulum memiliki
tiga dimensi pengertian, yakni kurikulum sebagai mata pelajaran,
kurikulum sebagai pengalaman belajar dan kurikulum sebagai
perencanaan program pembelajaran (Sanjaya, 2009: 4). Pengertian
kurikulum sebagai mata pelajaran dapat ditemukan dari definisi
yang dikemukan oleh Robert M. Hutchins (1935) yang
menyatakan “The curriculum should include grammar, reading,
dengan usaha untuk memperoleh ijazah. Ijazah sendiri berisi pada
dasarnya menggambarkan kemampuan. Artinya, apabila siswa
telah berhasil mendaparkan ijazah berarti ia telah menguasai
pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Kurikulum sebagai pengalaman belajar, salah satu pendukung
dari pendangan ini adalah Romine (1945) yang berpendapat bahwa
“Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which pupil have under direction of the school, whether in classroom or not”. Pengertian ini menunjukkan,
bahwa kegiatan- kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang
kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan diluar
kelas. Pergeseran makna kurikulum dari sejumlah mata pelajaran
kepada pengalaman, selain disebabkan meluasnya fungsi dan
tanggung jawab sekolah, juga dipengaruhi oleh
penemuan-penemuan dalam bidang psikologi menganggap bahwa belajar itu
bukan mengumpulkan sejumlah pengetahuan, akan tetapi proses
perubahan perilaku siswa. Oleh karena itu dalam proses belajar,
pengalaman dianggap lebih penting dari pada hanya sekedar
menumpuk sejumlah pengetahuan (Sanjaya, 2009: 7).
Pendapat kurikulum sebagai perencanaan belajar di
kemukakan oleh Hilda Taba (1962 dalam Sanjaya, 2009 : 8)
is known about the learning process and the development of the individual has bearing on the shaping of a curriculum”. Kurikulum sebagai suatu rencana tampaknya juga sejalan dengan
rumusan kurikulum menurut undang- undang pendidikan yang
dijadikan acuan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan.
Menurut Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional dikatakan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Dari berbagai konsep kurikulum, maka dalam bahasan
kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan
yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan
pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara
yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk
mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta
implementasi dari dokuman yang dirancang dalam bentuk nyata.
Dengan demikian, pengembangan kurikulum meliputi penyusunan
dokumen, implementasi dokumen serta evaluasi dokumen yang
b. Komponen Kurikulum
Arifin (2011:82-94) mengembangkan komponen kurikulum
menjadi komponen tujuan, komponen isi/ materi, komponen
proses, dan komponen evaluasi.
Tujuan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis,
karena akan mengarahkan dan memengaruhi komponen-komponen
kurikulum lainnya. Dalam penyusunan suatu kurikulum,
perumusan tujuan ditetapkan terlebih dahulu sebelum menetapkan
komponen yang lainnya. Tujuan pendidikan suatu negara tidak
bisa dipisahkan dan merupakan penjabaran dari tujuan negara atau
falsafah negara, karena pendidikan merupakan alat untuk mencapai
tujuan negara. Tujuan pendidikan nasional dirumuskan langsung
oleh pemerintah sebagai pedoman bagi pengembangan
tujuan-tujuan pendidikan yang lebih khusus. Tujuan institusional adalah
tujuan yang ingin dicapai oleh setiap lembaga pendidikan, baik
pendidikan formal (TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA)
maupun pendidikan nonformal (lembaga kursus, pesantren).
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap
bidang studi atau mata pelajaran, seperti bidang studi Pendidikan
Agama Islam, IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, dan
sebagainya. Tujuan pembelajaran umum adalah tujuan yang ingin
khusus (instructional objective) adalah tujuan dari setiap sub pokok bahasan.
Isi/materi kurikulum pada hakikatnya adalah semua kegiatan
dan pengalaman yang dikembangkan dan disusun dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan. Secara umum, isi kurikulum dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: 1) logika, yaitu
pengetahuan tentang benar-salah, berdasarkan prosedur keilmuan,
2) etika, yaitu pengetahuan tentang baik-buruk, nilai, dan moral,
dan 3) estetika, yaitu pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada
nilai seni. Berdasarkan pengelompokan isi kurikulum tersebut,
maka pengembangan isi kurikulum harus disusun berdasarkan
prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) mengandung bahan kajian atau
topik-topik yang dapat dipelajari peserta didik dalam proses
pembelajaran, dan 2) berorientasi pada standar kompetensi
lulusan, standar kompetensi mata pelajaran, dan kompetensi dasar
yang telah ditetapkan. Pemilihan isi kurikulum dapat juga
mempertimbangkan kriteria sebagai berikut: 1) sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai, 2) sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik, 3) bermanfaat bagi peserta didik, masyarakat, dunia
kerja, bangsa dan negara, baik untuk masa sekarang maupun masa
yang akan datang, dan 4) sesuai dengan perkembangan ilmu
Proses pelaksanaan kurikulum harus menunjukkan adanya
kegiatan pembelajaran, yaitu upaya guru untuk membelajarkan
peserta didik, baik di sekolah melalui kegiatan tatap muka,
maupun di luar sekolah melalui kegiatan terstruktur dan mandiri.
Dalam konteks inilah, guru dituntut untuk menggunakan berbagai
strategi pembelajaran, metode mengajar, media pembelajaran, dan
sumber-sumber belajar. Pemilihan strategi pembelajaran harus
disesuaikan dengan tujuan kurikulum (SK/KD), karakteristik
materi pelajaran, dan tingkat perkembangan yang dapat digunakan
guru dalam menyampaikan isi kurikulum, antara lain: 1) startegi
ekspositori klasikal, yaitu guru lebih banyak menjelaskan materi
yang sebelumnya telah diolah sendiri, sementara siswa lebih
banyak menerima materi yang telah jadi, 2) strategi pembelajaran
heuristik (discovery dan inquiry), 3) strategi pembelajaran kelompok kecil: kerja kelompok dan diskusi kelompok, dan 4)
strategi pembelajaran individual.
Untuk mengetahui efektivitas kurikulum dan dalam upaya
memperbaiki serta menyempurnakan kurikulum, maka diperlukan
evaluasi kurikulum. Evaluasi kurikulum merupakan usaha yang
sulit dan kompleks, karena banyak aspek yang harus dievaluasi,
banyak orang yang terlibat, dan luasnya kurikulum yang harus
harus diperhatikan. Evaluasi kurikulum memerlukan ahli-ahli yang
mengembangkannya menjadi suatu disiplin ilmu. Evaluasi
kurikulum juga erat hubungannya dengan definisi kurikulum itu
sendiri, apakah sebagai kumpulan mata pelajaran atau meliputi
semua kegiatan dan pengalaman anak di dalam maupun di luar
sekolah.
c. Perkembangan Kurikulum di Indonesia
Hidayat (2013:1-18) menjabarkan bahwa semenjak Indonesia
merdeka sejak tahun 1945 telah mengalami perubahan kurikulum,
yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,2004,
dan 2006.
Kurikulum pertama yang lahir setelah Indonesia merdeka
adalah merupakan rencana pelajaran atau dalam bahasa Belanda
disebut leer plan. Zaman dan suasana kehidupan berbangsa dengan spirit merebut kemerdekaan dan pendidikan lebih menekankan
pada pembentukan karakter. Setelah rencana pelajaran 1947.
Rencana Pelajaran 1947 merupakan pengganti sistem pendidikan
kolonial Belanda dengan mengurangi pendidikan kecerdasan
intelektual. Kurikulum 1947 dilandasi semangat zaman dan
suasana kehidupan berbangsa dengan spirit merebut kemerdekaan
manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan
bangsa lain, kesadaran bernegara dan masyarakat.
Setelah Rencana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di
Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini,
pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan Pengajaran
dan Kebudayaan menerbitkan buku Pedoman Kurikulum SD yang
lebih merinci setiap mata pelajaran kemudian diberi nama Rencana
Pelajaran Terurai 1952 yang berfungsi membimbing para guru
dalam kegiatan mengajar di Sekolah Dasar. Kurikulum ini sudah
mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang menjadi
ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran
sehari-hari, silabus mata pelajarannya jelas, seorang guru mengajar satu
mata pelajaran.
Menjelang tahun 1964 pemerintah kembali menyempurnakan
sistem kurikulum di Indonesia. Kurikulum ini diberi nama
Rencana Pendidikan 1964 atau kurikulum 1964. Pokok-pokok
pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini
adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang
SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Kurikulum 1964 masih mengalami perubahan yaitu menjadi
kurikulum 1968, hal ini dipengaruhi oleh perubahan sistem politik
dari pemerintahan rezim Orde Lama ke rezim pemerintahan Orde
Baru. Kurikulum ini menjadi citra sebagai produk Orde Lama.
Kurikulum 1968 menekankan pada pendekatan organisasi materi
pelajaran menjadi kelompok pembinaan jiwa Pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah jam
pelajarannya 9 mata pelajaran. Titik berat kurikulum ini terletak
pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap
jenjang pendidikan. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968
diarahkan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati,
kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama.
Pembaruan kelima terjadi dengan diterbitkannya Kurikulum
1975/1976. Kurikulum 1975 untuk SD/ SMP dan SMA sedangkan
Kurikulum 1976 untuk Sekolah Keguruan yaitu SPG dan Sekolah
Menengah Kejuruan (STM, SMEA). Komponen yang terkandung
dalam Kurikulum 1975 memuat: 1) tujuan institusional baik SD,
SMP, dan SMA/ SPG/ SMEA/ STM, yaitu tujuan yang hendak
dicapai lembaga pendidikan dalam melaksanakan program
umum program pengajaran yang akan diberikan pada tiap sekolah,
3) garis-garis besar program pengajaran, yang didalamnya terdapat
hal-hal yang berhubungan dengan program pengajaran.
Dalam perkembangannya Kurikulum 1975 dianggap sudah
tidak relevan lagi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan
tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum 1984 lahir
sebagai perbaikan atau revisi terhadap Kurikulum 1975.
Kurikulum 1984 memiliki ciri sebagai berikut: 1) berorientasi
kepada tujuan pembelajaran (instruksional), 2) pendekatan
pembelajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar
siswa aktif (CBSA), 3) materi pelajaran dikemas dengan
menggunakan pendekatan spiral, 4) menanamkan pengertian
terlebih dahulu sebelum diberikan latihan, 5) materi disajikan
berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa, 6)
menggunakan pendekatan keterampilan proses.\
Pada kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum 1984, proses
pembelajaran menekankan pada pola pembelajaran yang
berorientasi pada teori belajar mengajar, kurang memperhatikan
muatan (isi) pelajaran. Kurikulum 1994 dibuat sebagai
penyempurnaan Kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan
Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
antara lain sebagai berikut: 1) pembagian tahapan pelajaran di
sekolah dengan sistem caturwulan, 2) pembelajaran di sekolah
lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi
kepada materi pelajaran/ isi), 3) Kurikulum 1994 bersifat populis,
yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua
siswa di seluruh Indonesia, 4) dalam pelaksanaan kegiatan, guru
hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan
siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial, 5)
dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan
dengan kekhasan konsep/ pokok bahasan dan perkembangan
berpikir siswa, 6) pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang
abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang
sederhana ke hal yang kompleks, dan 7)
pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk
pemantapan pemahaman siswa.
Usaha pihak pemerintah maupun pihak swasta dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan terutama meningkatkan hasil
belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran terus-menerus
dilakukan, seperti penyempurnaan kurikulum, materi pelajaran,
dan proses pembelajaran. Kurikulum 1994 perlu disempurnakan
lagi menjadi Kurikulum 2002 sebagai respon terhadap perubahan
desentralistik sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No.
23 dan 25 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan
Pertimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Kurikulum saat ini diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi,
yang menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk
melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan
standar kinerja yang telah ditetapkan. Kurikulum Berbasi
Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) menekankan
pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal, 2) berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman, 3) penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, 4) sumber
belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif, dan 5) penilaian menekankan pada
proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian
suatu kompetensi.
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dengan
terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah
mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan. Esensi
isi dan arah pengembangan pembelajaran dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan masih bercirikan tercapainya
paket-paket kompetensi.
d. Peranan Kurikulum
Prof. Dr. Soedijarto, M.A. mengatakan bahwa sekolah
merupakan lembaga sosial yang keberadaannya merupakan bagian
dari sistem sosial negara bangsa. Ia bertujuan untuk mencetak
manusia susila yang cakap, demokratis, bertanggung jawab,
beriman, bertakwa, sehat jasmani dan rohani, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, berkepribadian yang mantap dan
mandiri. Soedijarto lebih jauh mengatakan bahwa pencapaian itu
akan bisa diraih ketika ada suatu proses yang terencana dengan
efisien, efektif, dan relevan. Agar tujuan tersebut tercapai maka
dibutuhkan kurikulum yang kuat, baik secara infrastruktur maupun
superstruktur (Yamin, 2012:36).
Menurut Hamalik (2007: 11- 13), terdapat tiga peranan
kurikulum yang sangat penting jika dianalisis sifat dari masyarakat
dan kebudayaan, dengan sekolah sebagai institusi sosial dalam
1) Peranan Konservatif
Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah
mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial pada
generasi muda. Dengan demikian, sekolah sebagai suatu
lembaga sosial dapat mempengaruhi dan membina
tingkah-laku siswa sesuai dengan berbagai nilai sosial dalam
masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai
suatu proses sosial.
2) Peranan Kritis atau Evaluatif
Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah.
Sekolah tidak hanya mewariskan kebudayaan yang ada,
melainkan juga menilai dan memilih berbagai unsur
kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam hal ini,
kurikulum turut aktif berpatisipasi dalam kontrol sosial dan
memberi penekanan pada unsur berpikir kritis. Nilai-nilai
sosial yang tidak sesuai lagi dihilangkan, serta dimodifikasi
dan perbaikan. Dengan demikian, kurikulum harus
merupakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu.
3) Peranan Kreatif
Kurikulum berperan dalam melakukan berbagai
kegiatan kreatif dan kontruktif, dalam artian menciptakan
kebutuhan masyarakat di masa sekarang dan masa
mendatang. Untuk membantu setiap individu dalam
mengembangkan semua potensi yang ada padanya, maka
kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara
berpikir, kemampuan, dan keterampilan yang baru, yang
memberikan manfaat bagi masyarakat.
Ketiga peran kurikulum tersebut harus berjalan secara
seimbang, atau dengan kata lain terdapat keharmonisan diantara
ketiganya. Dengan demikian, kurikulum dapat memenuhi tuntutan
waktu dan keadaan dalam membawa siswa menuju kebudayaan
masa depan.
e. Fungsi Kurikulum
Dilihat dari sisi pengembang kurikulum (guru), kurikulum
mempunyai fungsi sebagai berikut: 1) fungsi preventif, yaitu
mencegah kesalahan para pengembang kurikulum terutama dalam
melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan rencana kurikulum, 2)
fungsi korektif, yaitu mengoreksi dan membetulkan
kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pengembang kurikulum dalam
melaksanakan kurikulum, dan 3) fungsi konstruktif, yaitu
memberikan arah yang jelas bagi para pelaksana dan pengembang
kurikulum untuk membangun kurikulum yang lebih baik lagi pada
mengemukakan terdapat tiga fungsi kurikulum, yaitu 1) sebagai
transmisi, yaitu mewariskan nilai-nilai kebudayaan, 2) sebagai
transformasi, yaitu melakukan perubahan atau rekonstruksi sosial,
dan 3) sebagai pengembangan individu (Arifin, 2011:12).
Menurut Alexander Inglis (dalam Hamalik 2009: 13-14)
kurikulum memiliki berbagai fungsi sebagai berikut:
1) Fungsi Penyesuaian (The Adjustive of Adaptive Function) Individu hidup dalam lingkungan. Setiap individu harus
mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan secara
menyeluruh. Karena lingkungan sendiri senantiasa berubah
dan dinamis, maka masing-masing individu pun harus
mampu menyesuaikan diri secara dinamis pula. Di balik
itu, lingkungan pun harus disesuaikan dengan kondisi
peorangan. Di sinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat
pendidikan, sehingga bersifat well-adjusted. 2) Fungsi Integrasi (The Integrating Function)
Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang
terintegrasi. Oleh karena itu individu sendiri merupakan
bagian dari masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu
akan memberikan sumbangan dalam pembentukan atau
pengintegrasian masyarakat.
Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap
perbedaan antara setiap orang dalam masyarakat. Pada
dasarnya, diferensiasi akan mendorong orang berpikir kritis
dan kreatif, sehingga akan mendorong kemajuan sosial
dalam masyarakat. Akan tetapi, adanya diferensiasi tidak
berarti mengabaikan solidaritas sosial dan integrasi, karena
diferensiasi juga dapat menghindarkan terjadinya stagnasi
sosial.
4) Fungsi Persiapan (The Propaedeutic Function)
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar
mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk suatu
jangkauan yang lebih jauh, misal melanjutkan studi ke
sekolah yang lebih tinggi atau persiapan belajar dalam
masyarakat. Persiapan kemampuan belajar lebih lanjut ini
sangat diperlukan, mengingat sekolah tidak mungkin
memberikan semua yang diperlukan siswa atau apa pun
yang menarik perhatian mereka.
5) Fungsi Pemilihan (The Selective Function)
Perbedaan dan pemilihan adalah dua hal yang saling
berkaitan. Pengakuan atas perbedaan berarti memberikan
kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa yang
berbagai kemampuan tersebut kurikulum perlu disusun
secara luas dan bersifat flaksibel.
6) Fungsi Diagnostik (The Diagnostik Function)
Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu
dan mengarahkan siswa untuk mampu memahami dan
menerima dirinya, sehingga dapat mengembangkan seluruh
potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat dilakukan jika
siswa menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang
dimilikinya melalui proses eksplorasi. Selanjutnya siswa
sendiri yang memperbaiki kelemahan tersebut dan
mengembangkan fungsi diagnostik kurikulum dan akan
membimbing siswa untuk dapat berkembang secara
optimal.
Berbagai fungsi kurikulum tadi dilaksanakan olah kurikulum
secara keseluruhan. Fungsi- fungsi tersebut memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa, sejalan dengan
arah filsafat pendidikan dan tujuan pendidikan.
2. Kurikulum 2013
a. Konsep Dasar Kurikulum 2013
Mulyasa (2013:66-68) menjelaskan dalam rangka
penuh tantangan dan ketidakpastian, diperlukan pendidikan yang
dirancang berdasarkan kebutuhan nyata dilapangan. Untuk
kepentingan tersebut pemerintah melakukan penataan kurikulum.
Kurikulum yang saat ini sedang dikembangkan adalah Kurikulum
2013 berbasis kompentensi. Kurikulum 2013 merupakan tindak
lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernah
diuji cobakan pada tahun 2004. KBK atau (competency based curriculum) dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk pengembangan berbagai ranah pendidikan
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam sebuah jenjang dan
jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.
Pada hakikatnya kompetensi merupakan perpaduan dari
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang merefleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Beberapa aspek atau ranah
yang terkandung dalam konsep kompetensi dapat diuraikan
sebagai berikut: 1) pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran
dalam bidang kognitif, 2) pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu. 3)
kemampuan (skill); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu
untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan
seseorang. 5) sikap (attitude); yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan
dari luar. 6) minat (interest); adalah kecenderungan seseorang
untuk melakukan sesuatu perbuatan.
Berdasarkan analisis kompetensi diatas, kurikulum 2013
berbasis kompetensi dapat dimaknai suatu konsep kurikulum yang
menekankan peda pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu,
sehingga hasilnya dapat dirasakan peserta didik, berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
b. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
Dalam Permendikbud No. 70 Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/
Madrasah Aliyah Kejuruan, Kurikulum 2013 dikembangkan
berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut: 1) tantangan internal, 2)
tantangan eksternal, 3) penyempurnaan pola pikir, 4) penguatan
tata kelola kurikulum, dan 5) penguatan materi.
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi
pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu
kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait dengan
perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan
penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia
produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif
(anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke
atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai
puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai
70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah
bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia
produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi
sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan
melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi
dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup,
kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan
budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional.
Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari
agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan
perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations
(APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia,
pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan
transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam
studi International Trends in International Mathematics and
Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam
beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini
disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di
TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola
pikir sebagai berikut: 1) pola pembelajaran yang berpusat pada
guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta
didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang
dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama; 2) pola
pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi
pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta
didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/ media lainnya); 3) pola pembelajaran
terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat
menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat
pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa
aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran
pendekatan sains); 5) pola belajar sendiri menjadi belajar
kelompok (berbasis tim); 6) pola pembelajaran alat tunggal
menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia; 7) pola
pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan
(users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; 8) pola pembelajaran ilmu
pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu
pengetahuan jamak (multidisciplines); dan 9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan
kurikulum sebagai daftar Mata pelajaran. Pendekatan Kurikulum
2013 untuk Sekolah Menegah Kejuruan/ Madrasah Aliyah
Kejuruan diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh
karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola
sebagai berikut: 1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah
menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif; 2) penguatan
manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen
dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi
peserta didik.
c. Karakteristik Kurikulum 2013
Menurut Permendikbud No. 70 Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan, Kurikulum 2013 dirancang
dengan karakteristik sebagai berikut: 1) mengembangkan
keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa
ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual
dan psikomotorik; 2) sekolah merupakan bagian dari masyarakat
yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta
didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat
dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; 3)
mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4) memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan
berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; 5) kompetensi
dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih
lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran; 6) kompetensi inti
kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses
dinyatakan dalam kompetensi inti; 7) kompetensi dasar
dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata
pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan
vertikal).
d. Tujuan Kurikulum 2013
Mengacu pada penjelasan UU No. 20 tahun 2003, bagian
umum dikatakan bahwa: “Strategi pembangunan pendidikan
nasional dalam undang- undang ini meliputi:…, 2. Pengembangan
dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi,…” dan pada
penjelasan Pasal 35, bahwa “Kompetensi lulusan merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional
yang telah disepakati.” maka diadakan perubahan kurikulum
dengan tujuan untuk “Melanjutkan Pengembangan Berbasis
Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu”
(Mulyasa, 2013:65).
Dalam tujuannya, Pemendikbud No. 70 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan menjelaskan bahwa
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan
warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Untuk mencapai tujuan tersebut menuntut perubahan pada
berbagai aspek lain, terutama dalam implementasinya di lapangan.
Pada proses pembelajaran, dari siswa diberi tahu menjadi siswa
mencari tahu, sedangkan pada proses penilaian, dari berfokus pada
pengetahuan melalui penilaian output menjadi berbasis
kemampuan melalui penilaian proses, portofolio dan penilaian
output secara utuh dan menyeluruh, sehingga memerlukan
penambahan jam pelajaran (Mulyasa, 2013:66).
e. Keunggulan Kurikulum 2013
Mulyasa (2013:163-164) mengharapkan implementasi
Kurikulum 2013 dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif,
dan inovatif. Hal ini dimungkinkan karena Kurikulum 2013 yang
secara konseptual memiliki beberapa keunggulan dibanding
kurikulum sebelumnya. Pertama, Kurikulum 2013 menggunakan
pendekatan yang bersifat alamiah (konstektual), karena berangkat,
berfokus, dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk
mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya